Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EFEK OBAT SISTEM SARAF PUSAT


(UJI ANALGESIK AKIBAT INDUKSI KIMIA DENGAN
METODE GELIAT)

Disusun Oleh :
Nama : Esa Yuni Milenia
Nim : 18330098
Kelas : C

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI S1
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Percobaan


Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit / nyeri. Rasa
sakit / nyeri merupakan suatu fenomena kompleks yang melibatkan aktifitas neuron &
respon penderita terhadap saraf tersebut. Stimulasi nyeri terdiri dari 5 stimulasi,
yaitu : stimulasi termis, stimulasi mekanis, stimulasi kimiawi, stimulasi fisis, &
stimulasi kimia endogen.
Nyeri merupakan salah satu aspek penting dalam bidang medis & menjadi
penyebab paling banyak seseorang untuk mencari pengobatan. Pengobatan yang
umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah NSAID yang bekerja dengan cara
menghambat enzim cyclooxigenase, sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandi E2 terhambat. Walaupun sering digunakan, namun penggunaan analgesik
memiliki beberapa keterbatasan misalnya pada penggunaan NSAIS dapat mengiritasi
saluran cerna, sedangkan penggunaan opioid mengakibatkan ketergantungan.
B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengamati respon geliat / writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia
2. Mengetahui mula kerja obat (onset of actoin), lama kerja obat (duration of action)
& pada saat obat mencapai efek yang maksimum

C. Prinsip Percobaan
Semakin tinggi kemampuan analgetik suatu obat maka semakin berkurang
jumlah geliatan mencit yang diakibatkan oleh induki menggunakan asam asetat
glasial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analgesik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit / nyeri. Nyeri adalah
sensasi yang subyektif yang diakibatkan oleh persepsi terhadap suatu impuls. Rasa nyeri
adalah suatu fenomena kompleks yang melibatkan aktivitas neuron & respon penderita
terhadap aktivitas saraf tersebut. Stimulus nyeri antara lain terdiri dari stimulus termis,
stimulus mekanis, stimulus fisis, stimulus kimiawi, & senyawa kimia endogen.
Asam asetat glasial adalah penginduksi nyeri kimia yang digunakan untuk
menstimulasi rasa sakit / nyeri pada peritoneum mencit, dengan responnya yang berupa geliat
atau writhing reflek. Selain asam asetat glasial, fenilkinon juga dapat digunakan untuk
menginduksi rasa sakit / nyeri pada mencit. Bahan penginduksi tersebut diberikan secara
intraperitoneum. Parietal peritonium sangat sensitif terhadap slimulasi fisik & kimia
walaupun tidak terjadi inflamasi. Keberadaan cairan dalam peritonium dapat menstimulasi
rasa sakit / nyeri.
Aspirin, antalgin, asam mefenamat, indometasin, dan lain-lain dapat menghilangkan
rasa sakit / nyeri karena dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan cara menghambat
enzim siklooksigenase. Efek analgesik yang ditimbulkan oleh golongan obat ini bersifat
mekanik, fisik / kimiawi. Protagladin adalah mediator nyeri perifer. Injeksi PGE2 & PGI2
secara intradermal dalam waktu singkat menyebabkan respon radang berupa eritema,
vasodilatasi, edema, & hiperalgesia. Respon dapat berlangsung selama hampir 10 jam.
Geliat atau writhing reflek merupakan reflek nyeri pada mencit akibat substansi
penginduksi nyeri. Dalam waktu ± 5 menit setelah diberi penginduksi nyeri, umumnya
mencit mulai merasakan rasa sakit / nyeri. Hewan akan berdiam di suatu tempat, yang
biasanya di sudut ruangan, badannya ditekuk, bulunya seringkali berdiri & ekornya diangkat
keatas. Setelah beberapa saat, hewan akan bergerak perlahan, menarik satu atau kedua kaki
belakangnya, badannya direntangkan dan perutnya ditekan hingga menyentuh dasar. Gerakan
ini seringkali disertai dengan gerakan kepala yang menoleh ke belakang sehingga tampak
seolah-olah mencit tersebut menggeliat. Reflek ini terjadi selama masa durasi kerja
penginduksi. Refleks geliat atau writhing reflek ini selanjutnya digunakan sebagai parameter
uji pada metode ini.
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE KERJA

Hewan Coba : Mencit putih, jantan (jumlah 9 ekor), bobot tubuh 20-30 g
Obat : - Larutan asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5 ml secara IP
- CMC Na 1% secara PO
- Asam mefenamat 500mg / 70kg BB manusia secara PO
- Parasetamol 500mg / 70kg BB manusia secara PO
Alat : - Spuit injeksi 1 ml
- Jarum sonde oral
- Timbangan hewan
- Bejana untuk pengamatan
- Stopwatch
Prosedur :
1. Siapkan mencit
Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing mencit selama 10
menit.
2. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdisri dari 3
ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (faktor perkalian 2) :
Kelompok I : CMC Na 1% secara PO
Kelompok II : Asam mefenamat 500mg / 70kg BB manusia secara PO
Kelompok III : Parasetamol 500mg / 70kg BB manusia secara PO
3. Hitung dosis & volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.
4. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing & catat waktu pemberiannya.
5. Setelah ditunggu 15-30 menit, kemudian diberi penginduksi nyeri asam asetat glasial
3% sebanyak 0,5 ml secara IP.
6. Tempatkan mencit kedalam bejana untuk pengamatan
7. Amati, catat, & tabelkan pengamatan respon geliat mencit.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan
Tabel dosis & volume pemberian :
Kelompo Mencit Berat Badan Dosis Pemberian Volume Pemberian
k (gram) (mg) (ml)
I 1 25 0,5
2 23 0,5
3 26 0,5
II 1 30 1,95 0,195
2 21 1,365 0,1365
3 24 1,56 0,156
III 1 28 1,82 0,182
2 26 1,69 0,169
3 20 1,3 0,13

Larutan obat yang tersedia adalah sebagai berikut :


Nama Obat Konsentrasi
CMC Na 1%
Asam Mefenamat 1% (500 mg dalam 50 ml)
Parasetamol 1% (500 mg dalam 50 ml)

Tabel pengamatan :
Percobaan Bahan Obat Efek Geliat
Mencit Respo Jumlah Geliat
ke- n Awal dalam Periode
15-60 menit
Uji Mencit CMC-Na 1% 1 + 28
analgesik (PO) 2 + 30
akibat 3 + 31
induksi Asam Mefenamat 1 + 6
kimia 500mg / 70kg BB 2 + 6
dengan Manusia (PO) 3 + 8
metode Parasetamol 1 + 14
geliat 500mg / 70kg BB 2 + 13
Manusia (PO) 3 + 15

B. Pembahasan
Tujuan dari percobaan praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui &
mempelajari efektivitas analgetika sediaan obat (parasetamol dan asam mefenamat)
pada hewan coba berupa mencit sehingga dapat membandingkan daya analgetika dari
obat - obat tersebut setelah mencit diberikan indicator nyeri asam asetat glasial 3%.
Percobaan kali ini menggunakan metode geliat dengan prinsip yaitu dengan
memberikan asam asetat glasial 3% kepada mencit yg akan menimbulkan geliat,
sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara
menimbulkan geliat, menarik abdomen, menarik kaki ke belakang, dan
membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik (parasetamol
dan asam mefenamat) maka akan mengurangi respon tersebut.
Pemberian obat-obat analgetik pada hewan coba dilakukan secara peroral,
setiap mencit diberikan obat yg berbeda-beda, sebagai control negatif setelah
diberikan obat mencit didiamkan selama 15 menit. Kemudian disuntikan secara intra
peritorial dengan larutan induksi asam asetat glasial 3%. Pemberian asam asetat
glasial dilakukan secara intra peritorial agar sediaan lebih mudah diabsorsi oleh tubuh,
mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, cepat
memberikan efek, serta efek merusak jaringan tubuh. Larutan asam asetat glasial
diberikan setelah 15 menit, bertujuan agar obat yg telah diberikan sebelumnya sudah
mengalami fase absorbs untuk meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit
kemudian, setelah diberi larutan asam asetat glasial 3% mencit akan menggeliat
dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang.
Dari hasil percobaan yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil yang sesuai
sesuai dengan teori yg ada, asam mefenamat lebih rendah / lebih ringan dibandingkan
dengan parasetamol & CMC Na, karena asam mefenamat memberikan efek analgetik
lebih ringan yang disebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung,
parasetamol lebih kuat dibanding dengan asam mefenamat karena mempunyai efek
ringan pada siklooksigenase perifer.
BAB V
KESIMPULAN

Pada percobaan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa obat yang
mempunyai analgetik lebih kuat adalah asam mefenamat, kemudian parasetamol, dan
yang terakhir CMC Na. CMC Na merupakan konduktor negatif karena CMC Na tidak
memberikan efek apapun pada percobaan kali ini.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Praktikum Farmakologi. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Jakarta : ISTN. 2018
Katzung, Bertram G. 1986. Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika : Jakarta
Mutschaler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. ITB : Bandung
Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, PT Gramedia : Jakarta
Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Peterbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai