Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN

KEGIATAN 3

PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK

Disusun oleh:

Nama : Bahtiar Arddun Asyafiq

NIM : K4320015

Kelas :C

Kelompok/Asisten : 6 / Naila Khoirunnisa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022
Laporan Resmi Praktikum
Embriologi Hewan
I. Judul : Perkembangan Embrio Katak

II. Tujuan :
1. Mempelajari tipe dan pola pembelahan embrio katak
2. Mempelajari pembentukan organ katak yang berasal dari setiap lapisan
embrional

III. Dasar teori :


Gametogenesisi merupakan sebauh proses pembentukan gamet atau sel kelamin
(Reflina, 2020). Sel gamet ini terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis
dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium (Reflina, 2020). Terdapat dua jenis
proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meisosis. Mitosis yaitu sebuah pembelahan sell dari
induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromsosm contoh apabila ada sel tubuh
kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses
pembelahan mitosis (Kasmeri & Safitri, 2014). Pembelahan sel mitosis adalah sebuah proses
pembelahan sel yang terjadi pada bagian bagian sel somatis (pada bagian sel sel yang
berfungsi sebagai penyausunan tubuh) pada tubuh makhluk hidup ekariotik (Novianti, 2018).
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada setiap sel-sel indukan yang mempunyai sifat
diploid (biasa disebut 2n), kromosomnya berpasangan dan akan menghasilkan dua sel anakan
yang bersifat diploid juga. Jumlah kromosom sel anakan sama dengan jumlah kromosom pada
sel induk (Novianti, 2018). Sedangkan untuk meiosis sendiri adalah pembelahan sel dari
induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel
kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan
mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang
bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri
4 tahap : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada
dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis (Reflina, 2020).
Pembelahan zigot terjadi secara cepat sehingga sel anak tidak sempat tumbuh dan sel
anak makin kecil sesuai dengan tingkatan perkembangnya, yang di mana pada kahirnya
pembelahan menghasilkan sekolompok sel kompak dan padat yang di sebut dengan morula
(Kasmeri, 2014). Blastula merupakan lanjutan dari stadium pembelaham berupa masa
blastomer membentuk dasar calon speises, pada tahapan ini terbentuk blastoselom
(Kusumawati, 2016). Gastrula adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses
gastrulasi ditandai dengan terbentuknya gastroselum dan sumbu embrio sehingga embrio
mulai tumbuh memanjang Tubulasi merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula.
Embrio pada stadium ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yaitu
pembentukan bumbung neural. Organogensis merupakan tahap selanjutnya yaitu
perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang memiliki bentuk dan
rupa yang spesifik dalam satu spesies (Huettner, 1956).

IV. Alat dan Bahan :


1. Alat :
a. Mikroskop
b. Kertas
c. Pensil
2. Bahan :
a. Preparat awetan fase – fase perkembangan embrio katak
i. Preparat Frog’s Primary / First Cleavege Egg
ii. Preparat Frog’s Secondary Cleavage Egg
iii. Preparat Before Frog’s Cleavege Egg
iv. Preparat Frog’s Cleavage Blastula
v. Preparat Frog’s Later Stage of Neurulation
vi. Preparat Frog’s Cleavege Morula
vii. Preparat Frog’s First Stage of Tail Bud Stage
viii. Preparat Frog’s Cleavage from Yolk Gland

V. Prinsip Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati masing – masing preparat tahalan perkembangan embrio katak
menggunakan miskorop
3. Menganalisis hasil pengamatan (gambar dan identifikasi bagian)
4. Menyusun laporan sementara.

VI. Hasil pengamatan dan Pembahasan Per Preparat


Data pengamatan
Gambar pengamatan Keterangan
Frog’s Primary / Frist Cleavage Egg 1. Kutub vegetal
2. Grey crescent
3. Kutub animal

Frog’s Secondary Cleavage Egg 1. Kutub animal


2. Sel – sel makromer
3. Sel – sel mikromer
4. Kutub vegetatif

Before Frog’s Cleavage Egg 1. Kutub animal


2. Grey crecesnt
3. Kutub vegetal

Frog’s Cleavage Blastula 1. Kutub vegetal


2. Makromer
3. Blastocoel
4. Kutub animal
5. Mikromer
6. Alur pembelahan (Cleavage
furrow)
Frog’s Latter Stage of Neurulation 1. Neural folds
2. Norokord
3. Endoderm
4. Archenteron
5. eksoderm

Frog’s Cleavage Morulla 1. kutub animal


2. sel – sel mikromer
3. sel – sel makromer
4. kutub vegetatif
1

2 4
3
Frog’s first stage of tail bud stage 1. yolk
2. oral evagination
3. optic vesicle
4. notoshorsd
5. foregut
Frog’s Cleavage from yolk gland 1. blastocoel
2. kutub vegetal
3. yolk
4. dorsal
5. pembentukan archenteron
Pembahasan

Frog’s Primary / Frist Cleavage Egg


GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

Ciptono, 2008

Keterangan Keterangan Min 5

1. Kutub vegetal 1. Sel


2. Grey crencent 2. Grey crescent
3. Kutub animal 3. Bidang pembelahan meridional
4. Kutub vegetal
5. Kutub animal
PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat adanya garis pembelahan yang dimulai dari kutub
animal menuju kutub vegetal. Preparat dari pengamatan hasil proses pembelahan 1 belum selesai
sehingga blastomer kurang terlhat dengan jelas. Sedangkan pada gambar refernesi yang di tuju
yang berasal dari Ciptono dkk (2008) sudah terlihat dengan jelas bagian bagian dengan bantuan
mikroskop elektron. Bagian bagian yang terlihat adalah Sel, Grey crescent, bidang pembelahan
meriodional, kutub vegetal, kutub animal.
2. Sel penyusun
Pada gambar dari pengamatan terlihat dari kutub animal, Grey crenent, sel blastomer,
kutub vegetal. Pada Grey crencent terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian yang sama besar,
yaitu membentuk blastomer yang berbentuk bilateral simetris. Pada dua bagian blastomer yang
terbentuk memiliki bagian poluas animalis dan polus vegetatipus (Adnan, 2008).
3. Waktu fase
Pada pembelahan primer terjadi melalui bidang meridian, yaitu melewati poros kutub
animal dan kutub vegetal, melewati titik tempat masuknya sperma dan membagi bagian grey
crencent kemudian menghasilkan bagian dari dua sel (Yatim, 1998)
4. Ciri khusus
Bidang ekuator serat gelendong tipe pembelahan selalu berada di pertengahan dan tegak
lurus pada porus sel induk (Shahriza, Ibrahim, & Anuar 2016)
Frog’s Secondary Cleavage Egg

GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

Ciptono, 2008

Keterangan Keterangan Min 5

1. Kutub animal 1. Alur pembelahan


2. Sel sel makromer 2. Sel blastomer
3. Sel sel mikromer 3. Kutub vegetal
4. Kutub vegetatif 4. Kutub animal

PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Pada tahapan keemapt, untuk alur pembelahan kedua tegak lurus dengan yang pertama
dan juga berpindah dari hewan ke kutub tumbuhan sehingga terjadi 4 blastomer (Sayim & Kaya,
2008)
2. Sel penyusun
Bagian – bagian embrio setelah pembelahan sekunder meliputi kutub animal berpigmen
hitam, kutub vegetatif tidak berpigmen, 4 sel blastomer dan terdapat sebuah cleavage furrow.
3. Waktu fase
Pembelahan sekunder terjadi satu jam dari pembelahan I dalam telur katak, pembelahan
sekunder dimulai pada kutub anima yang tegak lurus dengan pembelahan pertama (Adnan, 2008).
4. Ciri khusus
Ciri khas dari tahap ini yaitu alur pembelahan terjadi di bagian polus animalis dan polus
vegetativus. Empat sel yang terbentuk kemudian secara serentak membelah lagi dalam bidang
horizontal. Bidang ini terletak lebih dekat dengan kutub animal daripada kutub vegetal, sehingga
sel-sel kutub animal lebih kecil daripada sel-sel yang berisi kuning telur di kutub vegetal. Bagian
vegetal yang berisi kuning telur terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit atau membelah lebih
sedikit (Gadjahnata, 1989).
Before Frog's Cleavage Egg
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

(Sayim & Kaya, 2008)

Keterangan Keterangan Min 5


1. Kutub anima 1. Kutub anima
2. Grey crescent 2. Grey crescent
3. Kutub vegetal 3. Kutub vegetal

PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Berdasarkan preparat gambar cukup jelas menunjukkan bahwa zigot belum membelah.
Ditemukan kutub anima yang sedikit menonjol berpigmen hitam, dan kutub vegetal tidak
berpigmen yang besar. Terdapat kutub anima menonjol kecil, kutub vegetal besar. Sel telur katak
yang telah dibuahi tampak berbentuk bulat, berwarna coklat keputihan dan berukuran sangat
kecil, kurang lebih 1-2 mm. keadaan ini terjadi setelah sel telur dikeluarkan (ovoposisi) dari
tubuh induk katak. Telur terbungkus oleh lapisan gelatin. Bagian telur dapat dibedakan menjadi
polusanimalis dan polus vegetativus berdasarkan tingkat pigmentasinya. Setelah mengalami
pembuahan, metabolism sel telur akan meningkat, sementara spermabilitas dinding sel telur
berkurang (Ciptono, 2008).
2. Sel penyusun
Pada telur katak yang belum dibuahi akan terlihat bagian polus animalis atau kutub
animal, berwarna hitam, merupakan kutub telur yang sedikit yolk dan polus vegetativus atau
kutub vegetal, berwarna putih kelabu, merupakan kutub telur yang kaya yolkLapisan membran
vitelin dan lapisan lendir (jelly) membentuk struktur kapsul telur yang berfungsi melindungi telur
dan memberikan dukungan bagi telur (Ciptono, 2008).
3. Waktu fase
Tahap sebelum pembelahan terjadi jika telur katak dibuahi (fertilisasi) oleh sperma,
kemudian terbentuk zigot, setelah fertilisasi maka lapisan lendir (agar-agar) akan membengkak
dan tidak dapat ditembus lagi oleh sperma (Ciptono, 2008).
4. Ciri khusus
Telur katak memiliki ciri khas lain, yaitu diselaputi oleh membran vitellin dan satu atau
lebih lapisan lendir (jelly). Lapisan membran vitelin dan lapisan lendir membentuk struktur
kapsul telur yang berfungsi melindungi telur dan memberikan dukungan bagi telur. Lapisan lendir
akan mengembang jika berada di dalam air, maka volumenya akan membesar sehingga embrio
terlindungi. Lapisan jelly mudah mengering jika tidak berada di air, maka telur katak selalu
diletakkan di air (Ciptono, 2008).
Frog’s cleavage blastula
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

(Vargas & Del Pino, 2017)

Keterangan Keterangan Min 5


1. Kutub vegetal 1. Kutub animal
2. Makromer 2. Mikromer
3. Blastocoel 3. Blastocoel
4. Kutub animal 4. Makromer
5. Mikromer 5. Alur pembelahan (cleavage furrow)
6. Alur pembelahan (cleavage furrow) 6. Kutub vegetal

PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Fase ini mengacu pada permukaan embrio yang berlobus. Suatu rongga yang penuh cairan
disebut blastocoel dan terletak pada kutub anima. Blastocoel memiliki fungsi untuk membatasi
interaksi antara bakal ectoderm dan sel endoderm pada cincin marginal yang mengelilingi tepi
blastocoel (Campbell et al., 2010).
2. Sel penyusun
Pada kutub anima terdapat sel-sel berukuran kecil (mikromer) yang membentuk atap
blastocoel dan menjadi bakal lapisan ectoderm. Sedangkan pada kutub vegetative terdapat sel-sel
yolk yang berukuran besar (makromer) dan akan menjadi bakal lapisan endoderm. Selain itu,
greycrescent akan membentuk sel-sel mesoderm (Morgan, 1987).
3. Waktu fase
Blastula terbentuk dari proses blastulasi. Sel-sel morula mengalami pembelahan secara
terusmenerus kemudian membentuk suatu rongga di tengah yang semakin lama akan semakin
membesar dan berisi cairan yang disebut blastocoel. Tipe blastula di katak termasuk dalam
bentuk coeloblastula, yaitu berbentuk bola atau disebut blastula bundar. Pada tahap blastula
bagiannya meliputi mikromer, makromer, mesomer dan blastocoel. Setelah tahapan blastula akan
dilanjutkan ke tahapan gastrula (Ciptono, 2007). Total waktu yang digunakan pada fase ini yaitu
10-16,5 jam.
4. Ciri khusus
Tahap blastula terjadi pembelahan yang berselang seling (IX horizontal) dan (IX vertikal)
akan terbentuk 64, 128, dan 256 sel menyusun diri membentuk bola (blastula) dan berongga
(blastocoel). Blastula hanya 1 lapis dan berongga disebut holoblastula. Bentuk seperti bola dan
membentuk celah blastosoel. celah blastosoel ini akan berkembang dan semakin besar.
Blastomere berbentuk blastula bulat. Pada blastula terdapat daerah sub ekuatorial berupa sel-sel
cin-cin marginal meliputi daerah kelabu yang akan membentuk sel-sel mesoderm (Hervas et al,
2015).
Frog's Later Stage of Neurulation
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

(Ciptono, 2008)

Keterangan Keterangan Min 5


1. Neural folds 1. Neural fold
2. Norokord 2. Chorda
3. Endoderm 3. Ectoderm
4. Archenteron 4. Yolk Material
5. Eksoderm 5. Lateral plate mesoderm
6. Endoderm
7. Dorsal mesoderm (Somites)
8. Archenteron
PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Berdasarkan hasil pengamatan preparat pekembangan embrio katak, diperoleh gambar
yang cukup jelas. Sel-sel yang menyusun neurula teramati dengan cukup jelas berwarna merah
dengan sekat-sekat antar sel berwarna putih. Hal ini, terbantu keterangan dari gambar referensi.
Pada gambar referensi terlihat jelas adanya kumpulan sel yang membentuk bola. Salah satu sisi
bola tersebut seperti terdapat lekukan ke dalam atau invaginasi yang disebut dengan blasoporus.
Blastoporus ini semula merupakan blastocoel, yang seiring berjalannnya waktu dan pembelahan
sel yang terjadi kemudian mereduksi menjadi blastoporus yang hanya berupa lubang kecil.
2. Sel penyusun
Zat-zat ektoderm diatas notochord sepasang sumbu anterior-posterior dorsal membentuk
suatu lempeng neural yang menebal di bagian tengah. Lempeng ini melekuk dan membentuk
lekukan neural dan tepi lipatan longitudinal bertemu di ujung anterior dan jika dilihat dari atas
tampak seperti tapal kuda. Lipatan ini secara bertahap bersatu pada puncaknya membentuk
tabung neural yang menjalar sepanjang sumsum tulang belajang yang panjang dan disebut juga
“rotation”. Neurola awal terdapat di daerah dorsal terdapat lamina neuralis, mesoderm somit,
corda dorsalis, got (usus), dan yolk. Neurola pertengahan terdapat sulcus neurola, forus medialis,
crista neuralis, selsel di sebelah lateral sulous neuralis, chorda dorsalis, mesoderm somit. Pada
neural akhir terdapat suleus neuralis menjadi canalis neuralis pada neurula awal yaitu dibagian
dorsal tiap lamina neural, mesoderm somit, chorda dorsalis dan yolk (Ciptono, 2008).
3. Waktu fase
Tahap neurulasi terjadi setelah tahap gastrulasi yang dimulai dari terbentuknya penebalan
ektoderm neural di bagian dorsal, disebut keping neural (neural plate). Perkembangan selanjutnya
menjadi lekuk neural dan perubahan menjadi bumbung neural (neural tube).
4. Ciri khusus
Tahap neurula terdapat keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds), serta
penutupan lipatan untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdiferensiasi menjadi otak dan corda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya bumbung
neural atau neural tube. Lempeng neural melekuk dan membentuk lekukan neural dan tepi lipatan
longitudinal bertemu di ujung anterior dan jika dilihat dari atas nampak seperti tapal kuda
(Rough, 1971).
Frog’s Cleavage Morulla
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

Keterangan Keterangan Min 5


1. Kutub anima 1. Makromer
2. Sel-sel mikromer 2. Mikromer
3. Sel-sel makromer 3. Blastocoel
4. Kutub vegetatif

PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Pada fase ini, pembelahan terjadi secara berulang dan tidak teratur sehingga membentuk
16-32 blastomer yang berbentuk seperti murbei disebut fase morula. Morula adalah embrio tahap
awal yang terdiri dari blastomer dalam bola padat yang terkandung di dalam zona pelusida.
Proses pembelahan yang berulang menghasilkan tumpukan blastomer lengket dan koheren yang
tersusun longgar dan terdiri dari celah sempit di antaranya.
2. Sel penyusun
Terdiri dari sejumlah besar sel kecil berwarna hitam dan tanpa kuning telur yang dikenal
sebagai mikromer dan belahan lainnya terdiri dari lebih sedikit jumlah sel bermuatan putih dan
kuning telur yang dikenal sebagai makromer.
3. Waktu fase
Fase morula berlangsung sekitar 1,5 jam, karena fase morula termasuk pembelahan III,
pembelahan IV, dan pembelahan V. Pembelahan III, sel membelah menjadi 8 blastomer dengan
menghasilkan 4 mikromer kutub animal dan makromer kutub vegetal. Pada pembelahan IV dan
V, pembelahan menjadi lebih cepat.

4. Ciri khusus
Blastomer berbentuk seperti buah murbei. Tahap perkembangan ini disebut morula karena
kemiripannya yang dangkal dengan murbei.
Frog’s first stage of tail bud stage
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

Keterangan Keterangan Min 5


1. Yolk 1. Ectoderm (epidermal)
2. Oral evagination 2. Neural tube
3. Optic vesicle 3. Chorda
4. Notoshord 4. Mesoderm
5. Foregut 5. Endoderm sel dengan yolk
6. Somit

PEMBAHASAN
1. Deskripsi fase
Fase tailbud (Tunas ekor) merupakan fase embrio di mana neurulasi selesai dan
pembentukan ekor dimulai. Pada tahap ini embrio muncul dalam bentuk melengkung kuat.
Selubung jeli luar embrio mulai membuka. Embrio memiliki aktivitas otot dan lempeng insang
terbagi menjadi lengkung cabang. Pada tahap ini juga teramati adanya vesikel optic (Sayim &
Kaya, 2008).
2. Sel penyusun
Terdapat lapisan Lembaga ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan lapisan
ektoderm akan membentuk sistem saraf, otak dan mata dengan proses pembentukan jantung dan
sistem sirkulasi (Kasmeri & Safitri, 2015). Tingkat sumsum tulang belakang menunjukkan
sumsum tulang belakang berlapis multiseluler yang melingkar dengan notochord hadir segera di
bagian ventral dan somit yang digambarkan dengan baik hadir di bagian ventro-lateral
3. Waktu fase
Pembentukan tunas ekor terjadi pada 84 jam setelah pembuahan. Neuroporus menutup,
badan memanjang, bagian dorsal cekung, somit-somit terbentuk. Caloncalon organ juga
terbentuk, seperti mesenchym jantung, arches visceralis, blok mesoderm, pronephros,
hypochorda, sense plate, gill plate, vesicula optica, placoda auditoria, dan placoda olfactoria
(Ciptono, 2008).
4. Ciri khusus
Tahap pembentukan tunas ekor dapat dicirikan dengan lapisan ektoderm, mesoderm, dan
endoderm yang berkembang menjadi derivat-derivat tertentu. Lapisan ektoderm meliputi 1 3 2
epidermis, kelenjar, sistem saraf, germ cells, dan gigi. Lapisa mesoderm meliputi sistem
muscular, dermis, sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, dan sistem limfatik. Lapisan
endoderm meliputi organ pencernaan, organ penyusun pernapasan, dan kelenjar timus, tiroid,
serta paratiroid (Ciptono, 2008).
Frog’s Cleavage from Yolk Gland
GAMBAR HASIL PENGAMATAN GAMBAR REFERENSI

3
4
2
e
5

https://www.academia.edu/

Keterangan Keterangan Min 5


1. Blastocoel a. Blastocole
2. Kutub vegetal b. Pembentukan archenteron
3. Yolk c. Dorsal blastophore
4. Dorsal blastophore d. Yolk
5. Pembentukan archenteron e. Kutub vegetal

PEMBAHASAN

1. Deskripsi fase
Pada Frog's Cleavage from yolk gland terjadi fase pembentukan archenteron. Terjadi
pembentukan bibir lateral (gastrula pertengahan, umur 34 jam, diameter 1,7 mm). Invaginasi
semakin dalam dan blastocoel mulai terdesak oleh adanya gastrocel. Selanjutnya, pembentukan
bibir ventral (gastrula akhir, umur 42 jam, diameter 1,7 mm). Labium ventrale dan yolk plug
mulai terbentuk. Terjadi kontriksi labia, sedangkan ukuran gastrocel menjadi lebih besar.
Blastocoel menghilang dan diikuti oleh terbentuknya blastoporus (Hervas et al., 2015).
2. Sel penyusun
Sel penyusun terdiri atas ectoderm, mesoderm, endoderm, blastocoel, dan yolk plug.
Labium ventrale dan yolk plug mulai terbentuk. Terjadi kontriksi labia, sedangkan ukuran
gastrocel menjadi lebih besar. Blastocoel menghilang dan diikuti oleh terbentuknya blastoporus
(Hervas et al., 2015).
3. Waktu fase
Pembelahan tahap cleavage from yolk mulai terjadi pada 26 jam setelah pembuahan. Pada
tahap ini, terbentuk bibir dorsal, disusul bibir lateral, dan bibir ventral. Pembelahan blastula mulai
terjadi pada 16-21 jam setelah pembuahan (Ciptono, 2008).
4. Ciri khusus
Tahap ini biasa disebutt tahap gastrulasi yang mana ditandai dengan terbentuknya sobekan
yang disebut indentasi di bawah bidang ekuator. Perobekan ini menyebabkan sel-sel mikromer
bermigrasi konvergen dan memusat ke dalam robekan tersebut. Di sanalah terjadi proses
invaginasi, sehingga terjadi migrasi lapisan sel ke bagian dalam. Selanjutnya, sel-sel akan
bermigrasi divergen, menyebar sehingga mendesak yolk dan blastocoelnya menjadi kecil. Fase
akhir gastrulasi akan terbentuk rongga baru yang disebut gastrocoel dan archenteron, seperti pada
gambar pengamatan. Karena yolk terdesak, maka sebagian yolk akan muncul keluar dan terjadi
evaginasi yolk plug (Ciptono, 2008).

VII. Kesimpulan
1. Tipe pembelahan
Tipe pembelahan simetri radial dan holoblastik
2. Ciri-ciri perkembangan embrio katak
1) Zigot : terjadi pergerakan sitoplasma sehingga terjadi bidang pembelahan
2) Morula : berbentuk sel mikromer dan makromer
3) Blastula : timbul rongga blastocoel
4) Gastrula : blsatocoel menghilang, terbentuk blastoporus dan archenteron
5) Neurolasi : penebalan endodermal neural bagian dorsal yang disebut
dengan neuroplaste
6) Berudu berekor : memiliki dorsal pemanjangan.
3. Tahapan pembelahan
1) Bidang pembelahan meridional 1
2) Bidang pembelahan meriodional 2
3) Bidang pembelahan equatorical
4) Bidang pembelahan vetical
5) Bidang pembelahan longitudinal
4. Tahap perkembangan
1) Fertilisasi
2) Pembelahan tingkat 2 sel
3) Pembelahan tingkat 8 sel
4) Pembelahan tingkat 16 sel
5) Morula
6) Blastula
7) Gastrula
8) Sagital
9) Neural pertengahan
10) Neurula akhir
VIII. Daftar Pustaka
Adnan. (2006). Reproduksi dan Embriologi Hewan. Biologi FMIPA UNM.
Agatha, F. S., Mustahal, M., Syamsunarno, M. B., & Herjayanto, M. (2021). Early Study on
Embryogenesis O.woworae at Different Salinities. Jurnal Biologi Tropis, 21(2), 343–
352. https://doi.org/10.29303/jbt.v21i2.2574
Akbarurrasyid, M., Nurazizah, S., & Rohman, F. S. (2020). Manajemen Pembenihan Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Marwana di Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah,
Purwakarta, Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health, 9(1), 30.
https://doi.org/10.20473/jafh.v9i1.15667
Campbell, N. A., Reece, J. B., & L G Mitchell. (2010). Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Penerbit
Erlangga.
Ciptono. (2008). Stadia Perkembangan Katak. UNY.
Gadjahnata. (1989). Biologi Kedokteran I. Institut Pertanian Bandung Press.
Hervas, F., Torres, K. P., Montenegro-Larrea, P., & Del Pino, E. M. (2015). Development and
gastrulation in Hyloxalus vertebralis and Dendrobates auratus (Anura: Dendrobatidae)
Official journal website: amphibian-reptile-conservation.org. Amphib. Reptile
Conserv, 8(1), 1725.
Huettner, A. F. (1957). Fundamental of Comparative Embriology of the Vertebrates. The
Masmillah Company. New York.
Kasmeri, R. (2014). Induksi Kejutan Suhu 360 C Terhadap Perkembangan Embrio Dan
Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana Cancrivora). Jurnal Pelangi, 6(2), 142–151.
https://doi.org/10.22202/jp.2014.v6i2.299
Kasmeri, R., & Safitri, E. (2015). Induksi Kejutan Suhu 360 C Terhadap Perkembangan
Embrio Dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana cancrivora). Jurnal Pelangi,
6(2).
Morgan. (1987). Development of The Frog’s Egg: Introduction to Experimental Embriology.
The Macmillan Publisher.
Reflina, R. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Materi Pokok Pembelahan Sel
Kelas XII-MIA 2 di SMAN 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2018/2019. Jurnal Ilmiah
Dikdaya, 10(1), 43-51.
Rough. (1971). A Guide to Vertebrate Development. Burgess Publishing Company.
Sayim, F., & Kaya, U. (2008). Embryonic development of the tree frog, Hyla arborea.
Biologia, 63(4), 588–593. https://doi.org/10.2478/s11756-008-0086-z
Seprianto, S. P. MODUL MATA KULIAH BIOETIKA (IB113).
Shahriza, S., Ibrahim, J. & Anuar, M. S. S. (2016). Reproductive parameters of Chalcorana
labialis (anura: ranidae) from peninsular Malaysia. Sains Malaysiana, 45(4), pp. 535–
539.
Suhenda, N., Samsudin, R., & Kristanto, H. (2009). Peranan lemak pakan dalam mendukung
perkembangan embrio, derajat penetasan telur, dan sintasan larva ikan baung (Mystus
nemurus). Riset Akuakultur, 4(2), 201–211.
Suminto. (2011). Embriologi Hewan. In Modul Praktikum Embriologi Hewan (pp. 1–52).
Suriansyah. (2021). Efektivitas Penggunaan Suhu Inkubasi Terhadap Perkembangan Embrio
Telur Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch). Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 10(2), 57–
63.
Susanti, D., Ahda, Y., & Anhar, A. (2015). Pengembangan media pembelajaran interaktif
berorientasi konstruktivisme pada materi cleavage dan blastulasi untuk perkuliahan
perkembangan hewan. Kolaboratif, 2(2), 31–43.
Vargas, A., & Del Pino, E. M. (2017). Analysis of cell size in the gastrula of ten frog species
reveals a correlation of egg with cell sizes, and a conserved pattern of small cells in
the marginal zone. Journal of Experimental Zoology Part B: Molecular and
Developmental Evolution, 328(1-2), 88-96.
Yatim, W. (1990). Reproduksi dan Embriologi. Tarsito Press.

IX. Lampiran
- Laporan sementara
- Lampiran abstrak jurnal
- Foto hasil pengamatan
Surakarta, 7 November 2022
Asisten Praktikan

Naila Khorirunnisa Bahtiar Arddun Asyafiq


NIM. K4319060 NIM. K4320015

Anda mungkin juga menyukai