Oleh :
Kelompok 2
Pendidikan Sains 2017 U
Nurul Amaliyah (17030654010)
Hasna Muhandisah (17030654051)
Fira Amalia Q.F. (17030654054)
Ilmi Firdaus (17030654075)
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..........5
B. Rumusan Masalah……………………………………………….....…....5
C. Tujuan Percobaan……………………………………………………......5
A. Pengertian Absisi…………………………………………………….….6
D. Hipotesis...................................................................................................11
A. Metode Praktikum……………………………………………………....12
E. Rancangan Percob………………………………………………………14
F. Langkah Percobaan……………………………………………………..14
G. Alur……………………………………………………………………..15
A. Data…………………………………………………………………… 16
B. Analisis…………………………………..…………..…………………16
C. Pembahasan……………………………………………………….……17
D. Diskusi………………………………………………………………….19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..……21
B. Saran……………………………………………………………………21
3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti daun, bunga, buah atau
batang yang terjadi secara alami disebut dengan Absisi. Faktor alami yang
terjadi dalam proses absisi yaitu panas, dingin, kekeringan dimana faktor-
faktor tersebut akan berpengaruh terhadap absisi. Gugurnya daun dipacu juga
oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim
gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini
menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin
mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi
dengan bertambahnya umur daun, jumlah etilen yang dihasilkan juga akan
meningkat dan akan mendorong pembentukan lapisan absisi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
Bagaimana pengaruh IAA terhadap proses absisi pada daun?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk:
Mengidentifikasi pengaruh IAA terhadap proses absisi daun.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Abisisi
Proses gugurnya organ tumbuhan seperti daun, bunga, dan buah tanpa
meninggalkan luka dinamakan absisi (Kusdianti, 2002). Pengguguran daun
atau yang juga absisi terjadi dalam rangka perubahan keadaan pada pangkal
tangkai dan helaian daun. Pengguguran daun juga dilakukan dengan tujuan
menyediakan tempat bagi daun – daun baru yang akan tumbuh pada musim
selanjutnya. Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor air,
nutrisi, serta hormon pada tumbuhan. Gugurnya daun tidak hanya dialami oleh
daun tua, namun juga daun – daun yang masih muda. Faktor alami yang terjadi
dalam proses absisi yaitu panas, dingin, kekeringan dimana faktor-faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap absisi.
6
Menurut Esau dalam Kusdianti (2002), pada zona absisi dapat
dibedakan dua lapisan atau daerah sel. Lapisan pertama adalah lapisan absisi
yang akan mengalami perubahan struktural untuk memudahkan pemisahan
tangkai organ dengan batang. Lapisan kedua adalah lapisan pelindung yang
dibentuk dibawah lapisan absisi dan melindungi permukaan yang terdedah saat
organ tersebut gugur sehingga tidak mengalami kekeringan atau diserang
penyakit. Lapisan pelindung ini dibentuk karena hasil sintesis berbagai
senyawa dalam dinding sel maupun ruang antar sel berfungsi untuk mencegah
kekeringan dan parasit.
Pada tumbuhan gymnospermae dan dicotyledonae, gugurnya daun
diawali dengan terbentuknya zona absisi (daerah pengguguran) pada pangkal
tangkai atau helaian daun. Pada zona ini terdapat berkas – berkas pengangkut
yang berukuran lebih kecil daripada berkas pengangkut yang ada pada organ
tumbuhan lainnya, kemudian tidak ada jaringan penguat seperti kolenkim dan
skelerenkim di zona ini. Selain terdapat berkas pengangkut. di zona ini pula
terdapat sel–sel parenkim yang berdinding tipis, pipih, mengandung tepung,
dan sitoplasma yang kental.
Parenkim–parenkim tersebut terbentuk dari pembelahan antiklinal
melewati tangkai daun. Ketika daun akan gugur, lamela tengah diantara
beberapa sel tertentu di daerah distal zona absisi akan terurai. Terurainya
bagian dinding sel ini, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang antara
daerah proksimal zona absisi yang semakin membesar dengan daerah distal
zona absisi yang terus mengalami penuaan, dan akhirnya terjadilah pematahan
pada pangkal tangkai daun.
C. Peranan Hormon dalam Absisi Daun
7
Percobaan pertumbuhan suatu bagian tubuh tumbuhan sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan atau aktivitas bagian tubuh tumbuhan yang
lainnya. Diduga hubungan ini terjadi karena adanya suatu senyawa kimia
tertentu yang bergerak dari suatu bagian kebagian yang lainnya. Ada lima
senyawa yang dinamakan hormon, berfungsi sebagai koordinator pertumbuhan
dan perkembangan pada tubuh tumbuhan. Sering pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan disebabkan karena terjadi pertumbuhan yang disebabkan karena
perubahan yang terjadi perubahan sintesis atau distribusi hormon didalam
tubuh. Hormon yang dimaksud adalah auksin, sitokinin, gibelerin, absisin dan
etilen. Tergantung pada sistem yang dipengaruhi, hormon dapat berfungsi
sendiri atau lebih sering dalam keseimbangan antar hormon itu.
1. Auksin
8
absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin
yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan
konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi. Teori terakhir
ditentukan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa
respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi ke dalam dua fase
jika perlakuan auksin diberikan setelah auksin terlepas. Fase pertama,
auksin akan menghambat absisi dan fase kedua auksin dengan konsentrasi
yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
9
dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat
mendorong pembentukan akar lateral. Penggunaan praktis yang sangat
penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada
perbanyakan tanaman dengan setek. Salah satu hasil utama penyerbukan
bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah.
Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk mendorong proses
yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa biji
(Loveless, 1991).
2. Etilen
3. Asam Absisat
10
panas. Asam Absisat (ABA) sering menyebabkan timbulnya respon yang
membantu melindungi tumbuhan dari keadaan rawan tersebut. Asam
Absisat yang pertama kali dikenal adalah absisin I dan absisin II yang
menyebabkan gugurnya buah kapas.
D. Hipotesis
Semakin banyak penambahan IAA maka akan menghambat absisi daun dan
semakin lama proses absisi daun.
11
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Metode Praktikum
1. Alat
a. Silet 1 buah
2. Bahan
b. Label 6 buah
c. IAA 1 ppm 4 ml
d. Lanolin 100gr
12
D. Variabel dan Definisi Operasional
E. Rancangan Percobaan
(1) (2)
Menyiapkan dua pot tanaman Coleus sp.
(1) (2)
Pot 1: Memotong lamina daun paling bawah
Pot 2: Memotong lamina daun kedua dari bawah
13
Lanolin + IAA Lanolin Lanolin + IAA Lanolin
(1) (2)
(1) (2)
F. Langkah Kerja
4. Memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang
paling bawah
5. Mengolesi bekas potongan yang satu dengan lanolin dan yang satu dengan
1 ppm AIA dalam lanolin
7. Mengamati setiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai tangkai Coleus sp
14
G. Alur
Tanaman Coleus sp
Pot 1 Pot 2
Hasil
15
BAB IV
A. Data
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengaruh IAA terhadap proses absisi daun Coleus
Sp.
Hari ke-
Jenis Pot Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
B. Analisis
16
Berdasarkan tabel di atas ditemukan adanya perbedaan waktu gugurnya
tangkai dan helai daun pada masing-masing cabang tanaman. Pot tanaman A
yaitu pada potongan lamina paling bawah, tangkai yang diolesi dengan lanolin
mengalami luruh lebih cepat yakni pada hari ke 2. Sedangkan pada lamina
yang diolesi lanolin+IAA mengalami luruh lebih lambar jika dibandingkan
denga tangkai yang diolesi lanolin saja yakin pada hari ke 5.
Pot tanaman B yaitu potongan lamina kedua dari bawah, tangkai yang
diolesi dengan lanolin megalami gugur lebih cepat yakin hari ke 2, 3, dan 4.
Sedangkan pada tangkai yang diolesi lanolin+IAA gugur pada hari ke 3, 5, dan
6. Berdasarkan tabel pengamatan menunjukkan bahwa banyak daun yang
gugur di pot B lebih banyak dibandingkan dengan pot A.
C. Pembahasan
Letak atau posisi daun berpengaruh pada proses absisi daun, dimana
tangkai daun yang terletak paling bawah atau daun paling tua gugur lebih
dahulu daripada tangkai daun yang letaknya di atas daun terbawah atau ke-2
dari bawah. Hal ini disebabkan karena daun paling tua berada paling bawah,
dimana cahaya matahari tidak dapat mengenai seluruh permukaan daun karena
terhalang oleh daun di atasnya. Akibatnya, daun paling tua tidak dapat
melakukan fotosintesis dengan baik. Perbedaan kecepatan absisi daun pada
masing-masing pot juga disebabkan karena perbedaan karakteristik tanaman.
Tanaman di pot A memiliki daun yang lebih kecil daripada di pot B.
Absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal
sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi apabila
jumlah auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka
tidak akan terjadi absisi. Seperti menurut Leopod (1964) pengaruh auksin
18
terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi
auksin yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin
dengan konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi.
D. Diskusi
19
Tangkai daun yang diolesi dengan lanolin + AIA waktu gugurnya
tangkai daun lebih lama daripada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin
saja karena AIA atau auksin menghalangi induksi ABA. Hal ini dapat
diindikasikan bahwa hormon AIA menghambat proses pengguguran tangkai
daun. Selain hormon yang berpengaruh pada proses pengguguran daun, letak
atau posisi daun juga berpengaruh yaitu tangkai daun yang terletak paling
bawah atau daun paling tua gugur lebih dahulu daripada tangkai daun yang
letaknya di atas daun terbawah atau ke-2 dari bawah. Hal ini disebabkan
karena daun paling tua berada paling bawah, dimana cahaya matahari tidak
dapat mengenai seluruh permukaan daun karena terhalang oleh daun di
atasnya. Akibatnya, daun paling tua tidak dapat melakukan fotosintesis
dengan baik, dan selanjutnya akan segera gugur.
20
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah kami laksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Tangkai daun yang diberi lanolin saja mengalami absisi lebih cepat
daripada tangkai daun yang diberi dengan lanolin + AIA. Hal ini
disebabkan karena bagian pangkal tangkai daun yang diolesi dengan
lanolin akan membentuk daerah absisi. Daerah ini merupakan bagian yang
terlemah dan diameter berkas pengangkut lebih kecil dari bagian lain,
tidak mengandung kolenkim maupun sklerenkim (sebagai jaringan
penguat) sehingga lamella tengahnya larut yang mengakibatkan tangkai
daun dapat putus atau gugur. Putus atau gugurnya tangkai daun pada
daerah absisi yang tidak mengalami penebalan oleh lignin, suberin, dan
selulosa serta dipicu oleh angin atau karena berat dari jaringan itu sendiri.
Selain itu, disebabkan karena lanolin merupakan salah satu campuran zat
yang sifatnya sama dengan ABA dan etilen yaitu mempercepat penuaan
prematur pada sel organ yang akan gugur, termasuk daun.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN DOKUMENTASI
23