Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PERCOBAAN 4
IDENTIFIKASI TERPENOID DAN MINYAK ATSIRI

Pengampu: apt. Dewi Andini K.M., M.Farm

Kelompok 4G
Disusun Oleh :
Berliana Meta Cahyani (20105011108)
Aditya Anugerah Pratama Putra (20105011109)
Ratna Hapsari Tri M.D (20105011110)
Agnes Theresya Poerba (20105011111)
Listiani Amalia (20105011112)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
APRIL 2021
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi beberapa bahan alam nabati yang mengandung senyawa
golongan terpenoid yaitu minyak atsiri secara kimiawi.
2. Mengetahui kemurnian minyak atsiri tertentu baik secara fisika maupun
kimia.

II. DASAR TEORI


Mutu simplisia dapat diketahui dengan melakukan analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi penentuan bahan organic asing, kadar air,
kadar abu dan penentuan kandungan zat dalam simplisia dengan tujuan untuk
mengetahui kemurnian dan mutu simplisia nabati. Analisis kualitatif meliputi
pengujian organoleptik, makroskopi dan mikroskopi untuk mengetahui jenis
simplisia, pengujian histokimia dan identifikasi kimia terhadap senyawa yang
tersari untuk menentukan kelompok utama zat aktif (Andini, Dewi, dkk. 2021).
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman
dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat
yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa
zat kimia murni (Depkes RI, 1979).
Ubi jalar merupakan salah satu tumbuhan tropis sebagai sumber kekayaan
potensial di Indonesia. Telah ditemukan sebanyak 24 jenis varietas unggul ubi
jalar hingga tahun 2016 (Balitkabi, 2016). Tanaman sirih merupakan tanaman
yang tumbuh memanjat dengan tinggi tanaman 5 sampai 15 cm. Helaian daun
berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal berbentuk
jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berbulu sangat
pendek, tebal berwarna putih, panjang 5–18 cm, dan lebar 2,5–10,5 cm. Daun
pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur sungsang, atau lonjong dengan
panjang kira-kira 1 mm.
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan
warna simplisia yang diuji. Setiap ciri morfologi diamati dan disesuaikan dengan
persyaratan dalam Monografi Materia Medika Indonesia. Uji mikroskopik
dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran yang disesuaikan
dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial,
paradermal atau membujur atau dapat pula berupa serbuk (Andini, Dewi, dkk.
2021).
Uji mikroskopik mengamati unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari
pengujian ini diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal spesifik
masing-masing simplisia. Metode mikroskopik merupakan cara utama untuk
mengenali simplisia berbentuk sayatan atau serbuk yaitu dengan pengamatan di
bawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali atau lebih (Andini, Dewi, dkk.
2021).
Metode mikrokimia menggunakan pereaksi antara lain adalah air untuk
melihat serbuk amilum pada radix, semen dan fructus, kloralhidrat untuk melihat
serbuk-serbuk pada umumnya dan reagen zat warna seperti aqua-iod untuk
melihat amilum, NaOH/KOH untuk melihat lignum dan FeCl3 untuk melihat
tannin (Andini, Dewi, dkk. 2021).
Cara menggunakan mikroskop:
1. Perbesaran lemah (10x10)
a. Putar revolver dan arahkan lensa objectif perbesaran 10 x diatas kondensor
dengan tepat. Buka diafragma dan aturlah kondensor.
b. Arahkan cermin kea rah datangnya cahaya, sambil melihat lensa okuler cari
cahaya yang paling terang.
c. Preparat diletakkan tepat di bawah lensa objektif, putar sekerup besar pada tabung
untuk mengatur lensa objektif agar dekat dengan preparat (jangan sampai
menyentuh preparat).
d. Sambil melihat pada lensa okuler, sekerup makro digerakkan agar lensa objektif
naik ke atas sedikit demi sedikit menjauh preparat sampai didapatkan bayangan
dengan jelas.
2. Perbesaran kuat (40 x 10 atau 100 x 10)
a. Setelah dihasilkan bayangan yang tepat pada perbesaran lemah, putarlah revolver
untuk mengganti perbesaran lensa objektifnya.
b. Bila belum jelas maka dapat diatur dengan menggerakkan sekerup halus.
Jangan sekali-kali menggerakan sekerup besar untuk perbesaran kuat!
3. Memperjelas bayangan benda
a. Buka diafragma secara sempurna
b. Atur kondensornya
c. Aturlah tabung dengan menggerakkan sekerup halus
(Andini, Dewi, dkk. 2021)

III. ALAT DAN BAHAN

a) Alat
• Cawan porselen

• Tabung reaksi
• Rak tabung

• Gelas ukur 10 ml
• Kertas saring

b) Bahan
• Minyak atsiri (cengkeh dan kayu putih)
• Aquadest

• NaCl jenuh
• Etanol 95% dan 70%

• Kloroform
• Petrolium Eter

• FeCl3 1%
• NaOH 2N

IV. CARA KERJA


A. Identifikasi Minyak Atsiri
Minyak atsiri kayu putih dan minyak atsiri cengkeh disiapkan

Aquadest dituangkan kedalam cawan porselin

Minyak atsiri diteteskan yang berisi aquadest

Karakteristik minyak atsiri didentifikasi


B. Uji Noda Lemak
Kertas saring disiapkan, dipotong persegi

Satu tetes minyak atsiri diteteskan diatas kertas saring, didiamkan beberapa saat

Perubahan yang terjadi diidentifikasi


C. Uji Tapak Air

Dua gelas ukur disiapkan

Minyak atsiri kayu putih dan cengkeh dimasukan ke dalam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 1 mL

Pereaksi NaCl jenuh sebanyak 1 mL ditambahkan ke dalam masing-masing tabung


reaksi, digojog hingga interaksi antara minyak atsiri dan NaCl terjadi, di diamkan
beberapa menit

Perubahan yang terjadi diidentifikasi

D. Uji Kelarutan Minyak Atsiri

Minyak atsiri kayu putih dan cengkeh terlebih dahulu dimasukan kedalam tabung
reaksi, masing-masing 3 tabung

Pelarut Etanol 95%, Kloroform, dan Petrolium Eter disiapkan

Sepuluh tetes pelarut diteteskan ke dalam masing-masing tabung reaksi, satu tabung
reaksi satu pelarut
Digojog sampai interaksi antara minyak atsiri dan pelarut terjadi

Perubahan yang terjadi diidentifikasi

E. Uji Senyawa Fenol Dalam Minyak Atsiri

2,5 mL minyak atsiri kayu putih dan cengkah dimasukan kedalam labu takar, Etanol
70% ditambahkan sampai tanda batas, dicampur hingga homogen

Minyak atsiri yag sudah dicampuri Etanol 70% masing-masing diambil 1 mL,
dimasukan kedalam tabung reaksi

Tiga tetes FeCl3 ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi

Perubahan yang terjadi diamati

F. Uji Reduksi Volume Minyak Atsiri

Minyak atsiri cengkeh yang positif fenol disiapkan

Minyak cengkeh sebanyak 1 mL diukur dengan gelas ukur

1 mL NaOH 2N ditambahkan kedalam gelas ukur, digojog sampai interaksi antara


minyak dan NaOH 2N terjadi

Perubahan yang terjadi diamati


V. DATA PENGAMATAN
Nama Uji Minyak Warna Perubahan Hasil
Bahan Atsiri yang Semula warna yang (+/-) Keterangan
Digunakan terjadi
Minyak Putih Mudah (+)
kayu bening menguap /
putih folatil

Minyak kayu putih memiliki berat


jenis yang lebih kecil
dibandingkan dengan berat jenis
Uji air, maka lama-kelamaan minyak
Karakteristik atsiri akan menghilang dari
Minyak permukaan
Minyak Atsiri di Putih Hidrofobik (-)
atsiri Permukaan bening ( tidak dapat
dari Air bercampur
daun dengan air )
cengkeh
Berat jenis dari minyak atsiri
daun cengkeh lebih besar
dibandingkan dengan berat jenis
air

Minyak Noda Mudah (+)


kayu sampel menguap /
putih folatil

Tidak ada noda transparan yang


tertinggal pada kertas saring
Uji noda
lemak Noda Terjadi (+)
Minyak sampel perubahan
atsiri karakteristik
dari dari minyak
daun atsiri
cengkeh cengkeh
yang masih Masih terdapat noda yang
ada noda tertinggal pada kertas saring,
lemak mengalami perubahan
karakteristik yang disebabkan
oleh factor penyimpanan yang
tidak sesuai
Minyak Putih Terjadi 2 (-)
kayu bening fase
putih bagian
atas
merupak
an
minyak Terjadi penambahan volume
kayu NaCl yang awalnya 1 ml
putih bertambah menjadi 1,2 ml. pada
yang sampel ini masih terkandung air
berwarna di dalamnya sehingga NaCl jenuh
kuning ini masih mengikat air yang
dan pada berada di dalam minyak atsiri
Uji tapak air bagian kayu putih.
bawah
NaCl
ysng
berwarna
bening
Minyak Putih Terjadi 2 (+)
atsiri bening fase
dari bagian
daun atas
cengkeh merupaka
n minyak
Minyak cengkeh yang digunakan
daun
adalah minyak cengkeh murni
cengekeh
yang sudah tidak ada kandungan
yang
airnya, karena tidak ada
berwarna
penambahan volume dari NaCl
kuning
maka tidak ada air yang terikat
ke-orenan
pada NaCl tersebut
dan pada
bagian
bawah
NaCl
ysng
berwarna
bening
Minyak Uji Warna Jernih (-)
atsiri kelarutan keruh
dari minyak
daun atsiri
cengkeh
&
minyak
Uji kelarutan dilakukan dengan
kayu
menggunakan pelarut etanol,
putih
kloroform dan petroleum eter,
masing masing dilarutkan dengan
perbandingan1:1. Jika minyak
atsiri belum larut dengan
sempurna artinya masih terdapat
pemisahan 2 fase pada 2 bagian
tersebut, maka ditambahkan
kembali 1 bagian sampai larutan
tersebut larut dengan sempurna
artinya larutan homogeny dan
tidak ada pemisahan 2 fase.
- Dilarutkan dengan etanol
96% (cengkeh
mendapatkan hasil 1:1,
minyak kayu putih 1:1)
- Kloroform , cengkeh 1:6,
minyak kayu putih 1:1)
- Petroleum eter , cengkeh
1:5. Minyak kayu putih
1:1)
Minyak Putih Hijau (+)
Atsiri keruh

Uji fenol ini dilakukan dengan


meggunakan pereaksi FeCl3 1%.
Minyak atsiri dan minyak kayu
putih masing-masing diberi 3
tetes FeCl3 1%
Pada minyak atsiri cengkeh
menhasilkan hasil yang positif
mengandung fenol karena terjadi
perubahan warna hijau
Uji senyawa
fenol dalam
Minyak Kuning Kuning (-)
minyak
kayu
atsiri
putih

Pada minyak kayu putih setelah


ditambahkan pereaksi FeCl3 1%
masih berwarna kuning tidak
terjadi perubahan warna sehingga
dapat dikatakan pada minyak
kayu putih ini tidak terkandung
senyawa fenol didalamnya
Minyak Uji reduksi Coklat Coklat (+)
cengkeh volume keruh
pekat
minyak
cengkeh

Minyak atsiri yang ditambahkan


dengan NaOH tercampur dan
tidak terjadi pemisahan menjadi 2
fase. Tidak terjadi pengurangan
volume pada minyak cengkeh
maka dimungkinkan pada minyak
cengkeh yang digunakan terjadi
perubahan karakteristik karena
ada suatu penyimpanan yang
kurang sesuai

VI. PEMBAHASAN

Minyak atsiri merupakan suatu campuran yang memiliki karakteristik aroma yang
khas dan mudah menguap (volatile). Minyak atsiri didefinisikan sebagai hasil
produk penyulingan dengan uap dari bagian bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri
dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap
(volatile) dan bahan campuran yang tidak menguap (non-volatile) yang merupakan
penyebab karakteristik aroma dan rasanya. (Dyah. A Anggraeni, dkk, 2015).
Pada percobaan ini kami menggunakan dua sampel yaitu minyak atsiri kayu putih
dan minyak atsiri daun cemgkeh. Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang
dihasilkan oleh tanaman kayu putih dengan nama Melaleuca cajuputi. Minyak
cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bunga,
tangkai atau gagang bunga dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum / Eugeni
aromatic).
Uji yang pertama yaitu uji karakteristik minyak atsiri di permukaan air, dan
didapatkan hasil minyak atsiri kayu putih menyebar pada permukaan air dan lama-
kelamaan akan hilang. Hal ini menandakan bahwa berat jenis minyak atsiri kayu putih
lebih kecil daripada berat jenis air yaitu 0,900 - 0,930 g/cm3 (BSN, 2006) lebih kecil
dari 1 g/cm3 dan minyak atsiri kayu putih memiliki sifat volatil (mudah menguap).
Sedangkan untuk minyak atsiri daun cengkeh berada dibagian dasar cawaan
porselen, hal ini menandakan bahwa berat jenih minyak atsiri daun cengkeh lebih
besar daripada berat jenis air yaitu 1,025 – 1,049 g/cm3 (BSN, 2006) lebih besar
dari 1 g/cm3 dan artinya bersifat hidrofobik yaitu tidak bisa bercampur dengan air.
Uji yang kedua yaitu uji noda lemak, pada percobaan minyak atsiri daun kayu
putih mula-mula terdapat noda lemak tetapi setelah dibiarkan beberapa menit hasilnya
tidak ada noda transparan. Hal ini berarti bahwa minyak atsiri daun kayu putih
memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik minyak atsiri yaitu mudah
menguap (volatil) (Evi.Sopiah, dkk, 2016). Sedangkan pada minyak atsiri daun
cengkeh setelah dibiarkan beberapa menit terdapat noda yang tertinggal pada kertas
saring. Hal ini bukan berarti minyak cengkeh yang digunakan bukan minyak atsiri
tetapi minyak cengkeh yang digunakan kemungkinan sudah mengalami perubahan
karakteristik yang disebabkan oleh beberapa faktor, contohnya faktor penyimpanan
yang tidak sesuai. Seharusnya minyak cengkeh disimpan pada botol gelap dan haus
disimpan dalam volume yang penuh dan ditutup rapat.
Uji ketiga yaitu uji tapak air, pada percobaan minyak atsiri daun kayu putih mula-
mula volume minyak atsiri kayu putih 1 ml dan volume NaOH 1 ml, setelah
dilakukan penggojogkan volume NaOH mengalami penambahan yaitu menjadi 1,2
ml. Hal ini sampel minyak kayu putih masih mengandung air di dalamnya sehingga
NaCl jenuh masih mengikat air pada minyak kayu putih, artinya sampel minyak
kayu putih yang digunakan tidak murni. Beberapa faktor yang menyebabkan minyak
kayu putih tidak murni yaitu seperti pada proses pembuatannya dan penyimpanan.
Hasil yang sama dengan uji pada minyak atsiri daun cemgkeh yaitu terdapat
penambahan volume NaCl yang artinya minyak atsiri daun cengkeh yang digunakan
tidak murni.
Uji yang keempat yaitu uji kelarutan minyak Atsiri dalam etanol, kloroform dan
petroleum eter. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelarutan minyak Atsiri
terhadap berbagai macam pelarut. Sampel yang digunakan adalah minyak atsiri
daun cengkeh dan minyak kayu putih. Hasil yang didapatkan pada minyak daun
cengkeh, banyaknya pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 bagian minyak
cengkeh larut dalam 1 bagian etanol, 1 bgaian minyak daun cengkeh larut dalam 6
bagian kloroform, dan 1 bagian minyak daun cengkeh larut dalam 5 bagian
petroleum eter. Sedangkan untuk minyak kayu putih dibutuhkan untuk melarutkan 1
bagian minyak kayu putih yaitu dibutuhkan 1 bagian etanol 1 bagian kloroform dan 3
bagian petroleum eter.
Untuk mendeteksi adanya fenol dalam minyak atsiri daun cengkeh dan minyak
kayu putih dilakukan dengan menambahkan FeCl3 pada sampel yang minyak Atsiri
yang sudah ditambah dengan etanol 70%. Apabila sampel mengandung fenol
akan terjadi perubahan warna menjadi biru atau hijau kehitaman. Pada percobaan
yang telah dilakukan pada minyak Atsiri daun cengkeh dan minyak kayu putih
didapatkan hasil, pada minyak Atsiri daun cengkeh terjadi perubahan warna setelah
direaksikan dengan FeCl3, yang semula berwarna putih keruh berubah menjadi
warna hijau dan pada minyak kayu putih setelah direaksikan dengan FeCl3 tidak
terjadi perubahan warna. Yang artinya dari kedua minyak tersebut yang positif
mengandung fenol adalah minyak Atsiri daun cengkeh.
Identifikasi selanjutnya adalah uji reduksi volume minyak Atsiri yang bertujuan,
untuk mengetahui ada tidaknya pengurangan volume pada minyak atsiri. Uji ini
dilakukanapabila pada uji fenol didapat kan hasil minyak Atsiri positif mengandung
senyawa fenol. Karena pada uji senyawa fenol minyak cengkeh yang hasilnya
positif, maka uji reduksi hanya dilakukan pada minyak Atsiri daun cengkeh saja.
Dengan cara, 1 mL NaOH 2N ditambahkan kedalam 1 mL sampel minyak Atsiri
daun cengkeh, kemudian digojog sampai terjadi interaksi antara minyak dan NaOH
2N. Hasil yang didapatkan adalah tidak terjadi pengurangan volume pada minyak
Atsiri daun cengkeh. Kondisi ini dimungkinkan karena terjadi perubahan
karakteristik dari minyak atrsiri daun cengkeh.

VII. KESIMPULAN
Percobaan ke-empat pada praktikum kali ini mengenai identifikasi terpenoid dan
minyak atsiri dapat disimpulkan bahwan pada sampel minyak kayu putih dan daun
cengkeh mengandung minyak atsiri karena memiliki karakteristik yang sama dengan
minyak atsiri salah satunya yaitu mudah menguap atau volatil dan kami dapat mengetahui
kemurnian dari minyak atsiri kayu putih dan daun cengkeh.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Dewi, dkk., 2021. Buku Petujuk Praktikum Farmakognosi. Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Balitkabi. 2016, Deskripsi Varietas Unggul Ubi Jalar 1997-2016, Balai Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi, Malang.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Standar Mutu Minyak Daun Cengkih. SNI 06-
2387-2006. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2006. Standar Mutu Minyak Kayu Ptih. SNI 06-
3954-2006. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dyah. A. Anggraeni, dkk, 2015, Makalah Farmakognosi Minya Atsiri, Fakultas Farmasi,
STIKES Karya Putra Bangsa, Tulungagung
Evi. Sopiah, dkk, 2016, Makalah Minyak Atsiri, Fakultas Sains dan Farmasi, Universitas
Matthla”ul Anwar, Banten

Anda mungkin juga menyukai