Anda di halaman 1dari 11

SUSPENSI

I. STANDAR KOMPETENSI Memahami Bentuk Sediaan Suspensi dan Emulsi II. KOMPETENSI DASAR Membuat Sediaan Suspensi III. INDIKATOR 1. Mampu menjelaskan definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi. 2. Dapat menjelaskan metode pembuatan suspensi dan mempraktekkannya dengan benar.

KKM : ????

I.

PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut, yang terdispersi secara merata dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel padat yang kecil / halus (fase dispers) yang terdistribusi merata keseluruh medium kontinu (medium dispers). Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan penolong yang disebut bahan pensuspensi (suspending agent).

II.

PENGGELOMPOKAN SEDIAN SUSPENSI


Sediaan suspensi dibedakan menjadi 5 macam sediaan, yaitu : 1. Suspensi oral Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi dapat digunakan langsung, tetapi ada juga yang berupa campuran padat (serbuk) yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan cairan pembawa yang sesuai sebelum digunakan (secara umum dikenal sebagai dry syrup). 2. Suspensi topical Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Termasuk sediaan suspensi yang diberi etiket sebagai lotio. 3. Suspensi tetes telinga Adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi opthalmik Adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel padat yang sangat halus (termikronisasi) yang terdispersi dalam cairan pembawa dan ditujukan untuk penggunaan pada mata. Syarat sediaan suspensi opthalmik : a. Harus steril : agar tidak menimbulkan infeksi pada kornea mata. b. Termikronisasi : partikelnya harus sangat halus (mikro) agar tidak menimbulkan iritasi dan menggores kornea mata. c. Jika disimpan dalam wadah dosis ganda maka harus mengandung pengawet. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila sudah terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan. 5. Suspensi untuk injeksi Adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai yang digunakan dengan cara merobek jaringan (disuntikan). Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa tersebut. Syarat sediaan suspensi untuk injeksi : a. Harus steril b. Harus mudah disuntikkan dan tidak menyumbat jarum suntik. III. STABILITAS SUSPENSI Syarat sediaan suspensi yang baik ( FI. III) : 1. Partikel padat yang terdispersi harus halus. 2. Tidak boleh cepat mengendap, bila dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. 3. Viskositas (kekentalan) suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Dan tidak boleh terlalu encer karena akan menyebabkan suspensi mudah dan cepat membentuk endapan. Kendala yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel padat serta menjaga homogenitas dari sediaan. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi : A. Faktor yang dapat diperbaiki, meliputi : 1. Ukuran partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel dan daya tekan ke atas dari cairan suspensi. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas penampang partikel tersebut (berbanding terbalik). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel maka semakin besar pula daya tekan ke atas cairan (berbanding lurus). Daya tekan ke atas dari cairan ini berguna untuk menghambat / memperlambat gerakan turun partikel untuk mengendap. Sehingga untuk meperlambat terjadinya endapan dapat dilakukan dengan cara memperkecil ukuran partikel, yaitu : digerus dengan mortir, dengan pertolongan mixer, homogeniser, dan colloid mill. 2. Viskositas ( kekentalan) Kekentalan suatu cairan berpengaruh pada kecepatan aliran dari cairan tersebut. Semakin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya akan semakin turun/kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat di dalamnya. Sehingga peningkatan viskositas cairan dapat memperlambat gerakan turun partikel (terbentuknya endapan). Viskositas sediaan suspensi dapat diperbaiki (ditingkatkan) dengan cara menambahakan bahan pensuspensi (suspending agent). Namun perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan mudah dikocok dan dituang. B. Faktor yang tidak dapat diperbaiki, meliputi : 1. Jumlah partikel (konsentrasi) Apabila dalam suatu ruang berisi partikel dalam jumlah yang besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antar partikel. Benturan tersebut akan menyebabkan terbentuknya endapan. Oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, maka semakin cepat terbentuk endapan. Faktor ini tidak dapat diperbaiki karena berhubungan dengan dosis resep yang ditulis oleh dokter. 2. Sifat/muatan partikel Dalam suatu sediaan suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, sehingga tidak dapat diperbaiki (dirubah).

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap maka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh satu kekuatan membentuk suatu agregat dan kemudian membentuk compacted cake, peristiwa ini disebut caking. IV. BAHAN PENSUSPENSI (SUSPENDING AGENT) Bahan pensuspensi yang biasa digunakan untuk memperbaiki kekentalan sediaan suspensi umumnya bersifat hidrokoloidal sehingga mudah dikembangkan dalam air. Suspending agent dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : A. Suspending agent dari alam 1. Golongan gom Bahan pensuspensi alam dari golongan gom secara umum bersifat hidrokoloidal, yaitu dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut akan meningkat sehingga dapat memperbaiki stabilitas sediaan suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri. Contoh suspending agent golongan gom : a. Acasia ( Pulvis Gummi Arabic ) Diperoleh dari eksudat tanaman Akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilago-nya antara pH 5 9. Bila terjadi penambahan zat yang menyebabkan perubahan pH tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas yang nyata. Mucilago dengan kadar 35% b/v mempunyai kesetaraan kekentalan dengan gliserin. Gom ini mudah rusak oleh aktivitas bakteri sehingga dalam suspensi terkadang ditambahkan zat pengawet. b. Chondrus Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Ekstrak dari chondrus disebut caragen yang banyak dipakai di dunia industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, sehingga mudah rusak oleh aktivitas bakteri sehingga diperlukan penambahan zat pengawet. c. Tragacanth Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago dari tragacanth lebih kental dari pada mucilago dari gom arab. Secara umum kekentalan mucilago dari 1 bagian gom arab akan setara dengan kekentalan 10 bagian mucilago tragacant.

d. Algin Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan zat pengawet. Kadar algin sebagai suspending agent umumnya 1 - 2%. 2. Golongan bukan gom Suspending agent dari alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering digunakan untuk memperbaiki viskositas sediaan suspensi ada 3 macam yaitu : bentonit, hectorit dan veegum. Bila tanah liat dimasukan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokan, hal ini disebut dengan istilah tiksotrofi. Karena hal tersebut maka viskositas sediaan akan meningkat sehingga stabilitas sediaan suspensi menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut ke dalam suspensi adalah dengan cara menaburkannya (mengembangkannya) dalam air panas di gelas kimia selama 15 menit sebelum dimasukan dalam sediaan. Keuntungan dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas, pH dan fermentasi bakteri karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik. B. Suspending agent sintetis 1. Derivat selulosa. Yang termasuk golongan ini adalah metal selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC) dan hidroksi metil selulosa. Dibelakang nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misal methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam industri makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/ disintegrator dalam pembuatan tablet. 2. Golongan organic polimer. Yang paling terkenal dari golongan ini adalah carbophol 934 (nama dagang sebuah pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Dalam penggunaanya hanya memerlukan jumlah yang sedikit sehingga bahan ini banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk mendapatkan viskositas yang baik diperlukan kadar 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan viskositas sediaan.

V.

CARA MENGERJAKAN OBAT DALAM SUSPENSI A. Metode pembuatan suspensi 1. Metode dispersi a. Buat mucilago terlebih dahulu (suspending agent ditambah air gerus ad terbentuk mucilago). b. Tambahkan zat/partikel padat yang tidak larut dalam air ke dalam mucilago gerus ad homogen. 2. Metode praesipitasi a. Zat/ partikel yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu dengan pelarut organik. b. Setelah partikel dilarutkan baru diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air (mucilago) yang telah dibuat. Contoh partikel padat yang biasa dikerjakan dengan metode ini : menthol, kamfer. Contoh pelarut organik : etanol, propilenglikol, polietilenglikol. B. Sistem pembentukan suspensi 1. Sistem Flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terbentuk cake dan mudah tersuspensi kembali. Sifat-sifat partikel flokulasi : a. Partikel merupakan agregat bebas b. Sedimentasi terjadi cepat c. Sedimen terbentuk cepat d. Sedimen tidak membentuk cake sehingga mudah terdispersi kembali. e. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan di atasnya terdapat cairan yang jernih. 2. Sistem Deflokulasi Dalam sistem deflokulasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen yang mengeras dan padat (cake) sehingga sukar terdispersi kembali. Sifat-sifat partikel deflokulasi : a. Partikel dalam keadaan terpisah satu sama lain. b. Sedimentasi terjadi lambat. c. Sedimen terbentuk lambat d. Sedimen membentuk cake sehingga sukar terdispersi kembali. e. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama (terlihat ada endapan dan cairan di atasnya berkabut ).

Bahan Pengawet Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk meningkatkan stabilitas suspensi, antara lain dengan penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan suspending agent golongan Gom (hidrokoloid alam), karena bahan ini sangat mudah rusak oleh aktivitas bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p-benzoate, etil p-benzoate, propil pbenzoate, nipasol, dan nipagin 1%. VI. PENILAIAN STABILITAS SUSPENSI 1. Volume sedimentasi Salah satu syarat dari suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan, sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi. Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu)terhadap volume awal dari suspensi (Vo)sebelum mengendap. Vu F = Vo F : volume sedimentasi ( <1 sampai >1 )

2. Derajat flokulasi Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi ( Vu ) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulsai ( Voc). Vu Derajat flokulasi = Voc

3. Metode reologi Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viscometer Brookfield. 4. Perubahan ukuran partikel Menggunakan cara freeze-thaw cycling yaitu temperature diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikan sampai mencair kembali (> titik beku). Dengan cara ini dapat dilihat perubahan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur/suhu kamar. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui terjadi atau tidaknya perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.

VII.

PENGEMASAN DAN PENANDAAN Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara di atas cairan sehingga mudah dikocok dan dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus terdapat label Kocok Dahulu.

SOAL
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat. 1. Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair adalah sediaan...... a. Suspenasi b. Potio c. Emulsi d. Lotion e. Kream 2. Sediaan di bawah ini yang tidak termasuk sediaan suspensi adalah..... a. Potio b. Kream c. Tetes telinga d. Lotion e. Injeksi 3. Yang merupakan syarat sediaan tetes mata adalah....... a. Zat yang terdispersi halus b. Tidak cepat mengendap c. Jika dikocok mudah terdispersi kembali d. Steril, termikronisasi, dengan bahan pengawet e. Tidak menyumbat jarum 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, kecuali....... a. Besar kecilnya partikel b. Viskositas pelarut c. Konsentrasi larutan d. Sifat dan muatan partikel e. Adanya partikel padat yang tidak larut 5. Berikut ini adalah suspending agent golongan GOM........ a. Bentonit b. Hectorite c. Veegum d. Karboksi metil selulose e. Algin

6. Kadar bentonit dalam suatu sediaan adalah..... a. 25% dari total sediaan b. 1% dari total sediaan c. 5% dari bentonit magma suatu sediaan d. 2,5% dari total sediaan e. 2% dari total sediaan 7. Berikut ini adalah Sifat-sifat partikel flokulasi, kecuali..... a. Partikel-partikelnya merupakan agregat yang bebas b. Sedimen terbentuk secara lambat c. Proses sedimentasi berlangsung cepat d. Tidak membentuk cake e. Saat dikocok mudah terdispersi 8. Sebagai bahan tambahan suspensi sering digunakan bahan pengawet berikut, kecuali..... a. Butil p-Benzoat b. Etil p-benzoat c. Aetil amino benzoas d. Nipagin e. Nipasol 9. Penilaian stabilitas suspensi dapat dilihat dari...... a. Volume sedimentasi dan Derajat flokulasi b. Kelarutan zat dan endapan yang terbentuk c. Viskositas pelarut yang baik d. Penambahan suspending agent yang tepat e. Ukuran partikel padat 10. Berikut adalah zat yang harus dibuat suspensi dengan metode praesipitasi.............. a. Ibuprofen b. Ekstrak belladon c. Tinctur opii d. Menthol e. Amoxicillin

II.

Essay 1. Jelaskan perbedaan metode dispersi dan metode praesipitasi 2. Sebutkan jenis-jenis suspending agent yang sering digunakan dan berapa kadarnya dalam sediaan. 3. Bagaimana teknik pembuatan mucilago untuk CMC? 4. Mengapa pada sediaan suspensi tetes telinga tidak diperlukan penambahan suspending agent. 5. Mengapa pada sediaan tetes telinga yang mengandung H2O2 perlu ditempel label jangan dikocok ?

III. Resep Dr. Annisa S A Jl. Alam sari 3 Sumedang No. 5 Telp. 201671 SIP No. 03/B6.05/2007 No. 1 Smd. Tgl. Dr. Annisa S A Jl. Alam sari 3 Sumedang No. 5 Telp. 201671 SIP No. 03/B6.05/2007 No.2 Smd. Tgl.

R/ Acid boric Lidocain HCl Zinci oksid Talk Glyserin Mf. Lotion Sue Pro. Luciana

3 2 10 10 15 100ml det.60ml

R/ Asetaminophen Fenilephrin HCl Thiokol Sir. Simplex Mf. La potio s. t dd I cth 90ml

150mg 7.5mg 50mg Qs

pro. Tria ( 14 tahun )

Dr. Annisa S A Jl. Alam sari 3 Sumedang No. 5 Telp. 201671 SIP No. 03/B6.05/2007 No. 3 Smd. Tgl.

SOAL
1. 2. 3. 4. Tuliskan teknik pembuatan untuk resep No.1 Hitung dosis maksimal dari resep No. 2 Hitung penimbangan bahan untuk resep No. 2 Tuliskan teknik pembuatan untuk resep No. 3

R/ Antazolin HCl Procain HCl Mf. Guttae auric s. bdd V gtt pro. Yossi

0.1 1% 20

NILAI

PARAF

Anda mungkin juga menyukai