Potensial osmotik adalah sifat larutan yang diukur dengan tekanan osmosis untuk mengukur jumlah air yang terkandung dalam suatu sel / jaringan tumbuhan. Tekanan osmotik adalah tekanan maksimum yang dapat terjadi akibat proses osmosis dalam larutan. Tekanan Osmotik bukan merupakan tekanan sesungguhnya, akan tetapi tekanan yang dapat terjadi (potensial) bila keadaan ideal. Turgor adalah tekanan didalam sel-sel tumbuhan yang timbul akibat adanya gerakan air kedalam sel dengan jalan osmosis, sedangkan dinding sel tidak memungkinkan pengembangan sel. Jadi turgor merupakan tekanan yang diberikan pada larutan oleh dinding sel yang kenyal, disebut juga tekanan dinding. Potensial Air adalah selisih tekanan antara tekanan osmotik dan turgor (Dardjat, 1996). Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung atau mungkin memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air dapat meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan apabila potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel (Dardjat, 1996). Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury, 1992). 2.2 Plasmolisis Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat / materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk (Salisbury, 1992). Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Salisbury, 1995). Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. 2.3 Hubungan Potensial Osmotik dan Plasmolisis Peristiwa plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel melalui membran sel akibat dari pengaruh gradien konsentrasi plamolitikum, sedangkan jika cairan sel ini kembali maka disebut deplasmolisa. Kedua peristiwa ii dapat menjelaskan adanya osmosis dan difusi yang memang harus terjadi pada sel guna melakukan fungsi transportasi maupun pengaturan tugor. Mekanisme membuka dan menutuonya stoma kiranya dipengaruhi oleh tekanan tugor dan kedua sel penutup. Antara difusi, osmosi,dan tugor ketiganya erat kaitanya dengan kelangsungan proses metabolisme Plasmolisis merupakaan keadaan membran dari sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap terhadap gula diperlihatkan oleh sel sel yang terplasmolisis. Plasmolisis adalah contoh kasus trasportasi sel secara osmosis. Osmosis pada hakikatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permiabel secara diferensial dari suatu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadiinya osmosis maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh pebedaan konsentrasi (Hamita, 2014).
2.4 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Potensial Osmotik Dan Plasmolisis
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula dilakukan dengan metode “Chardakov”. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak lama dikenal oleh V.S Chardakov yang berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih mudah, akurat, dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial osmotic cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada perubahan konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam atau adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan. Dalam metode Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut dari dalam jaringan/larutan diabaikan (Tuti, 2009). Menurut Tuti (2009), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik : 1. Konsentrasi Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. 2. Ionisasi molekul zat terlarut Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut, yaitu ion, molekul, dan partikel koloida. 3. Hidrasi molekul zat terlarut Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida sehingga menyebabkan larutan menjadi lebih pekat. 4. Suhu Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya. 5. Imbisisi Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui kecepatan imbibisi. Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis dippengaruhi oleh beberapa faktor, dari terajadinya akibat dari tekana potensial osmotik ialah antara lain: 1. Konsentrasi, meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai osmotiknya. 2. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut. 3. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. 4. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut disebut air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjat Sasmitamihardja & Siregar A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Depdiknas.
Hamita R. dan Wahono HS.. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa dan Lama Osmosis. JurnalPangandan Agroindustri. Volume 2 nomor 3: 191-197.
Lonsbury-Martin BL, Martin GK (2007). Otoacoustic emissions. Dalam: Burkard
RF, Don M, Eggermont JJ. Auditory evoked potentials: Basic principles and clinical application. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins, pp : 159-179.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : ITB.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.
Sasmitamihardja, D., Siregar, A. 1994. Fisiologi Tumbuhan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Tati, Suryati. 2009. Biologi Sma Kela XII. Jakarta : PT Gramedia.