MIKROTEKNIK
Disusun oleh :
Nama : Bahtiar Arddun Asyafiq
NIM : K4320015
Kelas : C
Kelompok : 4
I. JUDUL:
Preparasi Acetolisis Pollen Lilium sp
II. TUJUAN :
Mendapatkan skill tentang cara pembuatan preparat polen dengan menggunakan metode
actolisis
III. ALAT & BAHAN:
a) Alat b) Bahan
1. botol flakon 1. Pollen bunga Lilium sp
2. tabung sentrifuse 2. asam asetat glasial
3. waterbath 3. asam sulfat pekat
4. kuas 4. safranin 1 % dalam aquades
5. gelas ukur 5. fast green
6. batang gelas / spatula 6. aqaudes
7. bunsen 7. glyserin jelly
8. object glass & cover glass 8. cutex
9. mikroskop
2
IV. CARA KERJA
Hari Pertama
Hari kedua
Bahan di pindah ke sentrifuse dan cairan di ganti dengan campuran
disentrifugasi dengan kecepatan AAG 45 % dengan asam sulfat pekat
2000 rpm selama 10 menit dengan perbandingan 9 : 1
3
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Gambar Hasil Keterangan
1. Exnine
1
2. Intine
2
3. Nucleoli
3
4. Endeksin
Hasil dari preaprat tumbuhan polen Lilium sp ini dengan perbesaran 40X ini sudah tampak
seperti bola bola kecil yang menempel dengan yang lainya. Hal ini dikarenakan mungkin polen
sudah hancur saat di lakukan sentrifuse, karena pada polen kelompok kami di lakukan sentrifuse
hingga 3 kali dengan kecepatan 6500 rpm sehingga polen sudah hancur. Hal ini dilakukan karena
polen yang sudah di rendam dengan AAG ini tidak mau mengendap di tabung rekasi sehingga susah
untuk di ambil larutanya untuk di bilas dengan aquades. Dalam gambar tersebut memiliki bentuk
seperti bola golf dengan distribusi relative atau pesebaran yang tidak berkumpul seperti pada
gambar (Huayu, Yang, 2020). Dapat di ketuhi dari polen yang di miliki oleh Lilium sp ini
merupakan bentuk monads dengan aperaturnya yang bertipe inaperturate dengan panjang kisaran 66
µ deengan diameter antara 44.00 µ dengan memiliki unit protat dengan ukuran yang manga dan
sturktural reticulate (Basarkar, 2017). Pada indeks P/E yang di gunakan sebagai referensi di jurnal
di katakana bahwa indeksnya bervariasi dari 0,81 sampai dengan 0,86 dengan variasi yang sangat
berbeda (Guven, Seher, 2014).
B. Pembahasan
a. Teknik Handling Bahan
4
Polen atau bisa disebut juga dengan serbuk sari merupakan organ generative jantan yang
terletak pada tumbuhan berbunga yang dapat bisa di temukan di kepala sari (anther) (Zahrina dkk,
2017). Selain di gunakan untuk penyerbukan polen sangat berperan dalam taksonomi yang erat
memiliki hubungan dengan morfologi polen, filogeni, dan palinologi (Bhojwani & Bhatnagar,
1978). Morfologi dari stuktrual polen ini bisa di jadikan untuk pembeda antara spesies yang satu
dengan lainya, Selain itu juga untuk memperjelas tatanan taksa atau memasukan tumbuhan yang
belum memiliki taksa. Pengamatan morfologi inibisa dilakuakn dengan menggunakan proses atau
metode Acetolisis. Prinsip dan teknik ini dilakukan dengan cara melisiskan dinding sel pada
structural polen dengan menggunakan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat (H2S04). Hal ini
memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan gambar ornamentasi dari polen yang bagus dan terlihat.
Polen yang di amati adalah polen yang sudah matang atau sudah dewasa, hal ini dikarenakan
bentukd ari polen tersebut sudah stabil dan telah mencapai perkembangan yang optimal. Polen yang
matang di tandai dengan tidak adanya air di dalam polen tersebut. dan umumnya di temukan
didalam bunga bunga yang telah mekar (Ruzin, 1999). Langkah – Langkah dari proses acetolisis ini
adalah fiksasi, pemnasan, pencucian, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan labeling
(Suntoro, 1983).
b. Pelaksanaan Penggunaan Teknik
Menyisi anther dengan menggunakan sebuah kuas kecil dan memfiksasi dengan
menggunakan larutan kimia berupa asam asetat glasial selama 24 jam ( 1 hari ). lalu pindahkan
bahan praktikum ke dalam tabung sentrifugasi dan di sentrifuse salaam kurang lebih 10 menit
dengan kecepatanpertama yaitu 2000 rpm. Setelah itu ganti larutan AAG dengan larutan asam sulfat
pekat dengan menggunakan perbandingan 9 : 1 ( dengan asam sulfat yang di tetesi demi setets ke
dalam AAG). Panas kan tabung water bathdengan menggunakan suhu 650C selama 3 menit. Setelah
itu ambi tabung diamkan selama 3 sampai benar – benar dingin kemudian di sentrifuse kembali
dengan kecepatan 2000 rpm kurang lebih waktu 10 menit. Membuat cairan tersebut lalu di cuci
dengan larutan aquades, kemudia lakukan sentrifse kembali selama 3 menit dengan 3000 rpm di
lakukan sebanyak 2 kali pengulangan (Jones, 2014). Setelah dilakukan sentrifuse lalu ambil cairan
kimia berupa safranin dengan di tetesi sebanyak 2 kali dan encerkan dengan menggunakan larutan
aquades. Setelah di tetesi aquades di sentrifuse selama 10 menit dengan menggunakan kecepatan
3000 rpm. Setelah di setrrifuse berikan glyserin jelly kemudian masukan ke dalam waterbath
dengan suhu 700C selama 5 menit. Selanjtunya masuk kedalam tahapan mounting dengan menuang
bahan pada sebuah object glass lalu di tutup dengan menggunakan cover glass, olesi di bagian tepi
object glass dengan menggunakan paraffin lalu tutup dengan cover glass panaskan di atas bunsen
sampai paraffin tersebut meleleh sehingga menempel pada object glass. Setelah itu amati polen
5
tersebut dengan menggunakan mikrskop dan berikan label penamaan pada object glass (Des M,
Moralita Chatri, 2013).
c. Alasan Penggunaan Teknik
Metode acetolisis dapat memperlihatkan jumlah dari butir polen atau bisa di sebut spora
pada kepala sari (anther) dalam keragaman spesies (Jones, 2014). Dalam proses identifikasi polen
dan spora akan lebih akurat dan dapat dilakukan saat menggunakan metode acetolisis karena
karakteristik diagnostic butir spora sehingga bisa terlihat dan difoto. Acetolisis sebagian besar
jaringan dan puing puing organic, dan mampu menghiangkan atau melisis protein, lipid, dan
karbohidrat dari permukan serbuk sari dan spora (Jones, 2014)
d. Alasan Penggunaan Kemikalia
AAG
AAG merupakan senaywa asam asetat glasial yang memliliki kemampuan untuk mencegah
pengerasan dan mengeraskan kromosom. Dalam selangwaktu dan kosentrasi yang tinggi,
asam asetat ini dapat menghacurkan mitokondria dan apparatus golgi (Santoso, 2002)
Parafin
Parafinin berfungsi sebagai pereka, yang di mana nantinya paraffin akan di letakakn di cover
glass di pinggiran lalu di panaskan dengan menggunakan bunsen (Huayu Yang, 2020).
H2SO4
Pada campuran H2SO4 ini dengan campuran asam asetat glasial merupakan larutan yang
mampu meliliskan dinding sel serbuk sari pada metode acetolisis, sehingga nantinya pada
preparat, morfologi ornament polen dan sel annulus spora akan terlbih sangat jelas di
bandingkan dengan sebelum dilakuakn metode acetolisis. selain itu larutan ini juga
berfungsi memelihara atau mempertahankan struktur nya (Gusmalawati, 2021).
Safranin 1 %
Safranain 1 % suatu chloride dan za warna basa yang kuat. Zat warna ini tergolong dalam
zat warna golongan azine, yaitu pewarna yang menganduung cincin orthoquinonoid yang di
hubungkan dengan bentuk cincin lainya melalui 2 atom N. (Jones, 2014)
Glyserin jelly
Gliserin jelly di sini berfungsi sebagai untuk mengawetkan preparat dan berfungsi juga
sebagai perakat (Basakar, 2017)
e. Kendala Selama Praktikum
1. Pada setelah di lakukan sentrifuse masih dapat terdapat polen yang berada di atas
seharusnya polen yang dilakuakn sentrifuse menegdanp.
6
2. Cairan yang di gunakan mengeluarkan bau yang tidak enak sehingga menganggu
praktikan.
3. Polen yang di gunakan kelompok 4C ini menggunakan polen lilium sp yang
memiliki butiran yang sangat kecil sehingga susah sekali mengendap walaupun telha
dilakukan sentrifuse dengan kecepatan 6500 rpm sebanyak 2 kali.
4. Pada saat mencari polen di kaca preparat menggunakan mikrskop masih susah
karena polen yang di cari rata – rata sudah di hancur sehingga susah di identifikasi.
f. Perbandingan gambar referensi
Pada prepaat referensi Lilium sp bertipe dengan struktural ellipsoidal monads dengan ukuran
yang kecil dan biasanya terisah antara polen yangsatu dengan polen yang lainya sehingga masih
bisa di identifikasi dengan jelas menggunakan metode acetolisis (Gusmalawati, 2021). Berdasarkan
refresni yang di gunakan pada tumbuhan Lilium sp ini memiliki aperturnya yang bertipe
inaperturate, yang di mana aperture merupakan lapisan tipis dari eksin dan lapisan yang tebal bagi
intin. dengan panjang sekitar 66 µ deengan diameter antara 44.00 µ dengan memiliki unit protat
dengan ukuran yang manga dan sturktural reticulate (Basarkar, 2017).
C. KESIMPULAN
Salah satu untuk mengamati polen atau serbuk sari adalah untuk melihat bagaiman struktur
morfologinya dengan menggunakan metode asetolisis, yang di mana metode ini merupakan metode
dengan cara menggunakan melisisikan dinding sel dengan menggunakan larutan kimia asam sulfat
pekat dengan campuran AAG. Sebelum di lakukan tahapan tersebut, langkahawalnya adalah dengan
memfiksasi polen – polen tumbuhan dengan menggunakan AAG selama 24 jam. Setelah itu di
lakukan beberapa tahapan seperti memsetrifuse dengan menggunakan berbagai kecepatan dari yag
2000 rpm sampai 6500 rpm bila butir polen tersebut susahmengendap di tabung reaksi.
Hasil dar tahapan metode acetolisis ini adalah didapatkanya butir polen dari spesies lilium sp
terdapat bagian bagian berupa intine, exine, dan spine. Metode acetolisis dapat memperlihatkan
7
jumlah dari butir polen atau bisa di sebut spora pada kepala sari (anther) dalam keragaman spesies .
Dalam proses identifikasi polen dan spora akan lebih akurat dan dapat dilakukan saat menggunakan
metode acetolisis karena karakteristik diagnostic butir spora sehingga bisa terlihat dan difoto
8
Yang, H., Lu, X., & Xin, Z. (2020). Facile fabrication of lilium pollen-like organosilica
particles. Langmuir, 36(2), 571-575.
Zainal Abidin, Z. (2021). Karakterisasi Morfologi Polen pada Sepuluh Famili Tumbuhan Berbunga.
9
IX. LAMPIRAN
b. Abstrak Jurnal
10
11
12
13