Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensial Osmotik


Potensial osmotik adalah sifat larutan yang diukur dengan tekanan osmosis
untuk mengukur jumlah air yang terkandung dalam suatu sel / jaringan tumbuhan.
Tekanan osmotik adalah tekanan maksimum yang dapat terjadi akibat proses
osmosis dalam larutan. Tekanan Osmotik bukan merupakan tekanan sesungguhnya,
akan tetapi tekanan yang dapat terjadi (potensial) bila keadaan ideal. Turgor adalah
tekanan didalam sel-sel tumbuhan yang timbul akibat adanya gerakan air kedalam
sel dengan jalan osmosis, sedangkan dinding sel tidak memungkinkan
pengembangan sel. Jadi turgor merupakan tekanan yang diberikan pada larutan oleh
dinding sel yang kenyal, disebut juga tekanan dinding. Potensial Air adalah selisih
tekanan antara tekanan osmotik dan turgor (Dardjat, 1996).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut)
dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air
murni cenderung atau mungkin memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam
sel mengakibatkan air dapat meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat
dilakukan apabila potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut
yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik
dalam isi sel (Dardjat, 1996).
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis.
Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya nilai
potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar.
Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan
tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan
atmosfer bernilai negatif (Salisbury, 1992).
2.2 Plasmolisis
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis menunjukkan bahwa
sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat / materi bisa
keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa
menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika
memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala
cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari
luar itu bisa masuk (Salisbury, 1992).
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih rendah
yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis
merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel
daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis (Salisbury, 1995).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh
sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung
yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding dengan
protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis.
2.3 Hubungan Potensial Osmotik dan Plasmolisis
Peristiwa plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel melalui membran sel akibat
dari pengaruh gradien konsentrasi plamolitikum, sedangkan jika cairan sel ini
kembali maka disebut deplasmolisa. Kedua peristiwa ii dapat menjelaskan adanya
osmosis dan difusi yang memang harus terjadi pada sel guna melakukan fungsi
transportasi maupun pengaturan tugor. Mekanisme membuka dan menutuonya
stoma kiranya dipengaruhi oleh tekanan tugor dan kedua sel penutup. Antara difusi,
osmosi,dan tugor ketiganya erat kaitanya dengan kelangsungan proses metabolisme
Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh
sel sel yang terplasmolisis. Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara
osmosis. Osmosis pada hakikatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permiabel secara diferensial dari
suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Tekanan yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar
terjadiinya osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis
akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air
yang disebabkan oleh pebedaan konsentrasi (Hamita, 2014).

2.4 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Potensial Osmotik Dan Plasmolisis


Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel,
sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk
cenderung meninggalkan sel. Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula
dilakukan dengan metode “Chardakov”. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak
lama dikenal oleh V.S Chardakov yang berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih
mudah, akurat, dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial
osmotic cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada perubahan
konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam
atau adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan.
Dalam metode Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut dari dalam
jaringan/larutan diabaikan (Tuti, 2009).
Menurut Tuti (2009), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensial
osmotik :
1. Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
2. Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan
oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut, yaitu ion, molekul, dan
partikel koloida.
3. Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai air hidrasi.
Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida sehingga
menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
4. Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.
5. Imbisisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik,
seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan
zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut untuk
menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut
hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin
pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui kecepatan
imbibisi.
Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan
deplasmolisis dippengaruhi oleh beberapa faktor, dari terajadinya akibat dari tekana
potensial osmotik ialah antara lain:
1. Konsentrasi, meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai
osmotiknya.
2. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat,
tetapi ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
3. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya
suhu.
4. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut
disebut air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat
menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjat Sasmitamihardja & Siregar A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:


Depdiknas.

Hamita R. dan Wahono HS.. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup
Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa dan Lama Osmosis.
JurnalPangandan Agroindustri. Volume 2 nomor 3: 191-197.

Lonsbury-Martin BL, Martin GK (2007). Otoacoustic emissions. Dalam: Burkard


RF, Don M, Eggermont JJ. Auditory evoked potentials: Basic principles and
clinical application. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, pp : 159-179.

Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB.

Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.

Sasmitamihardja, D., Siregar, A. 1994. Fisiologi Tumbuhan. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Tati, Suryati. 2009. Biologi Sma Kela XII. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai