EKTODERM
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Hewan
Yang diampu oleh Bapak Prof. Dr.Abdul Gofur, M.Si
Disusun Oleh:
Maria Angelina Genere Koban (200342857002)
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah proses diferensiasi membrane, pembentukan
ektoderm dan organ yang terbentuk dari ektoderm. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Abdul Gofur,M.Si selaku pengampuh matakuliah perkembangan hewan
yang telah membimbing selama proses penulisan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami proses diferensiasi
membrane, pembentukan ektoderm dan organ yang terbentuk dari ektoderm. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan terkait dengan proses diferensiasi
membrane, pembentukan ektoderm dan organ yang terbentuk dari ektoderm Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam isi makalah ini, oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran dari bapak Prof. Abdul Gofur, M.Si sebagai penyempurnaan atas
makalah yang telah disusun dan bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Organogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan
germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang akan
berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan yang lain.
Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing pada
saat dewasa. Misalnya lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak
(sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi
menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah
dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan,
kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Organogenesis melibatkan peristiwa induksi embrionik. Induksi embrionik adalah
peristiwa berinteraksinya dua macam jaringan pada embrio yang menyebabkan
berdiferensiasinya jaringan yang mendapat rangsangan menjadi suatu struktur yang baru. Induksi
embrionik dibagi menjadi 2 yaitu, induksi primer dan induksi sekunder. Induksi primer adalah
induksi notokord terhadap ektoderm menghasilkan neural tube, yang akan berkembang
menjadi sumbu tubuh, sedangkan induksi sekunder adalah induksi yang terjadi setelah hasil
induksi primer. Turunan ektoderm dibagi menjadi 3 yaitu, (1) pembentukan sistem saraf pusat,
(2) pembentukan organ indra, dan (3) pembentukan kulit (Yatim, 1990)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses diferensiasi 3 lapisan membrane?
2. Bagaimanakah proses pembentukan eksoderm dan organ yang terbentuk dari bagian
ektoderm?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses diferensiasi 3 lapisan membrane
2. Untuk mengetahui proses proses pembentukan eksoderm dan organ yang terbentuk dari
bagian ektoderm
BAB 2
PEMBAHASAN
Gambar 2. Diagram memperlihatkan peristiwa seluler pada bumbung neural. (Wiati, 2001)
Berdasarkan gambar tersebut, pada awal terbentuk, bumbung neural merupakan
epithelium berlapis banyak semu dengan membrane luar sebagai basal dan puncak sel di
saluran tengah sebagai apeks. Nukleus sel-sel neuroepitel mulai mensintesis DNA di area
basal. (a) kemudian berimigrasi di dalam sitoplasma menuju bagian apikal dari sel. (b)
Nukleus sel anak kembali ke membran luar, di mana sel mulai berdiferensiasi sebagai
meuroblas. (c) atau kembali ke kumpulan sel-sel neuroepitelium yang berpoliferasi.
2. Perkembangan Mata
Mata dibentuk dari sumber primordial yang berbeda, yaitu ektoderm dan
mesoderm pada daerah chepalik atau kepala embrio. Perkembangan awal komponen-
komponen mata tergantung pada interaksi induktif antara satu komponen dengan
komponen lain. Induksi ini diikuti dengan diferensiasi intraseluler, dimulai dengan
mitosis, kemudian sintesis RNA untuk pembentukan protein intraseluler spesifik, serabut-
serabut ektraseluler dan matriks.
Gambar 6. Skema induktif yang berlangsung pada mata embrionik. Kejadian induktif
ditandai dengan garis putus-putus
a. Pembentukan vesikula optik
Perkembangan optik diawali pada dinding diencepahalon. Pada manusia
perkembangan mata dimulai pada waktu dinding diencephalon embrio berumur 22 hari
menggelembung keluar secara lateral dari tabung neural. Pertumbuhan diferensial ini
menghasilkan vesikula optic yang berhubungan dengan diencephalon melalui tingkat
optic. Pada pembentukan vesikula optic gen-gen khusus pada bakal vesikula optic
diaktifkan untuk membentuk pesan khusus yang mengkode protein vesikula, sehingga
evaginasi terjadi. Vesikula optik tumbuh terus dan dan mencapai sel-sel mesenkim kepala
hingga bersentuhan dengan ektoderm kepala.
Akibat induksi mesoderm kepala, maka ektoderm membentuk plakoda lensa. Saat
vesikula optic menginduksi pembentukan plakoda lensa, plakoda lensa juga menginduksi
vesikula optic dan menyebabkan perubahan-perubahan pada vesikula optic. Vesikula
optic berinvaginasi membentuk cawan optic yang berdinding rangkap. Ketika invaginasi
berlanjut, hubungan antara cawan optic dan otak direduksi menjadi celah sempit. Pada
waktu yang sama kedua lapisan cawan optic mulai berdiferensiasi dengan arah yang
berbeda. Bagian luar menjadi lebih tipis dan berkembang membentuk sel-sel granula
yang mengandung melanin dan akhirnya menjadi retina berpigmen.
Sel-sel lapisan dalam berkembang menjadi sel-sel batang dan kerucut yang peka
terhadap cahaya. Lapisan ini menjadi saraf retina. Akson-akson dari retina saraf bertemu
pada dasar mata dan berjalan melalui tangkai optic. Tangkai optic ini kemudian disebut
saraf optik (Gilbert, 1985). Plakoda lensa tumbuh terus, kemudian berinvaginasi dan
melepaskan diri dari ektoderm kepala membentuk lensa mata. Lensa mata menginduksi
ektoderm membentuk kornea.
Gambar 7. Proses pembentukan vesikula optik
b. Diferensiasi Retina Saraf
Retina saraf berkembang menjadi lapisan yang disusun atas beberapa tipe sel saraf yang
berbeda, yaitu sel-sel yang peka terhadap cahaya dan warna, badan-badan sel dari akson saraf
optik, dan neuron-neuron bipolar yang mentransmisikan stimulus elektrik dari sel-sel sensoris ke
badan sel saraf optik. Selain itu sejumlah sel-sel yang berperan dalam memelihara integritas
retina. Pada stadium awal perkembangan retina, pembelahan sel terutama berlangsung pada tepi
cawan optik (berlawanan dengan pembelahan sel-sel tabung saraf). Pembelahan berlangsung
pada permukaan luar lapisan saraf sambil bermigrasi menuju daerah yang lebih dalam
dari cawan optik dan akhirnya cawan optik terisi dengan selsel neuroblast. Differensiasi
neuroblas dimulai pada bagian lapisan paling dalam dari retina. Hasil differensiasi berupa
terbentuknya, sel-sel ganglion dari saraf mata, sel-sel saraf bipolar dan apparatus sensori
berupa sel batang dan kerucut (Gilbert, 1985).
Gambar 8. Skema organisasi retina neural pada fetus manusia umur 25 minggu (Gilbert,
1985)
Akson-akson sel-sel ganglion membentuk saraf optik. Sementara itu dendrit-dendrit dari saraf
tersebut bergabung dengan neuroblast dari lapisan dalam nuklei,menyebabkan mereka
berdifferensiasi menjadi neuron bipolar retina. Lapisan nuclei luar yang mengandung nuclei dari
neuron fotoresptik berdifferensiasi belakangan.Akson-akson sel-sel fotoreseptor tersebut
bersinapsis dengan dendrit-dendrit neuronbipolar. Pada saat mereka berdifferensiasi, badan-
badan sel dari neuron luar berdifferensiasi membentuk juluran-juluran sitoplasma yang
mengandung beberapaorganel terspealisasi yang memperpanjang tunas dan mengatur ukuran
bentuk daerahfotoreaktif. Membran sel tersebut melipat dengan sendirinya membentuk
kantung-kantung yang berisi pigmen-pigmen fotoreseptif. Cahaya menginduksi pigmen ini
untuk melangsungkan perubahan-perubahan kimia yang menghasilkan pelepasan electron dan
impuls eletrik yang dihasilkan dan ditransmisikan ke otak melalui saraf mata.
c. Diferensiasi Lensa dan kornea
Selama berlangsungnya perkembangan lensa, plakoda lensa menyentuh
ektoderem yang ada di atasnya. Plakoda lensa kemudian menginduksi ektoderm diatasnya
membentuk kornea yang transparan. Differensiasi dari jaringan lensa menjadi suatu membran
transparan yang mampu mengarahkan cahaya menuju retina meliputi perubahan-perubahan
dalam struktur dan bentuk, juga sintesis-sintesis protein spesifik lensa yang disebut
cristallin. Cristallin ini disintesis pada saat perubahan-perubahan bentuk sel terjadi dan
menyebabkan vesikula lensa menjadi lensa yang definitif. Sel-sel pada bagian dalam vesikula
lensa memanjang, dan dibawah pengaruh saraf retina, menghasilkan serabut-serabut lensa.
Pada saat serabut ini terus tumbuh mereka mensisntesis cristallin yang pada akhirnya
mengisi sel dan menyebabkan inti sel terdesak. Serabut-serabut yang mensintesis cristallin
terus bertumbuh dan pada akhirnya mengisi ruang vesikula lensa. Sel-sel yang membelah
tersebut bergerak ke arah ekuator vesikula dan pada saat melintasi ekuatorial, mereka mulai
memanjang. Jadi lensa terdiri atas tiga daerah yaitu zona dari sel-sel yang sedang membelah,
daerah ekuatorial dan pemanjangan seluler, dan zona posterior dan pusat dari sel-sel serabut
yang mengandung cristallin. Di bawah pengaruh dari jaringan lensa, ektoderm di atasnya
menjadi kolumnar dan berisi dengan granula-granula sekretori.
Granula-granula ini bermigrasi ke dasar sel-sel dan mensekresikan stroma primer yang
mengandung kurang lebih 20 lapisan kolagen tipe pertama dan kedua. Sel-sel endotelium kapiler
bermigrasi ke daerah ini dan mensekresikan asam hyaluronat ke dalam matriks. Hal ini
menyebabkan matriks bergerak dan merupakan subtrat yang baik untuk migrasi sel-sel
mesenkim turunan neural crest. Sel mesenkim mensekresikan kolagen tipe 1 dan enzim-enzim
hyaluronidase yang mencerna asam hyaluronat. Hal ini menyebabkan stroma menyusut.
Di bawah pengaruh dari tiroksin, stroma primer berkembang menjadi stroma sekunder dengan
cara dehidrasi, dan matriks yang kaya akan kolagen dari epitel beserta jaringan mesenkim
berkembang menjadi kornea yang transparan(Gilbert, 1985)
Gambar 9. Differensiasi sel-sel lensa. (A) Vesikula lensa, (B) sel-sel interior memanjang
menghasilkan serabut-serabut lensa, (C) lensa diisi dengan cristallin, (D) sel-sel lensa yang baru
dibentuk dari epitelium anterior lensa, dan (E) pada saat lensa tumbuh, serabut-serabut baru
berdifferensiasi (Gilbert, 1985).
Gambar 10. Perkembangan kornea
Tahapan perkembangan kornea berdasarkan gambar diatas sebagai berikut:
A. Cawan optik menginduksi pembentukan lensa
B. Lensa menginduksi ektoderm di atasnya menjadi epitel silindris sekresi
C. Granula-granula yang dihasilkan epitel terinduksi untuk mensekresikan stroma primer
yang mengandung kolagen
D. Sel-sel endotelium masuk dan mensekresikan asam hyaluronat, menyebabkan stroma
menggembung, sel-sel mesenkim masuk
E. Sekret dari sel-sel mesenkim menyebabkan stroma menyusut. Dibawah pengaruh
tiroksin, stroma akhirnya menjadi kornea (Gilbert, 1985). Di bawah pengaruh induktif
lensa, epitel kornea berdifferensiasi dan mensekresikan stroma primer yang mengandung
lapisan kolagen. Sel-sel endothelium kemudian mensekresikan asam hyaluronat ke dalam
daerah ini, selanjutnya sel-sel mesenkim dari neural crest masuk. Hyaluronidase yang
disekresikan oleh mesenkim atau endothelium mencerna asam hyaluronat, menyebabkan
stroma primer menyusut.
3. Perkembangan Telinga
Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara yang terdiri atas pinna
dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah adalah bagian yang menyalurkan suara dari telinga
luar ke telinga dalam dan telinga dalam yang mengubah suara menjadi rangsangan saraf.
a. Telinga Dalam
Pada manusia telinga dalam embrio berkembang pada umur 22 hari sebagai penebalan
ektoderm permukaan pada kedua sisi rhombenchepalon. Penebalan ini disebut plakoda otik.
Plakoda otik kemudian berinvaginasi membentuk vesikula otik atau otokista (Majumdar,
1985).
DAFTAR RUJUKAN
.
Carlson, R.M. 1988. Pattens Foundation of Embryology. Mc. Graw Hill Books.New York.
Gilbert, S.F. 1985. Development Biology. Sinauer Ass. Publ. Sunderland.Massacussetts.
Majumdar, N.M.1985. Textbook of vertebrates Embryology. Mc.Graw Hill Publ.Co.New delhi
Lestari, Umie; Tenzer, Amy; Handayani, Nursasi; Gofur, Abdul. 2013. Struktur Perkembangan
Hewan II. Malang: UM Press.
Wiati, Tien, Surjono. 2001. Perkembangan Hewan. Pusat Penerbitan UniversitasTerbuka
Yatim, Wildan. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito