Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia
kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk
kesehatan. Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun (ilmu,
teknologi dan sosial budaya) yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa
kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas,
menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti dan
dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada manusia dan
hewan. Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan
orientasi di bidang kesehatan. Dalam dunia farmasi kita mempelajari berbagai
macam cabang ilmu materi salah satunya yaitu botani.
Botani atau ilmu tumbuh tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang
tumbuh tumbuhan, jamur, dan alga, dengan demikian dalam botani dipelajari
semua disiplin ilmu seperti genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme,
perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik serta
evolusi yang berhubungan dengan tumbuhan. Tumbuhan merupakan makhluk
hidup multiseluler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-
organel yang ada didalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma
yang dibungkus oleh membran plasma yang merupakan membran yang mampu
mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan
sebaliknya (Tjitrosoepomo, 2012).
Tumbuhan adalah flora yang berasal dari Kingdom Plantae. Tumbuhan
berkembang biak secara alami tanpa adanya campur tangan dari manusia.
Pada tumbuhan tingkat tinggi. Dalam praktikum untuk melihat sel-sel seperti
klorofil, kloroplas, dan tilakoid bisa dilihat menggunakan mikroskop. Roobert
Hooke memanfaatkan mikroskop dan berhasil menjadi orang pertama melihat
ruang-ruang kecil yang dibentuk oleh irisan pada jaringan tumbuh-tumbuhan.
Jaringan-jaringan itu dilihatnya bagaikan tersusun dari banyak ruang kecil yang
dibatasi dinding-dinding tipis. Ruang-ruang kecil ini dinamakan dengan sel.
Sel adalah bagan terkecil yang terdapat pada makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup pasti memiliki sel, jika tidak maka dia bisa dikatakan buka
makhluk hidup, karena dalam tubuh makhluk hidup ada yang namanya organ.
Jadi, sel merupakan hal mendasar dari segala aktifitas dalam tubuh kita. Tidak
hanya makhluk hidup yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan, sel juga
mengalami yang demikian, karena sel juga ada yang hidup dan ada juga yang
mati. Sel hidup merupakan sel yang masih aktif bekerja dibidangnya, artinya sel
hidup adalah sel masih terus bekerja tanpa henti, harus mengalami pembelahan
dan lain-lain. Sedangkan sel mati adalah sel yang sudah tidak bekerja pada tubuh
makhluk hidup, artinya sel ini sudah tidak bekerja untuk kehidupan mahluk hidup.
(Poedjiadi, 2011).
Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan didalam suatu larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dari pada didalam sel, maka air akan meninggalkan sel
sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka
ruang antara membran dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini
berlangsung sampai konsentrasi didalam dan diluar sel sama besar. Akibat
peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut
volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut
dinamakan dengan plasmolisis.
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel melalui
membrane sel akibat dari pengaruh gradient konsentrasi. Peristiwa
plasmolisis ini terjadi jika sel dimasukkan ke dalam larutan yang
hipertonis terhadap plasma sel, menyebabkan air merembes ke luar dinding sel.
Hal ini terjadi karena deficit tekanan difusi di dalam suatu sel lebih
rendah dari deficit tekanan difusi yang ada di sekitar sel, sehingga air akan
meninggalkan sel sampai deficit tekanan difusi di dalam dan deficit tekanan difusi
di luar sel sama besar. Peristiwa plasmolisis ini terjadi karena adanya
perpindahan molekul dari kerapatan rendah ke kerapatan tinggi. Perpindahan
molekul ini dinamakan osmosis. Osmosis merupakan bagian dari transport
pasif. Secara umum perpindahan molekul atau ion melewati membrane
terdiri atas 2 macam, yaitu transport pasif dan transport aktif.
Transport pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa
menggunakan energi sel. Perpindahan tersebut terjadi secara spontan, dari
konsentrasi tinggi ke rendah. Contohnya difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi.
Transport aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi
dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi.
Contohnya pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis dan eksositosis
(Seputro.1990:77).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah praktikum tentang
“Plasmolisis” untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan plasmolisis, serta
bagaimana proses terjadinya plasmolisis.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu plasmolisis pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu plasmolysis pada
tumbuhan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Plasmolisis
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik).Akibatnya cairan yang ada di dalam sel
keluar dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana
membran sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah diamati pada sel
bawang merah ataupun daun Rhoe-discolor yang direndam pada larutan sukrose
dengan konsentrasi tertentu.Bagian yang diambil untuk diamati yakni pada selaput
tipis yang biasanya ada diantara umbi bawang merah, atau pada sel selaput
epidermis daunRhoe discolor, (Bambang, 2006).
Pergerakkan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari
larutan hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat
terlarut kedua zat seimbang (isotonic). Pada saat sel diletakkan dalam air suling ,
konsentrasi zat terlarut dalam sel hipertonik karena adanya garam mineral, asam
organik dan berbagai zat lain yang di kandung sel. Dengan demikian air akan
terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar
sel sama. Namun, membrane sel mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah.Pada sel tumbuhan hal ini dapat
teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang
lebih lanjut, (Fiktor Ferdinand, 2007).
Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi
kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini
membuat konsentrasi dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan
konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel
menjadi membengkak karena air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya
yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum
dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air
lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat dalam
lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-
menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel, (Jane B. Reech,
2003).
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula.
Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal
dengan istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama
dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis,
sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel
dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak
masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-
molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan
sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya
tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa
ini adalah sel kembali ke keadaan semula, (Elsa, 2009).
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi
di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel
pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan
eksosmosis (Buana dkk, 2011)
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh
sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung
yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan
protoplas diisi udara Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme
yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut
dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada
molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Syamsuni,
2006).
Plasmolisis merupakan keadaan dimana membran dari sitoplasma akan
keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dengan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis.  Plasmolisis ini sendiri merupakan
contoh kasus tranportasi sel secara osmosis (Syamsuni, 2006).
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput
atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang
mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling sedikit.
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke
dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh
organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa.
Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah
melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah
dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti
jika konsentrasi zat di kedua sisi membrane tersebut telah mencapai
keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel
bermembran.Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan.Oleh karena
itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni
tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis.Jadi dapat disimpulkan bahwa
ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidaknya osmosis
yang terjadi, (Ernawati, 2006).
2.1.2 Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi
lagi. (Dartius, 2001)
Sebuah larutan hipertonik adalah campuran dengan konsentrasi tinggi zat
terlarut bila dibandingkan dengan larutan lain yang dipisahkan oleh sebuah
membran semi permeabel. Sifat tonisitas sering digunakan untuk menggambarkan
biologis tubuh, dengan konsentrasi zat terlarut sel dan cairan sekitarnya digunakan
sebagai contoh.Tonisitas berkaitan dengan osmosis, di mana cairan mengalir
bolak-balik melintasi membran semipermeabel; osmolaritas berbeda dari tonisitas
dalam hal itu menganggap konsentrasi zat terlarut yang menembus membran dan
mereka yang tidak, sementara tonisitas hanya menganggap mereka yang tidak
menembus (Fatmawati, 2012)
Jika suatu larutan adalah hipertonik, itu berarti bahwa fluida akan mengalir
melintasi membran dan ke dalam larutan hipertonik sampai keadaan isotonik
tercapai. Dalam keadaan isotonik, larutan di kedua sisi membran memiliki
distribusi yang sama zat terlarut. Sebaliknya, dengan larutan hipotonik,
konsentrasi zat terlarut lebih rendah daripada larutan di sisi lain dari membran,
yang berarti bahwa air akan ditarik keluar dari larutan hipotonik dan menjadi
larutan hipertonik (Rahmawati, 2015)
2.1.3 Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik,
tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga
menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi. (Guritno, 2006)
Sebuah larutan hipotonik adalah setiap larutan yang memiliki tekanan
osmotik lebih rendah dibandingkan larutan lainnya.Dalam bidang biologi, ini
umumnya mengacu pada larutan yang memiliki kurang zat terlarut dan air lebih
dari larutan lainnya.Ini digunakan dalam biologi untuk membantu ilmuwan
mendeskripsikan sel. Mengetahui osmolaritas (konsentrasi larutan dalam jumlah
zat terlarut per liter) dari larutan yang berbeda dapat menunjukkan kepada
ilmuwan cara mana gradien air dan gradien zat terlarut akan terbentuk (Savitri,
2005)
Karena sifat difusi, setiap zat terlarut dalam larutan memiliki kecenderungan
untuk menyebar satu sama lain sampai terdistribusi merata. Dalam larutan berair,
ini terutama disebabkan oleh interaksi yang dimiliki molekul air polar pada zat
terlarut.Ujung berlawanan dari molekul memiliki muatan yang berbeda, yang
membentuk ikatan sementara, yang disebut ikatan hidrogen, dengan bagian
bermuatan molekul terlarut lainnya (Mulyani, 2007)
Molekul air berkelompok di sekitar zat terlarut, menjauhkan mereka dari
konsentrasi tertinggi zat terlarut, dan memungkinkan lebih banyak molekul air
untuk bergerak masuk. Oleh karena itu, jika Anda menuangkan larutan hipotonik
ke dalam larutan hipertonik, larutannya pada awalnya akan memiliki area yang
tinggi dan rendah, tetapi konsentrasi akan cepat mencapai keseimbangan. Jika
kedua larutan ini dipisahkan oleh membran yang hanya akan membiarkan air
melalui, air akan keluar dari larutan hipotonik dan ke dalam larutan hipertonik,
sampai keduanya isotonik satu sama lain (Purno basuki, 2011)
Sel hanyalah sebuah larutan yang dikelilingi oleh kantong semipermeabel
yaitu membran plasma. Membran plasma mampu menjaga zat terlarut tidak
menyebar di seluruh membran sel, sementara itu memungkinkan air untuk
berdifusi dengan osmosis melintasi membran ke sitoplasma. Membran tertanam
dengan protein khusus, yang disebut protein transpor membran yang membantu
mengangkut zat terlarut khusus di seluruh membran (Simpson, 2012)
Protein lain, yang disebut aquaporin menjaga saluran terbuka sehingga
hanya air yang dapat melewatinya. Semua sel harus mengatur kandungan zat
terlarut mereka, untuk memastikan mereka tidak mengering atau menjadi terlalu
penuh air. Sel dengan sitosol yang merupakan larutan hipotonik terhadap
lingkungan akan kehilangan air ke lingkungan yang lebih hipertonik yang
memiliki lebih banyak zat terlarut. Air, didorong untuk menyamakan dua larutan,
diambil dari sel. Sel yang sitosolnya merupakan larutan sangat hipotonik
dibandingkan dengan lingkungannya akan mengerut, dan dikatakan plasmolisis.
Ini hampir selalu merupakan kondisi buruk bagi sel, yang membutuhkan air untuk
banyak reaksi kimia (Moenandir, 2013)
Dalam situasi sebaliknya, lingkungan bisa menjadi larutan hipotonik
dibandingkan dengan sel. Dalam hal ini, air dari lingkungan cenderung berdifusi
ke dalam sel. Jika larutan hipotonik dari lingkungan terlalu kuat, sel bisa melisis
(terbelah).Sel memiliki banyak mekanisme untuk mengendalikan aliran air
ini.Pada tumbuhan, jamur, dan sel bakteri, dinding sel terbentuk di sekitar sel,
yang membuatnya tidak meledak. Dinding sel ini terdiri dari berbagai
polisakarida, protein, dan molekul lainnya.Saat air mengisi sel dan mendorong
dinding sel, tekanan turgor dibuat. Tekanan ini membantu memaksa air keluar
dari sel, melawan aliran air ke dalam.Gambar di bawah ini menunjukkan satu sel
tumbuhan di lingkungan yang berbeda. Sel di paling kanan mewakili sel
tumbuhan yang bombastis dalam larutan hipotonik (Ratrani, 2016)
2.1.4 Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak
melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak
sempurna.Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik.Ini berbeda
dengan larutan-larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan pergerakan jaringan
molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah larutan yang
mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang normal
dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik (Rukmana, 2007)
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolaritas yang sama, atau
konsentrasi zat terlarut, dengan larutan lain. Jika kedua larutan ini dipisahkan oleh
membran semipermeabel, air akan mengalir dalam bagian yang sama dari setiap
larutan dan ke yang lainnya. Efeknya adalah aliran air nol antara dua larutan,
meskipun air bergerak dua arah (Hidayat, 2010)
Dalam biologi, beberapa sel harus dipertahankan dalam larutan isotonik
untuk mendukung fungsi seluler. Banyak sel hewan, yang tidak memiliki dinding
sel untuk memberikan dukungan terhadap efek tekanan air, bergantung pada
stabilitas lingkungan eksternal untuk mempertahankan bentuknya. Sebagian besar
hewan mempertahankan pH dan osmolaritas cairan di dalam tubuh mereka untuk
menciptakan larutan isotonik untuk mengaisi sel-sel mereka. Larutan ini dapat
membawa nutrisi dan air, tetapi hanya dalam proporsi yang sama dengan yang ada
di dalam sel (Suwarno, 2009).
2.2 Uraian tanaman
2.2.1 Tanaman jadam (Rhoeo discolor folium)
a. Klasifikasi (Abdul . K., 2008)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Commelinales
Gambar 2.1
Familia : Commelinaceae
Tanaman jadam
Genus : Rhoeo
Rhoeo discolor folium
Species : Rhoeo discolor [L.
Her.]
b. Morfologi
Tanaman ini berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tanaman berupa
herba dengan tinggi pohon antara 40-60 cm. batangnya pendek dan kasar dan
tidak mempunyai percabangan. Daun nya merupakan daun tunggal berbentuk
lonjong, permukaan atas berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna merah
keunguan. Batangnya merupakan bunga majemuk, berbentuk mangkok, muncul di
ketiak daun, terbungkus kelopak seperti kerang, mahkota bunga berbentuk segi
tiga, terdiri atas tiga lembaran berwarna putih. Perbanyakan tumbuhan Rhoeo
discolor dengan menggunakan biji. Nanas kerang dirawat dengan disiram air yang
cukup, dijaga kelembaban tanahnya, dan di pupuk dengan pupuk organik
(Syamsul, 2008).
c. Kandungan kimia
Rhoeo discolor merupakan salah satu tanaman yang memiliki beberapa
senyawa metabolit sekunder berupa alkaloida, flavonoida, tanin, polifenol.
Senyawa saponin dan tanin terdapat pada daun dan bunga Rhoeo discolor (Kirana,
2011).
d. Manfaat
Selain sebagai tanaman hias dalam pot maupun sebagai pembatas
tanaman, daun dan bunganya berguna sebagai antiradang, memelihara paru,
mencairkan dahak, antidiare, dan membersihkan darah (Arief , dkk., 2010).
2.3 Uraian bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 2012)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Nama Kimia : Alkanol
Rumus Molekul : C₂H₅OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru
yangtidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai pembersih alat dan bahan
Khasiat : Sebagai antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme) untuk pembersih
luka atau alat-alat medis
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 2011)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Nama Kimia : Oxidane, Water
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai cairan yang diteteskan pada sampel
preparat agar memperjelas objek pada saat
pengamat
Khasiat : Sebagai pelarut bahan-bahan kimia dan sebagai
sumber air dalam proses produksi dalam bidang
industri.
2.3.3 HCl (DEPKES, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM
Nama Lain : Asam klorida
Nama Kimia : Hydrogen chloride
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 36,46 gram


Pemerian : Cairan tak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan
bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan yang akan diteteskan pada sampel
percobaan plasmolisis
Khasiat : Dapat membantu tubuh untuk memecah, mencerna,
dan menyerap nutrisi pada makanan.
2.2.4 NaCL (Dirjen POM, 2011)
Nama Resmi : Natrium Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 32,04 g/mol


Pemerian : Hablur bentuk kubus, serbuk hablur putih, rasa
asin
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber ion klorida dan ion natrium.
2.3.5 Kalium Hidroksida (Dirjen POM, 2011)
Nama Resmi : Kalium Hydroxydum
Nama Lain : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Rumus Struktr :

Pemberian : Massa berbentuk batang dan mudah meleleh


Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titrant
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum Botani Farmasi tentang Plasmolisis dilaksanakan pada
hari Senin, 14 November 2022. Dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan jam
13.00 WITA. Bertempat di Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan di Laboratorium Bahan Alam
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat alat yang digunakan adalah gelas kimia, kaca objek, micro glass,
mikroskop, pipet, silet.
3.2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah Aquadest, Alkohol 70%, Alkohol
96%, Bunga jadam (Rhoeo discolor folium), HCl, NaCl, NaOH, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan 5 buah kaca preparat
2. Dibuat beberapa sayatan pada epidermis bawah bunga jadam tersebut.
Usahakan menyayatnya selapis saja
3. Diperiksa dibawah mikroskop apakah sayatan sudah cukup bagus
4. Dibersihkan aquadest dengan tisu, kemudian ditetesi masing masing
larutan Alkohol 96%, Aquadest, HCl, NaCl, dan NaOH pada 5 preparat
5. Dibiarkan preparat tersebut selama 15 menit pada masing masing larutan
lalu diperiksa kembali penampakannya di bawah mikroskop.
6. Diamati masing masing preparat tersebut dan digambar masing masing
perbedaan dari kelima sampel dengan larutan yang berbeda tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan Literatur
No. Larutan
Sebelum Sesudah Sebeleum Sesudah
1. Alkohol
96%

(Dhiarrafi, (Dhiarrafi,
2016) 2016)

2. Aquadest

(Rusnah, (Rusnah,
2016) 2016)
3. HCl

(Riyaldi, (Riyaldi,
2015) 2015)
4. NaCl

(Hendra, (Hendra,
2012) 2012)
5. NaOH

(Monna, (Monna,
2022) 2022)

4.2 Pembahasan
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik).Akibatnya cairan yang ada di dalam sel
keluar dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana
membran sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah diamati pada sel
bawang merah ataupun daun Rhoe-discolor yang direndam pada larutan sukrose
dengan konsentrasi tertentu.Bagian yang diambil untuk diamati yakni pada selaput
tipis yang biasanya ada diantara umbi bawang merah, atau pada sel selaput
epidermis daunRhoe discolor, (Bambang, 2006).
Pada percobaan ini digunakan alat diantaranya adalah cover glass, kaca
preparat, mikroskop, pipet tetes, silet dan tabung reaksi. Adapun bahan yang
digunakan adalah alkohol 96%, alkohol 70%, aquadest, bunga jadam (Rhoeo
discolor folium), HCl, NaCl, NaOH, dan tisu.
Hal pertama dilakukannya itu dengan membersihkan alat menggunakan
alkohol 70% karena alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, dan alkohol 70% ini juga mengandung
antiseptic dan desinfektan. (Noviansari, dkk, 2013)
Menurut Levinson (2017), sampel yang telah disiapkan diiris hingga setipis
mungkin, hal ini bertujuan agar struktur sel pada objek bisa diamati dengan jelas
objek pengamatan yang tidak dipotong tipis memiliki struktur yang menumpuk
dan tebal. Hal ini menyulitkan pengamatan. Untuk mendapatkan hasil pengamatan
yang jelas, maka objek pengamatan harus diiris setipis mungkin kemudian ditetesi
1-2 aquadest. Setelah itu ditutupi dengan microglass dan usahakan jangan sampai
ada gelembung udara di dalam preparat. Hal itu bertujuan agar preparat menempel
pada kaca objek dan bagian sel yang terdapat pada kaca objek lebih mudah
diamati, lalu amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian ganti
dengan perbesaran kuat agar mendapat gambar bagian sel tumbuhan dengan jelas.
Pada percobaan pertama pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
Alkohol 96% mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 73 dinding sel.
Menurut (Dirjen POM, 1979), alkohol digunakan untuk antiseptik dan juga
sebagai zat tambahan. Pada percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang
menempel setelah 15 menit didiamkan dalam larutan Alkohol 96%. Sedangkan
pada literatur terjadi hal yang sama setelah didiamkan pada larutan Alkohol 96%
mengalami peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel. Sampel bunga jadam
(Rhoeo discolor folium) yang ditetesi alkohol 96% mengalami plasmolisis dan
menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan hipertonis. Hipertonis merupakan
larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi daripada cairan di dalam sel
(WSS parwata, 2019).
Pada percobaan kedua pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
Aquadest tidak mengalami plasmolisis. Menurut (Dirjen POM, 2020), aquadest
sebagai zat tambahan. Pada percobaan ini plasma yang ada pada dinding sel tidak
terlepas hanya mengalami kepudaran. Sedangkan pada literatur terjadi hal yang
sama yaitu hanya mengalami kepudaran setelah didiamkan 15 menit pada larutan
Aquadest. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang ditetesi aquadest
menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan isotonis. Larutan isotonis
merupakan larutan yang diberikan untuk menambah volume plasma yang
menyebabkan terjadinya peningkatan osmotik sehingga menyebabkan
pengenceran glukosa di plasma (Soegondo, 2005).
Pada percobaan ketiga pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
HCl mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 65 dinding sel. Asam klorida
(HCL) berfungsi untuk memecah protein dalam makanan (Rifandi, 2014). Pada
percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang menempel setelah 15 menit
didiamkan dalam larutan HCl. Sedangkan pada literatur terjadi hal yang sama
setelah didiamkan pada larutan HCl mengalami peristiwa terlepasnya plasma dari
dinding sel. Sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang ditetesi HCl
menunjukkan kondisi sel tumbuhan di larutan hipertonis. Hipertonis adalah
larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi daripada cairan di dalam sel,
semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Pada percobaan keempat pada sampel Rhoeo discolor folium dengan
larutan NaCl mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 78 dinding sel.
Menurut (Masters, 2019) Penambahan NaCl untuk menjaga kandungan cairan
elektrolit agar tetap seimbang. Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya plasma
dari dinding sel apabila sel yang hidup tersebut diletakkan dalam suatu larutan
yang hipertonis terhadap cairan sel (Bambang, 2006). Pada percobaan ini tidak
ada satu pun plasma yang menempel setelah 15 menit didiamkan dalam larutan
NaCl. Sedangkan pada literatur terjadi hal yang sama setelah didiamkan pada
larutan NaCl mengalami peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel. Sampel
bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang ditetesi NaCl menunjukkan kondisi sel
tumbuhan di larutan isotonis. Larutan isotonis adalah larutan yang mengandung
osmolalitas yang mendekati osmolalitas plasma (Murry, dkk, 2003).
Pada percobaan kelima pada sampel Rhoeo discolor folium dengan larutan
NaOH mengalami plasmolisis, terlepasnya plasma dari 36 dinding sel. Menurut
(Depkes, 1979), Penambahan NaOH digunakan sebagai zat tambahan. Pada
percobaan ini tidak ada satu pun plasma yang menempel setelah didiamkan 15
menit dalam larutan NaOH. Sedangkan pada literatur terjadi peristiwa plasmolisis
tetapi masih ada pada beberapa dinding sel yang plasmanya masih menempel.
Kemungkinan untuk terlepasnya semua plasma perlu ditambahkan waktu 15
menit pada saat didiamkan dalam larutan NaOH. Sampel bunga jadam (Rhoeo
discolor folium) yang ditetesi NaOH menunjukkan kondisi sel tumbuhan di
larutan hipertonis. Hipertonik yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama dengan larutan lain (tidak bergerak) terlarut yang lebih
tinggi dengan larutan yang lain (air bergerak keluar sel) (Khasanah, 2020).
Adapun kemungkinan kesalahan yang dilakukan saat praktikum yaitu saat
penyayatan sampel, irisan masih terlalu tebal yang menjadikan struktur sampel
masih tersusun atau masih belum terlihat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dia atas pada praktikum botani farmasi dengan
percobaan “Plasolisis” dapat disimpulkan bahwa Plasmolisis adalah kondisi
dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi
(hipertonik) akibat cairan yang ada didalam sel keluar dari sel sehingga tekanan
sel akan terus berkembang sampai di suatu titik dimana membran terlepas dari
dinding sel. Plasmolisis dapat diartikan sebagai peristiwa terlepasnya plasma dari
dinding sel apabia sel yang hidup tersebut diletakkan dalam suatu larutan yang
hipertonis terhadap cairan sel.
Berdasarkan praktikum ini praktikan dapat mampu mengetahui apa yang
dimaksud dengan plasmolisis, serta bagaimana proses terjadinya plasmolisis.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Diharapkan dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten diharapkan agar kerjasama antara asisten dan
praktikan lebih ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan praktek,
hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya
agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.

Anda mungkin juga menyukai