FITOTERAPI LANJUT
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa
atas selesainya tugas makalah dengan judul “Fitoterapi Untuk Penyakit Alergi
Rhinitis” yang diberikan oleh dosen mata kuliah Fitoterapi Lanjut sebagai syarat
untuk menunjang nilai mata kuliah tersebut.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Tanaman apa saja yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit alergi
rhinitis?
b. Bagaimana patofisiologi dari kasus penyakit alergi rhinitis?
c. Bagaimana rekomendasi fitoterapi untuk kasus rhinitis?
d.
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tanaman yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit
alergi rhinitis
b. Untuk memahami patofisiologi dari kasus penyakit alergi rhinitis
c. Untuk mengetahui dan memahami rekomendasi fitoterapi untuk kasus
rhinitis
1
BAB II
ISI
2
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi,
makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen
Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di
permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk
fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II
membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility
Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th 0).
Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1)
yang akan mengaktifkan Th0untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2
akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.
IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel
limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi
imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan
diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel
mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut
sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila
mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua
rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya
mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama
histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators
3
antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien
C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF), berbagai sitokin
(IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC).
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus
sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin
juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami
hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore.
Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain
histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan
pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion
Molecule 1 (ICAM1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul
kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di
jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala
akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada
RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung
serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte
Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret
hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah
akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti
Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP),
Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada
fase ini, selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik
dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang,
perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi (Irawati, Kasakayan,
Rusmono, 2008).
Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vascular
bad) dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat
juga pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal, serta
4
ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa
hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar
keadaan serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat
terjadi terus-menerus (persisten) sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan
terjadi perubahan yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat
dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal.
Efek samping -
Interaksi herbal dengan Meningkatkan efek samping dari bahan kimia yang
obat terkandung dalam obat-obatan. Beberapa obat-obatan
carbamazepine, fenobarbital, fenitoin, rifampin, dan
5
rifabutin
6
digunakan
Kandungan aktif Alkaloid (Ephedra,ephedrine,pseudoephedrine,methyl-
ephedrine,nor-pseudoepherine,norephedrine)
7
4. Stinging nettle (Urtica dioica)
Nama latin dan nama Stinging nettle (Urtica dioica)
indonesia
Grade C (Unclear or conflicting scientific evidence)
Bagian yang Daun, akar
digunakan
Kandungan aktif Histamin, serotonin (5-hydroxytriptamine), and acetylcolin
Adenine, nicotinamide, synephrine dan osthole
Interaksi herbal -
dengan makanan
Efek samping Stinging nettle (Jelatang) umumnya ditoleransi dengan baik
hingga 2 tahun dalam uji klinis yang tersedia.Iritasi
gastrointestinal adalah efek samping yang paling sering
dilaporkan.
8
Nama latin dan nama Kunyit (Curcuma longa)
indonesia
Grade
Bagian yang Rimpang kunyit
digunakan
Kandungan aktif Curcumin
Mekanisme Menekan produksi dan pelepasan mediator inflamasi dari sel
mast melalui jalur Mitogen-Actived Protein Kinase (MAPK)
dengan menekan faktor transkripsi ERK, p38, JNK, dan NF-
JB p65 yaitu faktor yang penting dalam pengendalian sintesis
dan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast yang
diaktifkan selama inflamasi alergi
9
D. Produk yang Beredar
1. Hawaii pharm
2. Teh kidung
10
3. ma huang ephedra herb
11
Komposisi Sari kurma, Habbatussauda, Gamat, Propolis, Zaitun, dan
Kunyit
Indikasi Rhinitis, sinusitis, meningkatkan kekebalan tubuh
F. Kasus
12
Tuan TZ, 37 tahun sedang mencari rekomendasi untuk merawat
hidungnya yang berair, sering merasa gatal pada hidungnya dan bersin-
bersin. Dia mengatakan mengalami gejala-gejala ini setiap ia keluar
rumah tanpa menggunakan masker, saat udara dingin, dan semakin parah
saat musim kemarau datang. Ia menambahkan bahwa dia juga menderita
iritasi, mata gatal dan sakit tenggorokan. TZ memiliki riwayat penyakit
hipertensi dengan TD = 160/100 mmHg. Saat ini ia sedang menjalani
terapi HT dengan Amlodipin 5 mg 2 kali sehari. Selain itu, TZ mencoba
mengkonsumsi Nalgestan tanpa konsultasi dengan apoteker, namun ia
merasa mengantuk saat bekerja dan sakit kepala. TZ meminta
rekomendasi herbal yang dapat mengatasi keluhan yang dialaminya. Apa
yang dapat Anda sarankan?
Adapun dapat disimpulkan pasien memiliki :
Riwayat penyakit
Hipertensi TD = 160/100 mmHg Normal TD= 120/80 mmHg
Riwayat penggunaan obat
Amlodipin 5 mg 2 kali sehari
Nalgestan tanpa konsultasi pada apoteker
Rekomendasi terapi :
1. Menghentikan penggunaan obat nalgestan, karena nalgestan
berisi CTM dan phenylpropalamine. Dimana
phenylpropalamine sebagai dekongestan yang dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Sehingga pada kasus
pasien mengalami mengantuk yang disebabkan oleh CTM
dan sakit kepala akibat dari phenylpropalamine yang
meningkatkan darah tinggi.
2. Rekomendasi memberikan herbal butterbur untuk
membantu mengurangi alergi rhinitis. Dimana butterbur
memiliki grade B, tidak berinteraksi dengan obat amlodipin
yang sedang digunakan, dan tidak memiliki efek samping
meningkatkan tekanan darah maupun mengantuk.
13
Jadi, pengobatan penyakit yang derita adalah menghentikan obat
konvensional yaitu nalgestan dan menyarankan menggunakan herbal
butterbur untuk membantu mengurangi alergi rhinitis yang dideritanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono, N. 2008. Alergi Hidung dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telingga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Keenam.
Jakarta: FKUI.
Yusni dkk, Jurnal Aktivitas Polifenol Teh Hijau (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) Sebagai
Imunomodulator melalui Respons Supresi Imunoglobulin E (Ig E) pada
Rinitis Alergika.
15
LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan :
1. Pada pengobatan yang direkomendasikan adalah butterbur. Alasan
mengapa memilih butterbur untuk terapi?
Penanya : Anissa Azhar Jannah (1608010064)
Jawaban : karena butterbur memiliki grade b dan tidak memiliki efek
samping meningkatkan hipertensi dibandingkan dengan ephedra yang
dapat meningkatkan hipertensi dan menyebabkan mengantuk
dibandingkan dengan obat konvensional.
2. Dari rekomendasi terapi yang diberikan yaitu menghentikan penggunaan
nalgestan. Alasan mengapa menghentikan penggunaan nalgestan?
Penanya : Efni Septa R. (1608010084)
Jawaban : karena pada obat nalgestan berisi
3. Pada rekomendasi fitoterapi yang diberikan adalah butterbur. Adakah
interaksi butterbur dengan riwayat obat sebelumnya yaitu amlodipin?
Penanya : Rahma Fauzia M. (1608010119)
Jawaban :
4. Pada fitoterapi rosehip terdapat interaksi rosehip dengan willow bark dapat
menekan IL -1β dan COX 2 dalam kondrosit. Apakah interaksinya sinergis
atau tidak?
Penanya : Wilda
Jawaban :
16
5. Pada fitoterapi teh hijau terdapat interaksi dengan bawang dan jahe yang
dapat menyebabkan pendarahan. Pada dosis berapakah teh hijau dapat
meningkatkan pendarahan?
Penanya : Zahra Baiti Nur A. (1608010095)
Jawaban : interaksi yang terjadi antara teh hijau dengan jahe dan bawang
yang dapat meningkatkan pendarahan tidak diketahui dosisnya karena
interaksinya termasuk kedalam interaksi minor,sehingga sangat jarang
sekali terjadi.
17