Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

FARMASETIKA DASAR
“SERBUK TABUR”

OLEH:

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : C S1 FARMASI
ASISTEN : LUTHFIA NURFADILA ARIFIN

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembar Pengesahan

FARMASETIKA DASAR
“SERBUK TABUR”

OLEH
KELOMPOK 1 (SATU)
KELAS C-S1 FARMASI 2022

1. MOH. RISKI BADJUKA (821422060)


2. FIDYAHTUL SAYIFAH MACHMUD (821422050)
3. NANA NURINDAH UPARA (821422056)
4. FAIZHA PUTRI DELIA (821422072)

Gorontalo, Oktober 2022 NILAI


Mengetahui, Asisten

LUTHFIA NURFADILA ARIFIN


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas tentang “Pembuatan
Serbuk Tabur”
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bias
teratasi. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami sangat
menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Oktober 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ......................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................3
2.1 Dasar Teori ................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan .............................................................................................7
BAB III METODE KERJA ...............................................................................10
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum .................................................................10
3.2 Alat Dan Bahan ........................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja ..........................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................11
4.1 Hasil ..........................................................................................................11
4.2 Perhitungan Bahan ...................................................................................11
4.3 Pembahasan ..............................................................................................14
BAB V PENUTUP ..............................................................................................17
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................17
5.2 Saran .........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani
disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk
tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016). Salah satu
ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika dasar
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat; meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat
obatan; seni peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Dalam penggunaannya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua
bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuannya sendiri. Sedian sedian yang
telah beredar saat ini umumnya dibedakan atase sediaan padat, sedian cair, dan
sediaan semi padat. Sediaan padat merupakan yang sudah popular dimasyarakt,
salah satunya ialah sediaan serbuk. Sediaan serbuk memiliki keunggulan
dibandingkan sediaan lainnya.
Sediaan serbuk biasanya diperuntukan untuk anak anak, orang tua,
maupun orang orang yang sulit ataupun tidak dapat meminum obat dalam sediaan
lain seperti tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk terbagi atas dua macam, yaitu
pulvis dan pulveres.
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lai
yang cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk kering ditambah
zat tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg. (Anief, 2003)
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur /
bedak) yang merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni,
2006).
Adapun keuntungan dari menggunakan serbuk ialah sebagai campuran
bahan obat sesuai kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil daripada cairan,
serta memberikan disolusi yang lebih cepat. Namun, serbuk juga memiliki
kerugian yaitu kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak atau terurai
dengan adanya kelembaban, bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya
serta peracikannya cukup lama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukanlah pratikum pembuatan
sediaan serbuk tabur untuk mengetahui cara pembuatan serbuk tabur yang baik
dan benar.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian serbuk khususnya serbuk bagi.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan serbuk tabur
3. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan resep yang baik
1.3 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu serbuk tabur
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan serbuk tabur
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan resep yang
baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Obat
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan,
melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada
hewan. Zat tersebut dapat berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun
sintetis. Sebelum dipergunakan menjadi obat, zat tersebut terlebih dahulu
dibentuk menjadi sediaan farmasi seperti kapsul, pil, tablet, sirup, serbuk,
suspensi, salep, supositoria dan lain-lain.
2.1.2 Sediaan Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi
sedikit, dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44 (Dirjen POM,
1979).
Serbuk adalah campuran kering bahan obat yang atau zat kimia yang yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan
lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan obat lainnya seperti kapsul,
tablet, pil (Dirjen POM, 1995)
Serbuk adalah sediaan yang penggunaannya dalam maupun luar, ketika
digunakan pada penggunaan dalam, serbuk berbentuk ruahan, mudah larut, dan
serbuk terbagi. Sedangkan pada penggunaan luar, serbuk dibuat dalam bentuk
dusting powder (Durgin dan Hanan, 2004).
Adapun keuntungan menggunakan serbuk ialah sebagai campuran bahan
obat sesuai kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil daripada cairan, serta
memberika disolusi yang lebih cepat. Namun serbuk juga memiliki kerugian
yaitu kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak atau terurai dengan
adanya kelembaban, bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya serta
peracikannya cukup lama (Ansel, 1989).
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan serbuk sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah untuk
menelan obat dalam bentuk sediaan tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk dapat
mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada cairan
yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat yang kering. Serbuk
dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan
secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni
(Anief, 2007).
Serbuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu (Chang, 2005):
1. Serbuk terbagi (Pulveres) Serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih
sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok untuk
sekali minum.
2. Serbuk tak terbagi (Pulvis) Serbuk yang tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika
dalam suatu serbuk dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok teh
atau sendok lain, maka selalu sesendok rata serbuk.
2.1.3 Pengertian Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis antara lain pulvis adspersorius (bedak/serbuk tabur yang
digunakan topical pada kulit (Syamsuni, 2006).
Pulvis adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar (Dirjen
POM, 1995).
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis (Syamsuni, 2006).
Pulvis yaitu serbuk yang tidak dapat terbagi dalam pemakaiannya,
contohnya serbuk tabor, serbuk gigi, dan serbuk effervescent (Anief, 2005).
2.1.4 Macam-macam serbuk tak terbagi
Serbuk digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain (Syamsuni, 2006)
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabor/bedak) adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit
2. Pulvis dentrificus (serbuk gigi), biasanya mengandung carmin sebagai
pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu
dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO 2 yang
kemudian membentuk larutan yang jernih.

2.1.5 Syarat syarat serbuk


a. Kering
b. Halus
c. Homogen
d. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
Kandungan ( seragan dalam zat yang terkandung ) yang berlaku untuk
serbuk bagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotika, dan psikotropika.
Penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu persatu terhadap
bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan tidak lebih dari
10% untuk 18 bungkus.
2.1.6 Metode pembuatan serbuk
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagi penggiling kemudian digoyang-
goyangkan
2.1.7 Derajat kehalusan serbuk
Macam – macam derajat kehalusan serbuk (Anief, 2006)
1. Serbuk sangat kasar : 5/8
2. Serbuk kasar : 10/40
3. Serbuk agak kasar : 22/60
4. Serbuk agak halus : 44/85
5. Serbuk halus : 85
6. Serbuk sangat halus : 120
7. Serbuk sangat halus : 200/30
2.1.8 Cara pembuatan pulvis (serbuk tabur)
Aturan pembuatan serbuk tabur yaitu :
1. Serbuk tabur yang mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 44
2. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 100
3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya.
Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat
luar. Talk, kaolin dan bahan mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur harus
bebas dari bakteri Clostridium tetani dan Welchii dan Bacillus anthracis. Cara
sterilisasi serbuk tadi ialah dengan pemanasan kering pada suhu 150 o C selama 1
jam. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
Cara membuat serbuk tabur yang mengandung :
1. Adeps lanae, vaselin, emplastrum oxydipumblici dengan cara dilarutkan
dalam eter atau aseton kemudian dikeringkan dengan baik.
2. Ichytyol dengan cara diencerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96 %
kemudian dikeringkan dengan talk.
3. Parafin cair, minyak jarak, dibuat dengan cara dicampur dengan talk sama
banyak kemudian sisa talk ditambahkan sedikit demi sedikit.
4. Kamfer, menthol, timol, asam salisilat, balsam peru, dibuat dengan cara
dilarutkan dengan eter atau etanol 96 %
5. Larutan formaldehid, dibuat dengan cara jika dalam jumlah kecil dicampur
terakhir dan jika jumlah banyak dibuat dengan mengganti dengan para
formaldehid padat 1/3 x bobotnya.
6. Minyak atsiri dibuat dengan cara campur terakhir ke dalam campuran serbuk
yang telah diayak (Farmasetika : 89)
Dalam pembuatan serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar
jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk
yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Hal hal yang perlu diperhatikan
dalam membuat serbuk :
1. Obat yang berbentuk kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat
penambah (konstituen) dalam mortir.
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk
sudah merata.
4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan tertebih dahulu. Obat yang
volumenya kecil dimasukkan tertebih dahulu.
2.2 Uraian bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol,methanol,etanol,,isopropil alkohol
Berat Molekul : 46,07 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah terbakar, berbau khas panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat : Antiseptik (menghambat mikroorganisme)
Kegunaan : Mensterilkan alat.
2.2.2 Asam Salsilat (Dirjen POM, 1979; Pubchem, 2020)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain : Asam Salisilat
Berat Molekul : 138,12 gr/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk


berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak
manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air, 4 bagian etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan
dalam eter P, larut dalam larutan amonnium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat
P dan natrium sitrat P
Khasiat : Keratolitikum, anti fungi.
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Kegunaan : Sebagai zat aktif

2.2.3 Talkum (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : TALCUM
Nama lain : Talk
Berat Molekul : 370,2657 gr/mol
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat
pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau
serbuk hablur, hablur kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Antiseptik (menghambat bakteri pada biang
keringat)
Kegunaan : Zat tambahan
2.2.4 Zink Oksida (Depkes, 2014)
Nama resmi : ZINC OKSIDE
Nama lain : Seng putih
Berat molekul : 81,38 gr/mol
Rumus struktur
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih
kekuningan, tidak berbau, dapat menyerap karbon dioksida di udara
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiscabies (untuk mengobati penyakit scabies)
Kegunaan : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum farmasetika dasar dilaksanakan di laboratorium teknlogi
farmasi, jurusan farmasi, fakultas olahraga dan kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo pada hari selasa tanggal 04 Oktober 2020 pada pukul 07.00 s/d 10.00
WITA.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum farmasetika dasar, adapun alat yang digunakan yaitu
ayakan, lap halus, neraca analitik, cawan porselin, spatula dan tempat bedak.

3.2.2 Bahan

Pada praktikum farmasetika dasar, adapun bahan yang digunakan yaitu


alkohol, asam salisilat, kertas perkamen, menthol, talkum, dan tisu.

3.3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol.
3. Ditimbang asam salisilat sebesar 0,6 mg.
4. Ditimbang menthol sebesar 0,6 mg.
5. Ditimbang talkum sebesar 28,8 mg.
6. Dimasukkan kedalam ayakan.
7. Diayak hingga homogen.
8. Dimasukkan kedalam wadah.
9. Diberi etiket biru.

1.
2.
3.
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 4.1.1 Serbuk


Tabur

No Sampel No ayakan Bobot Persen Diameter rata


(OPN) tertinggal (a) tertinggal (d) rata (g/μm)
(gr)
1. Salicyl Residu 0,84 2,8 0,0242
menthol ika 72 27,4 91,3 25,8191
30 0,52 1,73 0,0092
26 0,22 0,73 0,0016
15 0,01 0,03 0,000003
∑ 28,99 96,89 25,854103

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Bahan
2
1. Acid salycyl = x 30 gr = 0,6 gr
100
2
2. Menthol = x 30 gr = 0,6 gr
100
3. Talkum = 30 gr – (0,6+0.6)
= 30 – 1,2 = 28,8 gr 28,8 : 2 = 14,4 gr

4.2.2 Perhitungan Kapur yang tertinggal


Salicyl, menthol, Talkum
1. persen tertinggal (d)%
Diketahui: Bobot tertinggal residu : 0,84 g
Bobot tertinggal OPN 72 : 27,4 g
Bobot tertinggal OPN 30 : 0,52 g
Bobot tertinggal OPN 26 : 0,22 g
Bobot tertinggal OPN 15 : 0,01g
Sampel : 30 g
Ditanya: a. % tertinggal residu?
b. % tertinggal OPN 72?
c. % tertinggal OPN 30?
d. % tertinggal OPN 26?
e. % tertinggal OPN 15
Penyelesaian :
Bobot tertinggal (g)
a. Residu := x 100%
sampel (g)
0,84 g
= x 100%
30 g
= 2,8%
Bobot tertinggal (g)
b. OPN 72 = x 100%
sampel (g)
27,4 g
= x 100%
30 g
= 91,3 %
Bobot tertinggal (g)
c. OPN 30 = x 100%
sampel (g)
0,52 g
= x 100%
30 g
= 1,73%
Bobot tertinggal (g)
d. OPN 26 = x 100%
sampel (g)
0,22 g
= x 100%
30 g
= 0,73 %
Bobot tertinggal (g)
e. OPN 15 = x 100%
sampel (g)
0, 0 1 g
= x 100%
30 g
= 0,03%
2. Diameter rata rata (g/ μm)
Diketahui : bobot tertinggal residu (a) : 0,84 g
bobot tertinggal OPN 72 (a) : 27,4 g
bobot tertinggal OPN 30 (a) : 0,52 g
bobot tertinggal OPN 26 (a) : 0,22 g
bobot tertinggal OPN 15 (a) : 0,01 g
% tertinggal residu (d) : 2,8 %
% tertinggal OPN 72 (d) : 91,3 %
% tertinggal OPN 30 (d) : 1,73 %
% tertinggal OPN 26 (d) : 0,73 %
% tertinggal OPN 15 (d) : 0,03%
Ditanya : a. Diameter rata rata residu?
b. Diameter rata rata OPN 72?
c. Diameter rata rata OPN 30?
d. Diameter rata rata OPN 26?
e. Diameter rata rata OPN 15?
Penyelesaian :
a.d
a. residu =
∑d
0,84 x 2,8
=
96,89

= 0,0242 (g/μm)
a.d
b. OPN 72 = ∑d

27,4 x 91,3
=
96,89

= 25,8191 (g/μm)
a.d
c. OPN 30 =
∑d
0,52 x 1,73
=
96,89

= 0,0092 (g/μm)
a.d
d. OPN 26 =
∑d
0,22 x 0,73
=
96,89
= 0,0016 (g/μm)
a.d
E OPN 15 =
∑d
0,01 x 0,03
=
96,89

= 0,000003 (g/μm)
4.3 Pembahasan
Serbuk tabur atau pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain, pulvis adspersorius (bedak/
serbuk tabur) yang digunakan topical pada kulit. Serbuk tabur adalah serbuk tabur
yang harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian obat luar
(Anief, 2010).
Adapun pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pada serbuk
tabur. Pada pembuatan serbuk tabur ini, bahan yang kami gunakaan adalah asam
salisilat, menthol , dan talkum. Alat yang kami gunakan yaitu neraca analitik,
cawan porselin, sudip, ayakan OPN, dan kertas perkamen. Menurut Priyanto
(2008) bahan-bahan ini memiliki khasiat sebagai baketreriostatis, mengatasi infesi
jamur ringan, dan menghambat pertumbuhan jamur. Pada praktikum pembuatan
serbuk tabur ini menggunakan metode ayakan.
Dalam metode ayakan untuk mengukur ukuran partikel dari bahan
digunakan ayakan dengan satuan OPN. Ayakan ini ukurannya dinyatakan
berbanding lurus. Artinya, semakin besar nomor OPN semakin besar pula lubang
ayakan dan semakin kecil nomor OPN semakin kecil lubang ayakan.
Pada praktikum ini digunakan 4 nomor yang berbeda-beda, dimulai dari
nomor OPN yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 72, 30, 26, dan 15. Tujuan
digunakan nomor ayakan yang berbeda agar partikel-partikel yang tidak terayak
(residu) ukurannya akan sesuai dengan nomor ayakan tersebut.
Langkah awal yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian membersihkan alat
yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70% agar terbebas dari
kotoran dan zat-zat sisa yang menempel pada alat.
Selanjutnya, dibersihkan alat-alat yang akan dipakai pada saat praktikum
dengan menggunakan alkohol 70% agar terhindar dari bakteri, sebagaimana yang
dikatakan Al-Jawi (2005) bahwa alkohol dengan konsentrasi 70% berkhasiat
sebagai bakterisida yang kuat dan cepat, sebagai germisida (zat pembunuh kuman)
pada alat-alat, dan sebagai antiseptik.
Langkah selanjutnya adalah menimbang sampel yaitu asam salisilat
sebanyak 0,6 g, menthol sebanyak 0,6 g dan talkum sebanyak 28,8 g. Kemudian
disusun ayakan dari nomor OPN terbesar yaitu 72 hingga nomor OPN terendah
yaitu 15. Setelah itu dimasukkan kedua bahan yang akan digunakan secara
bersamaan, lalu ayakan digoyangkan selama 5 menit secara konstan. Tujuan
penggoyangan ayakan yang dilakukan selama 5 menit karena waktu tersebut
sudah optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot residu yang tertinggal
pada tiap ayakan pada nomor OPN. Bila waktu lebih dari lima menit
dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumpuk sehingga pecah dan lolos
keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi kesalahaan pada data akhir. Jika
kurang dari 5 menit, maka partikel belum terayak sempurna.
Menurut Sudjaswadi (2002). Tujuan penggoyangan secara konstan ialah
untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya
intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya
intensitas penggoyangan dan mempengaruhi hasil partikel yang diperoleh. Setelah
5 menit, keluarkan residu yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan
Kemudian ditimbang residu dari masing-masing nomor ayakan, dan
dicatat hasilnya. Pada percobaan ini untuk menentukan diameter rata-rata sampel
diperoleh hasil penimbangan pada masing-masing ayakan yaitu, pada sampel
diperoleh residu sebesar 0,0242 g. Dari ayakan nomor 72 sebesar 25,8191 g,
ayakan nomor 30 sebesar 0,0092 g. ayakan nomor 26 sebesar 0,0016 g, dan pada
ayakan nomor 15 sebesar 0,000003 g.
Dihitung persen tertinggal dari residu keduanya. Untuk residu sampel
diperoleh 2,8%. Pada ayakan nomor OPN 72 diperoleh persen tertinggalnya yaitu
91,3 %, nomor OPN 30 yaitu 1,73 %. nomor OPN 26 yaitu 0,73 %, dan untuk
nomor OPN 15 adalah 0,03%.
Dilihat dari penguraian data diatas, dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat kemungkinan kesalahan pada percobaan ini, seperti banyaknya residu
ataupun bobot yang tertinggal dikarenakan sampel yang terlalu ringan, kecil
maupun halus serta adanya ketidakbersihan pada alat pengayakan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan sediaan serbuk bagi adalah:
5.1.1 Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada
kulitCara pembuatan serbuk bagi yang pertama adalah menyiapkan alat dan bahan
dan dibersihkan dengan alkohol 70%. Bahan obat di hitung sesuai dosis dan
ditimbang serta dimasukkan ke dalam lumpang. Bahan obat di gerus hingga
tercampur dan homogen. Bahan obat diayak menggunakan ayakan OPN.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Botani Farmasi sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Praktikan
Sebaiknya untuk para praktikan ketika melakukan praktikum agar dapat
melakukannya dengan tertib dan dapat menjaga kebersihan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Anief M. 2005. lmu Meracik Obat. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Anief. 2003. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press
Chang R. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Dirjen POM. 1979. Famakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik
Durgin dan Hanan. 2004. Pharmacy practice. United States
Susanti Nora. 2016. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Farmasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Syamsuni,H. 2006. Farmasetika. Jakarta: EGC
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat

Nama Gambar Kegunaan

Digunakan untuk
Ayakan mesh mengayak serbuk tabur
yang sudah digerus

Sebagai wadah untuk


serbuk tabor ketika
Cawan porselin ditimbang di neraca
analitik

Lumpang dan alu Digunakan untuk


menggerus dan
menghaluskan obat

Neraca Analitik Digunakan untuk


menimbang bahan
Pipet tetes

Digunakan untuk
meneteskan alkohol

Sudip

Digunakan untuk
mengambil obat yang
sudah digerus

Wadah
Sebagai wadah untuk
menempatkan hasil
serbuk tabur yang telah
di buat
2. Bahan

Nama Gambar Kegunaan


Alkohol

Digunakan sebagai
desinfektan untuk
membersihkan dan
mensterilkan lumpang,
alu, dan alat-alat lainnya

Digunakan sebagai
campuran pada
pembuatan serbuk tabur,
Asam salisilat
biasanya asam salisilat
berfungsi untuk
mengobati gangguan
kulit.

Sebagai wadah
Kertas perkamen pembungkus untuk sisa
ayakan pada serbuk tabur

Digunakan sebagai
Menthol campuran pada serbuk
tabur
Digunakan sebagai
Talkum campuran pada
pembuatan serbuk tabur.
Biasanya sebagai salah
satu bahan yang
digunakan dalam banyak
produk kosmetik dll

--

Tissue Digunakan untuk


membersihkan alat
Lampran 2 : Diagram Alir

Asam salisilat,
menthol, Talkum

Disiapkan Alat dan Bahan


Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan alcohol 70%

Disiapkan wadah untuk masing-masing bahan

Ditimbang semua bahan asam salisilat 0,6 gram, menthol 0,6 gram, dan talkum
dibagi menjadi 2 yakni 14,4 gram.

Gerus menthol bersamaan dengan talkum sebanyak 14,4 g sampai homogen

Dipindahkan seerbuk hyang sudah halu ke dalam cawan porselin.

Dimasukkan asam salisilat yang telah ditimbang ke dalam lumping kemudian di


tetesi alcohol 70% sebanyak tiga tetes kemudian gerus sampai homogen

Ditambahkan campuran serbuk menthol kedalam gerusan asam salisilat


kemudian gerus sampai homogen

Diayak semua campuran menggunakan ayakan OPN

Serbuk yang telah diayak dimasukan ke dalam wadah

Diberi etiket biru

Lampiran 3 : Skema Kerja


1. SerbukTabur
Serbuk Tabur
Dibersihkan alat Ditimbang
dengan alkohol Disiapkan wadah semua bahan
70% untuk bahan asam
salisilat ,menthol
dan talkum

Dimasukkan
asam salisilat Dipindahkan Gerus menthol
yang telah serbuk yang bersamaan
ditimbang ke sudah halus ke dengan talkum
dalam lumpang dalam cawan sebanyak 14,4 g
kemudian porselin. sampai
ditetesi alkohol homogen.
70% sebanyak 3
tetes

Ditambahkan
serbuk yang
campuran serbuk diayak semua
telah diayak
menthol ke campuran
dimasukkan pada
dalam gerusan menggunakan
wadah dan diberi
asam salisilat ayakan OPN
etiket biru
kemudian gerus
sampai homogen

Anda mungkin juga menyukai