Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Uji Analgesik Akibat Induksi Kimia Dengan Metode Geliat

DISUSUN OLEH: KARMILAWATI BANJARNAHOR 19330113

DOSEN PEMBIMBING :

Theodora, M.Farm.Apt

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas yang menyebabkan pengaruh
terjadinya perubahan fisik dan atau psykologik pada tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap
sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapatmempengaruhi pikiran seseorang
yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat psikoaktif.

Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari ekstraksi tanaman,misalnya nikotin
dalam tembakau, kofein dari kopi dan kokain dari tanaman koka. Morfin dankodein diperoleh dari
tanaman opium, sedangkan heroin dibuat dari morfin dan kodein.Marijuana berasal dari daun, tangkai
atau biji dari tanaman kanabis (canabis sativum) sedangkan hashis dan minyak hash berasal dari resin
tanaman tersebut, begitu juga ganja. Obat yang berbahaya yang termasuk dalam kelompok obat yang
berpengaruh padasystem saraf pusat(SSP/CNS) adalah obat yang dapat menimbulkan
ketagihan/adiksi(drugaddict). Menurut klasifikasi umum obat yang berpengaruh pada SSP banyak
jenisnya ada yang bersifat adiktif maupun yang non-adiktif.

Susunan saraf yang mengkoordinasi sistem syaraf lainnya di dalam tubuh manusia dibagidalam 2
golongan yaitu:

Susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari:

a.Otak

b.Sumsum tulang belakang (spiral cord)

2.Susunan saraf perifer yang terdiri atas:

a.Saraf otak dan tulang belakang

b.Saraf otonom
Tujuan

Mengenal, mempraktikan dn membandingkan daya analgetika menggunakan metode rangsangan kimia.

B. Dasar teori

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional
yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan
halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di
jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).Reseptor nyeri (nociceptor)
merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke
susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan
jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin
merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain
dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di
seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak
melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang,
sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak
besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh.
Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan,
infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis
dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu
yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-
kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain.
Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di
salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via
sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan
ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit. Para ahli berpendapat
demam adalah suatu reaksi yang berguna bagi tubuh terhadap suhu, pasca suhu di atas 37oC. Limfosit
akan menjadi lebih aktif pada suhu melampaui 45oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa berakibat
fatal, tidak terkendali lagi oleh tubuh. (Tjay Hoan Tan, 2007)

Demam terjadi jika “ set point “ pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini
dapat di sebabkan oleh sintesis PEG yang di rangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen)
seperti sitokinin di lepaskan dari sel darah putih yang di aktivasi oleh infeksi, hipersensitifitas, keganasan
atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh si penderita demam dengan jalan menghalangi sintesis
dan pelepasan PEG. (Mycek J. Mary, 2001)

Medicetator nyeri yang penting adalah mista yang bertanggung jawab untuk kebanyakan reaksi.
Akerasi perkembangan mukosa dan nyeri adalah polipeption (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari
protein plasma. Prosagilandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam-asam
anhidrat. Menurut perkiraan zat-zat bertubesiset vasodilatasi kuat dan meningkat permeabilitas kapiler
yang mengakibatkan radang dan nyeri yang cara kerjanya serta waktunya pesat dan bersifat local. (Tjay
Hoan Tan, 2007)

Prostgilandin di duga mensintesis ujung saraf terhadap efek kradilamin, histamine dan medikator
kimia lainnya yang dilepaskan secara local oleh proses inflamasi. Jadi, dengan menurunkan sekresi PEG,
aspirin dan AIN lainnya menekan sensasi rasa sakit. (Mycek J. Mary, 2001)

Alat ,bahan dan prosedur

Hewan coba : Mencit putih, jantan (jumlah 9 ekor), bobot tubuh 20-30 g

Obat : - Larutan asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5 ml secara IP

- CMC Na 1% secara PO

- Asam mefenamat 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO

-Parasetamol 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO

Alat :

Spuit injeksi 1 ml, jarum sonde oral, timbangan hewan, bejana untuk

pengamatan, stop watch

Prosedur:
1. Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing mencit

selama 10 menit.

2. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor

mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (faktor perkalian 2):

Kelompok I : CMC Na 1% secara PO

Kelompok II : asam mefenamat 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO

Kelompok III : parasetamol 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO

3. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.

4. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing dan catat waktu pemberiannya.

5. Setelah ditunggu 15-30 menit, kemudian diberi penginduksi nyeri asam asetat glasial 3%

sebanyak 0,5 ml secara IP.

6. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan.

7. Amati, catat dan tabelkan pengamatan respon geliat mencit.

Data
Dalam percobaan ini mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit, sebagai berikut:
Mencit Berat badan (gram) Obat Dosis Volume
Pemberian Pemberian
(mg) (ml)
1 25 0,5 0,5
2 23 0,5 0,5
CMC Na 1% secara
3 26 0,5 0,5
PO
1 30 Berikan asam 1,95 0,195
2 21 1,365 0,1365
3 24 mefenamat 500 mg/ 1,56 0,156
70 kg BB manusia

secara PO
1 28 Berikan 1.82 0,182
2 26 1,69 0,169
3 20 Parasetamol 500 1,3 0,13
mg/ 70 kg BB

manusia secara PO

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Hitunglah dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit!
Perhitungan Dosis
Konversi manusia 70 kg → mencit 20 gr = 0,0026 x 500 mg = 1,3mg
Mencit 1 :
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1, 95 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,195 ml
Mencit 2 :
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1, 356 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,1365 ml
Mencit 3 :
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1, 56 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,156 ml
Konversi Dosis : 500 mg x 0.0026 = 1,3
Mencit 1:
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1, 82 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,182 ml
Mencit 2 :
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1, 69 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,169 ml
Mencit 3 :
Dosis Berdasarkan BB = 1,3 mg = 1,3 gram
Volume Pemberian = 50 ml = 0,13 ml

Larutan obat yang tersedia adalah sebagai berikut:

Nama Obat Konsentrasi

CMC Na 1%

Asam Mefenamat 1% (500 mg dalam 50 ml)

Parasetamo 1% (500 mg dalam 50 ml)

1.CMC Na
Diketahui :
CMC Na yaitu 1% (1 gram/100ml) secara PO
Dosis normal = Untuk seluruh mencit dikalikan 1gram/100ml maka hasilnya 1
2.Asam Mefenamat
Diketahui :
Asam mefenamat 500 mg/70 kgBB
Dosis normal = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
a.Mencit 1
Dosis = 30 g/20g x 1,3 mg = 1,95 mg
Volume = 1,95 mg/500 mg x 50 ml = 0,19 ml
b.Mencit 2
Dosis = 21g/20g x 1,3 mg = 1,36 mg
Volume = 1,36 mg/500 mg x 50 ml = 0,14 ml
c.Mencit 3
Dosis = 24 g/20 g x 1,3 mg = 1,56 mg
Volume = 1,56 mg/500 mg x 50 ml = 0,16 ml
3.Parasetamol
Diketahui :
Paracetamol 500 mg/70 kgBB
Dosis normal = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
a.Mencit 1
Dosis = 28 g/20 g x 1,3 mg = 1,82 mg
Volume = 1,82 mg/500 mg x 50 ml = 0,18 ml
b.Mencit 2
Dosis = 26 g/20 g x 1,3 mg = 1,69 mg
Volume = 1,69 mg/500 mg x 50 ml = 0,17 ml
c.Mencit 3
Dosis = 20 g x 1,3 mg = 26 mg
Volume = 26 mg/500 mg x 50 ml = 2,6 ml
Efek Geliat

Percobaan Bahan Obat Mencit ke- Respon Awal Jumlah


Geliat dalam
Periode 15-60
menit.

CMC-Na 1% 1 + 28
Efek Geliat

(PO)

2 + 30

3 + 31

Uji analgesik Asam 1 + 6


Mencit Mefenamat
Akibat 2 + 6
induksi 500mg/70 Kg
3 + 8
BB Manusia
kimia (PO)
dengan
Parasetamol 1 + 14
metode 500mg/70 Kg
2 + 13
geliat BB Manusia
(PO) 3 + 15

4.2 Pembahasan
Pada pembuatan laporan praktikum ini analgetik yang digunakan adalah
Paracetamol, Asam Mefenamat, dengan kontrol menggunakan CMC Na 1%. Praktikum
ini menggunakan metode geliat akibat induksi kimia. Induksi kimia pada praktikum ini
diberikan karena Asam Asetat Glasial 3% sebanyak 0,5ml. Selain itu dalam praktikum ini
hewan uji yang digunakan yaitu sebanyak 3 ekor mencit jantan dengan bobot tubuh yang
berbeda-beda. Mencit digunakan sebagai hewan uji karenamudah disimpan dan
dipelihara serta bisa beradaptasi baik dengan lingkungan baru.
Pada percobaan pemberian menggunakan metode geliat ini cairan pada mencit
harus disesuaikan dosis sertavolumenya, hal ini dilakukan supaya supaya tidak terjadi
overdosis dan pemberian volume yang berlebihan kepada hewan uji. Konversi dosis pada
praktikum ini yaitudosis manu sia kepada hewan uji yaitu mencit. Konversi dosis
manusia ke mencit dikalikan 0,0026 dari dosis manusia 70kg ke mencit 20g yang
kemudian disesuaikan dengan berat badan mencit.
Langkah kerja dari percobaan ini adalah pengujian dilakukan dengan tahap
pertama yaitu pada mencit pertama, yaitu sebagai kontrol disuntik secara per oraldengan
larutan CMC 1% kemudian mencit kedua secara per oral diberi Asam Mefenamat
sebanyak 0,24 ml dan pada mencit ketiga secara per oral diberi paracetamol sebanyak
0,22ml. Setelah 15 menit pemberian kemudian ketiga tersebut mencit diinjeksi secara
intra peritonial dengan larutan asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5ml. Kemudian
dilakukan pengamatan pada ketiga mencit dilihat dari geliatan mencit dan dicatat
kumulatif geliatan mencit selama 30 menit.
Hasil pengamatan menunjukkan mencit yang diberi CMC Na memiliki aktivitas
geliat lebih banyak yaitu 89 geliat dalam waktu kisaran 15-60 menit, karena CMC Na
sebagai kontrol bukan sebagai analgesik sehingga tidak memiliki kemampuan meredakan
nyeri. Berbeda dengan mencit ke 2 yaitu dengan asam mefenamat,memiliki akivitas
geliat lebih sedikit yaitu 30 geliat dalam 15-60 menit,karena asam mefenamat merupakan
analgesic sehingga dapat meredakannyeri yang diakibatkan induksi asam asetat glasial.
Kemudian mencit ke 3 yaitu dengan paracetamol memiliki aktivitas geliat lebih banyak
dari asam mefenamat yaitu 42 geliat dalam 15-60 menit,karena paracetamol menghambat
siklooksigenase sehingga konversiasam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Setiap obat menghambatsiklooksigenase secara berbeda Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebihkuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol
menjadiobatantipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas.
Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer, Inilah
yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan
sampai sedang,berbeda hal nya dengan Asam Mefenamat merupakan kelompok anti
inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik,
anti inflamasi dan antipiretik.Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat
Anti- Inflamasi Non- Steroidatau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin
dengan menghambat kerjaenzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat
mempunyai efekantiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Asam mefenamat
merupakan satusatunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja perifer dan
mengurangiatau menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Dari hasil percobaan dengan data literatur atau pustaka maka yang diperoleh,
yaitu diketahui bahwa jumlah kumulatif geliat pada tikus dapat diurutkan menjadi
Aquadest >Parasetamol> Asetosal> Na Diklofenak. Daya Analgetik dari tinggi ke rendah
adalah Na Diklofenak > Asetosal > Parasetamol>Aquadest. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa obat yang paling efektif dalam mengatasi nyeri yang diakibatkan oleh rangsangan
kimia adalah pertama Na Diklofenak, kedua Asetosal, dan ketiga Parasetamol.
Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan, hanya saja perbedaan kumulatif
dan daya analgetik setiap obat yang terlalu sempit. Ada kemungkinan data yang
didapatkan kurang valid Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain
praktikan sulit membedakan antara geliatan yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari obat
atau karena merasa kesakitan akibat penyuntikan intraperitoneal pada perut tikus, faktor
penyuntikan yang tertunda karena tikus sempat menolak. Parasetamol dengan Asetosal
Aspirin (sinonim : asetosal) adalah obat anti-nyeri tertua, yang sampai kini paling banyak
digunakan diseluruh đunia. (Tjay 2008). Mekanisme aksinya adalah dengan menghambat
sintesis prostaglandin, bertindak pada pusat regulasi panas hipotalamus untuk
mengurangi demam, memblok aksi sintesis prostaglandin dengan mencegah
pembentukan platelet zat thromboxone A2 (Lacy dan Amstrong, 2003). Asetosal dan
kumpulan - merupakan senyawa obat dengan golongan non narkotik yakni turunan asam
salisilat yang bekerja dengan menghambat biosintesis prostaglandin karena adanya proses
asetilasi gugus zkaif serin pada COX2. Sebenamya asetosal ini dapat menghambat kedua
jenis enzim COX (COXI dan COX2) Berikut mekanisme asetosal menghambat enzim
COX dibagian (residu) serin - S0.
Asetosal aspirin bereaksi secara kovalen dimana ikatan yang kovalen akan sulit
Serlegas tenura. maka dari itu ikatan ini menghasilkan reaksi ang irreversibel. Hal ini
menunjmkkan baiwa asetosal dapar menjadi obat analgesik yang cukup baik untuk
antogisak.dsb. Paraceramol meripakan senyawa obat yang juga golongan non narkotik
yakni turunan anilin (golongan pada Parasetamol adalah obat analgetik untuk pasien yang
yang tidak tahan terhadap asetosal (dikenal dengan nama popular : aspirin). Parasetamol
adalah derivet P-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgetik, Sifat antipiretik
disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral,
Sifat analgetik parasetamol dapat mrnghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Pamsetamol yang merupakan metabolit fenasetin mempunai ciri khusus karena kerja
antipireutik dan analgetikanya yang baik. Namun memiliki antiflogistik yang sangat
rendh, Hal ini karena tidak adanya afinitas terhadap jaringan ikat siklooksigenase (COX),
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
Umumnya parasetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Maka dari itu jika dibandingkan degan
asetosal, kekuatan Asetosal memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan paracetamol
karena asetosal mengasetilasi gugus serin dan berikatan kovalen dengan gugus serin. Hal
ini menyebabkan prostaglandin tidak dapat terbentuk. Sedangkan parasetamol
mengumngi rasa nyer dengan cara menghambat enzim siklooksigenase , karena enzimnya
terhambat maka prostaglandin asemakin sedikit yang terbentuk sehingga nyeri yang
timbul berkurang. Analgesik paracetamol lebih rendah. Pada beberapa penelitian diduga
paracetamol lebih spesifik menghambat COX3 dimana COX3 merupakan metabolit
COX1. Dalam hal ini COX3 bertugas untuk menghasilkan prostaglandin dengan efek
sakit dan demam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Obat analgetik dibagi
menjadi 2 golongan yaitu Analgesik Non Opioid/Perifer (Non- Opioid Analgesics), dan
Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika. Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil obat
yang paling efektif dalam mengatasi nyeri yang diakibatkan oleh rangsangan kimia adalah
pertama Na Diklofenak, kedua Asetosal, dan ketiga Parasetamol.
Dari percobaan yang telah dilakukan diambil kesimpulan dengan potensi analgesicterbaik
urutannya adalah Asam Mefenamat lalu Paracetamol. Asam Mefenamat bekerjaxdengan
menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzym COX-1dan COX-2,
reseptor ini memiliki peran sebagai mediator. Karena asam Mefenamat adalah Asam, maka
mekanisme kerjanya lebih cepat di lambung. Jadi Asam mefenamat lebih efektif dan sprsifik
sebagai analgesik dibandingkan Paracetamol.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, M., 1994.Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2. Ernerst, Mutschler. 1991. Dinamika Obat edisi kelima. Bandung. ITB.

3. Goodman& Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi vol 1.Jakarta. EGC.

4.Katzung, Bertram G. 1998.Farmakologi Dasar dan Klinik . Jakarta:

5.Mutschler , Ernst. ed. V.Dinamika Obat , ITB 1999 Press : Jakarta

6.Tan, H. T. dan Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting. Gramedia Pustaka Umum.Jakarta.

7.Tjay dan K.Rahardja. 2007.Obat-Obat Penting . Jakarta

Anda mungkin juga menyukai