PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PERCOBAAN 4
IDENTIFIKASI TERPENOID DAN MINYAK ATSIRI
Kelompok 4G
Disusun Oleh :
Berliana Meta Cahyani (20105011108)
Aditya Anugerah Pratama Putra (20105011109)
Ratna Hapsari Tri M.D (20105011110)
Agnes Theresya Poerba (20105011111)
Listiani Amalia (20105011112)
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
APRIL 2021
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi beberapa bahan alam nabati yang mengandung senyawa
golongan terpenoid yaitu minyak atsiri secara kimiawi.
2. Mengetahui kemurnian minyak atsiri tertentu baik secara fisika maupun
kimia.
a) Alat
• Cawan porselen
• Tabung reaksi
• Rak tabung
• Gelas ukur 10 ml
• Kertas saring
b) Bahan
• Minyak atsiri (cengkeh dan kayu putih)
• Aquadest
• NaCl jenuh
• Etanol 95% dan 70%
• Kloroform
• Petrolium Eter
• FeCl3 1%
• NaOH 2N
Satu tetes minyak atsiri diteteskan diatas kertas saring, didiamkan beberapa saat
Minyak atsiri kayu putih dan cengkeh dimasukan ke dalam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 1 mL
Minyak atsiri kayu putih dan cengkeh terlebih dahulu dimasukan kedalam tabung
reaksi, masing-masing 3 tabung
Sepuluh tetes pelarut diteteskan ke dalam masing-masing tabung reaksi, satu tabung
reaksi satu pelarut
Digojog sampai interaksi antara minyak atsiri dan pelarut terjadi
2,5 mL minyak atsiri kayu putih dan cengkah dimasukan kedalam labu takar, Etanol
70% ditambahkan sampai tanda batas, dicampur hingga homogen
Minyak atsiri yag sudah dicampuri Etanol 70% masing-masing diambil 1 mL,
dimasukan kedalam tabung reaksi
VI. PEMBAHASAN
Minyak atsiri merupakan suatu campuran yang memiliki karakteristik aroma yang
khas dan mudah menguap (volatile). Minyak atsiri didefinisikan sebagai hasil
produk penyulingan dengan uap dari bagian bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri
dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap
(volatile) dan bahan campuran yang tidak menguap (non-volatile) yang merupakan
penyebab karakteristik aroma dan rasanya. (Dyah. A Anggraeni, dkk, 2015).
Pada percobaan ini kami menggunakan dua sampel yaitu minyak atsiri kayu putih
dan minyak atsiri daun cemgkeh. Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang
dihasilkan oleh tanaman kayu putih dengan nama Melaleuca cajuputi. Minyak
cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bunga,
tangkai atau gagang bunga dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum / Eugeni
aromatic).
Uji yang pertama yaitu uji karakteristik minyak atsiri di permukaan air, dan
didapatkan hasil minyak atsiri kayu putih menyebar pada permukaan air dan lama-
kelamaan akan hilang. Hal ini menandakan bahwa berat jenis minyak atsiri kayu putih
lebih kecil daripada berat jenis air yaitu 0,900 - 0,930 g/cm3 (BSN, 2006) lebih kecil
dari 1 g/cm3 dan minyak atsiri kayu putih memiliki sifat volatil (mudah menguap).
Sedangkan untuk minyak atsiri daun cengkeh berada dibagian dasar cawaan
porselen, hal ini menandakan bahwa berat jenih minyak atsiri daun cengkeh lebih
besar daripada berat jenis air yaitu 1,025 – 1,049 g/cm3 (BSN, 2006) lebih besar
dari 1 g/cm3 dan artinya bersifat hidrofobik yaitu tidak bisa bercampur dengan air.
Uji yang kedua yaitu uji noda lemak, pada percobaan minyak atsiri daun kayu
putih mula-mula terdapat noda lemak tetapi setelah dibiarkan beberapa menit hasilnya
tidak ada noda transparan. Hal ini berarti bahwa minyak atsiri daun kayu putih
memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik minyak atsiri yaitu mudah
menguap (volatil) (Evi.Sopiah, dkk, 2016). Sedangkan pada minyak atsiri daun
cengkeh setelah dibiarkan beberapa menit terdapat noda yang tertinggal pada kertas
saring. Hal ini bukan berarti minyak cengkeh yang digunakan bukan minyak atsiri
tetapi minyak cengkeh yang digunakan kemungkinan sudah mengalami perubahan
karakteristik yang disebabkan oleh beberapa faktor, contohnya faktor penyimpanan
yang tidak sesuai. Seharusnya minyak cengkeh disimpan pada botol gelap dan haus
disimpan dalam volume yang penuh dan ditutup rapat.
Uji ketiga yaitu uji tapak air, pada percobaan minyak atsiri daun kayu putih mula-
mula volume minyak atsiri kayu putih 1 ml dan volume NaOH 1 ml, setelah
dilakukan penggojogkan volume NaOH mengalami penambahan yaitu menjadi 1,2
ml. Hal ini sampel minyak kayu putih masih mengandung air di dalamnya sehingga
NaCl jenuh masih mengikat air pada minyak kayu putih, artinya sampel minyak
kayu putih yang digunakan tidak murni. Beberapa faktor yang menyebabkan minyak
kayu putih tidak murni yaitu seperti pada proses pembuatannya dan penyimpanan.
Hasil yang sama dengan uji pada minyak atsiri daun cemgkeh yaitu terdapat
penambahan volume NaCl yang artinya minyak atsiri daun cengkeh yang digunakan
tidak murni.
Uji yang keempat yaitu uji kelarutan minyak Atsiri dalam etanol, kloroform dan
petroleum eter. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelarutan minyak Atsiri
terhadap berbagai macam pelarut. Sampel yang digunakan adalah minyak atsiri
daun cengkeh dan minyak kayu putih. Hasil yang didapatkan pada minyak daun
cengkeh, banyaknya pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 bagian minyak
cengkeh larut dalam 1 bagian etanol, 1 bgaian minyak daun cengkeh larut dalam 6
bagian kloroform, dan 1 bagian minyak daun cengkeh larut dalam 5 bagian
petroleum eter. Sedangkan untuk minyak kayu putih dibutuhkan untuk melarutkan 1
bagian minyak kayu putih yaitu dibutuhkan 1 bagian etanol 1 bagian kloroform dan 3
bagian petroleum eter.
Untuk mendeteksi adanya fenol dalam minyak atsiri daun cengkeh dan minyak
kayu putih dilakukan dengan menambahkan FeCl3 pada sampel yang minyak Atsiri
yang sudah ditambah dengan etanol 70%. Apabila sampel mengandung fenol
akan terjadi perubahan warna menjadi biru atau hijau kehitaman. Pada percobaan
yang telah dilakukan pada minyak Atsiri daun cengkeh dan minyak kayu putih
didapatkan hasil, pada minyak Atsiri daun cengkeh terjadi perubahan warna setelah
direaksikan dengan FeCl3, yang semula berwarna putih keruh berubah menjadi
warna hijau dan pada minyak kayu putih setelah direaksikan dengan FeCl3 tidak
terjadi perubahan warna. Yang artinya dari kedua minyak tersebut yang positif
mengandung fenol adalah minyak Atsiri daun cengkeh.
Identifikasi selanjutnya adalah uji reduksi volume minyak Atsiri yang bertujuan,
untuk mengetahui ada tidaknya pengurangan volume pada minyak atsiri. Uji ini
dilakukanapabila pada uji fenol didapat kan hasil minyak Atsiri positif mengandung
senyawa fenol. Karena pada uji senyawa fenol minyak cengkeh yang hasilnya
positif, maka uji reduksi hanya dilakukan pada minyak Atsiri daun cengkeh saja.
Dengan cara, 1 mL NaOH 2N ditambahkan kedalam 1 mL sampel minyak Atsiri
daun cengkeh, kemudian digojog sampai terjadi interaksi antara minyak dan NaOH
2N. Hasil yang didapatkan adalah tidak terjadi pengurangan volume pada minyak
Atsiri daun cengkeh. Kondisi ini dimungkinkan karena terjadi perubahan
karakteristik dari minyak atrsiri daun cengkeh.
VII. KESIMPULAN
Percobaan ke-empat pada praktikum kali ini mengenai identifikasi terpenoid dan
minyak atsiri dapat disimpulkan bahwan pada sampel minyak kayu putih dan daun
cengkeh mengandung minyak atsiri karena memiliki karakteristik yang sama dengan
minyak atsiri salah satunya yaitu mudah menguap atau volatil dan kami dapat mengetahui
kemurnian dari minyak atsiri kayu putih dan daun cengkeh.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Dewi, dkk., 2021. Buku Petujuk Praktikum Farmakognosi. Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Balitkabi. 2016, Deskripsi Varietas Unggul Ubi Jalar 1997-2016, Balai Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi, Malang.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Standar Mutu Minyak Daun Cengkih. SNI 06-
2387-2006. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Standar Mutu Minyak Kayu Ptih. SNI 06-
3954-2006. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dyah. A. Anggraeni, dkk, 2015, Makalah Farmakognosi Minya Atsiri, Fakultas Farmasi,
STIKES Karya Putra Bangsa, Tulungagung
Evi. Sopiah, dkk, 2016, Makalah Minyak Atsiri, Fakultas Sains dan Farmasi, Universitas
Matthla”ul Anwar, Banten