Anda di halaman 1dari 4

TETANUS NEONATORUM

No Dokumen : 445/ /20.05/SOP/ /2020


No Revisi :-
SOP Tgl Terbit :

Halaman :

Puskesmas Kepala UPTD Puskesmas


MUNIRWAN
Rawat Inap
197307081994031003
Sumber Rejo `

1. Pengertian Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan
serangan yang jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi pada otot leher
dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang (trismus, lockjaw), serta
melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh.

Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali
pusat. Gejala ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti
oleh kekakuan spasme.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan tetanus
neonatorum.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Rawat Inap Sumber Rejo Nomor ... tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Rawat Inap Sumber Rejo
4. Referensi 1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2004. Tetanus dalam Standar Pelayanan Medis Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNUD. Denpasar. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas
Udayana, 2004)
3. Wibowo, T. Tetanus Neonatorum dalam Buletin Jendela Data dan
Informasi. 2012. Volume 1. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. (Wibowo,
2012)
5. Alat dan
Bahan
6. Langkah- Hasil Anamnesis ( Subjective )
langkah Keluhan
Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi
umumnya berkisar antara 3-10 hari. Trismus akibat spasme otot masseter
ditemukan pada lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan otot leher,
kesulitan menelan dan mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme otot
punggung dan otot perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap
rangsangan dengan frekuensi yang bervariasi. Kesadaran masih intak.
Anamnesis
1. Penolong persalinan apakah tenaga medis/paramedis/non medis/dukun
bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period)
7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak dapat menetek
dengan gejala spasme pertama (period of onset)

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Kejang

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk tetanus neonatorum.
Diagnosis utamanya ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti trismus,
disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang.

Diagnosis Banding
Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital (cerebral anomalies ),
perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan
intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan metabolik)

Komplikasi
Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan pneumonia aspirasi, Long bone
fractures

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)


Eradikasi kuman
Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon iodin.

Antibiotik
a. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau
b. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau • Usia gestasi (UG) < 37 minggu
n< 28 hari tiap 12 jam
28 hari tiap 8 jam • UG > 37 minggu
< 7 hari tiap 12 jam
7 hari tiap 8 jam
c. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya
7,5mg/kg/dosis, atau
Interval
• Usia < 28 hari tiap 12 jam
• Usia > 28 hari tiap 8 jam
Pemberian dosis rumatan
UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
d. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50
mg/kg/dosis
UG < 30 minggu
- <28 hari tiap 12 jam
- >28 hari tiap 8 jam
UG > 30 minggu
< 14 hari tiap 12 jam
- > 14 hari tiap 8 jam

Netralisasi toksin
a. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya IV,
dilakukan uji kulit lebih dahulu.
b. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM

Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot Diazepam 20-40


mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5% menggunakan
syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari efek
pengendapan obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam pemberiannya.
Bila diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi
dianjurkan pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05- 0,1 mg/kgBB/kali dan
penggunaan ventilator mekanik.

Terapi suportif
a. Pemberian oksigen
b. Pembersihan jalan nafas
c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori

Imunisasi
Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan
pada saat penderita pulang.

Konseling dan Edukasi :


1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan menjaga
proses persalinan tetap aseptic termasuk pada saat pemotongan tali
pusat.
2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus Toksoid 0,5 ml
dengan jarak penyuntikan 2 bulan dapat mencegah terjadinya penyakit
tetanus neonatroum

Prognosis
1. Ad Vitam : dubia
2. Ad Functionam : dubia
3. Ad Sanationam : dubia
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Bagan Alir
9. Unit Terkait Ruang Pelayanan Umum, UGD
10.Dokumen Rekam Medis
Terkait
11.Rekaman
Historis Tanggal mulai
perubahan No Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
TETANUS NEONATORUM
No Kode :

DAFTA No Revisi :-
R TILIK Tgl Terbit :

Halaman :

Unit Pelayanan : ____________________________________________________

Petugas yang dinilai : ____________________________________________________

Tanggal Pelaksanaan : ____________________________________________________

DILAKUKAN
No. KEGIATAN
YA TIDAK
1. Apakah petugas melakukan anamnesa mengenai penolong
persalinan, alat yang dipakai memotong tali pusat, ramuan yang
dibubuhkan pada perawatan tali pusat, status imunisasi TT ibu,
incubation period, dan period of onset?
2. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi kesadaran
intak, trismus, kekakuan otot leher, punggung perut, mulut
mencucu, kejang?
3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi?
4. Apakah petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik serta mempertimbangkan diagnosis banding
lain?
5 Apakah petugas membersihkan tali pusat dengan alkohol 70%
atau povidon iodin?
6 Apakah petugas menggunakan antibiotik yang direkomendasikan
dengan dosis yang tepat?
7 Apakah petugas melakukan netralisasi toksin?
8 Apakah petugas memberikan pelemas otot untuk mengatasi
spasme otot?
9 Apakah petugas memberikan terapi suportif?
10 Apakah petugas memberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai
dengan jadwal imunisasi diberikan pada saat penderita pulang?
11 Apakah petugas memberikan konseling dan edukasi kepada
keluarga pasien?

Compliance Rate (CR) =.........................%

Petugas Penilai / Auditor

(...........................................................)

Anda mungkin juga menyukai