Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa
(tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis
tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan
industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Penggunaan tumbuhan sebagai
obat tradisional umumnya hanya didasarkan atas pengalaman atau warisan
tanpa mengetahui kandungan kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut jika
ditelaah lebih lanjut mempunyai kandungan kimia aktif biologis, dengan
kekayaan tersebut pemerintah dan aparatur negara mengusahakan adanya
jurusan yang mampu memanfaatkan kekayaan tersebut. Salah satu jurusan
yang memanfaatkan kekayaan tersebut adalah jurusan Farmasi.
Farmasi adalah salah satu bidang profesi kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan dan kimia, yang mempunyai tanggung jawab
memastikan efektifitas dan keamanan penggunaan obat. Di jurusan Farmasi
terdapat mata kuliah yang mampu mempelajari hal tesebut yaitu mata kuliah
Botani
Botani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahan alam khususnya
tumbuhan, hewan dan mineral yang berkhasiat sebagai obat. Agar suatu
tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka tumbuhan menjadi
alternatif cara untuk melindungi keberadan tumbuhan. Maka dari itu kita
harus mempeljari struktur tumbuhan diantaranya Epidermis dan
modifikasinya.
Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, terkait dengan
klasifikasi (taksonomi), struktur (anatomi dan morfologi), dan fungsi
(fisiologi).Untuk lebih spesifikasinya maka ilmu botani ini disalurkan
memalui suatu percobaan tentang Plasmolisis(Randy wayne, 2009).
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam
larutan yang terkonsentrasi (hipertonik) akibat cairan yang ada didalam sel
keluar sel sehingga tekanan sel terus berkembang sampai disuatu titik dimana
membrane terlepas dari dinding sel (Salisburry and Rois, 1992)
Peristiwa plasmolisis ini terjadi jika sel dimasukkan kedalam
larutan yang hipertonis terhadap plasma sel, menyebabkan air merembes ke
luar dinding sel. Hal ini terjadi karena deficit tekanan difusi di dalam
suatu sel lebih rendah dari deficit tekanan difusi yang ada di sekitar sel,
sehingga air akan meninggalkan sel sampai deficit tekanan difusi di dalam dan
deficit tekanan difusi di luar sel sama besar.
(Dwijoseputro,1963)
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrim dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis,
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas. (Buana,
dkk. 2011)
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang plasmolisis,
sehingga nanti kita dapat mengetahui beberapa peristiwa plasmolisis dan zat
zat yang dapat menyebabkan hipertonik dan isotonis.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari Praktikum adalah :
1. Agar mampu mengetahui pengertian plasmolysis
2. Agar mampu mengetahui proses terjadinya plasmolisis
3. Agar mampu mengetahui hipertonik, hipotonik dan isotonis
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari Praktikum adalah :
1. Untuk dapat mengetahui pengertian plasmolysis
2. Agar mampu mengetahui proses terjadinya plasmolisis
3. Untuk dapat mengetahui hipertonik, hipotonik dan isotonis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Plasmolisis
Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik).Akibatnya cairan yang ada di dalam
sel keluar dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik
dimana membran sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah
diamati pada sel bawang merah ataupun daun Rhoe-discolor yang direndam
pada larutan sukrose dengan konsentrasi tertentu.Bagian yang diambil untuk
diamati yakni pada selaput tipis yang biasanya ada diantara umbi bawang
merah, atau pada sel selaput epidermis daunRhoe-discolor, (Bambang, 2006).
Pergerakkan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari
larutan hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan
konsentrasi zat terlarut kedua zat seimbang (isotonic). Pada saat sel diletakkan
dalam air suling , konsentrasi zat terlarut dalam sel hipertonik karena adanya
garam mineral, asam organik dan berbagai zat lain yang di kandung sel.
Dengan demikian air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi
larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membrane sel mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak
pecah.Pada sel tumbuhan hal ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki
dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut, (Fiktor Ferdinand,
2007).
Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi
kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini
membuat konsentrasi dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan
konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling
sel menjadi membengkak karena air masuk melalui osmosis. Akan tetapi,
dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu
sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan
penyerapan air lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling
sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air
secara terus-menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong
sel, (Jane B. Reech, 2003).
Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan
semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini
dikenal dengan istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini
hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat
lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang
antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang
berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel
karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam.
Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma
terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah
luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula,
(Elsa, 2009).
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang
terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan
meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk
menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 2011)
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang
bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air murni
maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi
melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil
pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan
plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Plasmolisis merupakan keadaan dimana membran dari sitoplasma akan
keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dengan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Plasmolisis ini sendiri
merupakan contoh kasus tranportasi sel secara osmosis (Goldworty, 1992).
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu
selaput atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi
yang mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling
sedikit. Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya
larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam
tubuh organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan
leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2
juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi
dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis
akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membrane tersebut telah
mencapai keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke
organel-organel bermembran.Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan
tekanan.Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan
istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah
osmosis.Jadi dapat disimpulkan bahwa ada atau tidaknya plasmolisis menjadi
indikator dari ada atau tidaknya osmosis yang terjadi, (Ernawati, 2006).
2.2 Larutan Hipertonik Hipotonik dan Isotonis
2.2.1 Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga
air bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik
menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara
ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel
tidak berfungsi lagi. (Dartius, 1991)
Sebuah larutan hipertonik adalah campuran dengan konsentrasi tinggi
zat terlarut bila dibandingkan dengan larutan lain yang dipisahkan oleh sebuah
membran semi permeabel. Sifat tonisitas sering digunakan untuk
menggambarkan biologis tubuh, dengan konsentrasi zat terlarut sel dan cairan
sekitarnya digunakan sebagai contoh.Tonisitas berkaitan dengan osmosis, di
mana cairan mengalir bolak-balik melintasi membran semipermeabel;
osmolaritas berbeda dari tonisitas dalam hal itu menganggap konsentrasi zat
terlarut yang menembus membran dan mereka yang tidak, sementara tonisitas
hanya menganggap mereka yang tidak menembus.
Jika suatu larutan adalah hipertonik, itu berarti bahwa fluida akan
mengalir melintasi membran dan ke dalam larutan hipertonik sampai keadaan
isotonik tercapai. Dalam keadaan isotonik, larutan di kedua sisi membran
memiliki distribusi yang sama zat terlarut. Sebaliknya, dengan larutan
hipotonik, konsentrasi zat terlarut lebih rendah daripada larutan di sisi lain
dari membran, yang berarti bahwa air akan ditarik keluar dari larutan
hipotonik dan menjadi larutan hipertonik.
2.2.2 Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik,
tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel,
sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi. (Guritno,1995)
Sebuah larutan hipotonik adalah setiap larutan yang memiliki tekanan
osmotik lebih rendah dibandingkan larutan lainnya.Dalam bidang biologi, ini
umumnya mengacu pada larutan yang memiliki kurang zat terlarut dan air
lebih dari larutan lainnya.Ini digunakan dalam biologi untuk membantu
ilmuwan mendeskripsikan sel. Mengetahui osmolaritas (konsentrasi larutan
dalam jumlah zat terlarut per liter) dari larutan yang berbeda dapat
menunjukkan kepada ilmuwan cara mana gradien air dan gradien zat terlarut
akan terbentuk.
Karena sifat difusi, setiap zat terlarut dalam larutan memiliki
kecenderungan untuk menyebar satu sama lain sampai terdistribusi merata.
Dalam larutan berair, ini terutama disebabkan oleh interaksi yang dimiliki
molekul air polar pada zat terlarut.Ujung berlawanan dari molekul memiliki
muatan yang berbeda, yang membentuk ikatan sementara, yang disebut ikatan
hidrogen, dengan bagian bermuatan molekul terlarut lainnya.
Molekul air berkelompok di sekitar zat terlarut, menjauhkan mereka dari
konsentrasi tertinggi zat terlarut, dan memungkinkan lebih banyak molekul air
untuk bergerak masuk. Oleh karena itu, jika Anda menuangkan larutan
hipotonik ke dalam larutan hipertonik, larutannya pada awalnya akan
memiliki area yang tinggi dan rendah, tetapi konsentrasi akan cepat mencapai
keseimbangan. Jika kedua larutan ini dipisahkan oleh membran yang hanya
akan membiarkan air melalui, air akan keluar dari larutan hipotonik dan ke
dalam larutan hipertonik, sampai keduanya isotonik satu sama lain.
Sel hanyalah sebuah larutan yang dikelilingi oleh kantong
semipermeabel yaitu membran plasma. Membran plasma mampu menjaga zat
terlarut tidak menyebar di seluruh membran sel, sementara itu memungkinkan
air untuk berdifusi dengan osmosis melintasi membran ke sitoplasma.
Membran tertanam dengan protein khusus, yang disebut protein transpor
membran yang membantu mengangkut zat terlarut khusus di seluruh
membran.
Protein lain, yang disebut aquaporin menjaga saluran terbuka sehingga
hanya air yang dapat melewatinya. Semua sel harus mengatur kandungan zat
terlarut mereka, untuk memastikan mereka tidak mengering atau menjadi
terlalu penuh air. Sel dengan sitosol yang merupakan larutan hipotonik
terhadap lingkungan akan kehilangan air ke lingkungan yang lebih hipertonik
yang memiliki lebih banyak zat terlarut. Air, didorong untuk menyamakan dua
larutan, diambil dari sel. Sel yang sitosolnya merupakan larutan sangat
hipotonik dibandingkan dengan lingkungannya akan mengerut, dan dikatakan
plasmolisis. Ini hampir selalu merupakan kondisi buruk bagi sel, yang
membutuhkan air untuk banyak reaksi kimia.
Dalam situasi sebaliknya, lingkungan bisa menjadi larutan hipotonik
dibandingkan dengan sel. Dalam hal ini, air dari lingkungan cenderung
berdifusi ke dalam sel. Jika larutan hipotonik dari lingkungan terlalu kuat, sel
bisa melisis (terbelah).Sel memiliki banyak mekanisme untuk mengendalikan
aliran air ini.Pada tumbuhan, jamur, dan sel bakteri, dinding sel terbentuk di
sekitar sel, yang membuatnya tidak meledak.Dinding sel ini terdiri dari
berbagai polisakarida, protein, dan molekul lainnya.Saat air mengisi sel dan
mendorong dinding sel, tekanan turgor dibuat.Tekanan ini membantu
memaksa air keluar dari sel, melawan aliran air ke dalam.Gambar di bawah ini
menunjukkan satu sel tumbuhan di lingkungan yang berbeda.Sel di paling
kanan mewakili sel tumbuhan yang bombastis dalam larutan hipotonik.
2.2.3 Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel
tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran
biologis tidak sempurna.Larutan – larutan yang tersisa dalam kesetimbangan
osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut
isotonik.Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak
melibatkan pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran
semipermeabel. Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang
sama contohnya sel-sel tubuh yang normal dan darah. Hal ini juga berbeda
dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik.
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolaritas yang sama,
atau konsentrasi zat terlarut, dengan larutan lain. Jika kedua larutan ini
dipisahkan oleh membran semipermeabel, air akan mengalir dalam bagian
yang sama dari setiap larutan dan ke yang lainnya. Efeknya adalah aliran air
nol antara dua larutan, meskipun air bergerak dua arah.
Dalam biologi, beberapa sel harus dipertahankan dalam larutan isotonik
untuk mendukung fungsi seluler. Banyak sel hewan, yang tidak memiliki
dinding sel untuk memberikan dukungan terhadap efek tekanan air,
bergantung pada stabilitas lingkungan eksternal untuk mempertahankan
bentuknya. Sebagian besar hewan mempertahankan pH dan osmolaritas cairan
di dalam tubuh mereka untuk menciptakan larutan isotonik untuk mengaisi
sel-sel mereka. Larutan ini dapat membawa nutrisi dan air, tetapi hanya dalam
proporsi yang sama dengan yang ada di dalam sel.
2.3 Uraian Tanaman
2.3.1 Tanaman Jadam (Rhoe discolor)
a. Klasifikasi menurut Abdul 2008

Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Gambar 2.3.1 Daun Jadam
Spesies : Rhoeo discolor (Rhoe discolor)
b. Nama Lain
Bangka Bankaan (Fhiliphina), Sosongkokan (Indonesia), Oyster Plant
(Inggris), Adam en eva (Belanda). (Dalimartha, 2001)

c. Morfologi
Merupakan herba yang kuat dan berbatang tegak dengan tinggi dapat
mencapai 40-60 cm dan tidak bercabang. Batangnya Kasar, pendek, arah
tumbuh tegak lurus (erectus), warna coklat, Sifat batang basah (herbaceus),
berdasarkan panjang umurnya merupakan tumbuhan muda (annuus),
bentuk batang bulat (teres). sifat permukaan batang memperlihatkan bekas-
bekas daun.Merupakan daun tunggal, bangun daun seperti pedang
(ensiformis). ujung daun runcing (acutus), pangkal daun rata (truncatus)
memeluk batang, tepi daun rata (integer), panjang daun 25-30 cm, lebar 3-6
cm, daging daun tipis lunak (herbaceous). Permukaan daun licin suram
(laevis opacus), tulang daun sejajar (rectivernis).Permukaan atas daun
hijau, permukaan bawah daun merah kecoklatan. Bunganya Majemuk,
bentuk mangkok, tumbuh di ketiak daun, terbungkus kelopak seperti
kerang, benang sari silindris, bunga banyak, warna putih, kepaia putik
kuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar, putih. Akarnya serabut,
kecoklatan. Tanaman ini mempunyai kuncup bunga sebagai bakal bunga
yang tumbuh di daerah ketiak daun.(Dalimartha,2001)
d. Kandungan Kimia
Daun dan batang mengandung kalsium oksalat dan lemak.Disamping
itu, daunnya mengandung asam format, tannin, dan saponin, sedang batang
mengandung amygdalin.Bunga mengandung saponin dan tannin.
(Dalimartha, 2001)
e. Khasiat dan Kegunaan
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah bunga dan
daunnya. Pemakaian segar atau yang telah dikeringkan. Bunga dan daun
digunakan untuk pengobatan bronchitis akut dan kronis, batuk rejam,
influenza, panas dalam, perdarahan, seperti mimisan, tuberculosis kelenjar
limfe (scrufuluderma), dan disentri basiler.(Dalimartha,2001)
2.4 Uraian Bahan
2.4.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala api biru yang sangat tidak
sedap.
Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.4.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai zat pelarut
2.4.3 NaCL (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Natrium Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 32,04 g/mol


Pemerian : Hablur bentuk kubus, serbuk hablur putih, rasa asin
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber ion klorida dan ion natrium.
2.4.4 Kalium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Kalium Hydroxydum
Nama Lain : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Rumus Struktr :

Pemberian : Massa berbentuk batang, atau bongkahan putih, mudah


meleleh
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, dalam 3 bagian etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titrant
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum Botani farmasi tentang Plasmolisis ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 21 November 2018, dimulai pada jam 16:00 sampai dengan
jam 19.00 WITA berlokasi di Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1) Kaca Objek
2) Gelas Kimia
3) Micro Glass
4) Mikroskop
5) Pipet
6) Silet
7) Pot Salep
3.2.2 Bahan
1) Aqudest
2) Alkohol 70%
3) Rhoe discolor folium
4) NaCL 0,98 %
5) KOH
6) Tisu
3.3 Prosedur Kerja
Preparat Daun Jadam (Rhoe discolor folium)
1. Disiapkan 4 buah pot salep yang masing-masing berisi larutan tersebut
diatas.
2. Dibuat beberapa sayatan epidermis bawah daun jadam tersebut. Diusahakan
menyanyat hanya selapis saja.
3. Diperiksa dibawah mikroskop apakah sayatan cukup representative.
4. Dimasukkan sayatan kedalam masing-masing pot tersebut diatas (jadi buat 4
sayatan epidermis).
5. Dibiarkan preparat tersebut selama 30 menit pada masing-masing perbedaan
dari keempat sel-sel epidermis tersebut.
6. Diberi kesimpulan tentang pengamatan tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Hasil pengamatan perendaman Rhoeo discolor
Gambar Hasil Pengamatan
No. Literatur
Sebelum Direndam Sesudah Direndam
Alkohol 70%

1.

(Askariyyun, 2012)

NaCL

2.

(Askariyyun, 2012)

Aquadest

3.

(Askariyyun, 2012)
KOH

4.

(Askariyyun, 2012)

1.2. Pembahasan
Telah kita ketahui bahwa plasmolisis adalah suatu proses lepasnya
protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari
vakuola (Salisbury dan Ross, 1992). Untuk melihat peristiwa plasmolisis
dengan jelas maka dalam praktikum ini menggunakan tanaman yang cairan
selnya mengandung zat warna, tanaman yang digunakan yaitu Rhoe discolor
(Adam Hawa)
Pada percobaan yang dilakukan pertama-tama adalah menyiapkan 4
buah pot salap yang berisi larutan diantaranya Alkohol 70%, NaCL,
Aquadest dan KOH dan menyiapkan 4 sayatan daun bagian bawah dari Rhoe
discolor yang nantinya akan dimasukan kedalam masing-masing larutan
tersebut.
Percobaan pertama perendaman Rhoe discolor pada larutan Alkohol
70% langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil sayatan Rhoe
discolor yang telah disayat tipis lalu diletakkan di atas objek glass dan
ditetesi air. Menurut Rukmana (1997) bahwa tanaman yang akan
diamati pada mikroskop, sampel haruslah diiris tipis agar di dapat sel yang
sesungguhnya, dan tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar
tetap segar. Percobaan ini dilihat pada perbesaran mikroskop 10x. Setelah
terlihat cukup representatif sayatan tersebut dimasukkan ke dalam pot salap
yang berisi Alkohol 70% menggunakan pinset dan dibiarkan selama 30
menit. Setelah 30 menit sampel diletakkan kembali pada objek glass dan
dilihat pada mikroskop dengan perbesaran 10x. Setelah diamati terjadi
perubahan warna pada sampel yang sebelum direndam dan sesudah
direndam, setelah direndam terlihat jelas perubahan yang terjadi dimana
sampel kehilangan seluruh warna dan tersisa sedikit air. Menurut Dartius
(1991) sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel
tidak berfungsi lagi. Dari peristiwa di atas dapat disimpulkan Alkohol
merupakan larutan dengan konsentrasi yang tinggi.
Percobaan kedua perendaman dilakukan pada larutan NaCl dimana
langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil sayatan Rhoe discolor
yang telah disayat tipis lalu diletakkan di atas objek glass dan ditetesi air.
Menurut Rukmana (1997) bahwa tanaman yang akan diamati pada
mikroskop, sampel haruslah diiris tipis agar didapat sel yang sesungguhnya,
dan tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar.
Percobaan ini dilihat pada perbesaran mikroskop 10x. Setelah terlihat cukup
representatif sayatan tersebut dimasukkan ke dalam pot salap yang berisi
NaCl menggunakan pinset dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit
sampel diletakkan kembali pada objek glass dan dilihat pada mikroskop
dengan perbesaran 10x. Setelah diamati terjadi perubahan warna pada
sampel yang sebelum direndam dan sesudah direndam, setelah direndam
terlihat jelas perubahan yang terjadi dimana sampel hampir kehilangan
seluruh warnanya, warna yang terlihat hanyalah bercak-bercak ungu dan
tersisa sedikit air. Menurut Dartius (1991) sitoplasma akan mempunyai
konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi. Dari perubahan
di atas dapat disimpulkan NaCl merupakan larutan dengan konsentrasi agak
tinggi.
Percobaan ketiga perendaman Rhoe discolor pada Aquadest dimana
langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil sayatan Rhoe discolor
yang telah disayat tipis lalu diletakkan di atas objek glass dan ditetesi air.
Menurut Rukmana (1997) bahwa tanaman yang akan diamati pada
mikroskop, sampel haruslah diiris tipis agar didapat sel yang sesungguhnya,
dan tujuan ditetesi air untuk menjaga lingkungan sel agar tetap segar.
Percobaan ini dilihat pada perbesaran mikroskop10x. Setelah terlihat cukup
representatif sayatan tersebut dimasukkan ke dalam pot salap yang berisi
Aquadest dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit sampel
diletakkan kembali pada objek glass dan dilihat pada mikroskop dengan
perbesaran 10x. Setelah diamati terjadi perubahan warna pada sampel yang
sebelum direndam dan sesudah direndam, setelah direndam terlihat
perubahan yang terjadi dimana sampel hanya kehilangan sedikit warna.Dari
perubahan di atas dapat disimpulkan KOH merupakan larutan dengan
konsentrasi yang agak tinggi.
Percobaan terakhir perendaman pada larutan KOH langkah pertama
yang dilakukan yaitu mengambil sayatan Rhoe discolor yang telah disayat
tipis lalu diletakkan di atas objek glass dan ditetesi air. Menurut Rukmana
(1997) bahwa tanaman yang akan diamati pada mikroskop, sampel haruslah
diiris tipis agar didapat sel yang sesungguhnya, dan tujuan ditetesi air untuk
menjaga lingkungan sel agar tetap segar. Percobaan ini dilihat pada
perbesaran mikroskop 10x. Setelah terlihat cukup representatif sayatan
tersebut dimasukkan ke dalam pot salap yang berisi KOH menggunakan
pinset dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit sampel diletakkan
kembali pada objek glass dan dilihat pada mikroskop dengan perbesaran
10x. Setelah diamati terjadi perubahan warna pada sampel yang sebelum
direndam dan sesudah direndam, setelah direndam perubahan yang terjadi
sama seperti perubahan warna pada percobaan pertama yang menggunakan
Alkohol 70% dimana sampel kehilangan seluruh warna dan tersisa sedikit
air. Menurut Dartius (1991) sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air
yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.Dari perubahan di atas dapat
disimpulkan KOH merupakan larutan dengan konsentrasi yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam
larutan yang terkonsentrasi (hipertonik) akibat cairan yang ada didalam sel
keluar sel sehingga tekanan sel terus berkembang sampai disuatu titik
dimana membrane terlepas dari dinding.
2. Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain
sehingga air bergerak ke luar sel. Larutan hipotonik adalah suatu larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah)
dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Larutan isotonik
adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada
pergerakan air.
3. Zat yang dapat memyebabkan terjadinya peristiwa hipertonik adalah zat
konzentrasi terlarut rendah sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya
peristiwa isotonis adalah zat yang konsetrasi yang sama

5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal tempat
agar praktikan dapat menjalankan praktikum dengan lebih maksimal, yaitu
dengan menambah fasilitas laboratorium agar praktikum dapat berjalan lebih
maksimal.
5.2.2 Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak member wawasan tentang determinasi, asisten
dan praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses
praktikum agar hubungan antara asisten dengan praktikan tetap terjaga baik,
hubungan asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerjasama yang baik.
5.2.3 Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
sel tumbuhan ini dan diharpakan dapat tepat waktu dalam proses pelaksanaan
praktikum. Praktikan diharapkan akan mendapatkan hasil yang maksimal.
5.2.4 Laboratorium
Untuk lebih memfasilitasi alat yang akan digunakan untuk praktikum
agar para praktikan tidak mengalami kendala dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong.2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Iserep, Sumardi.1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung : ITB

Sutrian, Yayan Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan
Jaringan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB

Heyne, K.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta : Departemen Kehutanan

Ghani, A.1998. Reformasi Pendanaan Kesehatan. Depok : FKM UI

Syamsuhidayat dan Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Penyusun. 2018. Modul Praktikum Botani Dan Morfologi Taksonomi Dan Anatomi
Tumbuhan. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo

Pitojo, S.1992.Budidaya Sukun.Jakarta : Kanisius

Widowati, S.2003. Prospek Tepung Sukun Untuk Berbagai Produk Makanan Olahan
Dalam Upaya Menunjang Divertifikasi Pangan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor

Tampubolon, O.1995. Tanaman Obat. Jakarta : Bharatara

Wijayakusuma, H.M.H.1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta :


Pustaka Kartini

Sharma, O.P.2002. Plant Taxonomy. New Delhi : Tata McGraw-Hill

Tjitrosoepomo, Gembong.2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Winarti, S.2006. Minuman Kesehatan. Jakarta : PT Naga Swadaya

Rukmana, R.2001. Budidaya Baby Corn. Jakarta : Kanisius


Van Steenis, C.G.G.J.2003. Flora. Jakarta : PT Pradya Paramita

Dalimartha, S.2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Trubus Agriwidaya

Rukmana, R.1995. Hama Tanaman dan Teknik. Jakarta : Kanisius

Dasuki, U.A.1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB

Puti, Hika Citra.2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji
Alpukat Terhadap Formulasi Sabun Padat Transparan. Skripsi.Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Angelina, Giovani.2007.Tanaman Obat Indonesia.Yogyakarta : UGM

Zuhrotun, A.2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat Bentuk Bulat.
Bandung : Universitas Padjajaran

Andi.2013. Budidaya Alpukat.Yogyakarta : Elcom

Tjitrosoepomo, Gembong.1983. Botani Umum I. Bandung : Angkara Raya

Warisno.1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta : Kanisius

Mubyarto.2002. Ekonomi Pancasila. Yogyakarta : BPFE


LAMPIRAN-LAMPIRAN

DIAGRAM ALIR
Perendaman bunga jadam (Rhoeo Discolor)

jadam
(Rhoe discolor)

 Disiapkan4 buah pot salap yang masing-masing berisi larutan yang


berbeda
 Dibuat 4 sayatan epidermis bawah bunga jadam. Di usahakan
menyayat hanya selapis saja
 Di periksa dibawah mikroskopapakah sayatan cukup representatif
 Di masukkan sayatan ke dalam masing-masing pot salep
 Di biarkan preparat selama 30 menit pada masing-masing larutan. Lalu
diperiksa dibawah mikroskop dengan setetes larutan dimana sayatan
tadi disimpan
 Di amati masing-masing preparat tersebut dan digambar masing-
masing perbedaan dari ke-4 sel-sel epidermis
 Di buat kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut

HASIL
SKEMA KERJA

Membuat 4 sayatan epidermis Meletakkan sampel diatas


bawah bunga jadam objek glass dan ditetesi air

Memasukkan sayatan kedalam Memeriksa dibawah


masing-masing pot salap mikroskop apakah sayatan
cukup representatif
Preparat dibiarkan selama 30
menit pada masing-masig Setelah 30 menit angkat
larutan preparat menggunakan pinset

Mengamati masing-masing Meletakkan preparat di atas


preparat dengan menggunakan objek glass dengan setetes
mikroskop larutan dimana sayatan tadi
disimpan
ALAT DAN BAHAN
1.1 Alat
Alat Kegunaan

Digunakan untuk tempat objek atau


preparat yang akan diamati

Digunakan untuk menutupi preparat

Digunakan untuk mengamati preparat


Digunakan untuk mengambil
aquadest, kemudian ditetesi di preparat

Digunakan untuk mengiris preparat

Digunakan untuk menggambar bagian-


bagian sel

Digunakan untuk meletakkan larutan


Alkohol 70%, NaCl, Aquadest dan KOH
1.1. Bahan

Bahan Gambar Fungsi


Aquadest
Digunakan untuk
kesegaran pada
preparat

Alcohol
Digunakan untuk
sterilisasi pada
preparat

Biji Asam jawa


(Tamarindus Indica) Digunakan sebagai
preparat
Daun sukun
(Arthocarpus Digunakan sebagai
communis) preparat

Anda mungkin juga menyukai