Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis. Pembuatan sediaan terdiri dari
tahap, mulai dari pengkajian praformulasi, formulasi sediaan, produksi atau
pembuatan dan evaluasi sediaan. Pembuatan sediaan tablet dimulai dengan
pengkajian praformulasi bahan baku. Pengkajian praformulasi ini penting
dilakukan dalam formulasi sediaan karena melihat sifat fisikokimia bahan,
ketercampuran dengan bahan tambahan, sifat farmakologi, farmakokinetika,
farmakodinamika dan hal lainnya yang akan mempengaruhi kualitas produk akhir
dari segi penampilan, efikasi, dan keamanannya.
Hasil pengkajian praformulasi Kalsium laktat yang dilakukan
menghasilkan rekomendasi-rekomendasi dalam pemilihan metode pembuatan
tablet dan pemilihan bahan tambahan. Metode pembuatan yang dipilih adalah
metode granulasi kering, salah satu alasan kenapa metode ini dipilih karena sifat
kalsium laktat yang apabila dipanaskan pada suhu 120o bentuk pentahidratnya
akan sedikit mekar menjadi bentuk ahidrat, yang apabila terkena air callci lactas
akan mengering dan mengeras.
Proses penghalusan dan pencampuran bahan padat tidak ada kesulitan,
namun tingkat homogenitas bahan sukar diamati karena warna bahan yang sama
sehingga mungkin perlu ditambahkan zat warna untuk membantu melihat
homogenitas campuran bahan. Proses slugging dilakukan dengan mengempa fase
dalam yang terdiri dari bahan aktif, pengikat, pengisi, setengah dari jumlah
penghancur dan setengah dari jumlah pelincir. Lalu tablet yang telah dikempa
dihancurkan kembali sampai terbentuk granul. Granul yang dihasilkan, kemudan
dilakukan uji mutu granulasi ,yang meliputi uji distribusi ukuran partikel,
menggunakan sieving analyzer, jumlah fines yang ada tidak boleh lebih dari 30
menggunakan alat pengukur sudut henti dan ternyata granulasi yang dibuat
memenuhi syarat atau mudah mengalir, uji kompresibilitas, dilakukan dengan
mengukur granulasi yang telah ditimbang kemudian dilakukan pengukuran
dengan menggunakan gelas ukur dengan pengukuran tap dan bulk density. Uji
kadar air, diukur dengan cara granul dimasukkan ke dalam botol timbang yang
telah ditara, kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 o selama 30
menit.
Granul yang diperoleh tidak sesuai dengan kriteria granul yang baik.
Granul yang diperoleh terlalu rapuh dan mudah hancur akibat terlalu sedikit
pengikat, ukurannya homogen, kadar airnya memenuhi persyaratan, serta sifat alir
dan kompresibilitasnya pun memenuhi persyaratan. Hasil ini mempengaruhi
proses pengempaan dan tablet yang dihasilkan.
Setelah dilakukan uji mutu granul, kemudian ditambahkan fase dalam
yang meliputi bahan pelincir, penghancur, dan pengawet yang telah
diperhitungkan sesuai dengan jumlah granulasi dan telah ditimbang. Granul yang
telah tercampur dengan fase luar lalu siap untuk dikempa. Atur mesin kempa yaitu
tinggi dari mesin kempa, dan lain–lain. Masukkan granul tersebut ke dalam mesin
kempa, jalankan mesin kempa sampai granul tersebut habis dan sampai terbentuk
tablet hingga selesai. Setelah tablet tersebut selesai dikempa kemudian di uji mutu
tablet tersebut. Adapun uji mutu tablet antara lain, uji organoleptis (bau, rasa dan
warna) memenuhi spesifikasi mutu tablet yang diinginkan, yaitu berwarna putih,
berbau khas dan tidak berasa ditutupi oleh laktosa rasa menjadi manis. Uji
keseragaman ukuran tablet menggunakan jangka sorong memenuhi syarat ukuran
tablet karena diameter tablet 12,02 mm dan tebal tablet 6,54 mm karena diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.
Uji keragaman bobot dilakukan dengan timbang 20 tablet, kemudian
timbang tablet satu per satu diperoleh hasil rata–rata 799 mg memenuhi syarat
karena keragaman bobot memiliki syarat tidak lebih dari 2 tablet yang melebihi
5% (kolom A) dan tidak satupun tablet melebihi 10 % (kolom B) dari bobot rata-
rata. Uji kekerasan tablet dilakukan dengan cara 20 tablet diukur satu per satu,
kemudian diuji dengan menggunakan hardness tester, ternyata diperoleh rata–rata
dari 20 tablet 6,625 kg/cm2, ini memenuhi syarat tablet, karena kekerasan tablet
yang baik yaitu untuk tablet sampai bobot 300 mg adalah 4-7 kg/cm2, sedangkan
untuk tablet 400-700 mg adalah 7-11 kg/cm2.
Uji keregasan tablet, dilakukan dengan ambil 20 tablet, bersihkan tablet
dari debu, timbang 20 tablet tersebut (Wf) dimasukkan kedalam friabilator tester
kemudian atur friabilator tester yaitu 25 putaran per menit selama 4 menit, tablet
dikeluarkam dan dibersihkan dari debu kemudian dilakukan kembali
penimbangan bobot tablet (Wf). Hasil keregasan tablet untuk bobot awal 20 tablet
(Wo) diperoleh
16,99 gram, untuk bobot akhir 20 tablet (Wf) diperoleh 16,85 gram hasil
%Friabilitas yang diperoleh 0,82%, memenuhi syarat karena persentase friabilitas
tidak boleh lebih besar dari 1% (<1%).
Uji waktu hancur tablet dilakukan dengan diambil 6 tablet, bersihkan dari
debu, letakkan 6 tablet tersebut dalam keranjang yang bergerak turun dalam
bejana yang sudah terisikan aquadest suhu 37°± 2°C keranjang yang berisikan
tablet dinaik-turunkan secara teratur selama 15 menit sehingga diperoleh rata-rata
tablet waktu hancur yaitu pada menit ke 15 menit 50 detik, hal ini tidak memenuhi
syarat yaitu waktu hancur tablet adalah tidak boleh lebih atau sama dengan 15
menit (≤ 15 menit). Pengaruh bentuk sediaan terhadap waktu hancur tergantung
kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan
tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur, dan pelicin dalam proses
formulasi dapat menghambat atau mempercepat waktu hancur.
Dalam formulasi tablet setiap komponen mempengaruhi mutu granul serta
tablet yang dihasilkan, karena masing-masing komponen mempunyai fungsi
masing-masing dengan jumlah dan formula tertentu agar dapat menghasilkan
tablet yang sesuai dengan syarat dan spesifikasi yang telah dibuat, khususnya
untuk mencapai sasaran berupa tablet yang kompak. Proses pembuatan
berpengaruh terhadap hasil dan mutu granul dan tablet yang dihasilkan. Adapun
tahap proses yang sangat berpengaruh yaitu pencampuran, slugging dan
pengempaan. Penghalusan mempengaruhi distribusi ukuran partikel serbuk yang
akan mempengaruhi kerapatan granul, hambatan aliran partikel, juga
homogenitas. Tahap pencampuran mempengaruhi homogenitas zat aktif dalam
sediaan yang akan mempengaruhi efikasi tablet jadi.
Kemudian tahap granulasi mempengaruhi sediaan jadi, misalnya
penambahan bahan pengikat yang tidak tepat dapat menghasilkan granul yang
terlalu keras dan susah dikempa, ukurannya tidak seragam. Tahap pengempaan
juga sangat mempengaruhi hasil dan mutu tablet yang dihasilkan. Ukuran punch
dan die mempengaruhi tebal dan diameter tablet, kekuatan tekanan mempengaruhi
kekerasan tablet.
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan metode antara lain proses
slugging karena bahan pengikat yang digunakan tidak tepat sehingga
menghasilkan granul yang terlalu rapuh dan tidak memenuhi persyaratan dan
akhirnya mempengaruhi tablet jadi. Selain itu waktu hancur tablet juga menjadi
permasalahan dalam formulasi tablet ini. Penyebab masalah yang timbul adalah
kurang tepatnya pada penambahan bahan pengikat, bahan penghancur dan juga
sarana yang kurang mendukung. Oleh karena itu, untuk pembuatan tablet di masa
yang akan datang perlu diperhatikan kembali formulasinya, lebih khusus terhadap
jumlah bahan pengikat dan pemilihan bahan penghancur. Selain itu perlu
diperhatikan sarana dan prasarana praktikum yang tersedia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh tablet yang tidak
memenuhi beberapa persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan juga
standar dari Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembuatan tablet yaitu menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan,
efikasi dan keamanan belum tercapai.
Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan yaitu persyaratan uji
waktu hancur tablet, pengaruh bentuk sediaan terhadap waktu hancur tergantung
kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan
tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur, dan pelicin dalam proses
formulasi dapat menghambat atau mempercepat waktu hancur , selain itu masalah
yang timbul dalam formulasi yaitu pemilihan bahan penghancur yang kurang
tepat yang dapat mempengaruhi uji waktu hancur tablet. Penampilan tablet
menjadi kurang menarik, terlalu keras, dan bentuknya tidak seragam.

5.2. Saran
1. Formula yang ada diubah jumlah bahan pengikatnya, agar tablet tidak
rapuh.
2. Penambahan zat warna agar homogenitas campuran lebih mudah diamati,
selain itu meningkatkan penampilan tablet jadi.
3. Sarana dan prasarana lebih diperhatikan agar mutu tablet yang akan
dihasilkan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai