Anda di halaman 1dari 7

Ketika tubuh mengalami gangguan, tubuh memerlukan zat untuk memulihkan

keadaan tersebut. Zat tersebut adalah obat. Obat ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Hal mengenai obat inilah yang dibahas pada
farmakologi dengan tujuan seorang dokter mampu untuk mencegah, mengobati dan
mendiagnosa penyakit. Suatu obat yang diminum per oral akan melalui suatu proses
yang dipelajari dalam farmakokinetik. Farmakokinetik mancakup nasib obat yang
terjadi dalam tubuh kita, terdiri dari 4 proses yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, fase yang mempelajari efek biokimia dan
fisiologi obat dan mekanisme kerjanya atau terjadi respons biologis atau fisiologis.
Ketika tubuh mengalami gangguan, tubuh memerlukan zat untuk memulihkan
keadaan tersebut. Zat tersebut adalah obat. Obat ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Hal mengenai obat inilah yang dibahas pada
farmakologi dengan tujuan seorang dokter mampu untuk mencegah, mengobati dan
mendiagnosa penyakit. Suatu obat yang diminum per oral akan melalui suatu proses
yang dipelajari dalam farmakokinetik. Farmakokinetik mancakup nasib obat yang
terjadi dalam tubuh kita, terdiri dari 4 proses yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, fase yang mempelajari efek biokimia dan
fisiologi obat dan mekanisme kerjanya atau terjadi respons biologis atau fisiologis.
Ketika tubuh mengalami gangguan, tubuh memerlukan zat untuk memulihkan
keadaan tersebut. Zat tersebut adalah obat. Obat ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Hal mengenai obat inilah yang dibahas pada
farmakologi dengan tujuan seorang dokter mampu untuk mencegah, mengobati dan
mendiagnosa penyakit. Suatu obat yang diminum per oral akan melalui suatu proses
yang dipelajari dalam farmakokinetik. Farmakokinetik mancakup nasib obat yang
terjadi dalam tubuh kita, terdiri dari 4 proses yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, fase yang mempelajari efek biokimia dan
fisiologi obat dan mekanisme kerjanya atau terjadi respons biologis atau fisiologis.
Laporan Praktikum Farmakologi II

ANALGETIKA

disusun oleh:
1. Afrida Yanti 1908109010018
2. Sirin Nabilah 1908109010021
3. Fiki Farah Nabila 1908109010023
4. Isra Jamila 1908109010028

Kelompok 3
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM , BANDA ACEH
2021
No Laporan Praktikum
I. Judul Percobaan VII : Analgetika
Percobaa
n
II. Pendahul Rasa nyeri merupakan masalah yang umum terjadi di masyarakat dan
uan salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter karena
rasa nyeri mengganggu fungsional dan kualitas hidup penderitanya. Hasil
penelitian The U.S. Centre for Health Statistic selama 8 tahun
menunjukkan 32% masyarakat Amerika menderita nyeri yang kronis dan
hasil penelitian WHO yang melibatkan lebih dari 25.000 pasien dari 14
negara menunjukkan 22% pasien menderita nyeri, minimal selama 6 bulan.
Pada populasi orang tua, prevalensi nyeri meningkat menjadi 50%. Rasa
nyeri akan disertai respon stress, antara lain berupa meningkatnya rasa
cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas. Nyeri yang
berlanjut atau tidak ditangani secara kuat, memicu respon stress yang
berkepanjangan, yang akan menurunkan daya tahan tubuh dengan
menurunkan fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju
metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga akhirnya akan
memperburuk kualitas kesehatan (Hartwig & Wilson, 2006).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang
tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke
susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan
neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan
neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall 1997; Ganong 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriene dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di
ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian
menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini
juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari
tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-
tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum-
lanjutan dan otak tengah, dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay &
Rahardja 2007).
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional
yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa
nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi
sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti
peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007). Analgetika pada
umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan
sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca
bedahdan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada
nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata
memiliki efek antipiretik dan antiinflamasi (Murniati, 2007).
III. Prinsip Prinsip dari percobaan ini adalah memberikan asam asetat pada mencit
Percobaa yang akan menimbulkan geliat sehingga dapat diamati respon mencit.
n
IV. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah mengenal, mempraktekkan dan
Percobaa membandingkan daya analgetik dari obat-obat analgetik menggunakan
n metode rangsang kimia.
V. Subjek Mencit (Mus musculus)
Coba
VI. Alat dan Alat :
Bahan 1. Spuit injeksi dan jarum 1 ml
2. Jarum berujung tumpul (untuk per oral)
3. Sarung tangan
4. Stop watch
5. Timbangan hewan
6. Wadah tempat pengamatan uji geliat
7. Alat-alat gelas
Bahan :
1. Larutan CMC-Na 0,5% dalam air
2. Suspensi tramadol dalam CMC-Na
3. Suspensi ibuprofen dalam CMC-Na
4. Suspensi Natrium diklofenak dalam CMC-Na
5. Larutan steril asam asetat 1%
VII Prosedur 1. Mencit 5 ekor.
. Kerja 2. Mencit kelompok I (kontrol), diberi larutan CMC-Na 0,5% melalui oral
dengan volume 0,2 ml/20 gr BB.
3. Mencit kelompok I diberi suspensi tramadol 50 mg/70 kg BB
dalam CMC-Na 0,5% melalui oral.
4. Mencit kelompok III diberi suspensi ibuprofen 400 mg/70 kg BB dalam
CMC-Na 0,5% melalui oral.
5. Mencit kelompok IV diberi suspensi ibuprofen 500 mg/70 kg BB
dalam CMC-Na 0,5% melalui oral.
6. Mencit kelompok II diberi suspensi Natrium diklofenak 50 mg/70 kg
BB dalam CMC-Na 0,5% melalui oral.
7. 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan yang mendapat perlakuan,
disuntik intra peritoneal larutan steril asam asetat 1% v/v dengan dosis
75 mg/kg BB.
8. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan
kaki ditarik ke belakang).
VII Hasil Tabel 1. Pengumpulan Data Shift Kamis 16.00
I. Pengamat N
o.
Perlaku
an
Bob
ot
Volum
e
Volum
e
Jumlah geliat tiap 5 menit ke (kali/5 menit) Kumul
atif
an Bada
n
Pember
ian
Pember
ian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1
1
1
2
Men Obat Asam
cit (mL) Asetat
(gr) (mL)
I CMC-
33,1 0,331 0,2482 1 2 3 3 4 3 3 2 2 1
Na 0 9 273
gr mL 5 mL 5 0 0 9 3 1 0 1 1 4
0,5%
II Tramad
31,3 0,2034 0,2347 1 1
ol 50 0 5 5 7 6 4 1 0 0 0 53
gr 5 mL 5 mL 2 3
mg
III Natriu
m
35,5 0,2307 0,2662 1 1 1
diklofe 0 0 6 5 9 8 6 4 1 77
gr 5 mL 5 mL 4 3 1
nak 50
mg
I Ibuprof
0,2275 0,2625 1 1
V en 400 35 gr 5 2 5 4 3 5 5 4 3 3 59
mL mL 0 0
mg
V Ibuprof
35,3 0,286 0,2647 1 1 1 1
en 500 7 8 5 4 3 1 0 0 72
gr mL mL 3 1 0 0
mg

Tabel 2. Pengumpulan Data Shift Kamis 14.00


N Perlakua Bob Volume Volume Jumlah geliat tiap 5 menit ke (kali/5 menit) Kumul
o. n ot Pember Pember atif
Bada ian ian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
n Obat Asam 0 1 2
Men (mL) Asetat
cit (mL)
(gr)
I CMC-Na 31,2 0,375 0,2812 1 1 1 1 1 1 1 1
0 3 6 6 144
0,5% gr mL 5 mL 0 6 8 8 9 7 9 2
II Tramado 35,3 0,4589 0,2647
0 0 2 3 3 2 1 0 0 0 0 0 11
l 100 mg gr mL 5 mL
III Tramado 31,2 0,2028 0,234
0 8 8 8 6 5 5 6 5 5 4 3 63
l 50 mg gr mL mL
IV Paraceta
35,2 0,2288 0,264 1 1 1 1 1 1 1
mol 500 0 7 8 9 7 114
gr mL mL 0 3 3 3 2 2 0
mg
V Asam
Mefena 24,3 0,1579 0,1822 1 1 1
0 8 7 9 9 8 7 6 6 94
mat 500 gr 5 mL 5 mL 1 2 1
mg

Tabel 3. Persen Daya Analgetik Shift Kamis 16.00


No Perlakuan Persen Daya Analgetik
.
I CMC-Na 0,5% 0%
II Tramadol 50 mg 80,58%
III Natrium diklofenak 50 mg 71,8%
IV Ibuprofen 400 mg 78,39%
V Ibuprofen 500 mg 73,62%

Tabel 4. Persen Daya Analgetik Shift Kamis 14.00


No Perlakuan Persen Daya Analgetik
.
I CMC-Na 0,5% 0%
II Tramadol 100 mg 92,36%
III Tramadol 50 mg 56,25%
IV Paracetamol 500 mg 20,83%
V Asam Mefenamat 500 mg 34,72%
IX. Perhitung 1. Ibuprofen → 400 mg / 70 kg BB
an Dosis  Dosis mencit = 400 mg × 0,0026 = 1,04 mg
 Konversi ke BB 35 g
1,04 mg x
=
20 g 35 g
x=1,82 mg
 Kekuatan Sediaan
400 mg 1,82 mg
=
50 mL x
x=0 ,2275 mL
 Skala
80 → 0,2775 / 0,0125 = 18,2 skala

2. Asam Asetat 1% v/v 75 mg / kg BB


 75 mg / kg BB
75 mg / 1000 g
75 mg x
=
1000 g 35 g
x=2,625 mg

 Diubah ke 1% v/v
1% v/v = 1000 mg / 1 mL
1000 mg 2,625
=
100 mL x
x=0,2625 mg
 Skala
80 → 0,2625 / 0,0125 = 21 skala

3. Persen daya analgetik


% daya analgetik = 100 – (P/K× 100)
% daya analgetik = 100 – (59/273× 100)
% daya analgetik = 100 – 21,61
% daya analgetik = 78,39 %
X. Pembaha Pada percobaan ini dilakukan pengamatan reaksi mencit terhadap
san pemberian obat analgetika untuk melihat daya analgetik dari obat tersebut
dengan metode rangsangan kimia berupa rangsangan nyeri. Pemilihan obat
analgetika ini karena obat ini dipergunakan untuk mengurangi atau
menghalau rasa sakit atau nyeri, yang timbul akibat pemberian asam asetat
sehingga tampak pada mencit menggeliat menahan rasa nyeri. Larutan
asam asetat diberikan 30 menit setelah penyuntikan obat karena setelah 30
menit kita mengetahui bahwa obat yang telah diberikan sebelumnya sudah
mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Asam asetat
pemberiannya dilakukan secara intraperitoneal untuk mencegah
penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ
tertentu dan laruran asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan
tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat
kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam.
XI. Kesimpul Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
an 1.
XII Daftar Ganong, William F. (2003). Fisiologi Saraf dan Sel Otot. Dalam H. M.
. Pustaka Djauhari Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
20. EGC. Jakarta.

Guyton, A.C. dan Hall, J.E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC. Jakarta.

Hartwig, Wilson, Lorraine M, Mary S. (2006). Nyeri Dalam Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Terjemahan dari
Huriawanti et. Al, Ed 6. EGC. Jakarta.

Murniati, Dra, Apt. Dkk.2007. Farmakologi. Jakarta : K3S SMF provinsi


DKI Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting. Pt


Gramedia. Jakarta.
XII Lampiran
I.

Pemberian Ibuprofen 400 mg Pemberian Asam Asetat


Mencit saat menggeliat

Anda mungkin juga menyukai