Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENENTUAN POTENSIAL AIR SEL DENGAN METODE


GRAMINTERI DAN CHARDAKOV

Oleh:

Yedri E. Tlonaen
NIM: 2106050043

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan
praktikum yang berjudul “PENENTUAN POTENSIAL AIR SEL DENGAN
METODE GRAMINTERI DAN CHARDAKOV “ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu sebagai pemenuhan tugas
praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Selain itu laporan ini juga berfungsi
untuk menambah wawasan pembaca dan penulis tentang penentuan potensial air sel
dengan metode graminteri dan chardakov.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Refli, M. Sc selaku dosen
mata kuliah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan
praktikum serta kepada kakak-kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami
mulai dari kegiatan asistensi, selama kegiatan praktikum berlansung sampai pada
proses penyusunan laporan ini selesai.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,oleh
karena itu saran dan kritikan yang membangun dari pembaca butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Kupang, 18 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................................6
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori..........................................................................................................7
2.1.1 Potensial Air..................................................................................................7
2.1.2 Kentang.........................................................................................................9
2.1.3 Metode Chardakov......................................................................................10
2.1.4 Larutan Sukrosa..........................................................................................10
2.1.5 Methylene blue............................................................................................11
2.1.6 Metode Gravimetri......................................................................................12
2.1.7 Laju Konsentrasi.........................................................................................12
2.1.8 Berat molekul..............................................................................................13
2.1.8 Air...............................................................................................................13
2.1.9 Transportasi Tumbuhan..............................................................................14
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................17
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................17
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................................17
3.4.1 Metode Gravimetri......................................................................................17
3.4.2 Metode Chardakov......................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Potensial Air Sel Metode Gravimetri...............................................21
4.2 Penentuan Potensial Air Sel Metode Chardakov...............................................21

iii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................25
5.2 Saran..................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26
LAMPIRAN...............................................................................................................27

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perubahan berat sampel untuk penentuan potensial air secara Gravimetri.............21

Tabel 4.2 Pengamatan gerakan larutan kontrol yang mengandung blue yang ditetesi pada
larutan perlakuan pada penentuan potensial air sel dengan metode Chardakov.....................21

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan antara air dan tumbuhan tidak dapat dipisahkan, karena tanpa air
maka segala aktivitas hidup tumbuhan akan tergangu, terhenti dan akhirnya mati.
Hal ini menunjukkan bahwa air memiliki fungsi vital antara lain sebagai media
berbagai reaksi metabolisme seluler dan media transportasi. Fungsi-fungsi
tersebut hanya dapat berlangsung karena adanya dukungan sifat fisik maupun
sifat kimia yang spesifik dari air itu sendiri. Sifat fisik air yang penting untuk
mendukung fungsinya antara lain daya viskositas yang rendah, bersifat cair pada
suhu fisiologis, kohesi dan dan adhesi yang tinggi, panas penguapan dan panas
laten yang tinggi. Selanjutnya sifat-sifat fisik tersebut sangat dipengaruhi oleh
sifat kimianya, yaitu memiliki ikatan kimia kovalen maupun hidrogen dengan
sudut yang bervariatif sehingga sulit untuk diputuskan dengan suhu rendah,
bersifat bipolar sehingga mampu berinteraksi dengan ion-ion atau senyawa-
senyawa sejenis maupun tidak sejenis disekitarnya. Dengan keterlibatan air,
berbagai proses biofisika seperti difusi, osmosis, imbibisi, turgor dan plasmolisis
dapat terjadi dalam tubuh tumbuhan ( Refli dan Mauboy, 2023).
Seluruh gejala tersebut memiliki keterpautan dengan keberlangsungan proses
metabolisme seluler. Gejala biofisika seperti disebut sebelumnya terjadi karena
adanya gradien potensial kimia air atau potensial air (ψ, psi). Potensial air
didefenisikan sebagai kemampuan air untuk bergerak. Nilai mutlak potensial air
tidak mudah diukur, namun perbedaanya dapat diukur. Sebagai dasar pengukuran
digunakan nilai potensial air murni (ψ H2O), sehingga potensial air adalah
perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan molal volume
antara air murni dan larutan pada suhu yang sama. Potensial air murni pada
tekanan atmosfir adalah nol, dan potensial air di dalam sel dan larutan kurang dari
nol atau bernilai negatif ( Refli dan Mauboy, 2023).

1
Potensial air dapat dinyatakan sebagai status energi bebas air. Potensial air
merupakan ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam sistem, seperti
tanah, tumbuhan dan atmosfir, atau dari satu bagian ke bagian lain dalam
biosistem. Secara alami, air akan bergerak dari potensial air yang tinggi ke
potensial air yang rendah. Nilai potensial air merupakan jumlah air yang
terkandung terhadap zat terlarut dalam biosistem. Semakin besar perbandingan
antara air terhadap zat terlarut, maka nilai potensialnya semakin besar. Oleh
karena itu, potensial air sel sangat tergantung pada jumlah zat terlarut (osmolit) di
dalam sel itu sendiri. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar atau atm
( Refli dan Mauboy, 2023).
Pada kondisi stres seperti kekeringan, tumbuhan akan berupaya mengatur
potensial air sel-selnya agar air dapat bergerak dari satu bagian ke bagian lainnya
seperti dari akar ke batang hingga ke daun yang akhirnya dikeluarkan ke atmosfir,
atau sebaliknya air di dalam sel ditahan agar tidak berdifusi keluar sel sehingga
tekanan turgor sel dan reaksi metabolisme seluler tetap terjaga. Oleh karena itu,
sel-sel jaringan yang berbeda pada tumbuhan dapat memiliki nilai potensial air
yang berbeda-beda, demikian juga sel-sel dari jaringan yang sama namun berasal
dari spesies tumbuhan yang berbeda dapat pula memiliki potensial air yang
berbeda ( Refli dan Mauboy, 2023).
Komponen potensial air atau jaringan tumbuhan adalah sebagai berikut:

ψ w =ψ s +ψ p +ψ m
Di mana: ψ w = potensial air suatu sel
ψ s = potensial osmotik
ψ p = potensial tekanan
ψ m = potensial matriks

Potensial osmotik sel adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut
(osmolit) di dalam sel. Nilainya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial
yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nilai potensial
tekanan selalu positif, nol atau negatif. Penambahan tekanan yang mengakibatkan

2
tekanan turgor dapat menyebabkan nili potensial menjadi positif. Potensial
matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan
dinding sel. Potensial matriks bernilai negatif. Namun pada sel-sel bervakuola
nilai potensial matrik diabaikan, sehingga persamaan tersebut dapat
disederhanakan sebagai berikut:

Ψw =Ψ s + Ψp
Pada kondisi alami, nilai potensial tekanan biasanya juga diabaikan sehingga
nilai potensial air suatu sel sama dengan potensial osmotik dari sel itu sendiri.
Persamaannya sebagai berikut:

Ψw = Ψs
Setiap makhluk hidup membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya.Tanpa
air dapat dipastikan tidak ada kehidupan di bumi ini. Air merupakan medium
biologis di Bumi. Tiga perempat permukaan bumi terendam air.Walaupun
sebagian besar air berbentuk cairan, namun ada juga yang berbentuk uap dan
es.Tumbuhan akan berkembang secara normal apabila sel-selnya dipenuhi air.
Peristiwa layu tidaknya tanaman menjadi indikator besar kecilnya suplai air
dalam tubuh tumbuhan.
Kekurangan air dapat menjadi peristiwa buruk bagitumbuhan karena dapat
menurunkan laju metabolisme dan pada kondisi ekstrem tumbuhan akan
mengalami kematian.Salah satu faktor penting energi penggerak air dari satu
sistem larutan ke sistem larutan yang lain adalah adanya beda konsentrasi
"gradien konsentrasi" atau beda potensial air. Air akan senantiasa bergerak dari
larutan dengan potensial air yang tinggi ke larutan dengan potensial air yang lebih
rendah.
Semakin besar gradien konsentrasi semakin besar tenaga yang menggerakkan
molekul air untuk berdiskusi dari daerah hipotonis ke daerah hipertonis.
Perbedaan konsentrasi cairan ekstra seluler dengan konsentrasi cairan intraseluler
dapat menjadi hal yang berbahaya karena sel dapat mengalami plamolisis yaitu

3
sel mengkerut dan akibatnya sitoplasma akan keluar dan sel dapat mengalami
turgid yaitu sel membesar akibat terlalu banyak air. Praktikum kali ini akan
dibuktikan teori pergerakan air dari daerah hipotonis ke daerah hipertonis dengan
mengukur potensial air pada sel kentang dengan menggunakan dua metode yaitu
metode Shardakov dan metode Graminteri. Meetode chardakov lebih
memfokuskan pada konsentrasi larutan sedangkan metode Graminteri
memfokuskan pada perubahan massa jaringan yang diamati.
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan
mungkin berupa gas (seperti udara), padat (seperti kuningan), atau cair (seperti air
asin). Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun
atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda-beda. Susunan dan sifat
partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-
ubah dan volumenya tetap. Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci, 1985).
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan
diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada dasarnya akanseragam (sama)
di semua bagian (Styarini, 2012). Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh
susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka
digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut (Khikmah, 2015).
Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan
energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan mempengaruhi titik didih
larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan suhu larutan pada saat
tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan yang
diberikan pada permukaan cairan) (Wolke, 2003).

4
Suhu dan energi kalor merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang bersuhu
lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, dan sesuatu itu menyebabkan
benda yang bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu benda tetap tetapi mengalami
peubahan wujud (Ansar, 2011).
Pada kenyataan yang sesungguhnya jumlah kalor yang sama diberikan
pada beberapa jenis benda yang berbeda menunjukkan bahwa masing-masing
benda mengalami kenaikan suhu yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap jenis benda memiliki kemampuan menyerap kalor yang berbeda-beda.
Disamping itu pada umumnya yang mempunyai sifat menyerap kalor yang baik,
maka benda tersebut juga bersifat melepas kalor yang baik (Saufiyah, 2015).
Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat energi
yang untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya berubah
menjadi uap (Arlita, M. A. 2013). Ketika zat lain terlarut dalam air maka bahan
dari zat tersebut akan menjadi partikel-partikel, yang nantinya partikel ini akan
mengikat partikel air dan membebaskan diri menjadi uap, dengan kata lain
molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendidih
(Wolke, 2003).
Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada larutan berbeda-beda
tergantung besarnya jenis zat terlarut dan konsentrasinya.Konsentrasi larutan
adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah
zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan).
Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut
dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D. 2015) Air adalah suatu zat kimia yang
penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi,tetapi tidak di planet lain. Air merupakan bahan pelarut yang universal,
sehingga air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis

5
senyawa kimiamisalnya seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh metode Shardakov dan metode graminteri terhadap
potensial air ?
2. Bagaimana pengaruh terhadap penentuan potensial air sel ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode Shardakov dan metode
graminteri laju potensial air
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penentuan potensial air sel
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh metode Shardakov dan metode
graminteri terhadap potensial air tersebut.
2. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh terhadap potensial air sel.

6
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

2.1.1 Potensial Air


Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian
system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial
kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada
suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol.
Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan,
efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air
dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap
(Anonim, 2005). Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4
macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotik dan tekanan.
Potensial gravitasi bergantung pada air di dalam daerah gravitasi. Potensial
matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial
osmotik bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air.
Keseimbangan air dalam tumbuh tumbuhan dikendalikan oleh 3 jenis
potensial yang secara alamiah bekerja dan saling berinteraksi dalam sel
jaringan tumbuhan yaitu potensial air total (0), potensjal osmotik (06) dan
potensial turgor 0P. Ketiga potensial ini saling berinteraksisepanjang hidup sel
atau jaringan dan mengendalikan berbagai mekanisme dalam tubuh tumbuhan
seperti transportasi air, transportasi hara dan pembelahan sel (Naiola, 2005)
Air merupakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H)
dan satu atom oksigen (O). Dua jenis atom ini saling berikatan dengan ikatan
kovalen, suatu ikatan di mana kedua jenis atom yang berikatan saling
menyumbangkan elektron terluarnya untuk membentuk pasangan, untuk
digunakan secara bersama. Hal ini terjadi karena atom oksigen memiliki
jumlah elektron terluar sebanyak 6 buah sehingga ada dua elektron yang bisa

7
membentuk ikatan kovalen dengan atom lain. Karena atom H hanya memiliki 1
elektron maka dua atom hidrogen dapat berikatan dengan 1 atom O
membentuk molekul air (H2O) (Hamim, 2019).
Air dipandang sebagai molekul kehidupan dengan karakteristik yang
khas dan berbeda dengan molekul lain sejenisnya. Molekul air dengan bentuk
ikatan seperti yang telah disebutkan di atas ternyata memiliki karakteristik
yang unik. Keunikan ini terutama karena air bersifat polar (berkutub). Sifat
polaritas (berkutub) yang dimiliki air maksudnya adalah di bagian tertentu
dari molekul air cenderung bermuatan positif dan di bagian lain dari molekul
air cenderung bermuatan negatif (Hamim, 2019).
Sifat yang demikian menjadikan air memiliki karakteristik yang sangat
baik (secara fisis, kimiawi, maupun fisiologis) guna mendukung berbagai
proses fisiologi di dalam tubuh tumbuhan. Keunikan karakteristik air ini
adalah bagian dari anugerah luar biasa yang diberikan oleh Tuhan pencipta
alam ini sehingga memang benar ungkapan bahwa tanpa air maka tidak ada
kehidupan. Peran air dalam mendukung proses-proses fisiologi akan
diuraikan pada bagian berikut ini (Hamim, 2019).
Air adalah senyawa kehidupan yang sangat penting. Demikian juga bagi
tumbuhan, air merupakan bagian yang penting dari sel dan jaringan.
Sebagian besar dari jaringan tumbuhan terdiri dari air. Secara umum, jaringan
tumbuhan mengandung air dengan kisaran 60 hingga 85%. Bahkan
jaringan/organ tertentu dapat mengandung air lebih dari 85%, seperti buah
tomat mengandung hingga 95% air, demikian juga sayur-sayuran. Jaringan
transpor memiliki kisaran kadar air mulai dari 35-75%. Jaringan pembuluh
tanaman herba tentunya memiliki kandungan air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jaringan pembuluh tanaman berkayu (Hamim, 2019).
Walaupun demikian, ada bagian-bagian tumbuhan yang hanya
mengandung air dalam jumlah yang rendah. Biji tumbuhan bisa tetap hidup
walaupun hanya memiliki kadar air 5-15%. Bahkan penurunan kadar air

8
merupakan salah satu karakteristik perkembangan biji, sejalan dengan
akumulasi bahan kering/cadangan makanan biji. Setelah cadangan makanan
cukup maka kadar air biji akan menurun hingga terjadi pematangan biji.
Selain itu, pada biji jenis ortodoks, yaitu biji yang tahan disimpan pada kadar
air rendah, seperti biji sengon, padi, dan kedelai, kadar air yang rendah dapat
meningkatkan daya simpan biji sehingga walaupun telah disimpan lama, biji
tetap memiliki viabilitas yang tinggi. Hal ini karena kadar air biji yang
rendah dapat menekan respirasi biji sehingga biji tidak kehilangan energi dan
terkuras cadangan makanannya selama penyimpanan (Hamim, 2019).
Tingginya kadar air pada jaringan tumbuhan akan memancing
pertanyaan kita mengapa tumbuhan harus memiliki kadar air yang begitu
tinggi? Mengapa biji dapat tetap bertahan walaupun kadar airnya sangat
rendah? Adakah air yang ada di dalam sel dan jaringan tumbuhan berperan
aktif dalam seluruh proses fisiologis ataukah hanya sekadar media bagi
proses-proses tersebut? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang ingin kita jawab
dalam membahas tentang peran air bagi tumbuhan (Hamim, 2019).
2.1.2 Kentang
Tanaman kentang ( Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian
bernilai ekonomis tinggi dan memberikan keuntungan lebih untuk petani karena
harga umbi yang relatif stabil serta umbi kentang dapat disimpan lebih lama
daripada sayuran lainnya (Qomar dkk., 2016).
Menurut Tutik (2014) dalam Al-Adawiah (2016) rendahnya produktivitas
kentang di Indonesia disebabkan oleh teknik budidaya yang belum optimal,
kurangnya ketersediaan bibit yang bermutu dan bersertifikat, serta serangan
organisme pengganggu tanaman. Salah satu penyakit pada kentang adalah
penyakit layu yang disebabkan bakteri Ralstonia solanacearum dan cendawan
Fusarium oxysporum. Infeksi patogen ini dilaporkan dapat menyebabkan
kerugian besar pada berbagai sentra produksi dan ancaman pada daerah target
pengembangan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna

9
mengetahui cendawan apa saja yang menyerang umbi kentang (Qomar dkk.,
2016).
2.1.3 Metode Chardakov
Metode Chardakov dapat digunakan untuk menentukan potensial osmotik
cairan sel dalam jaringan tumbuhan. Pada tahun 1948 , seorang ilmuan
berkebangsaan Rusia dan Chardakov menciptakan metode yang sederhana
tetapi efisien untuk menentukan larutan uji yang tak berubah konsentrasinya.
Tabung uji berisi larutan dengan konsentrasi bertingkat diberi sedikit warna
dengan cara melarutkan sedikit kristal zat warna, misalnya metilen biru. Jika
tetesan itu mengambang naik, maka larutan perendam jaringan tadi telah
menjadi lebih pekat, menandakan jaringan telah menyerap air. Dalam hal ini ,
jaringan mempunyai potensial air lebih rendah daripada larutan awal. Jika
tetesan tenggelam , larutan telah menjadi kurang pekat ,berarti larutan telah
menyerap air dari jaringan. Maka, larutan mempunyai potensial air lebih rendah
dari pada jaringan awal. Jika tetesan langsung berdifusi ke dalam larutan tanpa
naik atau tenggelam maka tidak terjadi perubahan konsentrasi, potensial air
larutan sama dengan potensial air jaringan (Ningtyas, 2014).
2.1.4 Larutan Sukrosa
Sukrosa merupakan polimer dari molekul glukosa dan fruktosa yang
mempunyai peranan yang penting dalam pengolahan makanan, biasanya gula
ini
digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar (Winarno, 2008). Penggunaan
sukrosa dalam pembuatan hard candy umumnya sebanyak 50-70 % dari berat
total. Permen yang jernih dapat dihasilkan dengan kandungan air yang rendah,
dan penambahan glukosa yang akan mempertahankan viskositas tinggi
(Riwayati dkk., 2019)
Sukrosa merupakan karbohidrat yang berfungsi menggantikan karbon,
dibutuhkan sebagai sumber energi dan untuk proses biosintesis. Pada 2
Konsentrasi sukrosa yang optimum terdapat pada jumlah tunas 45,36 g/l. Jika

10
konsentrasi sukrosa yang digunakan semakin tinggi maka jumlah tunas, panjang
ruas, jumlah buku dan tinggi tanaman semakin rendah, hal ini disebabkan oleh
pengaruh sukrosa terhadap tekanan osmotik media yang berkaitan dengan
penyerapan unsur hara lainnya bagi tanaman. Menurut Khury dan Moorby
(1995) sukrosa penting dalam in vitro untuk pengaruh osmotik. Untuk
pertumbuhan tunas mikro yang baik dibutuhkan sukrosa sebesar 2-3% (Roca et
al.. 1979; Hussey & Stacey, 1981; Wang & Hu, 1982; Wattimena, 1983). Pada
penelitian
yang dilakukan oleh Rusnanda (2007) tentang pengaruh konsentrasi BAP dan
sukrosa terhadap multiplikasi tunas temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.)
secara in vitro, dari 4 taraf konsentrasi sukrosa yang digunakan (30, 40, 50 dan
60 g/l) pemberian sukrosa 40 g/l menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
peningkatantinggi tanaman pada eksplan temulawa (Pratama dkk, 2020)
Sukrosa berperan sebagai sumber energi yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman, namun pada dosis tinggi akan menyebabkan perubahan tekanan
osmosa sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman. Gula berperan dalam
meningkatkan tekanan osmosa, dalam media kultur jaringan pengaruhnya lebih
besar dibandingkan garam makro. Pada media MS konsentrasi sukrosa 30 g/l
dapat memberikan kontribusi tekanan osmosa sebesar 2,20 bar. Jika tekanan
osmosa > 3 bar (3× 105 Pascal) akan mengakibatkan pertumbuhan dan
pembentukan organ tanaman terhenti sebagai hasil penghentian pengambilan air
(Kailola, 2015).
2.1.5 Methylene blue
Methylene blue merupakan senyawa yang memiliki gugus benzena sehingga
sulit untuk terurai secara alami. Methylene blue merupakan salah satu senyawa
pewarna yang larut di dalam air, bersifat kationik dan sering dipergunakan
dalam bidang kimia, biologi, ilmu pengobatan dan industri pewarnaan (Rahayu
dkk., 2022). Methylene blue sering digunakan dalam proses percobaan difusi

11
yang dimasukan kedalam air, karena Methylene blue memiliki konsentrasi
tinggi dari pada konsentrasi air (Genina dkk., 2004).

2.1.6 Metode Gravimetri


Prinsip kerja metode Gravimetrik adalah melihat perubahan massa dari
jaringan kentang sebelum dan sesudah direndam larutan sukrosa.
Berkurangnya massa kentang setelah direndam larutan sukrosa
menandakan bahwa air yang terdapat di dalam sel-sel kentang keluar ke
larutan karena potensial air kentang lebih tinggi dibandingkan dengan
potensial air larutan perendam. Begitupula sebaliknya, apabila massa
kentang setelah direndam larutan sukrosa mengalami peningkatan, maka
dapat disimpulkan bahwa potensial air kentang lebih rendah dibandingkan
dengan potensial air larutan perendam sehingga air masuk ke sel- sel
kentang. Sedangkan apabila massa kentang tetap sama sebelum dan setelah
direndam larutan sukrosa maka potensial air jaringan kentang sama dengan
potensial larutan perendam (Knipling 1967).
2.1.7 Laju Konsentrasi
Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menggambarkan dengan
jelas perbandingan jumlah zat terlarut tehadap pelarut. Dalam kondisi
tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih zat terlarut dari pada dalam
keadaan jenuh (Putri dakk., 2017). Laju konsentrasi adalah laju perubahan
konsentrasi zat kimia pada suatu reaksi kimia dalam suatu sistem tertutup.
Laju ini dapat diukur dalam satuan mol per liter per detik atau satuan mol
per liter per menit. Laju konsentrasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti suhu, tekanan, katalisator, dan konsentrasi awal zat-zat kimia dalam
reaksi tersebut. Penentuan laju konsentrasi penting dalam ilmu kimia
karena dapat memberikan informasi tentang kesetimbangan reaksi dan
kemampuan sistem untuk mencapai kesetimbangan tersebut.

12
Laju konsentrasi dapat mempengaruhi laju difusi karena laju difusi
terjadi ketika suatu larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi mengalami
penurunan konsentrasi dengan cara mengalir ke dalam larutan dengan
konsentrasi yang lebih rendah tanpa melalui membran semipermiabel.
Dengan demikian, difusi terjadi karena perbedaan konsentrasi. Adanya
akan menimbulkan tekanan pada molekul-molekul, sehingga molekul-
molekul tersebut menyebar (Handoko & Rizki, 2020).
2.1.8 Berat molekul
Berat molekul merupakan ukuran yang digunakan untuk mengukur
massa suatu molekul dalam satuan gram/mol. Berat molekul NaCl dan
glukosa dapat mempengaruhi laju difusi keduanya dalam larutan, dimana
semakin besar berat molekulnya, semakin lambat laju difusinya. Hal ini
terjadi karena molekul yang lebih besar memerlukan waktu lebih lama
untuk bergerak melintasi membran atau medium yang menghalangi
difusinya. Dalam percobaan laju difusi larutan, berat molekul NaCl dan
glukosa menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengujian
laju difusi keduanya. Pengukuran berat molekul dapat membantu untuk
mempelajari pengaruhnya terhadap laju difusi, serta dapat digunakan
memprediksi laju difusi zat atau molekul pada kondisi tertentu.
Berat molekul suatu zat dapat mempengaruhi laju difusi. Semakin
berat molekul zat, semakin lambat laju nya. Sebagai contoh, glukosa
dengan berat molekul sekitar 180 memiliki laju difusi yang lebih cepat
dibandingkan dengan albumin dengan berat molekul sekitar 68.000. Oleh
karena itu, semakin besar berat molekul suatu zat, semakin lambat laju
difusinya.
2.1.8 Air
Air merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan
pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia

13
misalnya seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak
macam molekul organik (Putri dkk., 2017).
Peran air dalam fisiologi tumbuhan merupakan hal yang sangat
penting. Fungsi atau peran air bagi tanaman dalam fase pertumbuhan dan
perkembangannya, diantaranya: air bagi tanaman merupakan bahan
penyusun utama dari pada protoplasma, kandungan air yang tinggi aktivitas
fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya
rendah, air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses
fotosintesis, air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai
hal dalam reaksi-reaksi kimia, air digunakan untuk memelihara tekanan
turgor, sebagai pendorong proses respirasi, sehingga penyediaan tenaga
meningkat dan tenaga ini digunakan untuk pertumbuhan, secara tidak
langsung dapat memelihara suhu tanaman..
Pada tanaman, jika kekurangan air akan menyebabkan tanaman
tersebut menjadi kerdil, dan perkembangannya menjadi abnormal.
Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan
menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang
tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa
kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi
kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup
besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman
tersebut akan mengalami kelayuan sementara (transcient wilting),
sedangkan ada pula tanaman yang akan mengalami kelayuan tetap, yaitu
jika keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent (wilting
percentage). Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan
karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisis (Handoko
dan Rizki, 2020).

14
2.1.9 Transportasi Tumbuhan
Transportasi tumbuhan merupakan suatu mekanisme proses
pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
Pada tumbuhan, tempat terjadinya transportasi dibagi menjadi dua yaitu
pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air dan zat hara yang terlarut di
dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Sedangkan pada
tumbuhan tingkat tinggi, proses pengangkutan dilakukan oleh pembuluh
pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem. Mekanisme proses
transportasi ini dapat berlangsung karena adanya proses difusi, osmosis,
imbibisi dan transpor aktif (Handoko & Rizki, 2020).
a. Difusi
Difusi adalah perpindahan ion atau molekul dari konsentrasi
tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik) dengan atau
tanpa membran semipermiabel. Dengan demikian, difusi terjadi karena
perbedaan konsentrasi. Adanya perbedaan konsentrasi tersebut akan
menimbulkan tekanan pada molekulmolekul, sehingga molekul-
molekul itu menyebar (Handoko & Rizki, 2020).
b. Osmosis
Osmosis merupakan proses perpindahan air dari daerah yang
berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi
tinggi (hipertonik) melalui membran semipermiabel.
c. Imbibisi
Imbibisi yaitu peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel,
sehingga dinding selnya akan mengembang. Adapun dalam
hubungannya dengan pengambilan zat oleh tumbuhan, imbibisi berarti
kemampuan dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar
sel. Air yang diserap itulah yang disebut imbibisi. Pada peristiwa

15
tersebut, molekul-molekul air terikat diantara molekul dinding sel atau
plasma sel. Dan menyebabkan plasma sel akan mengembang.
d. Transport aktif
Transpor aktif merupakan sistem transportasi suatu molekul
melintasi membran dengan menggunakan energi ATP. Sistem
transport ini melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+. Disamping itu,
proses itu juga melibatkan peranan protein pembawa yang dikenal
sebagai protein kontraspor. Protein ini mengangkut ion Na+ bersama-
sama denga molekul lain seperti gula dan asam amino dari luar sel ke
dalam sel. Misal perpindahan air dari korteks ke stele.
Jenis-jenis transportasi (pengangkutan) pada tumbuhan terdiri atas :
a) Transportasi Intravaskuler
Transportasi intravaskuler atau lintasan air dan mineral dari
akar ke daun berdasarkan prosesnya yaitu air dan mineral yang
sudah berada di xilem akar lalu menuju batang bergerak menuju
xilem pada tangkai daun, lalu masuk ke xilem urat daun. Pada
ujung urat daun, air lepas masuk ke lapisan bunga karang dan sel
palisade. Air yang ada didalam sel bunga karang lalu diuapkan
melalui stomata. Proses penguapan air yang terjadi lewat stomata
tersebut kemudian disebut transportasi atau proses pengangkutan
makanan pada tumbuhan.
b) Transportasi Ekstravaskuler
Transportasi ekstravaskuler atau lintasan air dan mineral dari
tanah ke akar merupakan pengangkutan air dan zat-zat penting
yang terjadi di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan
air dan mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini
dilakukan melalui 2 mekanisme, yaitu apoplas (melalui ruang
antar sel) dan simplas (melalui sitoplasma). Proses dari
transportasi ini adalah air dan mineral dari dalam tanah melalui

16
rambut akar menuju ke sel epidermis lalu menuju korteks, setelah
itu ke endodermis, lalu silinder pusat. Namun bila terjadi pada
akar muda, air dan mineral tersebut langsung menuju ke xilem.
Sedangkan pada sel yang sudah tua tidak langsung ke xilem, tetapi
menuju ke floem terlebih dahulu, lalu baru kemudian ke sel
kambium dan terakhir ke xilem (Handoko & Rizki, 2020).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum telah dilakukan pada hari Selasa, 18 April 2023, pukul 16.00
sampai selesai di Ruang Kuliah 1, Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Telnik, Universitas Nusa Cendana Kupang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum antara lain, 16 buah gelas piala
berukuran 100 ml, 8 buah pipa tetes yang panjang, stopwatch, pinset 5 buah,
pengaduk 5 buah, pengobor (cord borer ), timbangan analitik, mistar, alat tulis
dan silet atau cutter.
Bahan yang digunakan antara lain, larutan sukrosa dengan konsentrasi
berbeda yaitu 0 M, 0,01 M, 0,04 M, 0,08 M, 0,15 M, 0,30 M, 0,40 M, dan 0,50
M, dua liter air destilasi, umbi kentang, tissue, alluminium foil dan methylen blue.
3.3 Prosedur Kerja

3.4.1 Metode Gravimetri


1. Siapkan 8 gelas piala (100 ml), masing-masing diisi 50 ml laruan sebagai
berikut: 0, 0,01, 0,04, 0,08, 0,15, 0,30, 0,40, 0,50 molar (M) larutan sukrosa.
2. Potong umbi dari kentang menjadi 8 bagian yang sama dengan menggunakan
cork borer yang berdiameter 1 cm. Panjang masing- masing potongan tersebut
adalah 4 cm. Letakkan ke dalam wadah tertutup.

17
3. Timbang setiap silinder untuk mendapatkan berat awal (BW).
4. Iris tipis kentang setebal 2 mm dari setiap silinder umbi tersebut dengan
menggunakan silet atau cutter.
5. Bersihkan secara cepat irisan tersebut dengan air suling dan dikeringkan
dengan kertas tissue.
6. Irisan-irisan silinder tersebut dimasukan ke dalam salah satu larutan sukrosa
yang telah disiapkan. Lakukan ini pada tiap selinder kentang/umbi jalar untuk
masing-masing larutan berikutnya.
7. Rendam selama dua jam, kemudian irisan umbi tersebut dikeluarkan dari
masing-masing gelas piala, kemudian dikeringkan dengan kerts tissue, dan
ditimbang untuk mendapat berat akhir (BK).
8. Hitung persentase perubahan berat (PB) masing-masing silinder dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
BK −BW
PB= ×100 %
BW
9. Buatlah grafik dan plotkan persentase (%) perubahan berai pada ordinat dan
konsentrasi larutan sukrosa dalam molar (M) pada absis.
10. Hitunglah terlebih dahulu potensial osmotik (v) untuk masing-masing
konsentrasi Jarutan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Ψs = - CiRT
Dimana : Ψs = potensial osmotik
C = Konsentrasi larutan (dalam molar)
I = Kostanta ionisasi dari zat terlarut.
R = Kostantan gas = 0.0831 bar/derajat mol
T = Suhu absolut (°K) = °C+273
11. Persamaan cukup digunakan untuk menghitung potensial osmotik salah sa
konsentrasi larutan sukrosa (v.). Selanjutnya untuk menghitung potensial
osmotik konsentrasi lainnya dapat menggunakan persamaan di bawah ini

18
12. Selanjutnya potensia! osmotik sel ditentukan dengan mengiterpolasikan data
kor.sentrasi sukrosa yang tidak menghasilkan perubahan berat jaringan.
13. Akhirnya nilai osmotik sel yang didapat merupakan nilai potensial air sel itu
sendiri.

3.4.2 Metode Chardakov


1. Siapkan 16 gelas piala (100 ml) yang bersih masing 2 gelas piala diberi label
dengan salah satu konsentrasi yang telah ditetapkan.
2. Pisahkan 8 gelas piala kelompok pertama masing-masing diisi 50 ml larutan
sebagai berikut: 0, 0,01, 0,04, 0,08, 0,15, 0,30, 0,40, 0,50 molar (M) larutan
sukrosa.
3. Kemudian 8 gelas piala kelompok berikutnya (sebagai kontrol) masing-
masing diisi 50 ml larutan sebagai berikut: 0, 0,01, 0,04, 0,08, 0,15, 0,30,
0,40, 0,50 molar (M) larutan sukrosa dan 2 tetes larutan Methylen blue.
4. Dibuat secara cepat 8 potongan umbi dari umbi kentang atau umbi jalar yang
sama dengan menggunakan cork borer yang berdiameter 1 cm. Panjang
masing-masing potongan tersebut adalah 4 cm. Letakkan ke dalam wadah
tertutup.
5. Dibuat secara cepat irisan tipis setebal 1 - 2 mm dari setiap silinder umbi tersebut
dengan menggunakan silet.
6. Cucilah irisan tersebut dengan air destilasi, selanjutnya dikeringkan dengan kertas
tissue. Harap dikerjakan dengan cepat!
7. Irisan-irisan silinder tersebut di masukan ke dalam salah satu larutan sukrosa yang
telah disiapkan dan tutup dengan aluminium foil. Lakukan ini pada tiap selinder
kentang/umbi jalar untuk masing-masing larutan berikutnya.
8. Di simpann selama 2 jam pada suhu kamar. Setiap 20 menit masing-masing gelas
pial perlakuan digoyang secara perlahan-lahan untuk mempercepat terjadinya
kesetimbangan.

19
9. Sesudah inkubasi atau perendaman, irisan-irisan umbi dikeluarkan dengan
menggunakan pinset. Jangan menggunakan pinset yang sama untuk gelas piala yang
berbeda!
10. Ambil 10 ml dari salah konsentrasi larutan sukrosa dan masukan ke dalam tabung
reaksi yang berlabel sesuai konsentrasinya serta tetesi dengan larutan kontrolnya
dengan menggunakan pipet yang berbeda. Amati dengan teliti dan cepat gerakan dari
metilen blue tersebut. Lakukan langkah yang sama untuk larutan sukrosa dengan
konsentrasi selanjutnya. Gunakan pipet yang berbeda untuk setiap konsentrasi.
11. Ketika larutan pengetes turun ke dasar tabung berarti larutan dari tabung perlakuan
menjadi lebih encer. Tetapi jika larutan pengetes bergerak ke atas permukaan larutan
di dalam tabung perlakuan berarti larutan pada tabung menjadi lebih pekat dari
larutan semula. Jika larutan pengetes tidak menunjukkan gerakan ke arah bawah atau
ke arah atas namun hanya melayang di dalam larutan perlaluan, ini menujukan bahwa
larutan tersebut tidak mengalami perubahan selama perendaman potongan atau ada
keseimbangan antara larutan di dalam tabung perlakuan dengan di dalam jaringan.
12. Tentukan Potensial osmotik sel dari larutan dengan konsetrasi tertentu dimana
larutan Methylen blue ditetesi hanya melayang.
13. Hitung Potensial osmotik sel dengan menggunakan rumus pada percobaan
sebelumnya.
14. Potensial osmotik yang diperoleh merupakan nilai potensial air sel yang diamati.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Potensial Air Sel Metode Gravimetri


Tabel 1 Tabel 4.1 Perubahan berat sampel untuk penentuan potensial air secara
Gravimetri

Konsentrasi BW BK PB %

Sukrosa (M) (g) (g) (g) PB

0,00 6,62 6,48 -0,14 -2,11

0,01 4,78 5,00 0,22 4,60

0,04 4,64 4,69 0,05 1,07

0,08 4,01 3,98 -0,03 -0,74

0,15 3,52 2,86 -0,66 -18,75

0,30 5,15 3,12 -2,03 -39,41

0,40 3,85 2,22 -1,63 -42,33

0,50 3,81 2,19 -1,62 -42,51

21
4.2 Penentuan Potensial Air Sel Metode Chardakov
Tabel 2 Tabel4.2 Pengamatan gerakan larutan kontrol yang mengandung blue yang
ditetesi pada larutan perlakuan pada penentuan potensial air sel dengan metode
Chardakov

Konsentrasi Gerakan Larutan Kontrol yang mengandung


metilen blue
Sukrosa (M)

0,00 Turun ke dasar tabung, menyebar dengan cepat

0,01 Turun ke dasar tabung, menyebar

0,04 Melayang di tengah-tengah

0,08 Perlaha–lahan bergerak ke atas

0,15 Bergerak ke atas

0,30 Perlaha-lahan jatuh ke bawah

0,40 Jatuh ke bawah

0,50 Jatuh ke bawah dengan cepat menyentuh dasar


tabung

Potensial Air Pada Umbi Kentang


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok
pada umbi Kentang, yang akan bertambah besar setelah dilakukan perendaman
dengan airmurni dan larutan sukrosa yang memiliki molaritas berbeda. Pada
sukrosa 0,00M atau air murni memiliki penambahan panjang yang paling banyak
dari semua konsentrasi. Hal ini disebabkan karena air memiliki viskositas
(kekentalan) yang paling rendah dari semua konsentrasi, sehingga menyebabkan
air akan mudah berdifusi kedalam jaringan umbi yaitu jaringan parenkim dan
menyebabkan potensial air pada umbi menjadi meningkat. Menurut Dahlia

22
(2001), air murni memiliki status energi bebas tertinggi dalam sistem cairan bebas
(tidak dipengaruhi oleh tekanan atau lainnya) karena itu memiliki tekanan
tertinggi dalam sebuah sistem yang menurut konvensi nilai tekanan pada tekanan
atmosfer ditentukan nol. Sehingga hal ini sejalan dengan praktikum bahwa air
akan menyebabkan penambahan panjang atau berat umbi yang paling besar. Pada
larutan dengan konsentrasi yang rendah atau mendekati 0 maka air cenderung
masuk ke dalam jaringan sehingga panjang dari umbi akan bertambah.
Pada umbi yang direndam dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang
berbeda akan menyebabkan penambahan panjang atau berat yang berbeda
pula.Pada umumnya berat awal akan lebih kecil dari berat akhir. Namun ada pula
beberapa konsentrasi yang menyebabkan berat awal lebih kecil dari berat akhir.Ini
membuktikan adanya aliran molekul air yang bergerak dari dalam jaringan umbi
ke lingkungan yang menunjukkan bahwa larutan perendam atau sukrosa bersifat
hipertonis dibandingkan jaringan pada tumbuhan sehingga berat akhirakan lebih
kecil dibandingkan berat awal. Dahlia (2001) mengatakan bahwa penambahan
bahan terlarut ialah pengurangan jumlah partikel air persediaan satuan volume
sehingga karena potensi gerakan bergantung pada jumlah partikel yang bergerak
persediaan satuan volume, maka tekanannya juga menurun. Akibat adanya gula
yang terlarut menyebabkan lebih rendah dari larutan tekanan air diluar, karena itu
airmasuk. Jadi, makin besar konsentrasi partikel bahan terlarut, makin rendah
nilai tekanannya.
Potensial Air Sel Pada Tumbuhan Kentang Dengan Cara Chardakov
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, hasil dari larutan
dengan konsentrasi yang berbeda maka akan menghasilkan hasil yang berbeda
pula setelah diteteskan dengan metilen blue. Kentang yang digunakan akan
direndam dalam larutan sukrosa, kemudian air bekas rendaman tersebut akan
diteteskan metilen blue. Metilen blue ini merupakan larutan penguji.
Larutan penguji yaitu metilen blue yang diteteskan kedalam larutan uji(bekas
rendaman kentang) akan menunjukkan tiga kondisi yang berbeda, yaitu

23
tenggelam, melayang dan terapung. Apabila larutan penguji jatuh ke
bawah(tenggelam) larutan yang diuji berarti larutan yang diuji telah mengalami
pengenceran karena air yang berasal dari jaringan daun keluar lalu masuk
kedalam larutan sehingga konsentrasi menurun. Jika larutan penguji melayang
dalam larutan yang diuji maka tidak ada perubahan konsentrasi. Hal ini
menunjukkan potensial air dari kentang sama dengan potensial air sukrosa yang
direndam kentang. Jika larutan penguji terapung atau berada di permukaan larutan
yang diuji berarti larutan tersebut telah menjadi pekat. Hal ini berarti larutan yang
diuji memiliki konsentrasi yang lebih besar dari pada larutan penguji.Peningkatan
konsentrasi larutan yang diuji disebabkan karena air dalam larutan masuk
kedalam jaringan kentang sehingga air dalam larutan uji berkurang dan
konsentrasi meningkat.
Menurut Tim Fisiologi (2014) potensial tekanan dapat menambah atau
mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menunjukan status larutan
di dalam sel tersebut. Dengan memasukan suatu jaringan tumbuhan kedalam seri
larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan
tumbuhan tersebut dapat diketahui.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengujian pada kentang pun dari larutan dengan konsentrasi yang berbeda dan
akan menghasilkan hasil yang berbeda pula setelah diteteskan dengan metilen
blue. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air,
sedangkan potensial osmosis menunjukan status larutan di dalam sel tersebut.
Pada jaringan tumbuhan kentang, potensial air pada jaringan tumbuhannya
pun berbeda-beda pula. Umbi kentang ini memiliki berat akhir yang
bertambah besar setelah dilakukan perendaman dengan air murni dan larutan
sukrosa yang memiliki molaritas berbeda
2. pengukuran potensial air sel dengan metode Chardakov merupakan salah satu
metode analisis kualitatif suatu latutan yang diketahui dengan cara mengukur
perubahan gerekan larutan kontrol yang memgandung larutan metylen blue

25
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya setiap mahasiswa sudah
mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan praktikum agar lebih
memahami prosedur kerja, sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum
berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Genina, E. A., Bashkatov, A. N., & Tuchin, V. V. (2004). <title>Methylene blue diffusion in
skin tissue</title>. June 2014, 315–323.

Hamim. (2019). Peranan dan Fungsi Air sebagai Penyusun Tubuh Tumbuhan Modul
1. Fisiologi Tumbuhan, 1(2), 1–70. https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/PEBI431302-M1.pdf
Kailola, J. J. G. (2015). The Effect of Nitrogen Concentration and Sucrose on Potato
Microtuber Production of c . v Granola. Jurnal Budidaya Pertanian, 11(1), 11–
21.
Khikmah, N. (2015). PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN LAJU ALIR PADA
PENENTUAN KREATININ DALAM URIN SECARA SEQUENTIAL INJECTION
ANALYSIS. KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, 613–616.
Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2018). Karakterisasi Hasil Pengolahan
Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 1(2), 34.

Naiola, B. P. (2005). Akumulasi Solut Dan Regulasi Osmotikdalam Sel Tumbuhan


Pada Kondisi Stres Air. Berita Biologi, 7(6), 333–340.
Ningtyas, N. (2014). POTENSIAL AIR DAN POTENSIAL OSMOTIK CAIRAN
SEL20. Jurnal Academia.
Pratama, R. A., Rismayanti, A. Y., & Nugraha, G. (2020). PENGARUH
KONSENTRASI K2SO4 DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP

26
KARAKTER HASIL DAN KOMPONEN HASIL BENIH KENTANG G0
(Solanum tuberosum L.) KULTIVAR GRANOLA. Jagros : Jurnal
Agroteknologi Dan Sains (Journal of Agrotechnology Science), 5(1), 314.
Qomar, M. W., Pamekas, T., & Isnawan, Y. (2016). Identifikasi Cendawan Pada
Umbi Kentang ( Solanum tuberosum L .) dengan Metode Blotter Test. 2014, 18–
22.
Riwayati, I., Fikriyyah, N., & Suwardiyono, S. (2019). ADSORPSI ZAT WARNA
METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN ABU ALANG-ALANG (Imperata
cylindrica) TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Jurnal Inovasi Teknik Kimia,
4(2), 6–11.

LAMPIRAN

Kentang di iris sesuai ukuran yang


ditentukan

Kentang di bilas dengan akuades

27
Proses perendaman

Proses penetesan Methylene blue


pada larutan sukrosa

28
Hasil perhitungan dari metode Gravimetri
1. Konsentrasi 0 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 6,64 – 6,62
= - 0,14
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
6,48−6,62
= × 100 %
6,62
= - 2,11
2. Konsentrasi 0,01 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 5,00 – 4,78
= 0,22
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
5,00−4,78
= ×100 %
4,78
= 4,60
3. Konsentrasi 0,04 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 4,69 – 4,64
= 0,05
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW

29
4,69−4,64
= ×100 %
4,64
= 1,07
4. Konsentrasi 0,08 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 3,98 – 4,01
= - 0,03
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
3,98−4,01
= ×100 %
4,01
= - 0,74
5. Konsentrasi 0,15 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 2,86 – 3,52
= - 0,66
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
2,86−3,52
= × 100 %
3,52
= - 18,75
6. Konsentrasi 0,30 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 3,12 – 5,15
= - 2,03
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
3,12−5,15
= × 100 %
5,15
= - 39,41
7. Konsentrasi 0,40 M

30
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 2,22 – 3,85
= - 1,63
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
2,22−3,85
= × 100 %
3,85
= - 42,33
8. Konsentrasi 0,50 M
Perubahan berat (gr) = BK – BW
= 2,19 – 3,81
= - 1,62
BK −BW
Perubahan berat (%) = × 100 %
BW
2,19−3,81
= × 100 %
3,81
= - 42,51

31

Anda mungkin juga menyukai