Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FITOTERAPI LANJUT

“FITOTERAPI PENYAKIT ALERGI RHINITIS”

DISUSUN OLEH :

Cindy Nur F (1608010132)

Assyahri Nur H (1608010133)

Bella Mahardhika (1608010136)

Ismatul Laely (1608010141)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa
atas selesainya tugas makalah dengan judul “Fitoterapi Untuk Penyakit Alergi
Rhinitis” yang diberikan oleh dosen mata kuliah Fitoterapi Lanjut sebagai syarat
untuk menunjang nilai mata kuliah tersebut.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan penyusunan makalah ini tidak


lepas dari bimbingan dan bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai
pihak. Tentunya makalah yang kami susun ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan
sehingga dapat dijadikan pedoman bagi kami dalam penulisan makalah yang
berikutnya.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaaat bagi kita semua pada


umumnya dan kami pada khususnya, Amin.

Purwokerto, 2 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................ 1

B. Rumusan Masalah............................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.............................................................. 2

BAB II. ISI


A. Definisi Alergi Rhinitis....................................................
B. Patofisiologi Alergi Rhinitis............................................
C. Fitoterapi Alergi Rhinitis.................................................
D. Produk yang Beredar.......................................................
E. Terapi Non Farmakologi..................................................
F. Kasus...............................................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................
LAMPIRAN............................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
a. Tanaman apa saja yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit alergi
rhinitis?
b. Bagaimana patofisiologi dari kasus penyakit alergi rhinitis?
c. Bagaimana rekomendasi fitoterapi untuk kasus rhinitis?
d.
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tanaman yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit
alergi rhinitis
b. Untuk memahami patofisiologi dari kasus penyakit alergi rhinitis
c. Untuk mengetahui dan memahami rekomendasi fitoterapi untuk kasus
rhinitis

1
BAB II
ISI

A. Definisi Alergi Rhinitis


Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan
allergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis And Its Impact on Asthma)
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai
oleh Ig E.
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO
Iniative ARIA (Allergic Rhinitis And Its Impact on Asthma) tahun 2001,
yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :
a. Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu.
b. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih
dari 4 minggu.

B. Patofisiologi Alergi Rhinitis


Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali
dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi
terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi alergi
fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai
1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase
lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.

2
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi,
makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen
Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di
permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk
fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II
membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility
Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th 0).
Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1)
yang akan mengaktifkan Th0untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2
akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.
IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel
limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi
imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan
diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel
mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut
sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila
mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua
rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya
mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama
histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators

3
antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien
C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF), berbagai sitokin
(IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony
Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC).
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus
sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin
juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami
hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore.
Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain
histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan
pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion
Molecule 1 (ICAM1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul
kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di
jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala
akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada
RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung
serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte
Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret
hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah
akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti
Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP),
Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada
fase ini, selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik
dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang,
perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi (Irawati, Kasakayan,
Rusmono, 2008).
Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vascular
bad) dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat
juga pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal, serta

4
ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa
hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar
keadaan serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat
terjadi terus-menerus (persisten) sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan
terjadi perubahan yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat
dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal.

C. Fitoterapi Alergi Rhinitis


1. Butterbur (Petasites hybridus)
Nama latin dan nama Butterbur (Petasites hybridus)
indonesia

Grade B (Good scientific evidence)

Bagian yang digunakan rimpang, akar dan daun tumbuhan


Kandungan aktif seskuiterpen (isopetasin, oxopetasin, dan petasin)

Mekanisme Petasin mampu menghambat aktivitas lipooksigenase dan


downregulation pembentukan leukotrien. Isopetasin dan
oxopetasin ester di dalam butterbur dilaporkan mampu
menghambat pembentukan leukotrien, menghambat
siklooksigenase (COX-2) dan prostaglandin E2 (PGE2).
Regimen terapi 50 mg butterbur (Petalodex, standardized yang mengandung
7,5 mg petasin dan isopentasin dalam tablet yang berukuran
50 mg) digunakan 2 kali sehari

Efek samping -
Interaksi herbal dengan Meningkatkan efek samping dari bahan kimia yang
obat terkandung dalam obat-obatan. Beberapa obat-obatan
carbamazepine, fenobarbital, fenitoin, rifampin, dan

5
rifabutin

2. Teh hijau (Camellia sinensis L.)


Nama latin dan Teh hijau (Camellia sinensis L.)
nama indonesia
Grade -
Bagian yang daun
digunakan
Kandungan aktif polifenol
Mekanisme komponen polifenol adalah epigallocatechingallate (EGCG)
yang dapat membantu proses fagositosis, meningkatkan
ketahanan limfosit, proliferasi limfosit, sekresi IL-12
makrofag, meningkatkan IFN-γ, dan menghambat
pengeluaran histamin.
Regimen terapi Mengkonsumsi ekstra teh hijau sebanyak 1,5 gr teh hijau
yang mengndung 8,5 mg EGCG dan 43,5 mg EGCG selama
11 minggu.
Interaksi herbal dengan Dengan heparin, ibuprofen, aspirin dan indomethacin dapat
obat meningkatkan resiko pendarahan. Dengan dopamin dapat
meningkatkan efek stimulasi ssp karena kafein dalam the hijau
Interaksi herbal dengan Dengan dong quai, bawang putih, jahe, willow bark dan ginkgo
herbal biloba dapat meningkatkan resiko pendarahan

Interaksi herbal dengan -


makanan
Efek samping Gangguan sistem pencernaan, mual, muntah, konstipasi, sakit
kepala, hipertensi

3. Ephedra (Ephedra sinica)


Nama latin dan nama Ephedra (Ephedra sinica)
indonesia
Grade C (Unclear or conflicting scientific evidence)
Bagian yang Daun , akar, batang

6
digunakan
Kandungan aktif Alkaloid (Ephedra,ephedrine,pseudoephedrine,methyl-
ephedrine,nor-pseudoepherine,norephedrine)

Mekanisme Ephedrin melepaskan noradrenalin dan mengaktifkan kedua


reseptor adrenergik yaitu reseptor ɑ dan reseptor β. Pada
reseptor ɑ,reseptor ephedrin menghasilkan vasokontriksi di
membran mukosa,melegakan kongesti saluran napas ;
melalui reseptor β ephedrin mampu merelaksasi otot polos
bagian bronkiolus.
Regimen terapi Mendidihkan 2 g simplisia (setara dengan 30 mg ephedrin)
dalam air mendidih (150 Ml) selama 10 menit. Diminum
sebanyak 2-3 kali sehari

Interaksi herbal Ephedra berinteraksi dengan obat antihipertensi,


dengan obat kardiovaskuler dan obat-obatan simpatomimetik
meningkatkan tekanan darah,mengganggu ritme denyut
jantung dan stroke.
Interaksi herbal Interaksi dengan alkaloid ergot, Interaksi ephedra dengan
dengan herbal herbal mengkudu,seledri dapat menurunkan efektivitas
antihipertensi herbal tersebut
Interaksi herbal Penggunaan ephedrin bersamaan dengan makanan yang
dengan makanan mengandung kafein akan meningkatkan resiko hipertensi
Efek samping Pusing,mual,muntah,tremor,hilang nafsu makan dan
gangguan tidur

7
4. Stinging nettle (Urtica dioica)
Nama latin dan nama Stinging nettle (Urtica dioica)
indonesia
Grade C (Unclear or conflicting scientific evidence)
Bagian yang Daun, akar
digunakan
Kandungan aktif Histamin, serotonin (5-hydroxytriptamine), and acetylcolin
Adenine, nicotinamide, synephrine dan osthole

Mekanisme Polisakarida dalam Stinging nettle telah menunjukkan


aktivitas antiinflamasi dan imunomodulator. Dengan
rangsang Proliferasi limfosit T atau memengaruhi sistem
komplementer.Fraksi yang larut dalam air menunjukkan
penghambatan sintesis leukotrin dan prostaglandin,
pengurangan TNF-a dan IL -1ß dalam darah yang
dirangsang lipopolysaccharide, dan penghambatan faktor inti
kappa B (NF-KB)yang terlibat dalam respons inflamasi.
Regimen terapi Untuk rinitis alergi, 600 mg jelatang kering pada awal gejala
selama 1 minggu telah digunakan.
Interaksi herbal Stinging nettle berinteraksi dengan obat antihipertensi,
dengan obat antikolinergik, antikoagulan/antiplatelet, serta obat
antiinflamasi lainnya
Interaksi herbal Interaksi dengan rosehip dan willow bark dapat menekan IL
dengan herbal -1β dan COX 2 dalam kondrosit

Interaksi herbal -
dengan makanan
Efek samping Stinging nettle (Jelatang) umumnya ditoleransi dengan baik
hingga 2 tahun dalam uji klinis yang tersedia.Iritasi
gastrointestinal adalah efek samping yang paling sering
dilaporkan.

5. Kunyit (Curcuma longa)

8
Nama latin dan nama Kunyit (Curcuma longa)
indonesia
Grade
Bagian yang Rimpang kunyit
digunakan
Kandungan aktif Curcumin
Mekanisme Menekan produksi dan pelepasan mediator inflamasi dari sel
mast melalui jalur Mitogen-Actived Protein Kinase (MAPK)
dengan menekan faktor transkripsi ERK, p38, JNK, dan NF-
JB p65 yaitu faktor yang penting dalam pengendalian sintesis
dan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast yang
diaktifkan selama inflamasi alergi

Regimen terapi 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB

Interaksi herbal dengan Dapat meningkatkan aktivitas obat antikoagulan, antiplatelet,


obat heparin, trombolitik, sehingga meningkatkan resiko pendaraha n

Interaksi herbal dengan 2 gr curcumin dikombinasikan dg 20 mg piperine, bioavailabilitas


herbal meningkat 20 kali. Teh hijau meningkatkan efek kurkumin

Interaksi herbal dengan -


makanan
Efek samping pendarahan yang berlebihan saat menstruasi, bau tubuh, masalah
perut

9
D. Produk yang Beredar
1. Hawaii pharm

Komposisi Organic Butterbur (Petasites Hybridus) Dried Root


Powder. Origin: Croatia. Organic Stinging Nettle
(Urtica Dioica) Dried Leaf Powder. Origin: Bulgaria.
Organic Astragalus (Astragalus Membranaceus) Dried
Root Powder. Origin: China
Indikasi Pengobatan alergi rhinitis

Dosis 20-30 tetes, tiga kali sehari

Efek samping Bersendawa,sakit kepala, diare

2. Teh kidung

Komposisi Daun teh kuding, Ginseng Amerika, Ganoderma


lucidum, camellia sinensis

Indikasi Mencegah flu, bronkitis, rhinitis, mata gatal, sindrom


sakit mata dan mata merah
Dosis Seduh 1 sachet dengan air panas, diamkan 5-10 menit,
setiap sachet dapat di seduh berulang kali. Di minum 1-
3 kali sehari sebelum makan.

Efek samping Mual , muntah, perut kembung, konstipasi, sakit kepala,

10
3. ma huang ephedra herb

Komposisi Cabang Batang ephedra kering


Indikasi Flu,Rhinitis allergic, asma,demam,sakit kepala
Dosis Mendidihkan 2 g simplisia (setara dengan 30 mg
ephedrin) dalam air mendidih (150 Ml) selama 10 menit.
Diminum sebanyak 2-3 kali sehari

Efek samping Pusing,mual,muntah,tremor,hilang nafsu makan dan


gangguan tidur.
4. Adrien Gagnon Stinging nettle Allergies

Komposisi 350 mg Stinging nettle tiap kapsul


Indikasi Meredakan gejala rhinitis allergis (hay fever)
Dosis 1-2 kapsul 3 kali sehari
Efek samping Gangguan pencernaan, mual, muntah

5. Kumadu Herbal Kunyit

11
Komposisi Sari kurma, Habbatussauda, Gamat, Propolis, Zaitun, dan
Kunyit
Indikasi Rhinitis, sinusitis, meningkatkan kekebalan tubuh

Dosis 3x1 sendok makan diminum sebelum makan


Efek pendarahan yang berlebihan saat menstruasi, bau tubuh,
samping masalah perut

E. Terapi Non Farmakologi

F. Kasus

12
Tuan TZ, 37 tahun sedang mencari rekomendasi untuk merawat
hidungnya yang berair, sering merasa gatal pada hidungnya dan bersin-
bersin. Dia mengatakan mengalami gejala-gejala ini setiap ia keluar
rumah tanpa menggunakan masker, saat udara dingin, dan semakin parah
saat musim kemarau datang. Ia menambahkan bahwa dia juga menderita
iritasi, mata gatal dan sakit tenggorokan. TZ memiliki riwayat penyakit
hipertensi dengan TD = 160/100 mmHg. Saat ini ia sedang menjalani
terapi HT dengan Amlodipin 5 mg 2 kali sehari. Selain itu, TZ mencoba
mengkonsumsi Nalgestan tanpa konsultasi dengan apoteker, namun ia
merasa mengantuk saat bekerja dan sakit kepala. TZ meminta
rekomendasi herbal yang dapat mengatasi keluhan yang dialaminya. Apa
yang dapat Anda sarankan?
Adapun dapat disimpulkan pasien memiliki :
 Riwayat penyakit
Hipertensi TD = 160/100 mmHg Normal TD= 120/80 mmHg
 Riwayat penggunaan obat
Amlodipin 5 mg 2 kali sehari
Nalgestan tanpa konsultasi pada apoteker
 Rekomendasi terapi :
1. Menghentikan penggunaan obat nalgestan, karena nalgestan
berisi CTM dan phenylpropalamine. Dimana
phenylpropalamine sebagai dekongestan yang dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Sehingga pada kasus
pasien mengalami mengantuk yang disebabkan oleh CTM
dan sakit kepala akibat dari phenylpropalamine yang
meningkatkan darah tinggi.
2. Rekomendasi memberikan herbal butterbur untuk
membantu mengurangi alergi rhinitis. Dimana butterbur
memiliki grade B, tidak berinteraksi dengan obat amlodipin
yang sedang digunakan, dan tidak memiliki efek samping
meningkatkan tekanan darah maupun mengantuk.

13
Jadi, pengobatan penyakit yang derita adalah menghentikan obat
konvensional yaitu nalgestan dan menyarankan menggunakan herbal
butterbur untuk membantu mengurangi alergi rhinitis yang dideritanya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanaman yang berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit dan


menyembuhkan osteoarthritis diantaranya adalah Alpukat (Persea
americana), Jahe (Zingiberis officinale), Devil’s claw
(Harpagophytum procubens), Devil’s claw (Harpagophytum
procubens), Willow (Salix spp.), Rose hip (Rosa spp), Roxb
(Boswellia serrrata), Arnica (Arnica spp), Cakar Kucing (Uncaria
spp), Black cohosh (Cimcifuga racemosa), Guggul (Cammiphora
mukul)
2. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga
menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi.
3. Osteoartitis terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling
tulang, dan inflamasi. Terdapat 4 fase penting dalam proses
pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase inflamasi, nyeri, fase
degradasi.
4. Pengobatan penyakit yang di derita adalah melanjutkan obat - obatan
konvensional dan jika ingin tetap menggunakan alpukat maupun
gingko dapat digunakan setelah pengobatan yang lain terutama jika
warfarin telah berhenti

14
DAFTAR PUSTAKA

Andreas Schapowal.2002. Randomised controlled trial of butterbur and cetirizine


for treating seasonal allergic rhinitis. Landquart, Switzerland

Bosquet, J., Cauwenberge, P.V., Khaltaev, N. 2001. ARIA workshop group,


world health organization initiative, allergic rhinitis and its impact on asthma.
J Allergy Clin Immunol : S147-S276

Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono, N. 2008. Alergi Hidung dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telingga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Keenam.
Jakarta: FKUI.

Seamon, E., Ulbricht, C. 2010. Natural Standard Herbal Pharmacotherapy.


Elsevier, hal 200-386.

Yusni dkk, Jurnal Aktivitas Polifenol Teh Hijau (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) Sebagai
Imunomodulator melalui Respons Supresi Imunoglobulin E (Ig E) pada
Rinitis Alergika.

Von Pirquet,G. 1986. Allergy. Jerman : Munchen Med. Wschr. 1475.

15
LAMPIRAN

Jawaban Pertanyaan :
1. Pada pengobatan yang direkomendasikan adalah butterbur. Alasan
mengapa memilih butterbur untuk terapi?
Penanya : Anissa Azhar Jannah (1608010064)
Jawaban : karena butterbur memiliki grade b dan tidak memiliki efek
samping meningkatkan hipertensi dibandingkan dengan ephedra yang
dapat meningkatkan hipertensi dan menyebabkan mengantuk
dibandingkan dengan obat konvensional.
2. Dari rekomendasi terapi yang diberikan yaitu menghentikan penggunaan
nalgestan. Alasan mengapa menghentikan penggunaan nalgestan?
Penanya : Efni Septa R. (1608010084)
Jawaban : karena pada obat nalgestan berisi
3. Pada rekomendasi fitoterapi yang diberikan adalah butterbur. Adakah
interaksi butterbur dengan riwayat obat sebelumnya yaitu amlodipin?
Penanya : Rahma Fauzia M. (1608010119)
Jawaban :
4. Pada fitoterapi rosehip terdapat interaksi rosehip dengan willow bark dapat
menekan IL -1β dan COX 2 dalam kondrosit. Apakah interaksinya sinergis
atau tidak?
Penanya : Wilda
Jawaban :

16
5. Pada fitoterapi teh hijau terdapat interaksi dengan bawang dan jahe yang
dapat menyebabkan pendarahan. Pada dosis berapakah teh hijau dapat
meningkatkan pendarahan?
Penanya : Zahra Baiti Nur A. (1608010095)
Jawaban : interaksi yang terjadi antara teh hijau dengan jahe dan bawang
yang dapat meningkatkan pendarahan tidak diketahui dosisnya karena
interaksinya termasuk kedalam interaksi minor,sehingga sangat jarang
sekali terjadi.

17

Anda mungkin juga menyukai