Suspensi Definisi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32 Contoh sediaan Suspensi Stabilitas Suspensi Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah : 1.Ukuran Partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. 2.Kekentalan / Viskositas Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). 3.Jumlah Partikel / Konsentrasi Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4.Sifat / Muatan Partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat Bila muatan partikel diabaikan maka faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi dapat dilihat dari hukum stokes : Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam. Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri. a. Termasuk golongan gom : Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin b. Golongan bukan gom : Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum. 2. bahan pensuspensi sintesis a. Derivat Selulosa Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. b.Golongan organk polimer Contohnya : Carbaphol 934. C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi 1. Metode pembuatan suspensi : Suspensi dapat dibuat dengan cara : Metode Dispersi Metode Praecipitasi 2. Sistem pembentukan suspensi : Sistem flokulasi Sistem deflokulasi Cara Pembuatan Suspensi Suspense dapat dibuat dengan 2 metode Metode dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah
terbentuk, kemudian diencerkan Metode Praecipitasi Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air, setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : a. Deflokulasi Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal. Sediaan terbentuk lambat. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. b.Flokulasi Partikel merupakan agregat yang bebas Sedimentasi terjadi begitu cepat Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula. Karakteristik dari sistem flokulasi : 1.Partikel merupakan agregat yang bebas 2.Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok 3.Sedimen terbentuk cepat 4.Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah terdispersi 5.Ujud suspensi kurang menyenangkan Karakteristik dari sistem deflokulasi : 1.Partikel terpisah 2.Sedimentasi terjadi lambat, partikel mengendap secara terpisah dan ukurannya minimal 3.Sedimen terbentuk lambat 4.Ujud suspensi menyenangkan 5.Tampak ada endapan dan cairan bagian atas berkabut. E.Penilaian Stabilitas Suspensi 1. Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. 2. Derajat flokulasi. Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc). 3.Metode reologi Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan. 4.Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal. EMULSI
ARIF BUDIMAN, MPH.,APT.
Pengertian emulsi Menurut FI IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Anshel : 376). . Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfactan yang cocok(FI III). Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak bercampur biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini akan bergabung & membentuk dua lapisan air dan minyak yg terpisah. Emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur. Dua zat air ini tidak saling melarutkan. Misalnya air susu, air santan, serta air dalam minyak seperti minyak rambut dan minyak ikan. Tujuan pemakaian emulsi : 1. Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. 2. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe O/W. 3. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Keuntungan emulsi:
a. Sifat teurapetik dan kemampuan menyebar konstituen
lebih meningkat
b. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi
c. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol
d. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih
besar Kerugian emulsi: a. Sediaan kurang praktis b. Mempunyai stabilitas yang rendah c. Tidak tahan lama Komponen emulsi Digolongkan menjadi 2 macam yaitu : 1. Komponen Dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari : a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain. b. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut. c. Emulgator Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. 2. Komponen Tambahan Adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant. Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat dll. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat. Tipe emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal. 2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal. Pengujian Tipe Emulsi 1. Test Pengenceran Tetesan Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m. 2.Test Kelarutan Pewarna Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m. 3. Test Creaming (Arah Pembentukan Krim) Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan- tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m. 4. Test Konduktivitas Elektrik Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe a/m. 5. Test Fluorosensi Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupa noda. Teori Emulsifikasi Teori Tegangan –permukaan
Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut
dan tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil disebut tegangan antarmuka. Zat-zat aktif permukaan (surfaktan) atau zat pembasah, merupakan zat yang bekerja menurunkan tegangan antarmuka ini. Oriented Wedge Theory
Menganggap bahwa lapisan monomolecular dari zat
pengemulsi melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu. Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka
Bahwa zat pengemulsi membentuk lapisan tipis atau
film yang mengelilingi fase dispers dan diabsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan makin stabil emulsinya. Bahan-Bahan Pengemulsi 1. Bahan-bahan karbohidrat, bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan – bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a. 2. Zat – zat protein seperti: gelatin, kuning telur, dan kasein. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman. 3. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti: stearil alcohol, setil alcohol, dan gliseril monostearat. Biasa digunakan sebagai penstabil emusi tipe m/a dari lotio dan salep tertentu yang digunakan sebagai obat luar. Kolesterol dan turunannya dapat digunakan sebagai emulsi untuk obat luar dan menghasilkan emulsi tipe a/m. 4. Zat – zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic. Zat-zat ini mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut. 5. Zat padat yang terbagi halus, seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Cara Pembuatan Emulsi Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan: a. Metode gom kering atau metode kontinental Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu
kemudian ditambahkan air untuk pembuatan corpus
emulsi
baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
b. Metode gom basah atau metode Inggris Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago
kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi
setelah itu baru diencerkan dengan sisa air
c. Metode botol atau metode botol forbes Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukan kedalam botol kering
kemudian ditambahkan 2 bagian air
tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan
kuat.
Tamabahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi Mortir dan stamper Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan emulsi yang baik. Botol mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik dari pada terus menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya. Mixer, blender partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi, akibat putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil. Homogeniser Dalam homogenizer dispersi kedua cairan terjadi karena campuran dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar. Colloid mill Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat diatur. Colloid mill dipergunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi cairan dalam cairan.