Argentometri
I. Pendahuluan
1.1 Tujuan
Latar Belakang
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana
dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan
sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah
tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang
dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode
Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita
juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.
(Kisman,1988)
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. (Harjadi,1993)
Adapun macam-macam cara pengendapan dalam argentometri :
1. Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4.
Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi,
ion Ag+yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag
akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi
tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan
pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl 2, dengan titik
akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2. Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama
titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH 4SCN yang berlebih
bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan
ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi
balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
3. Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan
memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam
titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis
HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir
dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang
semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan
yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau
hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
Fakultas Farmasi
Alat
Buret Pipet ukur
Labu ukur Pipet volume
Sendok Perkamen
Bahan
AgNO3 NaCl
K2Cro4 Amonium Tiosianat
HNO3 Besi (III) Amonium Sulfat
Mekanisme Reaksi
Ag + + CNS - AgCNS
mg NACl
Normalitas AgNo3 =
BM NaCl x ml AgNO 3 yang digunakan
25 ml x N AgNo 3
Normalitas NH4CNS =
ml NH 4 CNS yang digunakan
Sampel Sampel
Replikasi 1 2 1 2
Bobot kertas + natrium
klorida (mg) (a)
Bobot kertas + sisa natrium
klorida (mg) (b)
Bobot natrium klorida yang
tertimbang (mg) (a) – (b)
a. Titrasi sampel
Pada praktikun kali ini berjudul “Argentometri” yang bertujuan agar mahasiswa
mampu membuat dan membakukan lauran perak nitrat 0,1 N, mahasiswa mampu
membuat dan membakukan larutan amonium tiosianat 0,1 N dan mahasiwa mampu
menentapkan kadar bromida secara argentometri dan menggunakan indikator yang
pada akhirnya titrasi memberi larutan berwarna ( metode volhard).
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah buret digunakan untuk
tempat titran, labu takar untuk menakar larutan, pipet tetes untuk untuk
mengambil larutan sedikit, pipet volume untul mengambil larutan dengan
volume tertentu, erlenmeyer untuk tempat titrasi atau titrat. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan adalah :
Monografi bahan
1. AgNO3 (FI edisi III hal 97)
Pemerian : hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak
berbau, menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol (95%) p
Khasiat dan penggunaan : antiseptikum
Dalam praktikum ini AgNO3 digunakan sebagai titrat (larutan baku). Titrat adalah
zat yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti dan biasanya diletakkan didalam
buret.
2. NaCl
Pemerian : hablut heksahedral tidak berwarnaatau serbuk hablur putih,
tidakberbau, dan rasa asin.
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol p, sukar larut dalam etanol (95%).
Khasiat dan penggunaan : sumber ion klorida dan natrium
Dalam praktikum ini NaCl digunakan sebagai titrat biasanya diletakkan dalam
erlenmeyer untuk diketahui konsentrasinya.
mg NaCl
Normalitas AgNO3 =
BM N aCl xv AgNO 3
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitametri jenis argentometri. Reaksiny adalah :
Dari sampel uji didapatkan rata-rata AgNO3 = N. Normalitas rata- rata NH4SCN
= N. Kadar bromida pada sampel 1 = % dan pada sampel 2 = %.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramadia Pustaka Utama:
Jakarta.