Anda di halaman 1dari 16

MODUL VIII

MATA KULIAH BIOLOGI DASAR

a. Identitas Mata Kuliah


Mata Kuliah : Biologi Dasar
SKS/Kode Mata Kuliah : 3/18Y02111103
Semester : I (Ganjil) atau II (Genap)
Program Studi : Biologi
Mata Kuliah Prasyarat : -
Tim Dosen : Drs. Ambeng, M.Si dan Tim Dosen Biologi

b. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) :


Setelah mengikuti mata kuliah Biologi Dasar, mahasiswa mampu menjelaskan konsep
dasar pada organisme, dan interaksi organisme dengan lingkungan sertaevolusinya
sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat dijadikan dasar pengembangan di
departemennya masing-masing.

c. Judul Pokok Bahasan


Reproduksi Hewan

d. Metode Pembelajaran
 Luring (Off line) : Bentuk Kuliah, Metode Ceramah, Diskusi Interaktif dan Praktikum.

 Daring (On line) : Tugas-tugas (LMS Modul 9)

e. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK):

Setelah mengikuti proses pembelajaran Reproduksi Hewan Mahasiswa mampu


menjelaskan: Reproduksi aseksual pada hewan, Reproduksi seksual hewan vertebrata dan
avertebrata, Spermatogenesis, Oogenesis, Fertilisasi (fertilisasi eksternal dan fertilisasi
internal), dan Hermaproditisme.

f. Perilaku Awal/ Entry Behavior


1. Mahasiswa telah membuat rangkuman mengenai Reproduksi Hewan.
2. Mahasiswa yang akan melakukan presentasi telah membuat materi dalam bentuk
Powerpoint.

g. Dosen Pengampu Pokok Bahasan


Drs. Ambeng, M.Si

h. Urutan Pembahasan
Pendahuluan secara berurutan akan meliputi
 Reproduksi aseksual pada hewan
 Reproduksi seksual hewan vertebrata dan avertebrata

IV-1
 Spermatogenesis
 Oogenesis
 Fertilisasi (fertilisasi eksternal danfertilisasi internal)
 Hermaproditisme

i. Uraian Materi
Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri setiap individu makhluk
ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi jompo lalu mati atau mati karena
pemangsa, parasit dan sebagainya. Karena itu perlu dibina angkatan baru menggantikan yang sudah
mati. Kalau tidak ada penggantian generasi, populasi suatu spesies akan susut lalu bisa punah. Jadi
kelangsungan hidup individu sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang
mutlak bagi kelestarian spesies.

Pada tingkat molekuler, reproduksi adalah kemampuan asam nukleat untuk menggandakan
diri, yang tergantung pada kekhususan ikatan hidrogen yang lemah antara pasangan nukleotida.
Reproduksi pada tingkat organisme berkisar dari fisi (pembelahan) sederhana dari organisme bersel
satu, suatu proses yang sama sekali tidak melibatkan seks sampai proses-proses morfologis, fisiologis,
biokimia, dan perilaku yang sangat rumit yakni reproduksi pada hewan tingkat tinggi.

Proses utama dalam reproduksi pada semua hewan adalah pembentukan gamet, fertilisasi, dan
transformasi telur yang telah dibuahi menjadi individu baru.

REPRODUKSI ASEKSUAL PADA HEWAN


Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi dibandingkan pada tumbuhan. Beberapa
cacing kecil berkembang biak dengan cara fragmentasi. Setelah tumbuh menjadi besar normal, cacing
tersebut secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setiap bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tadi selalu berulang lagi.

Sejumlah hewan berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Keturunan berkembang
dalam bentuk tunas pada badan induk beberapa spesies, seperti pada ubur-ubur, kemudian tunas
tersebut terlepas dan hidup bebas. Pada spesies lain, misalnya koral, tunas tersebut tetap terikat pada
induk, dan proses ini menyebabkan terjadinya koloni.

Hydra. Hampir sepanjang tahun Hydra melakukan reproduksi secara aseksual, ialah dengan
pertunasan. Tetapi dalam keadaan tertentu, Hydra membentuk ovarium dan testis.

IV-2
Gambar 5.8. Tahap-tahap dalam pertumbuhan embrio Hydra
Kebanyakan spesies Hydra adalah hermaprodit. Testisnya berwujud bintil berbentuk kerucut
pada kulit luar, dan sperma dilepas melalui lubang kecil di ujungnya. Ovarium berwujud bulatan
menggelembung, juga pada kulit luar. Di dalam tiap ovarium hanya dibentuk sebuah telur. Jika telur
sudah dewasa dinding ovarium pecah, tetapi telurnya tetap melekat pada Hydra induknya.

Jika telur dibuahi, zigot membagi diri menjadi dua sel yang besarnya sama. Masing-masing
sel ini membagi diri membentuk empat sel; empat sel menjadi delapan, dan seterusnya. Proses ini
disebut pembelahan.

Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing
pita. Daging babi yang diolah belum masak dapat mengandung “Cacing gelembung” dari cacing pita
Taenia solium yang terdiri dari suatu kapsul yang mengandung skoleks. Bila cacing gelembung itu
termakan, getah lambung melarutkan dinding kapsul, skoleks keluar dan melekatkan diri dengan alat
pengisap dan kait pada dinding usus. Skoleks ini kemudian membuat tunas-tunas yang disebut
proglotid pada ujung belakangnya. Tunas-tunas ini tetap terikat satu dengan yang lain. Setelah
dewasa, proglotid ini mengembangkan alat kelamin. Proglotid yang paling tua akhirnya lepas dan
keluar bersama kotoran. Tetapi sebelum hal itu terjadi, rantai itu dapat mencapai panjang enam meter
dan terdiri atas seribu proglottid. Meskipun susunan syaraf, alat sekresi dan struktur otot rudimenter
dimanfatkan bersama, tetapi tiap proglottid dapat dianggap sebagai individu tersendiri (Gambar 5.10 ;
(1) & (2)).

Reproduksi aseksual proglotid oleh skoleks dapat menghasilkan rantai dengan panjang enam
sentimeter dan mengandung lebih seribu proglotid. Setiap proglotid dapat dianggap satu individu.
Proglotid dapat berkembang biak secara seksual.

IV-3
Beberapa spesies hewan tingkat tinggi berkembang biak dengan cara menarik yang disebut
partenogenesis. Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak tanpa dibuahi.
Partenogenesis terdapat pada ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga, dan beberapa jenis kadal. Pada
beberapa hewan, partenogenesis menjadi satu-satunya cara untuk berkembang biak. Tetapi yang lebih
lazim hewan tersebut melakukan partenogenesis hanya pada waktu tertentu. Sebagai contoh, afid
(kutu daun) berpartenogenesis pada musim semi ketika sekelilingnya terdapat banyak makanan.

Gambar 5.9. Siklus hidup cacing pita babi (Taenia solium)

(1) (2)

Gambar 5.10 (1) a. Spesimen dengan panjang 160 cm (900 proglottid), uterus penuh telur;
b. Scolex dibesarkan 35 kali; c. Telur dengan 6 kait; d. Cysticercus; e.
Cysticercus dengan kepala
Gambar 5.10 (2) Sepotong proglottida yang menunjukkan alat reproduksi, syaraf dan
saluran ekskresi

IV-4
Perkembangbiakan secara partenogenesis lebih cepat secara aseksual dan cara ini
memungkinkan spesies untuk dengan cepat memanfaatkan sumber makanan yang tersedia. Mungkin
semua bentuk reproduksi aseksual melancarkan kolonisasi dan ekspolitasi yang efisien dari habitat
khas hewan tersebut.

Tetapi biasanya reproduksi aseksual hanyalah suatu alternatif dan bukannya suatu pengganti
dari reproduksi seksual. Sebagaimana halnya pada tumbuhan, hanya pada reproduksi seksual dapat
terjadi kombinasi gen baru. Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena
reproduksi seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi pada perubahan
yang terjadi pada lingkungannya.

Salamander, kadal, bintang laut, dan ketam dapat membuat ekor, kaki atau bagian tubuh yang
baru jika bagian yang asli hilang. Jika kemampuan beregenerasi secara utuh dari satu bagian ini
sangat menonjol, maka hal tersebut akan merupakan suatu cara reproduksi.

Bintang laut tertentu mempunyai kemampuan beregenerasi menjadi seekor bintang laut yang
utuh dari sebuah lengannya, dan banyak anemon laut mampu meregenerasi hewan baru dari fragmen
jaringan yang terkelupas dari cakram basal pada waktu hewan tersebut bergerak pelan-pelan pada
dasar laut.

Meskipun jumlah individu yang dapat dihasilkan dengan reproduksi aseksual itu sangat besar,
tetapi proses ini mempunyai batasan yang serius, yaitu bahwa tiap keturunan identik dengan
induknya. Reproduksi aseksual tidak meningkatkan keragaman genetik dari spesies. Karena itu sedikit
sekali hewan yang menggantungkan dirinya hanya pada reproduksi aseksual, dan proses ini hampir
selalu merupakan tambahan dari reproduksi seksual.

REPRODUKSI SEKSUAL HEWAN VERTEBRATA DAN AVERTEBRATA

Reproduksi seksual melibatkan dua induk, yang masing-masing menyumbangkan satu sel
reproduktif khusus, suatu gamet. Testis akan menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatozoon,
sedang ovarium menghasilkan gamet betina yang disebut sel telur. Keduanya kemudian bergabung
dalam proses yang disebut fertilisasi. Sel telur berukuran besar dan nonmotil, sedang spermatozoon
kecil, disesuaikan untuk berenang secara aktif ke arah telur dengan menggerakkan ekornya yang
panjang seperti cambuk.

Secara biologis reproduksi seksual menguntungkan karena memungkinkan adanya kombinasi


dari ciri-ciri menurun yang terbaik dari induknya. Ini memberikan kemungkinan bahwa beberapa dari
keturunan tersebut akan dapat menyesuaikan diri lebih baik demi kelangsungan hidupnya. Reproduksi
seksual akan mempercepat evolusi serta lebih efisien dibanding reproduksi aseksual.

IV-5
SPERMATOGENESIS
Gametogenesis mencakup pembentukan sperma yang disebut spermatogenesis, maupun
pembentukan telur yang disebut oogenesis. Pada semua hewan, kecuali spons, gametogenesis terbatas
pada bagian tubuh tertentu, yang biasanya berkembang sebagai alat gonad, yaitu testis atau ovarium.
Gamet keluar dari tubuh melalui saluran telur dan ovarium, serta saluran sperma dari testis.

Struktur testis hewan sangat berbeda. Alat itu dapat merupakan kantung, saluran, atau terdiri
dari sejumlah besar ruang-ruang kecil. Testis vertebrata terdiri dari ribuan saluran (tubulus) sperma,
yang masing-masing menghasilkan bermilyar-milyar sperma. Dinding tubulus sperma dilapisi dengan
sel germinal primitif yang disebut spermatogonium (Yunani: sperma, bibit + gonos, keturunan).
Setelah organisme masak secara seksual, beberapa spermatogonium mulai melaksanakan
spermatogenesis, yaitu pembentukan sperma masak, sedangkan yang lain terus membelah secara
mitosis dan menghasilkan spermatogonium lebih banyak untuk spermatogenesis kemudian. Pada
sebagian besar hewan liar, terdapat masa perkawinan yang jelas, yaitu pada musim semi atau musim
gugur, ketika itu ukuran testis bertambah besar dan terjadi spermatogenesis. Dalam selang antara
masa perkawinan, testis tersebut kecil dan hanya mengandung spermatogonium. Pada manusia dan
sebagian besar hewan piaraan, setelah mencapai kematangan seksual, spermatogenesis terjadi
sepanjang tahun.

Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar
yang disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah (pertama secara mitosis) menjadi dua
spermatosit sekunder yang sama besar, yang lalu mengalami pembelahan meiosis menjadi 4
spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom
haploid (Gambar 5.11).

IV-6
Gambar 5.11. Pembentukan sperma

Gambar 5.12. Sel sperma kalong (12.000 kali pembesaran). Mitokondria dalam ekor memberi
energi untuk pergerakan.

Melalui suatu proses pertumbuhan dan diferensiasi, spermatid berubah menjadi sperma yang
fungsional. Spermatogenesis terjadi secara siklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di tiap satu
bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan pada bagian tubulus yang
berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini.

Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma masak memakan waktu 16


hari. Spermatozoa dari berbagai spesies hewan dapat sangat berlainan (Gambar 5.12).

IV-7
OOGENESIS
Ovum atau telur berkembang dalam ovarium dari sel kelamin yang belum masak, yaitu
oogonium. Dalam perkembangan awal, oogonium mengalami banyak pembelahan mitosis yang
berurutan untuk membentuk oogonium tambahan yang berkromosom diploid. Oogonium berkembang
menjadi oosit primer dan memulai pembelahan meiosis pertama. Proses yang terjadi di dalam nukleus
yaitu sinapsis, atau pembentukan tetrad, dan pemisahan homolog, adalah sama dengan yang terjadi
pada spermatogenesis, hanya saja pembagian sitoplasmanya tidak sama sehingga menghasilkan satu
sel yang besar yaitu oosit sekunder, yang mengandung kuning telur.

Di samping itu hampir semua sitoplasma serta satu sel yang kecil yaitu badan kutub pertama
hanya mempunyai satu nukleus. Sel tersebut dinamakan badan kutub.

Dalam pembelahan meiosis, kedua oosit sekunder membelah secara tidak sama, untuk
menghasilkan sebuah ootid yang besar yng mengandung hampir semua telur dan sitoplasma, serta
sebuah badan kutub kecil yang kedua. Kedua sel ini mempunyai sejumlah kromosom haploid. Pada
waktu yang bersamaan badan kutub yang pertama dapat membelah diri menjadi dua. Ootid
mengalami perubahan lebih lanjut sehingga menjadi ovum yang masak tetapi tidak mengalami
pembelahan sel. Ketiga badan kecil itu kemudian hancur dengan cepat sehingga tiap oosit primer
hanya menghasilkan satu ovum (Gambar 5.13) dan tidak seperti spermatosit primer yang
menghasilkan 4 sperma. Pembagian sitoplasma yang tidak sama itu menjamin bahwa telur yang
masak tersebut cukup mempunyai sitoplasma dan kuning telur sehingga dapat hidup terus jika
dibuahi.

Gambar 5.13. Oogenesis

IV-8
Seperti halnya pada testis, struktur ovarium juga sangat beraneka ragam. Pada sejumlah
hewan, terutama pada vertebrata, oogonium dan oosit dikelilingi selapis sel folikel. Pada manusia hal
ini terjadi pada awal perkembangan fetus dan menjelang bulan ke-3 oogonium mulai berkembang
menjadi oosit primer. Pada waktu seorang bayi dilahirkan, kedua ovariumnya mengandung sekitar
400.000 oosit primer yang telah mencapai tahap profase dalam pembelahan meiosis pertama. Oosit
primer ini tetap berada dalam tahap profase sampai wanita tersebut mencapai kematangan seksual.
Dalam tiap daur reproduksi bulanan, satu folikel atau lebih mulai membesar. Tidak semua menjadi
masak karena banyak mengalami atrofi, tetapi biasanya satu folikel akan masak. Pada waktu ovulasi
(15 – 45 tahun setelah mulai meiosis) telur berada dalam tahap oosit sekunder.

Pada sebagian besar vertebrata, untuk merangsang pembelahan meiosis kedua diperlukan
penetrasi sperma. Komposisi zat makanan yang disimpan dalam putih telur pada berbagai spesies
berbeda-beda, tetapi biasanya ada protein, fosfolipid dan lemak netral. Telur hewan seperti bulu babi
dan mamalia, yang mempunyai sedikit kuning telur yang tersebar merata dalam sitoplasma disebut
isolesital (Yunani: isos, sama + lekithos, kuning telur) atau homolesital.

Banyak hewan seperti cacing pipih, keong, ketam, dan sebagian besar vertebrata mempunyai
telur dengan kuning telur yang terkumpul pada kutub bawah atau kutub vegetatif. Telur demikian
disebut telolesital (Yunani: telos, pangkal + lekhitos, kuning telur).

Telur arthropoda terutama insekta, mempunyai penyebaran kuning telur yang berbeda dan
disebut sentrolesital. Kuning telur terkumpul di tengah-tengah telur, dan sitoplasma terdapat sebagai
lapisan tipis pada seluruh permukaan telur. Di samping itu ada pula sitoplasma yang mengandung
nukleus di tengah-tengah telur.

FERTILISASI
Pada akhirnya telur berkembang itu menjadi masak sehingga mampu untuk mengadakan
penyatuan dengan sperma, suatu proses yang disebut fertilisasi. Gerakan berenang sperma
membawanya ke telur. Tiap gamet mengalami serangkaian perubahan seluler yang rumit yang
menyebabkan dapat masuknya sperma dan menyebabkan aktifnya telur. Sel telur, tidak seperti halnya
sel lain, mempunyai membran vitelin yang melapisi membran plasma. Pada waktu sperma mendekati
permukaan telur terjadilah reaksi akromosom. Bersamaan dengan hal tersebut, enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh akrosom melarutkan membran sehingga terjadi jalan masuk. Jika zat akromosom itu
menembus membran plasma maka permukaan telur menonjol keluar dan membentuk kerucut
fertilisasi. Membran plasma dari telur dan sperma kemudian mendekat dan daerah sentuhan menjadi
rusak sehingga terbentuk jalan bagi nukleus sperma untuk masuk ke dalam sitoplasma telur. Pada
waktu peristiwa ini berlangsung, permukaan telur mengalami reaksi kortikal yang menyebar dari
tempat sentuhan dari sperma. Mukopolisakarida yang tertimbun dalam granula kortikal dilepaskan ke

IV-9
permukaan. Karena zat ini menyerap air dan membengkak maka membran vitelin terangkat dari
permukaan telur dan membentuk membran fertilisasi. Hal ini mencegah sperma lain menembus telur.

Gambar 5.14. Tahapan dalam fertilisasi telur babi. Ukuran sperma, tebal pembungkus vitelina
dan ruang perivitelina dan ruang vitelina dibesarkan dengan berlebihan, agar
lebih jelas. Membran fertilisasi yang timbul dari permukaan telur terbentuk
dari pembungkus vitelina dan bahan korteks yang dihasilkan oleh telur.

Gambar 5.15 Saat pembuahan pada telur bulu babi

a. Fertilisasi eksternal
Pada sejumlah hewan laut dan hewan air tawar, telur dan sperma dilepaskan ke
dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi di luar tubuh. Ini merupakan suatu fertilisasi
yang primitif. Tetapi mengingat kekuatan bergerak sperma yang terbatas itu, bagaimana
hal ini dapat berlangsung ? Anda mungkin dapat memperkirakan keadaan berikut yang
akan memungkinkan paling sedikit beberapa sperma dan telur akan bertemu. Dari hal-hal
di bawah ini mungkin lebih dari satu berlaku bagi suatu spesies tertentu :

IV-10
1. Gamet diproduksi dalam jumlah besar untuk mengimbangi kecilnya persentase
fertilisasi yang terjadi. Sebagai contoh, oiser (sejenis kerang Amerika), sekali
bertelur melepas 15 sampai 115 juta telur yang hanya sebagian kecil akan dibuahi
dan bahkan jumlah yang terus hidup akan lebih kecil lagi.
2. Banyak hewan sesil tergantung pada arus air untuk membawa gamet ke arah
hewan dan spesies sama yang berdekatan.
3. Sperma dari beberapa hewan sesil dibawa ke individu lain oleh arus yang
ditimbulkannya pada waktu menukar udara dan makanan.
4. Suatu habitat yang baik biasanya dihuni oleh lebih dari satu individu dari spesies
yang sama. Mungkin terdapat dalam jumlah ratusan atau ribuan individu dan
dalam bentuk kumpulan yang padat seperti pada batu karang dari kerang. Jadi
sperma dan telur tidak perlu dibawa jauh untuk meningkatkan kesempatan
bertemu.
5. Anggota dari beberapa spesies hewan hidup secara relatif terpisah dan menyendiri
dalam liang-liang atau lubang-lubang, tetapi pada masa musim reproduksi, hewan-
hewan tersebut keluar dan berkumpul dalam kelompok. Anelida laut disebut
cacing palolo merupakan contoh yang baik.
6. Banyak hewan seperti katak, ikan dan cacing tertentu pada waktu pelepasan gamet
berada dalam hubungan fisik yang dekat yang menyebabkan dilepaskannya telur
dan sperma secara bersamaan. Sesungguhnya, kontak tersebut yang dirangsang
oleh isyarat kimiawi (feromon) atau faktor lain, dapat menyebabkan pelepasan
gamet.
7. Sudah jelas bahwa sebagian besar faktor tersebut sangat tergantung pada
penyerentakan pelepasan gamet secara efektif.

b. Fertilisasi internal
Fertilisasi di dalam tubuh betina terjadi pada sejumlah hewan laut dan hewan air
tawar dan pada semua hewan darat. Keadaan kering di daratan tidak memungkinkan
terjadinya fertilisasi eksternal. Kemungkinan terjadinya fertilisasi ditingkatkan oleh
fertilisasi internal karena sperma berada di dekat telur. Energi yang dipergunakan oleh
hewan yang melaksanakan fertilisasi eksternal untuk memproduksi sperma dan telur yang
berlebihan dengan demikian dapat dihemat. Ada satu keuntungan lagi pada fertilisasi
internal yang telah dimanfaatkan sejumlah hewan yaitu sperma dari jantan dapat disimpan

IV-11
dalam tubuh betina dan telur dapat terus diproduksi dan dibuahi tanpa dibutuhkan
pejantan.

Gambar 5.16 Paket sperma atau spermatofor dari a. Lintah, b. cumi-cumi

Sperma biasanya berada pada medium cair yang disebut semen, tetapi pada
sejumlah hewan seperti lintah, oktopoda, udang batu, dan beberapa salamander, sejumlah
besar sperma dipindahkan sebagai suatu paket yang disebut spermatofor. Setelah berada
dalam alat kelamin betina, spermatofor ini terpecah-pecah. Biasanya spermatofor
dibentuk di bagian terminal alat kelamin jantan dan bentuknya pada berbagai hewan
berlainan. (Gambar 5.16).
Sehubungan dengan fertilisasi internal telah berkembang berbagai modifikasi dari
gonoduk. Pada hewan jantan sebagian dari saluran sperma atau bagian-bagian di dekatnya
dapat mengalami perubahan untuk fungsi reproduksi tertentu. Sebagian saluran sperma
dapat menjadi tempat penyimpanan sperma dan disebut vesikel seminal. Tetapi pada
manusia, bagian yang disebut vesikel seminal itu mensekresi sebagian cairan seminal dan
bukan sekedar tempat penyimpanan sperma. Mungkin juga terdapat bagian berkelenjar
yang menghasilkan cairan seminal yang menjadi wahana bagi sperma dan juga dapat
mengaktifkan, memberi makanan dan melindungi sperma. Bagian terminal dari saluran
sperma dapat berakhir pada alat kopulasi, yaitu penis (Gambar 5.17), yang berguna untuk
memindahkan sperma ke betina.

IV-12
Gambar 5.17. Diagram sayatan sagital melalui daerah pelvis manusia (pria) untuk
memperlihatkan alat genital. Utrikel prostata adalah sisa oviduk yang ada pada
tahapan embrio, sebelum ada diferensiasi kelamin.

Pada hewan betina bagian terminal dari oviduk dapat berubah menjadi vagina
untuk menerima alat kopulasi jantan dan sebagian dari oviduk, yaitu penampung
(reseptakel) seminal, dapat berubah untuk menyimpan sperma yang diterima dari hewan
jantan (Gambar 5.18).
Cacing pipih tertentu, lintah, dan beberapa hewan lain mempunyai cara
pemindahan sperma yang tidak biasa, disebut impregnasi hipodermik, yang tidak
melewati sebagian besar saluran reproduksi betina, sperma disuntikkan oleh penis ke
dalam dinding tubuh pasangan kopulasinya dan mencari jalan ke arah telur melalui
jaringan. Cacing pipih yang menggunakan cara pemindahan sperma demikian mempunyai
stilet seperti pisau pada penisnya untuk menusuk lawan kopulasinya.

IV-13
Gambar 5.18. Diagram anatomi daerah pelvis wanita.

HERMAPRODITISME
Mayoritas hewan mempunyai kelamin yang terpisah yaitu suatu individu hanya jantan atau
hanya betina dan hal ini mungkin menggambarkan keadaan primitif. Hewan dengan kelamin terpisah
kadang-kadang disebut gonokoristik (Yunani = gonos, keturunan + chorismos, terpisah) atau
dioesius meskipun istilah yang kedua tersebut lebih sering dipergunakan oleh ahli botani daripada
ahli zoologi.

Pada sejumlah besar hewan, baik sperma maupun telur dapat diproduksi pada individu yang
sama. Keadaan ini disebut hermaproditisme. Disini, baik sistem reproduksi jantan maupun betina
pada saat yang sama terdapat pada seekor hewan, seperti pada cacing tanah dan cacing pipih, hewan
tersebut dikatakan hermaprodit simultan, dan secara khas terdapat transfer sperma yang resiprok
yaitu masing-masing menerima sperma dari lawan kopulasinya. Tetapi, beberapa jenis hewan
hermaprodit mula-mula mempunyai satu jenis kelamin lainnya. Yang paling lazim, testis berkembang
lebih dulu dan individu berfungsi sebagai jantan, kelak pada waktunya gonad jantan mengalami atrofi
dan terbentuk gonad betina. Fenomena demikian disebut protandri (Yunani = protos, pertama + aner,

IV-14
jantan). Beberapa oister (sejenis kerang) dan “slippershell” merupakan moluska yang protandri.
“Slipper shell” cenderung hidup berkelompok tertumpuk satu di atas yang lain, yang memungkinkan
penis individu yang di atas mencapai gonopor individu yang ada di bawahnya. Hewan yang muda
selalu jantan, tetapi setelah suatu masa transisi, sistem reproduksi jantan mengalami degenerasi dan
hewan berkembang menjadi betina. Sesaat perubahan kelamin tersebut kelihatannya dipengaruhi oleh
ratio kelamin dalam seluruh kelompok tersebut.

Keadaan yang kurang lazim terdapat ialah individu yang mula-mula betina kemudian berubah
menjadi jantan, seperti yang terjadi pada beberapa ikan, disebut protogini (Yunani = protos, pertama
+ gyne, betina).

Beberapa hewan hermaprodit, seperti pada cacing pita parasit, mampu membuahi diri sendiri
(Apakah hal ini melanggar ketentuan umum bahwa reproduksi seksual melibatkan dua individu ?).
Karena suatu hewan inang tertentu dapat tertular dengan hanya beberapa parasit, maka pembuahan
sendiri dapat merupakan adaptasi bagi kelangsungan spesies parasit tertentu. Tetapi pembuahan
sendiri tidak menguntungkan karena terdapat pembatasan dalam pencampuran materi genetik di
dalam populasi dan sebagian besar hewan hermaprodit melakukan fertilisasi silang seperti halnya
hewan dengan kelamin yang terpisah.

Cacing tanah. Cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi sel telur dalam satu individu tidak
akan dibuahi oleh sperma dari individu itu sendiri, karena saluran dari testis bermuara di
segmen berikutnya. Pembuahan terjadi dalah tubuh. Dua cacing tanah berkopulasi (Latin:
copulare = bergabung, berpasangan). Sperma dari satu individu ditempatkan dalam kantung
khusus di dalam tubuh individu kedua, dan

Gambar 5.19. Cacing tanah sedang berkopulasi. Daerah tubuh yang menebal menolong
dalam memindahkan sperma dan kelak mengeluarkan bungkus pelindung
sekeliling embrio yang sedang berkembang

dengan cara yang sama sperma individu yang kedua disimpan dalam kantung individu yang
pertama. Kelak, jika telur dilepas dari ovarium, telur tadi melewati kantung sperma. Dari
kantung ini sel-sel sperma dilepas dan telur dibuahi. Zigot cacing tanah dibungkus dalam
selubung yang liat yang dihasilkan oleh induknya. Di dalam selubung ini pembelahan
dimulai.

IV-15
j. Penutup.
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya
k. Tugas

Fasilitator memberikan Tugas kepada peserta kuliah untuk membaca materi bahan
ajar/referensi dan membuat rangkuman tentang Reproduksi Hewan meliputi:
Reproduksi aseksual pada hewan, Reproduksi seksual hewan vertebrata dan avertebrata
Spermatogenesis, Oogenesis, Fertilisasi (fertilisasi eksternal danfertilisasi internal), dan
Hermaproditisme

l. Umpan Balik

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya
untuk memahami materi bahasan terkait.

m. Referensi
Bahan Ajar/ Materi Biologi dasar pada LMS.
Barrett, J,M., 1986. Biologi. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga, hal 150

IV-16

Anda mungkin juga menyukai