Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEDIAAN CREAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan
Liquid dan Semisolid

DOSEN PENGAMPU
Apt. Rabiatul Adawiyah, S.Farm., M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10

1. DESWILA AUDRIELITA 20.71.022473


2. ERWIN MUHAMAD FRIZKY 20.71.022471
3. TIARA FITRI AYU 20.71.022364

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “SEDIAAN
CREAM”. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid. Dalam penyusunan makalah ini kami
memperoleh banyak bantuan dari beberapa literatur yang kami dapat, dan kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu kami
ibu Apt. Rabiatul Adawiyah, S.Farm., M.Si. yang telah memberikan kami waktu
untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembelajaran dan penulisan makalah
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Palangkaraya, 04 Maret 2021

Kelompok 10
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 3

TUJUAN ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4

2.1 PENGEMBANGAN MODEL ................................................................ 4

2.2 SISTEM TELEMEDIKA ....................................................................... 6

2.3 CARA MENYAMPAIKAN PENGEMBANGAN

SECARA ONLINE ................................................................................... 7

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk efek lokal tidak untuk
sistemik. Bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit adalah salep, krim, pasta
dengan basis yang bermacam-macam dan mempunyai sifat yang bermacam-
macam seperti hidrofil (suka air) atau hidrofob (tidak suka air). Sediaan
farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberikan aksi lokal dan
aksinya dapat lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorbsi.
Oleh karena itu sediaan untuk kulit biasanya pemakaian pada kulit sebagai
antiseptik, antifungi, antiinflamasi dan anastetik lokal (Anief, 2007).
Krim merupakan salah satu sediaan setengah padat yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar yang pemakaiannya dengan cara dioleskan pada bagian
kulit yang sakit. Selain krim ada sediaan setengah padat lain yang beredar di
pasaran yang dimaksudkan untuk pengobatan seperti pasta, salep dan gel,
tetapi dari sediaan-sediaan tersebut krim paling sering digunakan sebagai
basis. Hal ini dikarenakan krim mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak
lengket dan mudah dicuci dengan air. Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A
dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika.
Secara tradisional istilah krim telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air,yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetika.
Kestabilan krim akan rusak bila terganggu sistem pencampurannya
terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi,
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran
dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Penggunaan krim tidak sebatas untuk obat namun juga digunakan sebagai
kosmetik sehingga sediaan ini terus berkembang. Metode serta bahan-bahan
pembuatan krim sangat banyak sekali. Oleh karena itu perlu dipelajari lebih
dalam lagi mengenai krim.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Krim?

1.3 TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KRIM


Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat
didefinisikan berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut
Ansel (1989), krim adalah emulsi setengah padat baik bertipe air dalam
minyak atau minyak dalam air yang biasanya digunakan sebagai emolien
(pelembab) atau pemakaian obat pada kulit. Menurut British Pharmacopeia,
krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya
bercamput dengan sekresi kulit. Mereka dimaksudkan untuk diterapkan pada
kulit atau selaput lendir tertentu untuk pelindung, terapeutik atau profilaksis
tujuan, terutama di mana efek oklusif tidak diperlukan. Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Sedangkan, Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Tujuan umum dibentuknya sediaan krim adalah untuk mendapatkan efek
emolien atau pelembut. Berdasarkan fase dispersinya, krim digolongkan
menjadi 2 tipe, yakni tipe air terdispersi dalam minyak (A/M) dan krim
minyak terdispersi dalam air (M/A). Krim tipe air dalam minyak (A/M)
merupakan suatu krim yang dibuat dengan mendispersikan komponen air ke
dalam komponen minyak; sifatnya tidak mudah hilang bila terkena air;
berwarna putih atau transparan dan agak kaku; dan diproduksi oleh
pengemulsi agen dari alam, misalnya lilin lebah, alkohol wol atau wol lemak.
Contoh : Cold cream, yaitu sediaan kosmetika yang dibuat untuk memberikan
rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, biasanya
berwarna putih dan bebas dari butiran kasar. Krim tipe minyak dalam air
(M/A) merupakan suatu emulsi yang dibuat dengan mendispersikan
komponen minyak ke dalam komponen air; sifatnya mudah dicuci dengan air;
berwarna putih, tipis dan halus; dan diproduksi oleh sintetis lilin, misalnya
macrogol dan cetomacrogol. Contoh : Vanishing cream, yaitu sediaan
kosmetika yang digunakan untuk membersihkan dan melembabkan kulit serta
sebagai alas bedak. Berdasarkan tujuan penggunaannya, krim dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu medicated cream dan non medicated cream. Medicated cream
digunakan untuk pengobatan topikal maupun sistemik melalui penghantaran
transdermal. Sedangkan non medicated cream digunakan bukan untuk
pengobatan dan penyembuhan, tetapi bertujuan untuk pencegahan dan
perawatan kulit yang biasanya disebut krim kosmetik.
Bentuk sediaan krim mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihan dan kekurangan menggunakan sediaan krim sebagai berikut:
 Kelebihan :
1. Mudah menyebar rata dan praktis.
2. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air untuk tipe M/A
(minyak dalam air).
3. Tidak lengket dan tidak berminyak, untuk tipe M/A (minyak dalam
air).
4. Zat aktif yang diabsorbsi pada pemakaian topikal tidak cukup beracun,
sehingga efek samping dapat dimimalisir.
5. Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
 Kekurangan :
1. Susah dalam pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal
pada saat pembuatan (fase minyak dan fase air).
2. Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase
minyak dan fase air pengadukannya tidak tepat.
2.2 JENIS-JENIS KRIM
Jenis-jenis krim menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut :
1. Krim pendingin (cold cream)
Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat
menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air
dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi
bees-wax, mineral oil, paraffin dan spermaceti.
2. Krim vitamin (vitamin cream)
Mengandung vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A,
vitamin C, danvitamin D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini
dirugikan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh
kurang efisien dibanding bila diberikan per oral.
3. Krim urut (massage cream)
Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak
dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim
A/M.
4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)
Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit di tempat tersebut
dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab
biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA,
atau vitamin.
5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream atau skin food cream)
Tidak memebri makanan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi
hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara
permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sunflower oil atau
corn oil.
2.3 BAHAN DAN BASIS KRIM
Bahan-bahan dalam krim meliputi zat aktif, basis, dan zat tambahan
lainnya. Bahan utama dalam krim adalah zat aktif yaitu zat berkhasiat dalam
sediaan krim tersebut.
Selain zat aktif terdapat basis. Basis pada krim bukan merupakan bahan
utama tetapi penggunaannya dalam formulasi sediaan krim cukup memegang
peranan. Basis merupakan komponen terbesar dalam suatu sediaan semipadat
(seperti pasta, salep, krim, dll) dan merupakan faktor yang sangat menentukan
kecepatan pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya akan mempengaruhi khasiat
atau keberhasilan terapi.
Dalam pemilihan komponen krim diperhatikan pertimbangan-
pertimbangan yang matang untuk mendapatkan krim dengan efek terapeutik
yang optimal tanpa menghilangkan kenyamanan pasien dalam menggunakan
produk tersebut. Untuk mendapatkan suatu bentuk sediaan krim dibutuhkan
bahan utama untuk membuat basis krim yaitu fase minyak, fase cair dan
surfaktan atau emulgator. Selain bahan-bahan utama pembuatan basis krim,
ada pula bahan penunjang yang berguna untuk meningkatkan estetika dan
stabilitas krim, seperti antioksidan, pengawet, pewarna, pewangi, pengkhelat
dan pendapar.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase minyak dalam pembuatan
krim antara lain :
 Kelompok Hidrokarbon
a. Squalen
Squalen merupakan hidrokarbon yang tidak berwarna, transparan dan
hampir tidak berbau. Mempunyai titik didih 285oC pada 22 mmHg,
dan mempunyai titik lebur -100oC. Tidak larut dalam air, sangat kecil
kelarutannya dalam alkohol dehidrat, dapat tercampur dengan
kloroform dan eter, sedikit larut dalam aseton. Penggunaannya,
sebagai pelembab alami dalam sediaan kosmetik.
b. Paraffin Liquidum
Paraffin liquid merupakan campuran dari hidrokarbon yang diperoleh
dari minyak mineral. Paraffin liquid berupa cairan kental yang
transparan, tidak berfluoresensi, dan tidak berwarna. Selain itu paraffin
liquid hampir tidak memiliki bau daan rasa. Bahan ini praktis tidak
larut dalam air dan etanol P 95% namun dapat larut dalam kloroform
P, eter P, aseton dan benzen. Satu mililiter paraffin liquid memiliki
bobot antara 0,83 hingga 0,89 gram. Penggunaan dalam krim
umumnya sebesar 1-32%.
c. Vaselin Kuning
Berbentuk massa semi-solid yang berwarna kuning muda hingga
kuning, agak transparan, berminyak, tidak berbau, tidak berasa, tidak
berfluoresensi. Vaselin kuning bersifat mudah terbakar, memiliki titik
didih di atas 100oF (37oC). Tidak mudah teroksidasi saat terkena udara.
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol (95%) panas atau
dingin, gliserin, dan air, larut dalam benzen karbon disulfida,
kloroform, eter, heksa, dan minyak tasiri. Penggunaan dalam krim
yaitu sebanyak 10-30%.
d. Paraffin Padat
Paraffin padat sesuai namanya berbentuk padat, sering menunjukkan
susunan hablur, agak licin; tidak berwarna atau putih; tidak
mempunyai rasa dan bau. Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95%); larut dalam kloroform, benzen dan ester.
e. Microcrytalline Wax
Microcrytalline Wax berbentuk kristal yang tidak beraturan, tidak
berbau dan tidak berasa, larut dalam benzen, kloroform, dan eter,
sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut dalam air sediaan
setengah padat digunakan dalam formulasi kosmetik. Stabil dengan
adanya asam, basa, cahaya, dan udara. Tempat penyimpanan di tempat
sejuk atau kering.
 Kelompok Minyak dan Lemak
a. Minyak Zaitun (Olive oil)
2.4

BAB II

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada
dasarnya bercampur dengan sekresi kulit. Krim merupakan salah satu
contoh dari emulsi. Dalam krim terdapat beberapa bahan yang mendukung
sediaan seperti basis, emulgator, zat aktif, pelarut, pengawet maupun zat
tambahan lainnya. Basis terdiri dari berbagai macam sumber yang bisa
diterapkan dalam proses pembuatan krim.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/1414/1
121

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai