FARMASETIKA DASAR
“SERBUK TABUR”
OLEH:
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : C S1 FARMASI
ASISTEN : LUTHFIA NURFADILA ARIFIN
FARMASETIKA DASAR
“SERBUK TABUR”
OLEH
KELOMPOK 1 (SATU)
KELAS C-S1 FARMASI 2022
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum ......................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum ....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................3
2.1 Dasar Teori ................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan .............................................................................................7
BAB III METODE KERJA ...............................................................................10
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum .................................................................10
3.2 Alat Dan Bahan ........................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja ..........................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................11
4.1 Hasil ..........................................................................................................11
4.2 Perhitungan Bahan ...................................................................................11
4.3 Pembahasan ..............................................................................................14
BAB V PENUTUP ..............................................................................................17
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................17
5.2 Saran .........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani
disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk
tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016). Salah satu
ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah farmasetika dasar
Farmasetika dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan
obat; meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat
obatan; seni peracikan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu sehingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Dalam penggunaannya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua
bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuannya sendiri. Sedian sedian yang
telah beredar saat ini umumnya dibedakan atase sediaan padat, sedian cair, dan
sediaan semi padat. Sediaan padat merupakan yang sudah popular dimasyarakt,
salah satunya ialah sediaan serbuk. Sediaan serbuk memiliki keunggulan
dibandingkan sediaan lainnya.
Sediaan serbuk biasanya diperuntukan untuk anak anak, orang tua,
maupun orang orang yang sulit ataupun tidak dapat meminum obat dalam sediaan
lain seperti tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk terbagi atas dua macam, yaitu
pulvis dan pulveres.
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lai
yang cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk kering ditambah
zat tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti sacharum lactis, sacharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg. (Anief, 2003)
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur /
bedak) yang merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas
dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka (Syamsuni,
2006).
Adapun keuntungan dari menggunakan serbuk ialah sebagai campuran
bahan obat sesuai kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil daripada cairan,
serta memberikan disolusi yang lebih cepat. Namun, serbuk juga memiliki
kerugian yaitu kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak atau terurai
dengan adanya kelembaban, bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya
serta peracikannya cukup lama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukanlah pratikum pembuatan
sediaan serbuk tabur untuk mengetahui cara pembuatan serbuk tabur yang baik
dan benar.
Rumus struktur :
3.2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Bahan
2
1. Acid salycyl = x 30 gr = 0,6 gr
100
2
2. Menthol = x 30 gr = 0,6 gr
100
3. Talkum = 30 gr – (0,6+0.6)
= 30 – 1,2 = 28,8 gr 28,8 : 2 = 14,4 gr
= 0,0242 (g/μm)
a.d
b. OPN 72 = ∑d
27,4 x 91,3
=
96,89
= 25,8191 (g/μm)
a.d
c. OPN 30 =
∑d
0,52 x 1,73
=
96,89
= 0,0092 (g/μm)
a.d
d. OPN 26 =
∑d
0,22 x 0,73
=
96,89
= 0,0016 (g/μm)
a.d
E OPN 15 =
∑d
0,01 x 0,03
=
96,89
= 0,000003 (g/μm)
4.3 Pembahasan
Serbuk tabur atau pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain, pulvis adspersorius (bedak/
serbuk tabur) yang digunakan topical pada kulit. Serbuk tabur adalah serbuk tabur
yang harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian obat luar
(Anief, 2010).
Adapun pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pada serbuk
tabur. Pada pembuatan serbuk tabur ini, bahan yang kami gunakaan adalah asam
salisilat, menthol , dan talkum. Alat yang kami gunakan yaitu neraca analitik,
cawan porselin, sudip, ayakan OPN, dan kertas perkamen. Menurut Priyanto
(2008) bahan-bahan ini memiliki khasiat sebagai baketreriostatis, mengatasi infesi
jamur ringan, dan menghambat pertumbuhan jamur. Pada praktikum pembuatan
serbuk tabur ini menggunakan metode ayakan.
Dalam metode ayakan untuk mengukur ukuran partikel dari bahan
digunakan ayakan dengan satuan OPN. Ayakan ini ukurannya dinyatakan
berbanding lurus. Artinya, semakin besar nomor OPN semakin besar pula lubang
ayakan dan semakin kecil nomor OPN semakin kecil lubang ayakan.
Pada praktikum ini digunakan 4 nomor yang berbeda-beda, dimulai dari
nomor OPN yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 72, 30, 26, dan 15. Tujuan
digunakan nomor ayakan yang berbeda agar partikel-partikel yang tidak terayak
(residu) ukurannya akan sesuai dengan nomor ayakan tersebut.
Langkah awal yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian membersihkan alat
yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70% agar terbebas dari
kotoran dan zat-zat sisa yang menempel pada alat.
Selanjutnya, dibersihkan alat-alat yang akan dipakai pada saat praktikum
dengan menggunakan alkohol 70% agar terhindar dari bakteri, sebagaimana yang
dikatakan Al-Jawi (2005) bahwa alkohol dengan konsentrasi 70% berkhasiat
sebagai bakterisida yang kuat dan cepat, sebagai germisida (zat pembunuh kuman)
pada alat-alat, dan sebagai antiseptik.
Langkah selanjutnya adalah menimbang sampel yaitu asam salisilat
sebanyak 0,6 g, menthol sebanyak 0,6 g dan talkum sebanyak 28,8 g. Kemudian
disusun ayakan dari nomor OPN terbesar yaitu 72 hingga nomor OPN terendah
yaitu 15. Setelah itu dimasukkan kedua bahan yang akan digunakan secara
bersamaan, lalu ayakan digoyangkan selama 5 menit secara konstan. Tujuan
penggoyangan ayakan yang dilakukan selama 5 menit karena waktu tersebut
sudah optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot residu yang tertinggal
pada tiap ayakan pada nomor OPN. Bila waktu lebih dari lima menit
dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumpuk sehingga pecah dan lolos
keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi kesalahaan pada data akhir. Jika
kurang dari 5 menit, maka partikel belum terayak sempurna.
Menurut Sudjaswadi (2002). Tujuan penggoyangan secara konstan ialah
untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya
intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya
intensitas penggoyangan dan mempengaruhi hasil partikel yang diperoleh. Setelah
5 menit, keluarkan residu yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan
Kemudian ditimbang residu dari masing-masing nomor ayakan, dan
dicatat hasilnya. Pada percobaan ini untuk menentukan diameter rata-rata sampel
diperoleh hasil penimbangan pada masing-masing ayakan yaitu, pada sampel
diperoleh residu sebesar 0,0242 g. Dari ayakan nomor 72 sebesar 25,8191 g,
ayakan nomor 30 sebesar 0,0092 g. ayakan nomor 26 sebesar 0,0016 g, dan pada
ayakan nomor 15 sebesar 0,000003 g.
Dihitung persen tertinggal dari residu keduanya. Untuk residu sampel
diperoleh 2,8%. Pada ayakan nomor OPN 72 diperoleh persen tertinggalnya yaitu
91,3 %, nomor OPN 30 yaitu 1,73 %. nomor OPN 26 yaitu 0,73 %, dan untuk
nomor OPN 15 adalah 0,03%.
Dilihat dari penguraian data diatas, dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat kemungkinan kesalahan pada percobaan ini, seperti banyaknya residu
ataupun bobot yang tertinggal dikarenakan sampel yang terlalu ringan, kecil
maupun halus serta adanya ketidakbersihan pada alat pengayakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan sediaan serbuk bagi adalah:
5.1.1 Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur / bedak) yang
merupakan serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah
yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada
kulitCara pembuatan serbuk bagi yang pertama adalah menyiapkan alat dan bahan
dan dibersihkan dengan alkohol 70%. Bahan obat di hitung sesuai dosis dan
ditimbang serta dimasukkan ke dalam lumpang. Bahan obat di gerus hingga
tercampur dan homogen. Bahan obat diayak menggunakan ayakan OPN.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Botani Farmasi sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Praktikan
Sebaiknya untuk para praktikan ketika melakukan praktikum agar dapat
melakukannya dengan tertib dan dapat menjaga kebersihan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Anief M. 2005. lmu Meracik Obat. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta.
Anief. 2003. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press
Chang R. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Dirjen POM. 1979. Famakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik
Durgin dan Hanan. 2004. Pharmacy practice. United States
Susanti Nora. 2016. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Farmasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Syamsuni,H. 2006. Farmasetika. Jakarta: EGC
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
Digunakan untuk
Ayakan mesh mengayak serbuk tabur
yang sudah digerus
Digunakan untuk
meneteskan alkohol
Sudip
Digunakan untuk
mengambil obat yang
sudah digerus
Wadah
Sebagai wadah untuk
menempatkan hasil
serbuk tabur yang telah
di buat
2. Bahan
Digunakan sebagai
desinfektan untuk
membersihkan dan
mensterilkan lumpang,
alu, dan alat-alat lainnya
Digunakan sebagai
campuran pada
pembuatan serbuk tabur,
Asam salisilat
biasanya asam salisilat
berfungsi untuk
mengobati gangguan
kulit.
Sebagai wadah
Kertas perkamen pembungkus untuk sisa
ayakan pada serbuk tabur
Digunakan sebagai
Menthol campuran pada serbuk
tabur
Digunakan sebagai
Talkum campuran pada
pembuatan serbuk tabur.
Biasanya sebagai salah
satu bahan yang
digunakan dalam banyak
produk kosmetik dll
--
Asam salisilat,
menthol, Talkum
Ditimbang semua bahan asam salisilat 0,6 gram, menthol 0,6 gram, dan talkum
dibagi menjadi 2 yakni 14,4 gram.
Dimasukkan
asam salisilat Dipindahkan Gerus menthol
yang telah serbuk yang bersamaan
ditimbang ke sudah halus ke dengan talkum
dalam lumpang dalam cawan sebanyak 14,4 g
kemudian porselin. sampai
ditetesi alkohol homogen.
70% sebanyak 3
tetes
Ditambahkan
serbuk yang
campuran serbuk diayak semua
telah diayak
menthol ke campuran
dimasukkan pada
dalam gerusan menggunakan
wadah dan diberi
asam salisilat ayakan OPN
etiket biru
kemudian gerus
sampai homogen