Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Sediaan


2.1.1. Definisi Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelicin, zat pembasah,atau zat lain yang cocok (Farmakope Indonesia Edisi III).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Tablet adalah sediaan padat dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa bahan tambahan (Ilmu Meracik Obat, hal 210).
Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya
didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh
bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan
melarutnya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kohesi
yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat tersebut
baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas,
mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak
tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.

A. Ukuran Tablet
 Menurut R. Voigt :
Garis tengah pada umumnya 15-17 mm
Bobot tablet pada umumnya 0,1-1 g
 Menurut Lachman :
3
Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci
Berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg
Diameternya ¼-7/6 inci
 Menurut DOM Martin
1/8-1 1/5 inci
 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebal tablet

B. JenisSediaanTablet
Berdasarkan prinsip pembuatan tablet terdiri dari :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

C. Berdasarkan Tujuan Penggunannya


a. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a) Tablet konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien seperti :
 Pengisi (member bentuk) : laktosa
 Pengikat (member adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran
cerna) : amylum, gelatin, tragakan
 Disintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b) Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
4
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan.
Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan
zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan).
c) Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian
disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif dalam
darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.
d) Tablet Lepas Tunda
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus
yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e) Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula
baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif
terhadaplingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau
tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
f) Tablet salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat dalam saluran
cerna.penyalutan tidak perlu berkali-kali.
g) Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
h) Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.

5
b. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a) Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan
pipi. Biasanya keras dan berisi hormone. Bekerja sistemik, tererosi atau
terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b) Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan dibawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke
jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera
memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir dibawah lidah.
c) Tablet Hisap atau Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal
pada selaput lender mulut.
d) Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk
ditempatkan dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri
ditempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa anti
bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi
pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan.

c. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh


a) Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rectal
(dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b) Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam
vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya.
Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi
6
lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk penggunaan steroid dalam
pengobatan sistemik.
c) Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin
tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB,
mencegah kehamilan).

d. Tablet Cetak Untuk Penggunaan Lain


a) Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan
tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris
digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk
peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan
diatas lidah atau ditelan dengan air minum.
b) Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau
melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat
sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril
c) Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker untuk meracik suatu bentuk
sediaan padat atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air
dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk
mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

D. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Harus mengandung zat aktif dan non zat aktif yang memenuhi persyaratan
b. Harus mengandung zat aktif yang homogeny dan stabil
c. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
d. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
7
e. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
f. Bebas dari kerusakan fisik
g. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
h. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
i. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

E. Persyaratan Tablet
a. Memenuhi keseragaman ukuran
b. Memenuhi keseragaman bobot
c. Memenuhi waktu hancur
d. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
e. Memenuhi waktu larut (dissolution test)

2.1.2. Komponen Pembentuk Tablet


A. Zat aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk
tablet dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Zat aktif tidak larut air
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek local pada saluran
pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Zat yang tidak larut air umumnya
dipengaruhi oleh fenomena permukaan, jika bekerja dengan menggunakan zat ini
sangatlah penting memperhatikan kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan
menghasilakn ukuran partikel yang halus dan luas permukaan yang tinggi.
Dengan demikian efek formulasi, granulasi, dan pencetakan terhadap sifat
permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki sifat bahan dalam saluran
cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan faktor kritis.
b. Zat aktif larut air
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi
dan terabsorbsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan memberikan efek

8
sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dan terlarut.
Kemampuan terlarutnya didaerah saluran cerna tempat bahan tersebut diabsorbsi.

B. Eksipien (bahan pembantu)


Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan
sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif,
membentuk tablet dan mempermudah teknologi teknologi pembuatan tablet. Eksipien
harus memiliki kriteria sebagai berikut :
 Tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara)
 Tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua Negara
 Tempat produk tersebut dikembangkan
 Harga relatif murah
 Tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis
 Stabil secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan
zat aktif
 Bebas dari kandungan bakteri pathogen.
 Kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya dan tidak membawa pengaruh
yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat aktif dalam sediaan

C. Bahan pengisi
Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran
tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat masa tablet, memperbaiki daya
kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah
kelembapan yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi yang
dibutuhkan bervariasi,berkisar 5 – 80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif
dan bobot tablet yang dinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet
(campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan
pengisi.

9
Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1 – 0,8 gram, sehingga
memungkinkan untuk dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi
tidak diperlukan. Bahan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi
sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum digunakan
adalah pati dan laktosa (voight, 1995 : 202)

Tabel 2.1 Macam – macam bahan pengisi tablet

Bahan pengisi tidak larut air Bahan pengisi larut air


Kalsium sulfat Laktosa
Kalsium fosfat Sukrosa
Kalsium karbonat Dextrose
Amilum Mannitol
Modifikasi amilum Sorbitol

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut filler –
binders. Filler - binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan
menigkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler – binders digunakan
dalam kempa langsung.

D. Pengikat dan perekat


Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada
granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada
pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan
dalam bentuk larutan (lebih efektif).
Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai pengikat atau perekat antara
lain : polimer alam, contoh amilum, gom, sorbitol, tragakan, glukosa, gelatin dan
natrium alginat, polimer sintetik contohnya derivat selulosa, seperti metal selulosa,
karboksil metal selulosa (CMC), etil selulosa, polivinil pirolidon (PVP).
Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan yaitu jenis pati dengan
konsentrasi 5 – 20%. (Voight, 1995 : 174). Pada granulasi basah, bahan pengikat
10
biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago, atau
suspensi) namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur
dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut.

E. Penghancur
Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak
dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air kedalam tablet, mengembang
dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian bagian. Bahan ini sangat menentukan
kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai bioavailabilitas yang diharapkan
(Lachman, 1994 : 702 ).
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum
seperti amilum glikolat, senyawa selulosa, dan bahan bahan lain yang memperbesar
atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan dan
menghancurkan tablet setelah masuk kedalam saluran pencernaan. Amilum
digunakan untuk konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran.
(Ansel, 1989 : 263)

F. Bahan pelincir (lubrikan)


a. Lubrikan murni
Lubrikan murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan antar
granul dengan dinding cetakan selama pengempaan pengeluaran tablet. Lubrikan
dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan boundary
lubrication. Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua permukaan granul
dan dinding. Sedangkan boundary lubrication bekerja karena adanya penempelan dari
bagian molekular yang mempunyai rantai karbon panjang. Berdasarkan kelarutannya
dalam air, lubrikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Lubrikan larut air
Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut
air (misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang
diinginkan. Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai
11
lubrikan larut air antara lain : natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida,
natrium oleat, natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat,
Karbowax 4000, Karbowax 6000, polietilenglikol.
b) Lubrikan tidak larut air
Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada
konsentrasi yang lebih rrendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat
digolongkan sebagai lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat,
kalsium stearat, natrium stearat, asam stearat, talk.
Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe
tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk
atau granul dan biaya.Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah
talk karena dapat sekaligus memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir,
anti lengket dan pelicin.Pada umumnya talk ditambahkan sebanyak 2%
kedalamgranulat siap pakai. (Voight, 1995 : 205).

G. Anti Lengket (Anti adheren)


Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah
menempelnya massa tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada
dinding cetakan. Bahan ini sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel,
seperti vitamin E. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material
yang memiliki sifat antiadheren yang sangat baik.
Tabel 2.2. Antiadheren yang biasa digunakan

Jenis antiadheren Konsentrasi (% b/b)


Talc 1-5
Magnesium stearat <1
Amilum jagung 3-10
Colloidal silica 0,1-0,5
DL-Leucine 3-10
Natrium lauril sulfat <1

12
a) Glidan
Glidan ditambahkan dalam formula untuk menaikkan atau meningkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam
jumlah Glidants Konsentrasi (%) yang
Logam stearat <1
Asam stearat 1-5
Talk 1-5
Amilum 1-10
Natrium benzoate 2-5
Natrium klorida 5-20
Natrium dan magnesium lauril sulfat 1-3
PEG 4000 dan 6000 2-5
seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping dapat
berfungsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai 10%.
Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan
disintegrasi dan disolusi tablet.
Tabel 2.3. Tipe Glidanyang biasanya digunakan

13
b) Pembasah (surfaktan)
Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah
untuk dibasahi. Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah
dalam waktu hancurnya, oleh karena itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat
pembasah membantu mempercepat penetrasi cairan ke dalam tablet sehingga
dapat terjadi kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih
cepat.
c) Penyerap cairan (adsorben)
Adsorben adalah zat yang digunakan untuk menyerap sejumlah besar
cairan seperti minyak, ekstrak cair, dan lelehan eutektik yang dapat
terinkoporasi dalam tablet tanpa perubahan zat tersebut menjadi basah.
Beberapa contoh zat yang dapat digolongkan menjadi adsorben antara lain :
siloid, aerosol, tanah liat, kaolin, magnesium silikat, magnesium karbonat,
magnesium oksida, amilum.

H. Zat tambahan
Adjuvan adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahkan
dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa.
Contohnya :
a. Colors dan pigment
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapeutik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan
ke dalam sediaan tablet berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik,
identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. akan tetapi
penggunaan pewarna yang tidak tepat akan mempengaruhi mutu produk.
Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh Undang-
undang untuk digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat. bahan pewarna ada
yang larut dalam air dan ada yang tidak larut dalam air.

14
Pewarna ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam
granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak.
Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat warna
selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak meratanya warna.
Penggunaan pewarna ynag tidak larut dapat mengurangi resiko interaksi yang
kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain. Terhadap tablet
yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan pengukuran
keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh cahaya
pada permukaan tablet.

Tabel 2.4. Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)

Pewarna Nama Umum


Red 3 Erytrosine

Red 40 Allura red AC

Yellow 5 Tartrazine

Yellow 6 Sunset Yellow

Blue 1 Brilliant Blue

b.  Sweeteners dan Flavor


Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet
kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan
untuk hancur atau larut di mulut.
Tabel 2.5. Beberapa pemanis yang biasa digunakan
Pemanis Alami Pemanis Sintetis atau Buatan
Mannitol Sakarin
15
Lactosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
Dektrosa

2.1.3. Metode Pembuatan Granul Dan Tablet


Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak, secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat
secara kompresi menggunakan mesin yang menekan bahan bentuk serbuk atau granul
dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran dan die, alat kompresi tabet
merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan sar dari jenis tabet
yang akan dibuat serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat
dengna tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet
kedalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari
cetakan dan dibiarkan sampai kering.
Dalam pembuatan tablet zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelicin dibuat
granul (butiran kasar). Karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan dengan baik,
maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi tablet agar tablet
tidak retak (capping).
Pada umumnya tablet kempa dibuat dengan mengempa massa kempa yang
mengalir dari corong ke sisi pengisi lalu ke lubang kempa menjadi massa kompak dan
padat. Tablet dibuat sesuai bentuk dan ukuran punch dan lubang kempa lalu dikempa
menghasikan massa kompak dengan bentuk tertentu. Unit tablet dalam satu batch
harus mempunyai keseragaman bobot, keseragaman kandungan, serta kadar zat aktif
yang harus memenuhi syarat. Ketentuan lain yang juga penting dari massa tablet yaitu
massa tablet harus homogen dan massa kempa harus mengalir lancar ke lubang
kempa.
Massa kempa adalah massa tablet yang terdiri dari dari campuran fase dalam
dan fase luar yang telah diproses dan siap dikempa menjadi tablet. Fase dalam adalah
massa utama tablet yang terdiri dari campuran zat aktif dan eksipien yang diproses
menjadi granul secara basah atau kering atau tergantung pembuatan, dapat pula

16
merupakan campuran serbuk zat aktif dan eksipien. Fase luar adalah campuran
beberapa eksipien saja, yaitu penghancur luar, glidan, dan lubrikan yang ditambakan
ke fase dalam untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk menunjang mutu
tablet yang memenui syarat.
Massa kempa yang baik memiliki sifat-sifat :
1. Memiliki aliran yang baik agar dapat dengan lancar mengalir dari corong ke
lubang kempa sehingga keseragaman bobot memenuhi syarat
2. Memiliki sifat granulometri (ukuran serba sama) agar pengisian lubang kempa
selalu dalam bobot dan volume yang tepat, cepat dan partikel setelah dikempa
menghasilkan tablet yang kompak
3. Memiliki kompresibilitas yang baik
4. Memiiki kompaksibilitas yang baik
5. Memiiki zat aktif yang homogen dan serba sama
Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk
padatan yang lebih besar atau agregat permanen melaui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, ukuran, serta
bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan
kompresibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan
campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat
aktif, serta mengurangi debu.
Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati zat aktif
memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini disebut kempa langsung.
Metode ini mengurangi lamanya proses pembuatan tablet melalui proses garanulasi,
tapi sering beberapa kendala yang disebabkan sifat zat aktif itu sendiri atau eksipien.
Cara membuat granul ada 2 macam :
1. Cara basah
2. Cara kering atau sering disebut slugging atau pre compression

2.1.4. Pembuatan Granul


A. Cara basah
17
Zat berkhasiat, zat pengisi dan penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi
dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak
menjadi granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50̊ C.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan
dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dalam mesin tablet.
Proses pembuatan :
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat
aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan
adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya
pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl
hammer, hammer mill, dan grinder.
b) Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif
yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c) Penambahan dan pencampuran larutan pengikat
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah sehingga
membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti sigma blade mixer
dan planetary mixer.
d) Pengayakan
Massa basah dibuat menjaid granul dengan melewatkannya pada ayakan
berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator atau fitzmill
e) Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasahan yang
digunakan. Granul kemudian dikeringkan dalam oven.
f) Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan
g) Penambahan penghancur dan lubrikan

18
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan
penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shel blender atau mixer lain.
h) Pengempaan tabet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan massa
cetak berupa granul menjadi tablet.

B. Cara kering
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu, zat pengikat dan pelicin
dicampur dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu
tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak
menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
a) Mesin slug
Masa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar
yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul
dengan ukuran partikel yang diinginkan.
b) Mesin rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara
hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling
hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
Proses pembuatan :
a) Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel
zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partike maka sifat kohesifitas
dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan
terjasinya pemisahan pada granul. Taap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.
b) Pencampuran

19
Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi
bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.
c) Slugging
Campuran serbuk ditekan kedalam cetakan besar dan dikompakkan
dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
d) Penghancuran
Setelah melalui proses slugging, tablet langsung dihancurkan untuk
selanjutnya dilakukan pengayakan.
e) Pengayakan
Massa tablet dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada
ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator atau
fitzmill.
f) Penambahan penghancur dan lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan
pengancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer
lainnya.
g) Pengempaan tablet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan
massa cetak berupa granul menjadi tablet.

C. Kempa Langsung
Kempa langsung adalah pembuatan tablet tanpa adanya proses granulasi yang
memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat memungkinkan untuk dikempa
secara langsung. Kempa langsung dapat menghindari banyak masalah yang timbul
pada granulasi basah maupun kering. Walaupun demikian perubahan sifat fisik baan
pengisi dapat merubah sifat alir sehingga tidak sesuai untuk dikempa secara langsung.
Metode ini digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat aliran dan
kompresibilitas baik.

20
Selain itu dikempa langsung dapat dilakukan untuk zat aktif yang tidak
mungkin dilakukan dengan metode granulasi basa (tidak tahan lembab dan panas) dan
granulasi kering (yang meibatkan kompresi tinggi).
Proses pembuatan :
a. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat
aktiif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan
adheifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya
pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl
hammer, hammer mill, dan grinder.
b. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk emndapatkan distribusi bahan bahan
aktif yang merata dan homogeny. Tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender.

c. Pengempaan tablet
Proses terakhir dari metode kempalangsung adalah pengempaan massa
cetak berupa serbukmenjadi tablet.

D. Keuntungan dan Kerugian Metode Tablet


a. Granulasi basah :
Keuntungan pembuatan menggunakan metode granulasi basah :
1. Dapat meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk dengan
penambahan bahan pengikat
2. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit
dikompresi
3. Distribusi dan keseragaman kandungan baik zat aktif yang mudah larut
dan dosis kecil
4. Zat warna dapat lebih homogen karena terlebi dahulu dilarutkan dalam
cairan pengikat
21
5. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari
serbuk)
Kerugian pembuatan menggunakan metode granulasi basah :
1. Membutuh tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang
banyak
2. Mengungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke
proses lainnya
3. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab.

b. Granulasi kering :
Keuntungan pembuatan menggunakan metode granulasi kering :
1. Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit dibandingkan metode
granulasi
2. Basah waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan
pengikat
3. Tidak memerlukan pengeringan seingga tidak terlalu lama pengerjaannya
4. Dapat digunakan untuk zat dosis besar yang peka terhadap panas dan
lembab
Kerugian pembuatan menggunakan metode granulasi kering :
1. Perlu mesin khusus untuk membuat slug
2. Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homongen
3. Tidak dapat digunakan untk zat aktif yang tidak larut
4. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai

2.1.5. Langkah Mendesain Tablet


Mengubah bahan menjadi suatu sediaan (transformasi) memerlukan
pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sikap yang tidak mudah. Pengetahuan
diperlukan untuk mendukung dan mempermudah penerapannya melalui teknologi
menggunakan keterampilan yang tinggi dan dengan suatu sikap atau kesadaran
mendalam tentang bagaimana pentingnya barang farmasi digunakan dalam bidang
22
kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat merubah bahan menjadi
bentuk sediaan farmasi adalah ilmu farmasetika dan teknologi farmasi.
Satu hal yang penting diingat adalah bahwa desain sediaan harus dilakukan
dengan sistematis berdasarkan pertimbangan kriteria atau syarat sediaan, informasi
mengenai bahan yang ada, sarana/prasarana yang tersedia, dan pertimbangan
ekonomi.
Tahap desain sediaan padat yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian kelayakan bisnis
Langkah ini pada dasarnya adalah untuk menganalisa apakah secara
bisnis/ekonomi pembuatan tablet ini dapat memberikan nilai ekonomis bagi
produsennya. Berbagai cara dilakukan untuk melaksanakan pengkajian
kelayakan bisnis, termasuk kondisi pasar dan pemasaran yang ada dan
berhubungan dengan produk tablet sejenis.

2. Pengkajian praformulasi bahan aktif


Merupakan upaya untuk mengenal secara baik bahan yang akan dipakai,
untuk mempersiapkan formula, proses pembuatan dan sekaligus untuk
memberikan arahan apa yang harus dilakukan untuk menegakkan mutu dan
pengawasannya.
3. Pengkajian user/organ target
Tahapan ini adalah tahapan untuk memastikan bahwa obat yang akan
dirancang adalah untuk pemakaian dengan kelompok umur berapa, untuk jenis
kelamin apa, dan untuk pemakaian di organ tubuh yang mana.
4. Pengkajian dasar sediaan, sediaan dasar, sediaan jadi
Tahapan ini diperlukan untuk mempertimbangkan selain bahan aktif,
bahan dasar/pengisi apa yang diperlukan untuk memperoleh sediaan yang baik,
atau sediaan serbuk seperti atau untuk karakteristik apa yang akan dibuat
sehingga memudahkan untuk mengempa menjadi tablet sebagai sediaan jadi.

23
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan dan diperhatikan sifat granul yang baik
untuk pembuatan tablet.
5. Praformulasi – formulasi – pascaformulasi
Tahapan ini adalah menghubungkan antara tahapan praformulasi diatas,
dengan keadaan dilapangan pada saat formulasi, misalnya apakah tersedia
kapasitas mesin, ruangan, atau alat uji mutu. Demikian juga apakah prosedur
yang dirancang sudah mempertimbangkan apakah pembuatan skala besar dapat
dilaksanakan. Pada tahap ini juga perlu dipikirkan kegiatan apa saja yang harus
dilakukan pada saat produk jadi (tablet) sudah selesai dikemas dan siap
didistribusikan. Misalnya apakah diadakan pengujian stabilitas selama proses
distribusi atau apakah perlu dilakukan monitoring terhadap pengguna tablet
setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6. Uji kaji – stability test
Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah
semua bahan dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah
dilakukan dengan baik dan benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian
rupa sehingga hasil percobaan dalam skala laboratorium dapat
diimplementasikan dalam skala produksi. Disamping itu juga dilakukan uji
stabilitas, untuk mengetahui apakah karakteristik/mutu tablet yang dihasilkan
tidak berubah selama dalam kondisi penyimpanan, pendistribusian maupun
jelang dipakai konsumen.
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang
terjadi dalam kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap
cahaya ataupun kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama
(misal 3 tahun) tablet dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan
yang dibutuhkan. Biasanya dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain
dengan melakukan pengujian dalam temperature yang ditingkatkan, misalnya 45
– 50°C. Dengan suhu penyimpanan tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan
kondisi 2 – 3 tahun kedepan.
7. Uji kaji – test pasar
24
Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk
mengamati apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta
masyarakat dapat menerima kehadiran produk tablet tersebut. Tahapan ini biasa
dilakukan dengan teknik penelitian khusus yang disebut.

2.1.6. Langkah Membuat Tablet


Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai
dengan pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi
kering :
No Kempalangsung No Granulasibasah 1 No Granulasi basah 2 No Granulasi
kering

1 Pemeriksaan 1 Pemeriksaan 1 Pemeriksaan 1 Pemeriksaan


Bahan baku zat Bahan baku zat Bahan baku zat Bahan baku zat
aktif meliputi : aktif meliputi : aktif meliputi : aktif meliputi :

 K  Ka  Ka  K
adar air dar air dar air adar air
 S  Su  Su  S
udut dut henti dut henti udut
henti  Ta  Ta henti
 T p density p density  T
ap  Bu  Bu ap
density lk density lk density density
 B  D  D  B
ulk UP UP ulk
density density
 D  D
UP UP
2 Penimbangan 2 Penimbangan 2 Penimbangan 2 Penimbangan

3 Penghalusan 3 Penghalusan 3 Penghalusan 3 Penghalusan

25
4 Pencampuran 4 Pencampuran 4 Pencampuran 4 Pencampuran I
padat padat

5 Pengempaan 5 Pembuatan 5 Penambahan 5 Pengempaan


larutan pengikat larutan pengikat (slugging)

6 Pencampuran 6 Granulasi (mesh 6 6 Granulasi (mesh


hasil 3 & 4 – 12) 14 – 20 )

7 Granulasi (mesh 7 Pengeringan 7 Pencampuran/lu


6 – 12) brikasi
pengempaan

8 Pengeringan 8 Granulasi (mesh


14 – 20 )

9 Granulasi (mesh 9 Pencampuran/lubr


14 – 20 ) ikasi pengempaan

10 Pencampuran/lub
rikasi
pengempaan

Tahap ini dilakukan melalui :


1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang
diinginkan dari sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh
dari buku resmi/standar. Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum
sediaan serta standar sediaan untuk bahan aktif tertentu serta cara pengujian
persyaratan. Buku referensi memuat karakter sediaan yang baik, cara pengujian
dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan
penolong yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :

26
 Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index,
atau buku referensi lain.
 Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku
Martindale.
 Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
 Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun
lembaga pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan
atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik
untuk pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan
memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau
tujuan yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari
parameter/persyaratan yang ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada
atau alternative langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan tablet
bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh
tablet yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif.
Rekomendasi pada umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh
susunan formula yang baik dan benar.
 Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan
tablet apa yang akan dipakai.
 Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu
bahan awal, bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.

Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi


apa yang harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar
informasi/leaflet/brosur.

27
2.1.7. Langkah Evaluasi Granul dan Tablet
A. Pengawasan mutu sebelum proses ( in coming process)
a) Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
b) Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.

B. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)


a) Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel,
kadar air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
b) Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik
dan waktu hancur.

C. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control)


Dasar Untuk Evaluasi Agar Memenuhi Syarat
a. Kriteria/syarat yang ada dalam definisi Farmakope
Contoh :
Tablet harus memenuhi syarat : sediaan padat, kompak, bentuk tertentu,
mengandung bahan aktif yang seragam, bahan aktif dapat dilepaskan dari
sediaan.
b. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada dalam Farmakope
Contoh :
Keragaman bobot, keseragaman kandunganb, waktu hancur, laju disolusi,
keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, dan friabilitas.
c. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada di masing – masing
industry. Disamping memenuhi syarat Farmakope, biasanya industry juga
menambahkan persyaratan lain seperti : warna, aroma, rasa, dan tanda/logo
yang ada pada tablet.

28
2.1.8. Cara Pembuatan Obat yang Baik
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah system yang memastikan
produk dibuat dan dikontrol secara konsisten sesuai kualitas standar. Dibuat untuk
meminimalkan resika pada produk farmasi yang tidak dapat disingkirkan lagi saat
produk diuji saat sudah jadi. Resiko utama adalah kontaminasi, menyebabkan
gangguan kesehatan bahkan kematian, label yang tidak benar, bahan aktif yang terlalu
sedikit atau banyak, berakibat pengobatan tidak efektif atau menimbulkan efek
samping.
CPOB meliputi semua proses produksi mulai dari bahan awal, tempat, dan
alat sampai pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses
produksi adalah komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari
produk.

2.2. Monografi Bahan


2.2.1 Zat Aktif ( Kalsium Laktat)
Nama Resmi : CALCII LACTASE
Nama Lain : Kalsium Laktat
Dosis Maksimum : 15 g/hari
Rumus Molekul : C6H10CaO6.5H2O
Pemerian : Serbuk putih, bau lemah tidak enak, rasa lemah
Kelarutan : Larut dalam air panas pada suhu 250
Kegunaan : Sumber ion kalsium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.2.2 Zat Tambahan


29
a. Amylum Manihot
Nama Resmi : AMYLUM MANIHOT
Nama Lain : Pati Singkong
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Fungsi : Sebagai bahan penghancur
Kadar : 5-20%
Kestabilan : Kering, jika dipanaskan akan stabil dan terlindung dari
kapang. Digunakan sebagai pengisi atau penghancur dalam
bentuk dosis padat. Pati dianggap inert dalam kondisi
penyimpanan yang normal. Namun, pemanasan larutan pati
atau pasta secara fisik tidak stabil dan mudah diserang oleh
mikroorganisme untuk membentuk berbagai derivate pati dan
modifikasi pati yang memiliki sifat fisik yang unik. Pati harus
di simpan dalam wadah kedap udara, ditempat sejuk dan
kering.

b. Magnesium Stearat
Nama Resmi : MAGNESIUM STEARAS
Nama Lain :Magnesium Stearate; Magnesium octadenoate; Asam
octadecanoic; Garam Magnesium; Asam stearat
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat Molekul : 591, 34
Pemerian :Serbuk halus, putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat dikulit, bebas dari butiran
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter
Fungsi : Sebagai lubrikan (pelincir)
Kadar : 0,25-2%
Kestabilan : Magnesium stearat sangat stabil
30
Inkompatibilitas : Tidak kompetibel dengan asam kuat, alkali, dan garam
besi. Hindari pencampuran dengan bahan tersebut
sebab dapat mengoksidasi material dengan kuat.
Magnesium stearat tidak bias digunakan pada produk
yang berisi aspirin, beberapa vitamin, serta
kebanyakan garam alkaloid.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. Laktosa
Nama Resmi : LAKTOSUM
Nama Lain : Laktosa
Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di
udara, tapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan mudah larut dalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter
Fungsi : Sebagai bahan pengisi
Kadar : q.s
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi hailard tupe mungkin terjdi
antara senyawa laktosa dengan kelompok bewarna
coklat. Reaksi ini terjadi lebih mudah daripada bahan
amorf dengan Kristal laktosa materi kering yang
mengandung laktosa amorf 10% yang rentang
terhadap perubahan warna.

d. Methyl Paraben
Nama Resmi : METHYLIS PARABENUM

Nama Lain : Nipagin

31
Rumus Molekul : C8H803

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak


mempinyai rasa. Kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal

Fungsi : sebagai pengawet

Kadar : 0,1-0,2

Kelarutan :Larut dalam 500 bagian air,dalam 20 bagian air


mendidih, dalam 3.5 bagian etanol (95%) p dan dalam 3
bagian asaton p:mudah larut dalam eter p dan dalam
larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
p panas dan 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih

Kestabilan :Aktivitas antimikroba dari meetilparaben atau


golongan paraben yang lain sangat dapat mengurangi
efektivitas dari surfaktan nonionic, seperti polysorbate
80. Tetapi adanya propilenglikol (10%) menunjukkan
peningkatan potensi aktivitas antibakteri dan paraben,
sehingga dapat mencegah interaksi antara metilparaben
dan polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa
senyawa, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc,
tragacanth, sodium alginate, essential oils, sorbitol dan
atropine.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e. Oleum Menthae
Nama Resmi : Oleum Menthae
Pemerian : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau aromatic, rasa pedas dan hangat,
kemudian dingin
Fungsi : Zat tambahan sebagai pengaroma
Kadar : 0,2-0,5
Kelarutan : Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol
(70%) p.

32
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung
dari cahaya matahari

Nama resmi : Mikrokristalin sellulosa


Nama lain : Avicell
Pemerian : Aerbuk kristalin , putih, tidak berbau, tidak berasa,
tersusun atas partikel-partikel berpori, higroskopis
Fungsi : Pengisi
Kadar : 5-25%
Kelarutan : Sukar larut dalam NaOH 5%, praktis tidak larut
dalam air, asam encer, dan sebagian besar pelarut
organic.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan
kering
Kestabilitasan : Avicell stabil, meskipun higrokopis.
Inkompatibilitas :Agen pengiksidasi kuat

33

Anda mungkin juga menyukai