Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN
“HABITAT DAN RELUNG, HABITAT DAN MIKROHABITAT, KESELINGKUPAN
RELUNG EKOLOGI”

OLEH

KELOMPOK 7
NAMA ANGGOTA :
1. DORCE TOY (1701040030)
2. INTAN ROSARIO MAU (1701040008)
3. NINDA DAE PANNIE (1701040027)
4. TRIFERA TALAN (1701040024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020

1 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan petunjuk-Nya
makalah dengan judul “Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan relung
ekologi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekologi Hewan.
Meskipun makalah ini telah selesai, kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini
perlu untuk dikaji kembali guna adanya suatu perbaikan dalam mencapai suatu kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Kupang, 23 Maret 2020

Penyusun

2 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
A. Pengertian habitat ................................................................................ 6
B. Pengertian relung ekologi dan klasifikasi relung ekologi..................... 7
C. Pengertian Mikrohabitat....................................................................... 10
D. Klasifikasi habitat ................................................................................ 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 17
A. Kesimpulan........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

3 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan organisme
lain yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau “ rumah mereka”. Kata
ekologi “ berasal dari bahasa Yunani “ Oikos” yang berarti rumah. Ekologi juga berarti
kajian tentang kelimpahan dan distribusi organisme. Ekologi dalam perkembangannya
menjadi semakin dibutuhkan kehadirannya hampir disetiap pemecahan permasalahan
lingkungan dan pembangunan. Kondisi ini sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi
dasar yang harus dimiliki dalam menerapkan berbagai konsep, terutama penerapan konsep
lingkungan, maupun konsep-konsep tentang manusia dan mahluk hidup lain dalam
hubungannya dengan lingkungan.
Di alam yang di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis
makhluk hidup,baik dari golongan hewan,tumbuhan ataupun mikroorganisme.Ditanah yang
lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan,di rerumputan sering di temukan
belalang,di semsk belukar sering ditemukan ular.Mengapa masing-masing hewan tersebut.
Lebih sering di temukan di tempat-tempat yang tertentu dan tidak sembarang
tempat? Masalah kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran(distribusi)
spesies hewan tersebut di muka bumi ini,selalu berkaitan dengan masalah habitat dan relung
ekologinya. Habitat secara umum menunjuk kan bagaimana corak lingkungan yang
ditempati populasi hewan,sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana
kedudukan populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotic
lingkungannya itu.Secara sederhana habitat di artikan sebagai tempat hidup dari makhluk
hidup,atau diistilahkan juga dengan biotop.Untuk mudahnya,habitat seringkali diibaratkan
sebagai”alamat” dari populasi hewan,sedang relung ekologi dimisalkan sebagai “profesi” di
alamat itu.

4 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian habitat ?
2. Apa pengertian relung ekologi dan apa saja klasifikasinya ?
3. Apa pengertian Mikrohabitat?
4. Apa saja Klasifikasi habitat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian habitat
2. Untuk mengetahui pengertian relung ekologi dan klasifikasi relung ekologi
3. Untuk mengetahui pengertian Mikrohabitat
4. Untuk mengetahui Klasifikasi habitat

5 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Habitat
Habitat berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati, sehingga
habitat dapat diartikan sebagai tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya,
habitat adalah lingkungan (lingkungan fisik) di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford
(1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi
spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat
yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka
habitat tersebut disebut sebagai biotop, sedangkan yang dimaksud dengan bioma adalah
sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis
tertentu.
Habitat adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya
habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu
spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oles spesies tersebut. Definisi habitat :
Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana seseorang
harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah habitat banyak digunakan , tidak
saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada umumnya istilah ini diartikan sebagai
tempat hidup suatu makhluk hidup. Contohnya habitat Notonecta (sejenis binatang air)
adalah daerah-daerah kolam, danau dan perairan yang dangkal yang penuh ditumbuhi
vegetasi. Habitat ikan mas (Cyprinus carpio) adalah di perairan tawar, habitat pohon durian
(Durio zibhetinus) adalah di tanah darat dataran rendah. Pohon enau tumbuh di tanah darat
dataran rendah sampai pegunungan, dan habitat eceng gondok di perairan terbuka.
Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar-Dasar Ekologi, habitat adalah
toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hidup termasuk faktor lingkungan yang cocok
dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan spesies lingkungan geografi yang
luas, sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan lingkungan lokasinya.
6 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada
di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan
organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau idndividu (satwa
atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih
dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya
khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada
kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat.
B. Pengertian Relung Ekologi
Relung ekologi suatu hewan ( individu, populasi) adalah status fungsional hewan
itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan adaptasi-adaptasi fisiologi,
structural dan pola prilakunya. ( Sukarsono, 2009).
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris,
dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas
tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama
mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh
terhadap organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh
organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses
dalam ekosistem.
Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme)
dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural,
fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi
merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami
oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan
makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai keseluruhan
persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat
merupakan penyedia berbagai kondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh
organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang
berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total
dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya. Pengendalian populasi tergantung pada
tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi
7 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih
habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,
tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan
kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme , peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak
hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia
merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan
fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson
(1957) telah membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang
sesungguhnya (relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-
kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche
sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan.
Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah mengembangkan konsep
relung ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran toleransi hewan
terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu dimensi. Dalam
kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor lingkungan saja, melainkan
bannyak faktor lingkungan secara simultan. Faktor ligkungan yang mempengaruhi atau
membatasi kehidupan organisme bukan hanya kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya,
kelembapan, salinitas tetapi juga ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan hewan
(makanan dan tempat untuk membuat sarang bagi hewan).
Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan antara relung dasar (Fundamental
Niche) dengan relung nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai
sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa
kehadiran pesaing, relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati
oleh  organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadap
8 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak dapat dengan mudah
ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang dinamis dan
kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan suatu organisme.
Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang
menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk,
kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam
populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya. Empat tipe
pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu: kompetisi, predasi, parasitisme
dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi,
parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus simbion,
satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam
kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan
mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter niche agar terjadi interaksi antar
organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama antara
satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan
lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan
dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan
eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil
mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat
mengalami kepunahan lokal.
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk
memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat
membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan populasi,
metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh
organisme yang satu terhadap yang lainnya.
Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam termasuk mempunyai
niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya.
Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut
oligofag, hanya makan satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.
9 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat yang
sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis
mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu
relungnya menyempit.
Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka
salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.Jika relung-
relu ng itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya
sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya
menduduki relung nyata yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata
yang terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi
relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.
C. Mikrohabitat
Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area tertentu
dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami
habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi
pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan
lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan
dinamakan mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya
terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagaispesies hewan yang berkonsentrasi
dalam habitat yang sama ( berkohabitasi) akan menempati mikrohabitatnya masing-masing.
Makrohabitat dan mikrohabitat : Beberapa istilah seperti makrohabitat dan
mikrohabitat penggunaannya tergantung dan merujuk pada skala apa studi yang akan
dilakukan terhadap satwa menjadi pertanyaan. (Johnson, 1980). Dengan demikian
makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan
dengan spesies spesifik. Secara umum, macrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala
yang luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya
disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat biasanya
menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada level 2-4
dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk menggunakan
istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada skala
penerapan yang ditetapkan secara eksplisit.
10 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun
hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies
organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama
hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar
daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro
disebut makrohabitat. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup
yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu yaitu
titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum,
makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi arus
terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan
hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk
hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui
proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain
yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak nyata
atau jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan
keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akan berkonsentrasi pada
mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai contoh, dalam suatu habitat perairan tawar
yang mengalir (sungai) secara umum dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam
berarus deras dan dasarnya berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam
dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas dasar mikrohabitat utama ini
dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian permukaan batu, di sel-sela batu, di
bawah lapisan serasah dan sebagainya. Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang
berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari
berbagai spesies hewan yang manempati habitat perairan tersebut.

11 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
D. Klasifikasi Habitat
Secara garis besar habitat diklasifikasikan menjadi empat habitat utama, yakni:
perairan tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial.
Masing-masing kategori utama dapat  dipilih-pilihkan lagi tergantung corak
kepentingannya,mengenai aspek yang ingin di ketahui. Dari sudut pandang dan kepentingan
popuasi-populasi hewan yang menempatinya,pemilihan tipe-tipe habitat itu terutama
didasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.
1. Habitat Perairan Tawar
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di
bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan,tetapi kepentingannya 
bagi kehidupan makhluk terutama  bagi manusia jauh lebih besar,karena:
1) Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk
keperluan rumah tangga  serta untuk keperluan industri.
2) Anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3) Ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah
yang paling murah serta paling mudah.
Habitat perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu; perairan yang tidak mengalir,
contohnya: danau, kolam, rawa dan perairan yang di sebut “bog’’ dan perairan yang
mengalir, contohnya:mata air dan sungai.

Danau (perairan air tawar yang tidak mengalir)

12 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
Sungai (Perairan air tawar yang mengalir)

2. Habitat Perairan Bahari/Laut

Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:


1) Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
2) Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
3) Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti habitat
daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu, salinitas,
serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.

13 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
4) Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub dan
equator menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu angin
bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi,
menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah oleh adanya arus
yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu
dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
5) Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut
yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting
didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk
lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
6) Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian
garam menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
7) Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang
penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
8) Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya lebih
tua dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh proses
tektonik dan proses sedimenter.
3. Habitat Perairan Payau/Estuaria

Odum(1971) suatu estuaria (dari kata aestus=pasang), yaitu takrif yang di


modifikasikan. Dari Pritcard (1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu perairan
pantai yang semi tertutup yang  memiliki hubungan dengan lautan. Estuaria terpengaruhi
14 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
oleh aktivitas pasang surut, dan di dalam habitat estuaria ini air laut tercampur dengan air
tawar menghasilkan perairan payau. Contoh   estuaria adalah muara sungai,teluk dipantai,
rawa pasang surut, dan perairan di belakang pantai barrier. Estuaria disebut sebagai suatu
ekosistem yang arus airnya berfluktasi. Ada yang menyebut sebagai habitat dengan
“pulse-stabilized” di dalam tingkat yang muda di dalam hal produktivitas.
Kendeigh (1980) menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang berkinerja dengan
migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya  ikan salmon (Samo salar), ikan
trout(Salvelinus fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air laut
misalnya ikan sidat(Anguilla mauritiana) di sebut ikan katadrom.
4. Habitat Darat atau Terrestrial

Odum (1971) menuliskan bahwa di dalam habitat terestrial terdapat biomassa


tumbuhannya. Di dalam lingkungan terestrial maka kajian ekologik cenderung memberi
tekanan pada prinsip organisasi populasi dan organisasi komunitas ,dan proses 
perkembangan yang autogenik (ialah suksesi ekologi). Ciri habitat terestrial adalah:
1) Lengas secara sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk
terrestrial secara konstan  berhadapan dengan masalah dehidrasi atau kehilangan
cairan tubuh.
2) Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada di
medium air.
3) Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas oksigen dan
gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
4) Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.
5) Daratan,tidak seperti lautan,tidak kontinyu. Ada barrier yang penting untuk
perpindahan yang bebas bagi makhluk.
6) Sifat subtratum terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara adalah
sumber zat hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya)
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasi menjadi tiga
macam yaitu:
a) Habitat yang bersinambung,yaitu apabila suatu habitat  bengandung area dengan kondisi
baik yang luas sekali,yang melebihi luas area yang dapat di jelajahi  populasi hewan
15 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
pengaruhinya .Sehingga contoh yang luas sebagai habitat dari populasi rusa yang
berjumlah 10 ekor.
b) Habitat yang berputus-putus,merupakan suatu habitat yang  mengandung  area dengan
kondisi baik letaknya berselang-seling dengan area yang berkondisi kurang baik,hewan
penghuninya dengan mudah dapat menyebardari area berkondisi baik yang satu ke yang
lainnya.
c) Habitat yang terisolasi, merupakan suatu habitat yang mengandung area terkondisi baik
yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dariarea berkondisi baik yang lain,
sehingga hewan-hewan tidak dapat menyebar untuk mencapainya, kecuali bila didukung
oleh faktor-faktor kebetulan. Misal suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi rusa. Jika
makanan habis rusa tersebut tidak dapat berpindah ke pulau lain. Pulau kecil tersebut
merupakan bukan habitat terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat dengan mudah
pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih cocok disebut habitat yang terputus.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam (Kramadibrata,1996)
yaitu :
a) Habitat yang konstan , Yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau
kurang baik.
b) Habitat yang bersifat memusim, Yaitu habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-
ganti antara baik dan kurang baik.
c) Habitat yang tidak menentu, Yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi
baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik
yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.
d) Habitat yang ephemeral , Yaitu habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik
yang berlangsung relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang
baik yang berlangsungnya lama sekali. ( Kramadibrata, 1996 ).

BAB III
PENUTUP
16 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
A. Kesimpulan
1. Habitat adalah lingkungan (lingkungan fisik) di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
2. Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya
biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk memahami
konsep tersebut adalah melalui analogi yang dikemukakan oleh ahli ekologi Eugene
Odum, yaitu “Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah
pekerjaannya”, atau dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya
bagaimana ia cocok dengan suatu ekosistem.
3. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan
paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan mikrohabitat.
4. Secara garis besar habitat diklasifikasikan menjadi empat habitat utama, yakni: perairan
tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial.

DAFTAR PUSTAKA

17 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang Campbell, Neil A.
biologi. Jakarta : Erlangga
Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Mckenzie, Aulay ; Ball, Andy s. ; Virdee, Sonia. 1998. Instant Notes in Ecology. Springer Verlag
: New York.
Odum, Eugene P (1971) Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing.
Resosudarmo, Sujirah, Raden. 1989. Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Karya
Rudy C. Tarumingkeng. 1994. Dinamika Populasi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Swasta, I.B. Jelantik. 2003. Diktat Ekologi Hewan. Singaraja: Jurdik Biologi
Wirakusumah, Sambas (2003) Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta. Penerbit UI Press

18 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan


relung ekologi “

Anda mungkin juga menyukai