Anda di halaman 1dari 25

SISTEM DISPERSI

SUSPENSI

Ina Ristian, MSi


Pengertian Suspensi

• Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
• Suspensi oral adalah sediaan cair
mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan
bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukan untuk penggunaan oral.
• Suspensi topikal adalah sediaan cair
mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai “lotio” termasuk dalam kategori
ini.
• Suspensi tetes telinga adalah sediaan
cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan telinga
bagian luar.
• Suspensi optalmik adalah sediaan cair
steril yang mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan
bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
• Suspensi untuk injeksi adalah sediaan
berupa suspensi serbuk dalam medium
cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secara intravena atau kedalam larutan
spinal .
• Suspensi untuk injeksi terkonstitusi
adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi steril
setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai.
Stabilitas Suspensi

• Salah satu problem yang dihadapi dalam


proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta
menjaga homogenitas dari partikel.
• Cara tersebut merupakan salah satu
tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
ialah :
1. Ukuran partikel
• Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas
penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas
dari cairan suspensi itu.
• semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya
• Sedangkan semakin besar luas penampang partikel
daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan
aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu
cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat.
Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
• Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam
jumlah besar , maka partikel tersebut akan susah
melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut.
• Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
• Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak
selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat
bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita
tidak dapat mempe-ngaruhinya.
• Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut
gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang
atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya
mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan
akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses
fermentasi bakteri .
• Termasuk golongan gom adalah :
1. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau
gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak
larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari
chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai
oleh industri makanan.
• 3. Tragacanth
• dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat
lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi
biasanya dilakukan pemanasan
4. Algin
• Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni
Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang
mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi
dengan algin memerlukan bahan pengawet.
• Golongan bukan gom
• Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah
liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan
menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu
bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat
dimasukkan ke dalam air mereka akan
mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan
penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.
• Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air,
sehingga penambahan bahan tersebut kedalam
suspensi adalah dengan menaburkannya pada
campuran suspensi.
• Bahan pensuspensi sintetis
1. Derivat selulosa
• Termasuk dalam golongan ini adalah metil
selulosa (methosol, tylose), karboksi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
2. Golongan organik polimer
• Yang paling terkenal dalam kelompok ini
adalah Carbophol 934 (nama dagang
suatu pabrik)
• Carbophol sangat peka terhadap panas
dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari
larutannya.
Metode pembuatan suspensi.
Suspensi dapat dibuat secara :
Metode dispersi
• Dengan cara menambahkan serbuk bahan
obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan.
• Metode praesipitasi.
• Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu
dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik
diencer- kan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan
halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
• Cairan organik tersebut adalah : etanol,
propilenglikol, dan polietilenglikol
Sistem pembentukan suspensi
• Sistem flokulasi
• Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi
terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali
• Sistem deflokulasi
• Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi
mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya
terbentuk cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali.
• Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan
deflokulasi adalah :
• Deflokulasi :
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu
dengan yang lain.
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing
partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel
adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang
keras dan sukar terdispersi lagi
5. zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat
bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
• Flokulasi :
• 1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
• 2. Sedimentasi terjadi cepat.
• 3. Sedimen terbentuk cepat.
• 4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras
dan padat dan mudah terdispersi kembali
seperti semula
• 5. Sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya
terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
• Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
• 1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
• 2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa
larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
• 3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk
akhir.
• 4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak
cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle
• 5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi
flokulasi dalam structured vehicle
• Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat
berupa larutan elektrolit, surfaktan atau
polimer. Untuk partikel yang bermuatan
positif digunakan zat pemflokulasi yang
bermuatan negatif, dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai