Anda di halaman 1dari 14

SUSPENSI

Definisi

 Menurut FI edisi III suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

 Menurut FI edisi IV suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut, yang terdispersi dalam fase cair.

Persyaratan suspensi :

 Zat yang terdispersi harus halus

 Tidak boleh cepat mengendap

 Jika digojok perlahan endapan segera terdispersi kembali

 Stabil dan homogen

 Kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan dituang

Faktor Stabilitas Suspensi

 Ukuran partikel

 Kekentalan (viskositas)

 Jumlah partikel (konsentrasi)

 Sifat partikel

Ukuran partikel

 Makin kecil ukuran partikel makan makin besar luas penampangnya, maka daya tekan
keatas semakin besar sehingga memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.

 Makin bear ukuran partikel makin kecil luas penampangnya maka daya tekan keatas
semakin kecil sehingga mempercepat gerakan partikel untuk mengendap.

Kekentalan

 Dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya
akan diperlambat (laju pengendapan diperlambat) sehingga suspensi tetap stabil.

 Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah digojok dan dituang.
Jumlah partikel(Konsentrasi)

 Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut.

 Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.

Sifat partikel

 Suspensi adalah sistem yang secara antar muka tidak stabil.

 Hal ini disebabkan besarnya luas permukaan partikel, akibat ukuran partikel yg kecil
dapat menyebabkan meningkatnya energi bebas permukaan sehingga membuat kondisi
tak stabil.

 Untuk menjadi stabil partikel akan memilih berkelompok sehingga memperkecil luas
permukaan dan memperkecil pula energi bebas permukaan.

 Maka dapat ditambahkan surfaktan untuk mempercecil tegangan permukaan dan


menurunkan energi bebas.

KOMPOSISI SUSPENSI

 1. Bahan aktif.

 2. Bahan tambahan

 Pewarna dan pengawet

 3.Bahan suspensi (Suspending agent)

Bahan pensuspensi (Suspending agent)

 Bahan pensuspensi dikelompokkan menjadi 2 :

 Bahan pensuspensi dari alam

 Bahan pensuspensi sintetik

Bahan pensuspensi dari alam

 Dari jenis gom sering di sebut gom/hidrokoloid.

 Gom dapat larut mengembang/mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk


mucilago/lendir. Dengan terbentuknya mucilago, maka viskositas cairan tersebut
bertambah besar dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas dan pH serta proses fermentasi dari bakteri
Yang termasuk golongan gom

 Acasia (Pulvis Gummi Arabici) PGA

 Chondrus

 Tragacan

 Algin

1. Acasia(Pulvis Gummi Arabici)

 Didapat dari eksudat tanaman Acasia sp.

 Larut dalam air dan bersifat asam

 Tidak larut alkohol

 Viskositas optimum mucilagonya pada pH 5-9

 Mucilagonya dengan kadar 35% kekentalannya sama degngan gliserin

 Mudah dirusak bakteri jadi harus ditambahkan bahan pengawet

2. Chondrus

 Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa

 Larut dalam air, bersifat alkali dan tidak larut alkohol

 Ekstraknya disebut Caragen yang sering digunakan dalam industri makanan

 Caragen merupakan derivat sakarida yang mudah dirusak bakteri jadi harus
ditambahkan bahan pengawet

3. Tragacan

 Merupakan eksudat tanaman Astragalus gummifera

 Mucilago tragacan lebih kental dibanding mucilago gom arab

 Mucilago tragacan hanya digunakan sebagai stabilisator suspensi bukan sebagai


emulgator
4. Algin

 Diperoleh dari spesies ganggang laut

 Dalam perdagangan dikenal dalam bentuk garam, yaitu Natrium alginat

 Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi oleh bakteri jadi
harus ditambahkan bahan pengawet

 Kadar yang dipakai sebagai pensuspensi umumnya 1-2%

Golongan bukan gom

 Bahan pensuspensi dari alam gol bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat berguna untuk
menambah stabilitas suspensi .

 Yang sering digiunakan biasanya bentonite, hectorit dan veegum.

 Tanah liat apabila dimasukkan kedalam air , mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksoftrofi, karena peristiwa
tersebut kekentalan bertambah dan stabilitas suspensi menjadi lebih baik.

Bahan pensuspensi sintetik

 Terbagi 2 jenis:

 Golongan Derivat Selulosa

 Golongan Organik polimer

Golongan Derivat Sellulosa

Contohnya :

 Metil selulosa (tilosa, methosol)

 Karboksil Metil Selulosa (CMC)

 Hidroksi metil selulosa

 Ke3 diatas tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun

 Banyak dipakai dalam produksi makanan

 Selain sebagai suspending agent sering digunakan sebagai laksansia dan disintegrator
(bahan penghancur) dalam sediaan tablet

 Dibelakang nama biasanya terdapat nomor, angka tersebut menunjukkan kemampuan


menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya.S

 Semakin tinggi angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi


Golongan Organik Polimer

 Golongan organik polimer yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol
934.

 Merupakan serbuk putih bereaksi asam

 Sedikit larut air

 Diperlukan kadar 1% untuk memperoleh suspensi yang baik

 Peka terhadap panas dan elektrolit (menurunkan viskositas larutan)

 Tidak mengiritasi dan tidak beracun

Bahan pengawet dalam suspense

 Contohnya :

 Metil para hidroksi benzoat (Nipagin)

 Propil para hidroksi benzoat (Nipasol)

 Butil para hidroksi benzoat (butil paraben)

 Etil para hidroksi benzoat (Etil paraben)

 Fenil mercuri nitrat

 Fenil mercuri klorida

 Fenil mercuri asetat

Bahan pewarna

 Contohnya :

 metilen blue, metamil yellow

Metode Pembuatan Sediaan Suspensi

1. METODE DISPERSI

Caranya menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian
baru diencerkan

2. METODE PRESIPITASI

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi
dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan
organik tersebut : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI

1. Sistem Flokulasi

Partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi ‘cake’
dan mudah tersuspensi kembali

2. Sistem Deflokulasi

Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi
agregasi dan akhirnya terbentuk ‘cake’ yang keras dan sukar tersuspensi kembali

Sifat-sifat dari partikel Flokulasi

 1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

 2. Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran


partikel adalah minimal

 3. Sedimen terbentuk lambat

 4. Akhirnya sedimen akan membentuk ‘cake’ yang keras dan sukar terjadi dispersi
kembali

 5. Ujud suspensi menyenangkan, karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut

Sifat-sifat dari partikel Deflokasi

 Partikel merupakan aggregat yang bebas

 Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel

 Sedimen terbentuk cepat

 Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas tak mebentuk ‘cake’ yang keras dan
padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula

 Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya
terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata
DEFINISI

Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan
zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).

Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak
saling bercampur.

KOMPONEN EMULSI

Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Komponen Dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi.

Terdiri atas:

a. Fase dispers/fase internal/fase discontinue, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran
kecil kedalam zat cair lain.

b. Fase continue/fase external/fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.

c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen Tambahan

Adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik, yaitu:

a. Corrigen : corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), corigen saporis (memperbaiki rasa
obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen colouris ( memperbaiki warna obat),
corigen solubilis (memperbaiki kelarutan obat)

b. Preservative (pengawet) : metilparaben, propilparaben, asam benzoat, asam sorbat,


klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.

c. Anti oksidan : asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.

Contoh emulgator/ bahan pengelumsi:


A. Emulgator alam:

1. Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus)

2. Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae)

3. Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat).

B. Emulgator buatan/sintetis: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).

TIPE EMULSI

1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air). Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase
eksternal.

2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak). Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase
minyak sebagai fase eksternal.

Teori terjadinya Emulsi ada 4 yaitu :

Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension )

Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi. Selain
itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang disebut
dengan adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan kesukaannya terhadap air
atau minyak dibantu dengan emulgator. Ada molekul yang bersifat suka air atau mudah larut
dalam air dan ada molekul yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak.

a. Kelompok hidrofilik, senyawa yang berikatan dengar air.

b. Kelompok lipofilik, senyawa yang berikatan dengan minyak.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance) yaitu angka yang
menunjukan perbandingan antara kelompok lipofilik dengan kelompok hidrofilik. Semakin
besar harga HLB semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut
lebih mudah larut dalam air dan demikian pula sebaliknya.
3. Teori Interparsial Film (Teori Plastic Film )

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers. Dengan
terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil.

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai
muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya.

Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang
saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan
melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang
menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian,
antara sesama partikel akan tolak menolak, dan stabilitas akan bertambah

METODE PEMBUATAN EMULSI

1. Metode Gom Basah Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau
gom yang tidak larut sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih
lembab dan tidak sebaik metode kontinental. Penting juga digunakan jika emulgator
yang tersedia hanya dalam bentuk air atau harus dilarutkan lebih dahulu sebelum
digunakan.

2. Metode gom kering Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom
kering.

3. Metode Botol Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak
menguap dan minyak encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik.

Cara membedakan tipe emulsi

Ada beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu:

1. Metode Dilusi

Dengan cara meneteskan sampel emulsi dalam permukaan air dan minyak

• Emulsi o/w penyebarannya sempurna.

• Emulsi w/o tidak akan terjadi perubahan dan tetesan emulsi tadi mengapung di
permukaan air.
2. Pemberian warna
Zat warna yang digunakan akan tersebar merata dalam sampel emulsi apabila zat tersebut larut
dalam emulsi tersebut. (Semua dilakukan dengan alat bantu mikroskop) :
A. Sampel emulsi + larutan sudan III akan memberi warna merah pada emulsi tipe o/w, karena
sudan III larut dalam minyak
B. Sampel emulsi + larutan methilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe w/o,
karena larutan methilen blue larut dalam air

3. Menguunakan Kertas Saring


Bila emulsi diencerkan dan diteteskan pada kertas saring, apabila kertas saring menjadi basah
maka tipenya emulsi o/w dan bila timbul noda minyak pada kertas saring maka tipenya emulsi
w/o.

4. Konduktivitas listrik

Prinsipnya air memiliki resistensi yang rendah dan konduktivitas tinggi, sehingga emulsi tipe
o/w menunjukkan kondisi ini.

Emulsi tipe w/o maka akan menunjukkan air memiliki resistensi tinggi dan konduktivitas yang
kecil.

Caranya:
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K½ watt lampu neon ¼ watt
semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam
cairan emulsi maka tipenya o/w dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipenya w/o.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produk emulsi

1. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan
konsistensi tetap.

2. Prinsip dasar tentang kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya tarik-menarik
dan gaya tolak menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi.

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan emulsi

1. Komposisi bahan yang tidak tepat

2. Ketidakcocokan bahan

3. Kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak tepat

4. Tidak sesuainya rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi

5. Pemanasan dan penguapan yang berlebihan

6. Jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat


Kestabilan emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase
dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila
dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Breaking yaitu pecahnya emulsi karena butiran partikel rusak sehingga terjadi pemisahan
antara fase minyak dan fase air dan masing-masing fase bersatu sesama jenisnya. Emulsi ini
bersifat irreversible.

Hal ini terjadi karena :

a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH

b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan

c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya. Sifatnya irreversible

Usaha-usaha mempertahankan stabilitas emulsi

1. Pengendalian bahan-bahan pembuat emulsi sebelum pembuatan emulsi

2. Pengendalian selama proses pembuatan emulsi

a. Pemilihan peralatan yang tepat

b. Penyesuaian suhu, tekanan, dan waktu pencampuran pada saat proses emulsifikasi.

3. Pengendalian setelah terbentuk emulsi.

a. Disimpan pada suhu yang tepat

b. Terlindung dari sinar matahari.

c. Terhindar dari guncangan mekanik


KEUNTUNGAN SEDIAAN EMULSI

1. Bahan obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan dapat dibuat lebih enak bila
diformulasikan menjadi emulsi.

2. Bagi orang yang susah menelan tablet dapat menggunakan sediaan emulsi sebagai
alternatif

3. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila diberikan dalam bentuk emulsi.

4. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika
dibandingkan dengan sediaan lain.

KERUGIAN SEDIAAN EMULSI

1. Terkadang sulit dibuat dan membutuhkan teknik pemprosesan yang tepat

2. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet

3. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet karena
cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

4. Takaran dosisnya kurang teliti

WADAH, LABEL DAN PENYIMPANAN SEDIAAN EMULSI

Sediaan emulsi disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk, dalam botol atau pot yang
sesuai dengan viskositas emulsi/sediaan.

Sediaan emulsi harus diberi label “kocok dahulu “ karena sebelum digunakan sediaan harus
dikocok untuk menjamin distribusi fase dalam yang merata dalam pembawa.

Perhitungan HLB

Peran penting dari HLB disini ialah menunjukan perbandingan seberapa hidrofilik (suka air)
dan lipofilik (suka minyak) dari emulgator yang akan kita gunakan.

CONTOH SOAL

Anda mungkin juga menyukai