Anda di halaman 1dari 10

Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

SUSPENSI

A. Definisi
Suspensi adalah sediaan sistem dua fasa, yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam fase cair yang distabilkan dengan bahan
pensuspensi. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan
suspensi tidak boleh terlali tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

Idealnya di dalam suspensi partikel obat dapat terdispersi secara merata dan tidak terjadi
agregasi. Seandainya jika pengendapan terjadi, partikel obat harus dapat diresuspensikan
kembali dengan sedikit pengocokan. Sediaan suspensi oral dan topikal mengandung partikel
padat yang cukup tinggi, yaitu sekitar 5-50%, sedangkan suspensi parenteral hanya berkisar
0,5-25%. Berdsarakan ukuran partikel, suspensi diklasifikasikan menjadi suspensi kasar dan
suspensi koloid. Ukuran partikel berkisar 1,0-5,0 µm.

B. Macam-Macam Suspensi
Suspensi dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1) Cara Penggunaannya
a) Suspensi Oral
Suspensi oral merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat terdispersi di
dalam pembawa cair dengan penambahan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan
untuk penggunaan oral. Beberapa contoh suspensi oral misalnya suspensi antasida,
suspensi antibiotik, dan sirup indometasin.

b) Suspensi Topikal
Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat terdispersi di
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan luar. Umumnya suspensi
topikal disebut dengan lotio. Banyak suspensi topikal yang digunakan sebagai sediaan
obat dan kosmetik. Penggunaan lotio sebagai kosmetik misalnya dalam sediaan tabir
surya dan antiperspiran. Beberapa contoh suspensi topikal yaitu calamine lotio dan
sodium sulfasetamid lotio. Suspensi topikal juga sering digunakan sebagai sediaan
obat untuk pengobatan telinga dan mata. Obat-obat yang diformulasikan untuk
sediaan suspensi adalah siprofloksasin, chloramfenikol dan brinzolamid.

1
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

2) Sistem Suspensi
Berdasarkan sistemnya suspensi dibedakan menjadi sistem flokulasi dan deflokulasi.
Sistem tersebut mengacu pada sifat elektrokinetika partikel padat di dalam suspensi.
Berikut akan diuraikan sifat-sifat dari masing-masing sistem suspensi.
Suspensi flokulasi:
- Proses sedimentasi terjadi dalam waktu yang cepat
- Endapan terbentuk lebih cepat
- Endapan yang terbentuk tidak membentuk cake (endapan keras dan padat)
- Suspensi mudah diredispersi dengan sedikit pengocokan
- Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan terjadi
daerah yang jernih pada bagian atas

Suspensi deflokulasi:
- Sedimentasi yang terjadi lambat
- Endapan yang terbentuk lambat
- Sedimen membentuk suatu cake yang keras
- Partikel di dalam sediaan sukar untuk diresuspensikan
- Wujud suspensi menyenangkan sebab zat tersuspensi dalam waktu yang relatif lama.
Terlihat seperti ada endapan dan cairan atas berkabut.

3) Ukuran Partikel
Suspensi dapat dibedakan berdasarkan ukuran partikelnya. Suspensi koloid memiliki
ukuran partikel kurang dari 1,0 µm. Suspensi nano atau yang biasa disebut dengan
nanosuspension memiliki ukuran partikel antara 10-1000 nm. Sedangkan suspensi kasar
memiliki ukuran partikel padat lebih dari 1,0 µm.

Gambar 3. Perbedaan wujud suspensi, kolid dan larutan

2
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

C. Syarat-syarat Suspensi
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok atau dituang
5. Untuk sediaan injeksi, ukuran partikel tidak boleh terlalu besar agar tetap bisa melewati
syringe
6. Memiliki organoleptis yang menyenangkan
7. Stabil secara fisik, kimia maupun mikrobiologi

D. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Dapat digunakan untuk sediaan yang tidak larut di dalam sediaan larutan
b. Suspensi dapat digunakan untuk menutupi rasa obat yang pahit, seperti kloramfenikol
c. Dapat meningkatkan stabilitas obat karena dapat mengurangi laju degradasi bahan
obat yang rusak karena hidrolisis
d. Dapat digunakan sebagai sediaan controlled atau sustained release
e. Mudah ditelan sehingga mudah digunakan untuk pasien anak-anak dan orang tua yang
tidak bisa menelan sediaan padat
f. Penyerapan obat lebih baik bila dibandingkan sediaan padat, seperti tablet atau kapsul

2. Kekurangan
a. Dosis tidak lebih tepat bila dibandingkan dengan sediaan larutan
b. Pemberiannya memerlukan pengocokan agar dosis obat merata
c. Umumnya dikemas dalam botol kaca, sehingga tidak praktis dan mudah pecah
d. Memerlukan formula yang tepat agar sediaan stabil secara fisik, khususnya yang
berkaitan dengan sedimentasi
e. Adanya kemungkinan terjadi agregasi partikel, yaitu bergabungnya partikel obat dan
membentuk cake (endapan keras) yang tidak dapat didispersikan kembali dengan
pengocokan
f. Proses pembuatan lebih rumit dibandingkan dengan sediaan larutan
g. Untuk sediaan suspensi injeksi ukuran partikel harus benar-benar diperhatikan

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi

3
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah:


a) Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya.

b) Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).

c) Jumlah Partikel / Konsentrasi


Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut
akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh
karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan
partikel dalam waktu yang singkat.

d) Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengaruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya
besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

4
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

F. Komposisi Suspensi
Secara umum, komposisi suspensi hampir sama dengan larutan. Namun, perbedaan
utamanya adalah pada penggunaan bahan pensuspeni.
1. Zat aktif à tidak larut air
2. Cairan pembawa: air
3. Zat pensuspensi (suspending agent) à polimer
- polimer alam
- polimer semisintetik
- clay
4. Surfaktan
5. Elektrolit
6. Bahan tambahan lainnya, seperti:
a. Perasa
b. Pengaroma
c. Pewarna
d. Antioksidan
e. Pengatur pH
f. Pengawet

G. Bahan-bahan Pensuspensi (Suspending Agents)


Suspending merupakan bahan tambahan yang penting dalam pembuatan suspensi. Suspending
agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat.
Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan
meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.

Pemilihan suspensing agent harus tepat, tunggal atau kombinasi dan pada konsentrasi yang
tepat pula. Meskipun secara kimia sesuai, tidak menutup kemungkinan suspending agent dan
obat dapat berinteraksi. Faktor pemilihan suspending agent, yaitu:
1. Bentuk sediaan. Oral atau topikal
2. Komposisi kimia
3. Stabilitas pembawa dan shelf life
4. Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent

5
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Bahan
pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan pensuspensi dari alam


Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan
tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri. Golongan polisakarida lainnya
adalah Starch (Amilum), Chondrus, Xanthan Gum, Guar Gum.
a) Gom Arab/Akasia
Bahan alam yang diperoleh dari eksudat getah tanaman akasia. Karena sifatnya mudah
terkontaminasi sehingga perlu sterilisasi dalam pembuatannya. Akasia merupakan
bahan pensuspensi yang mengandung enzi pengoksidasi sehingga kurang cocok jika
digunakan untuk zat lain yang mudah teroksidasi. Biasanya digunakan dalam bentuk
mucilago 35%. Memiliki pH 5-9. Mudah larut dalam 2,7 bagian air menhasilkan larutan
kental dan tembus cahaya, larut dalam 20 bagian propilenglikol dan 20 bagian gliserin.
Akasia ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam penggunaannya perlu
ditambahkan pengawet. Cara pembuatannya yaitu dimasukkan PGA dalam mortir,
digerus dan ditambahkan air 1,5 kalinya dan diaduk sampai homogen.

b) Tragacanth
Merupakan ekstrak kering dari tanaman semak Astragalus. Tragacant dapat
menghasilkan tiksotropi dan pseudoplastik sebagai thickening agent yang lebih baik
dari golongan akasia dan dapat digunakan untuk sediaan oral. Secara umum
penggunaannya lebih sulit dari akasia. Digunakan dalam bentuk mucilago konsentrasi
6%. Stabil pada pH 4 - 7.5 dan perlu hidrasi sempurna selama beberapa hari setelah
didispersikan dalam air. Kadar yang digunakan sebagai suspending agent yaitu 2%.
Cara pembuatannya yaitu Tragacanth 2% dimasukkan dimortir dan digerus,
ditambahkan sir 20 kali lebih banyak sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
kemudian mengencerkannya dengan sisa air.

6
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

c) Alginat
Alginat cocok digunakan untuk penggunaan internal. Kegunaan utama adalah sebagai
zat pengental. Merupakan polimer dari d-mannuronic acid yang lebih mirip tragacant
dibandingkan akasia. Alginat biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 3-6%, tidak
boleh dipanaskan diatas suhu 60 C karenaakan mengalami depolimerisasi sehingga
mengakibatkan penurunan viskositas.

Na alginat larut dalam 20 bagian air. Praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter
dan larutan dengan kadar alkohol lebih dari 30%. Tidak larut dalam larutan asam
dengan pH kurang dari 4. Viskositas maksimum dicapai pada pH 5 - 9.

Na alginat memiliki berbagai kekuatan viskositas ketika dilarutkan dalam air. Pada
suhu 20 C dengan konsentrasi alginta 1% memiliki viskositas 200-400 cps. Viskositas
maksimum dicapai pada pH 7. Viskositas dapat meningkat dengan penambahan 0,3%
Ca Sitrat. Tetapi pada penambahan yang berlebih dapat meningkatkan penggaraman
pada alginat. Penggaraman juga terjadi dengan penambahan NaCl dengan konsentrasi
lebih dari 4%.

d) Chondrus
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Karagen merupakan derivat
dari sakarida. Chondrus ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam
penggunaannya perlu ditambahkan pengawet. Cara pembuatannya yaitu chondrus
dimasukkan dalam mortir, ditambhakan air dan diaguk sampai homogen.

e) Solutio Gummi Arabic


Cara pembuatannya Gummi Arabicum 10% dibuat dengan jalan membuat dahulu
Mucilago Gummi Arabici dari gom yang tersedia dan kemudian mengencerkannya.

f) Solutio gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.

7
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

g) Solutio Gummosa Tenuis


Mengandung pulvis gummosus 1% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.

h) Golongan Tanah Liat/Clay


- Bentonit
Sumber dari alam. Praktis tidak larut dalam air atau larutan dalam air, tetapi
mengembang menjadi massa yang homogen. Penggunaan untuk sediaan topikal 2-
5%, contoh calamin lotion. Bentonit akan menyerap air membentuk gel sesuai
konsentrasinya. Bentuk gel cocok untuk suspending agent. Penggunaan ini
mempunyai pH 9. Bentuk gel akan berkurang dengan adanya asam dan akan
meningkat dengan adanya basa. Bentonit juga dapat digunakan untuk penjernihan
air keruh. Konsentrasi bentonit 2% sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10-20%
bentonit dan 10% gliserin.
- Veegum
Merupakan gabungan dari magnesium dan alumunium silikat. Digunakan untuk
sediaan topikal dengan konsentrasi kurang lebih 5%. Dan sebagai pengental 0.25-
2%. Stabil pada pH 3.5-11 dengan menghasilkan aliran tiksotropik.

2. Bahan Pensuspensi Semisintetis

a) Metilselulosa
Merupakan polimer selulosa dengan rantai panjang kira-kira memiliki 2 gugus
hidroksi pada setiap unit heksosa yang termetilisasi. Dalam pasaran memiliki variasi
bahan yang berbeda pada substitusi dan rantai selulosanya. Metilselulosa merupakan
semisintesis polisakarida yang mudah larut dalam air dingin dibandingkan air panas.
Ada 4 tipe metil selulosa yang umum yaitu MC 20 BPC, 2500 BPC, 425 BPC dan
4500 BPC. Nomor tersebut menunjukkan perkiraan kekentalan dalam senti stokes tiap
2% mucilago. Dipasaran dikenal dengan nama metosel. Ada 2 jenis metosel yaitu MC
dan HG. Metilselulosa larut dalam air dingin tetapi tidak larut dalam air panas, tidak
larut eter, alkohol, kloroform. Metilselulosa digunakan dalam farmaterapi sebagai
pensuspensi, pembasah dan emulgator, sedangkan sebagai terapeutik dapat digunakan
sebagai laksatif.

8
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

b) Hidroksietilselulosa
Disukai karena dapat larut dalam air dingin maupun air panas,dan tidak akan menjadi
gel pada pemanasan. Memiliki aktivitas permukaan rendah, berinteraksi netral serta
menunjukkan koagulasi bolak-balik.

c) Natrium karboksimetilselulosa (Na CMC)


Larut dalam air dingin dan panas pada perendaman, akan menghasilkan larutan jernih.
Lebih sensitif terhadap pH dibandingkan metilselulosa. Digunakan pada konsentrasi
0.5 - 1%. Viskositas Na CMC menurun drastis pada pH <5 atau >10. Na CMC
digunakan sebagai suspending agent dalam sediaan cari baik parenteral, oral maupun
eksternal. Dapat digunakan sebagai penstabil emulsi dan melarutkan endapan dari
resin-resin tincture.

3) Bahan Pensuspensi Sintetis


Bahan pensuspensi sintetis yang paling terkenal adalah Carbopol 934 atau yang dikenal
dengan karbomer. Karbomer merupakan serbuk berwarna putih yang bereaksi asam,
sedikit larut dalam air, aman dan penggunaannya pada konsentrasi sangat rendah.
Umumnya karbopol digunakan sebagai bahan pensuspensi pada konsentrasi 1%.
Kekentalan karbopol bergantung pada pH. Karbopol yang didispersikan ke dalam air pada
konsentrai 1% memberikan pH sekitar 2,0 dan kekentalan yang encer. Agar kekentalan
karbomer meningkat maka perlu ditambahkan bahan adjust pH seperti NaOH atau Tri
Etanol Amin (TEA) agar pH koloid menjadi netral dan kental.

9
Modul Kuliah Farmasetika – Sediaan Cair

Tabel 3. Contoh bahan pensuspensi dengan konsentrasi penggunaannya


Bahan Pensuspensi % Konsentrasi untuk memberikan
kekentalan 800 cps
Acacia 35%a

Tragacanth 2.8
Methylcellulose 100 3.5

Methylcellulose 400 2.4

Methylcellulose 1500 1.7


Carboxymethylcellulose 4.1
Low viscosity 1.9
Medium viscosity 0.7
High viscosity
Bentonite 6.3

Veegum 6.0

H. Cara Pembuatan Suspensi


1. Metode Dispersi, metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke
dalam musilago yang telah terbentuk, kemudian baru di encerkan.
2. Metode Presipitasi, zat yang hendak didespersikan di larutkan terlebih dulu ke dalam
pelarut organik yang hendak di campur dengan air.

Secara umum, tahapan yang dilakukan pada pembuatan sediaan suspensi adalah sebagai
berikut:
1. Penimbangan
2. Pengukuran à kalibrasi
3. Mensuspensikan zat aktif
4. Pelarutan bahan-bahan larut air
5. Pencampuran

10

Anda mungkin juga menyukai