Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengetahui dan memahami defenisi suspensi, keuntungan dan


kerugian suspensi, sifat partikel zat pada permukaan padat-cair, stabilitas
fisika suspense farmasetik,pertimbangan formulasi dan pembuatan suspensi,
pembagian bahan pensuspensi, sistem flokulasi dan deflokulasi, bahan
penambah, sifat aliran dan evaluasi kestabilan suspense.

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung


partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Suspensi memberikan andil di bidang farmasi dan kedokteran dalam hal
membuat zat-zat yang tidak larut dan seringkali tidak enak rasanya menjadi
suatu sediaan yang enak atau juga dalam hal membentuk suatu sediaan obat
kulit yang cocok untuk penggunaan kulit dan pada membran mukosa, serta
dalam hal pemberian parenteral dari obat-obat yang tidak larut. Dalam
membuat suspense diperlukan formulasi dari bahan yang dapat membentuk
sebuah larutan stabil yaitu zat tambahan seperti pembasah, pemanis, pelarut,
suspending agent dan zat aktif (zat yang memiliki efek farmakologi dengan
tujuan terapi atau pengobatan). Semakin berkembangnya zaman zat aktif dapat
diperoleh dari bahan alam salah satunya yaitu Daun Salam.
Tanin adalah salah satu golongan senyawa polifenol yang juga banyak
dijumpai pada tanaman, senyawa fenol memiliki cincin aromatik yang
mengandung bermacam gugus pengganti yang menempel seperti gugus
hidroksi, karboksi, metoksi dan cincin bukan aromatik. Tanin memiliki sifat
yang dapat larut air. Zat tanin dapat mengurangi intensitas diare dengan cara
menciutkan selaput lendir usus dan mengecilkan pori sehingga akan
menghambat sekresi cairan dan elektrolit. Dalam penelitian mengenai khasiat
ekstrak Daun Salam sebagai anti-diare yang dibuat sediaan suspensi belum
kestabilanya. Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai
keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di

1
seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan,
maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut
mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi
Kembali dengan sedikit pengocokan saja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sediaan suspensi?


2. Apa saja jenis-jenis sediaan suspensi?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi?
4. Bagaimana cara pembuaatan sediaan suspensi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi sediaan suspensi.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis suspensi.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan suspensi.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat,


merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase internal yang
berupa bahan obat padat, tidak larut dan berukuran lebih besar dari 0,1 mikron
dan terdispersi dalam fase eksternal (kontinyu) yang berupa cairan (air atau
minyak) yang dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi penyalutan
eksternal maupun internal.

Kerja harus dilakukan untuk mengurangi padatan menjadi partikel


kecil dan mendispersikannya dalam suatu pembawa. Besarnya luas permukaan
partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan
energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara
termodinamik., dimana dimaksudkan di sini bahwa partikel-partikel tersebut
berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali untuk
mengurangi luas permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan.
Oleh karena itu, partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk
berflokulasi yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang
bersatu karena suatu lempeng padat partikel tersebut dapat melekat dengan
gaya yang lebih kuat membentuk suatu gumpalan (aggregates). Pembentukan
setiap jenis gumpalan (agglomerates), apakah itu flokulat atau aggregat
dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem utnuk mencapai keadaan yang
lebih stabil secara termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau energi bebas
permukaan total ∆ F diperoleh dengan membagi zat padat menjadi partikel
yang lebih kecil yang mengakibatkan meningkatnya luas permukaan total ∆A
yang digambarkan dengan

∆ F = γSL . ∆

3
dimana γSL adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel padat.
Agar mencapai suatu keadaan stabil, sistem tersebut cenderung untuk
mengurangi energi bebas permukaan. Keseimbangan dicapai bila ∆F = 0
keadaan ini dapat dicapai dengan pengurangan tegangan permukaan atau
mungkin dapat dilihat dengan pengurangan luas antar muka. Akhirnya
mengakibatkan flokulasi atau agregasi yang diinginkan atau tak diinginkan
dalam suatu suspensi farmasi seperti yang dipertimbangkan dalam bagian
terakhir. Tegangan antar muka dapat dikurangi dengan penambahan suatu
surfaktan , tapi biasanya mempunyai suatu tegangan antar muka positif tertentu
dan partikelpartikel tersebut cenderung untuk berflokulasi.

B. Cara Pembuatan Suspensi

Suspensi dapat dibuat dengan cara :


1. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair.
Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal
ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada
permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob.
Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk
menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan
pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil
balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat
pula menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi
parikel padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :

4
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu
dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang
digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang
perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang
terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa
berstruktur atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah
dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi
terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi
kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan,
dan polimer.

C. Persyaratan Sediaan Suspensi

Menurut Farmakope Indonesia edisi III


Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus
segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin
stabilitas suspense. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah
dikocok atau sedia dituang. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa
sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka
penyimpanan yang lama.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal. Suspensi
yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

5
D. Jenis – Jenis Suspensi
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral.
Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk
penggunaan pada mata.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam
saluran spinal.
Suspensi untuk injeksi terkontinu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai.

E. Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum


Metode dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian
diencerkan.
Metode Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini
kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan
terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

6
F. Stabilitas Suspensi
Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah,
yang dimaksud dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan
zat yang terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan
suspensi zat pensuspensi dan zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas
sediaan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta
menjaga homogenitas partikel agar khasiat yang diinginkan dapat merata ke
seluruh sediaan suspensi tersebut.
Untuk tujuan farmasetik stabilitas secara fisika dari suspensi dapat
didefenisikan sebagai kondisi dimana partikel tidak membentuk aggregate dan
tetap terdistribusi secara seragam di seluruh dispersi, hal ini jarang terjadi,
untuk menguatkan pernyataan ini bahwa jika partikel mengendap partikel
tersebut harus dengan mudah disuspensikan kembali dengan sejumlah
pengocokan sedang.

Suspensi farmasi pada dasarnya tidak stabil, menyebabkan sedimentasi,


interaksi partikel-partikel dan, pada akhirnya, caking (pemadatan). Untuk
mendapatkan pemahaman tentang stabilitas fisik suspensi perlu
dipertimbangkan secara singkat dua fenomena, yaitu sifat listrik terdispersi
partikel dan efek jarak pemisahan antara partikel pada interaksi selanjutnya.

Sifat Listrik Partikel Terdispersi

Setelah terdispersi dalam media cair, partikel dapat memperoleh muatan karena
ionisasi gugus fungsional dari molekul obat dan atau adsorpsi ion ke
permukaan partikel. Hal ini dibahas secara detail di bawah ini:

- Ionisasi kelompok gugus fungsi

Partikel obat yang tidak larut dapat mengumpul di permukaan cairan dan
akan terionisasi sebagai fungsi pH, misalnya COOH, NH2. Dalam situasi
ini tingkat ionisasi tergantung pada pKa molekul dan pH larutan di
sekitarnya

7
- Adsorpsi ion pada permukaan partikel

Mengikuti pencelupan dalam larutan mengandung elektrolit, ion dapat


diserap ke permukaan partikel. Lebih lanjut, dengan tidak adanya
elektrolit yang ditambahkan, adsorpsi ion hidroksil lebih disukai pada
permukaan partikel akan terjadi. Sebaliknya, ion hidronium lebih banyak
terhidrasi daripada ion hidroksil dan karena itu lebih cenderung tetap
dalam media curah. Setelah adsorpsi ion aktif ke permukaan, sebuah
fenomena yang disebut sebagai listrik lapisan ganda terbentuk dimana
electrical double layer ini akan dijelaskan pada sub bahasan selanjutnya.

G. Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi


Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara
ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga
untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun
(kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula
gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian
dengan menambah viskositas cairan gerakan turundari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat.Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.

8
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena
sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut
merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata.
Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan
pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan
sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah
lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep
dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau
disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat
larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut
sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah
berkembang dalam air (hidrokoloid).

9
H. Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi
harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu
dilakukan pengukuran volume sedimentasi.
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir
(Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai
susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi
menggunakan viskometer Brookfield.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku)
Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan
kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur
kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran
partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.

I. Pengemasan dan Penandaan Sediaan


Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai
ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan
terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu
dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat

10
yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat
dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"
J. Kuntungan Dan Kerugian Suspensi

Keuntungan suspensi

1). Beberapa obat yang tidak larut dalam semua media pembawa, oleh karena
itu harus dibuat sebagai padatan, bentuk sediaan bukan larutan (tablet, kapsul,
dan lain-lain) atau sebagai suspensi.

2). Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan suspensi dari obat
atau derivat dari obat sebagai contoh kloramfenikol palmitat.

3). Suspensi dibuat dari pertukaran ion damar yang mengandung obat bentuk
ion dapat digunakan tidak hanya untuk meminimalkan rasa dari obat tetapi juga
untuk menghasilkan produksi pada penyimpaan yang lama, sebab obat-obatan
mengalami pertukaran yang lambat untuk ion-ion lain dalam saluran
pencernaan.

4). Suspensi juga secara kimia lebih stabil dibanding larutan.

5). Suspensi merupakan bentuk sediaan yang ideal untuk pasien yang sulit
menelan tablet atau kapsul dimana penting dalam pembuatan obat untuk anak-
anak.

Kerugian Suspensi

1). Keseragaman dan keakuratan dari dosis saat sediaan digunakan untuk
pengobatan tidak mungkin dibandingkan rasanya yang diperoleh dengan
menggunakan tablet atau kapsul.

2). Pengendapan atau endapan yang kompak menyebabkan masalah dimana


tidak mudah untuk dilarutkan.

3). Produknya cair dan secara relatif massanya berat. Sifat ini tidak
menguntungkan bagi farmasis dan pasien.

4). Keefektifan dari formulasi dan suspensi secara farmasetik bagus biasanya
sulit untuk dicapai dari sediaan tablet atau kapsul pada obat yang sama.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing –
masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau
digabungkan, sediaan suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi
oral, suspensi topical dan suspensi otic.
Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode dispersi dan metode
presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya,
baik suspending agent yang berasal dari alam maupun sintetik.

B. Saran
Saran Bagi Pemerintah
Saran penulis bagi pemerintah agar lebih gencar dalam edukasi terhadap
tenaga medis maupun masyarakat, agar tidak salah dalam penggunaan atau
dalam pengaturan dan perhitungan dosis.
Saran Bagi Masyarakat
Saran penulis kepada masyarakat agar lebih kritis dalam membeli dan
menerima obat, jangan malu untuk bertanya dan juga jangan lupa untuk selalu
menanyakan penggunaan serta dosis obat jenis apapun yang anda terima.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada


UniversitasPress

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia


EdisiIII . Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia


EdisiIV . Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi


2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Tungadi R.,2020. “Teknologi Nano Sediaan Liquiida dan Semi Solida. Edisi 1
Cetakan 1. CVCV. Sagung Seto

13

Anda mungkin juga menyukai