EKOLOGI HEWAN
“HABITAT DAN RELUNG, HABITAT DAN MIKROHABITAT, KESELINGKUPAN
RELUNG EKOLOGI”
OLEH
KELOMPOK 7
NAMA ANGGOTA :
1. DORCE TOY (1701040030)
2. INTAN ROSARIO MAU (1701040008)
3. NINDA DAE PANNIE (1701040027)
4. TRIFERA TALAN (1701040024)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan petunjuk-Nya
makalah dengan judul “Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan relung
ekologi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekologi Hewan.
Meskipun makalah ini telah selesai, kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini
perlu untuk dikaji kembali guna adanya suatu perbaikan dalam mencapai suatu kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Penyusun
COVER............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
A. Pengertian habitat ................................................................................ 6
B. Pengertian relung ekologi dan klasifikasi relung ekologi..................... 7
C. Pengertian Mikrohabitat....................................................................... 10
D. Klasifikasi habitat ................................................................................ 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 17
A. Kesimpulan........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian habitat
2. Untuk mengetahui pengertian relung ekologi dan klasifikasi relung ekologi
3. Untuk mengetahui pengertian Mikrohabitat
4. Untuk mengetahui Klasifikasi habitat
A. Pengertian Habitat
Habitat berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati, sehingga
habitat dapat diartikan sebagai tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya,
habitat adalah lingkungan (lingkungan fisik) di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford
(1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi
spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat
yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka
habitat tersebut disebut sebagai biotop, sedangkan yang dimaksud dengan bioma adalah
sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu habitat pada suatu lokasi geografis
tertentu.
Habitat adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya
habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu
spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oles spesies tersebut. Definisi habitat :
Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana seseorang
harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah habitat banyak digunakan , tidak
saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada umumnya istilah ini diartikan sebagai
tempat hidup suatu makhluk hidup. Contohnya habitat Notonecta (sejenis binatang air)
adalah daerah-daerah kolam, danau dan perairan yang dangkal yang penuh ditumbuhi
vegetasi. Habitat ikan mas (Cyprinus carpio) adalah di perairan tawar, habitat pohon durian
(Durio zibhetinus) adalah di tanah darat dataran rendah. Pohon enau tumbuh di tanah darat
dataran rendah sampai pegunungan, dan habitat eceng gondok di perairan terbuka.
Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar-Dasar Ekologi, habitat adalah
toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hidup termasuk faktor lingkungan yang cocok
dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan spesies lingkungan geografi yang
luas, sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan lingkungan lokasinya.
6 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada
di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan
organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau idndividu (satwa
atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih
dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya
khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada
kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat.
B. Pengertian Relung Ekologi
Relung ekologi suatu hewan ( individu, populasi) adalah status fungsional hewan
itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan adaptasi-adaptasi fisiologi,
structural dan pola prilakunya. ( Sukarsono, 2009).
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris,
dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas
tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama
mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh
terhadap organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh
organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses
dalam ekosistem.
Relung menurut Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme)
dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural,
fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas relung ekologi
merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami
oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan
makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Relung ekologi merupakan suatu konsep abstrak mengenai keseluruhan
persyaratan hidup dan interaksi organisme dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat
merupakan penyedia berbagai kondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh
organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya. Merupakan konsep yang kompleks yang
berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total
dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya. Pengendalian populasi tergantung pada
tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi
7 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih
habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,
tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan
kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme , peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung
ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak
hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia
merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan
fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson
(1957) telah membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang
sesungguhnya (relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-
kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche
sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan.
Hutchinson (1957) dalam Begon,et al (1986) telah mengembangkan konsep
relung ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume). Setiap kisaran toleransi hewan
terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan suatu dimensi. Dalam
kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya satu faktor lingkungan saja, melainkan
bannyak faktor lingkungan secara simultan. Faktor ligkungan yang mempengaruhi atau
membatasi kehidupan organisme bukan hanya kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya,
kelembapan, salinitas tetapi juga ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan hewan
(makanan dan tempat untuk membuat sarang bagi hewan).
Hutchinson (dalam Odum,1993) membedakan antara relung dasar (Fundamental
Niche) dengan relung nyata (Realized Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai
sekelompok kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa
kehadiran pesaing, relung nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati
oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadap
8 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
kondisi lingkungan tersebut. Relung dasar (Fundamental Niche) tidak dapat dengan mudah
ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan merupakan proses yang dinamis dan
kondisi fisik lingkungan yang beragam mempengaruhi kehidupan suatu organisme.
Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang
menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk,
kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam
populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya. Empat tipe
pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu: kompetisi, predasi, parasitisme
dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi,
parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus simbion,
satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat kondisi dalam
kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan
mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter niche agar terjadi interaksi antar
organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama antara
satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan
lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang dalam persaingan akan
dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan
eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil
mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber daya yang diperlukannya dapat
mengalami kepunahan lokal.
Pengetahuan tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk
memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat
membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan populasi,
metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap organisme, pengaruh
organisme yang satu terhadap yang lainnya.
Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam termasuk mempunyai
niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya.
Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa jenis disebut
oligofag, hanya makan satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.
9 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat yang
sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis
mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu
relungnya menyempit.
Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka
salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.Jika relung-
relu ng itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya
sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya
menduduki relung nyata yang lebih kecil , atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata
yang terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi
relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.
C. Mikrohabitat
Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area tertentu
dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami
habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi
pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan
lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan
dinamakan mikrohabitat. Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya
terhadap berbagai faktor lingkungannya, maka berbagaispesies hewan yang berkonsentrasi
dalam habitat yang sama ( berkohabitasi) akan menempati mikrohabitatnya masing-masing.
Makrohabitat dan mikrohabitat : Beberapa istilah seperti makrohabitat dan
mikrohabitat penggunaannya tergantung dan merujuk pada skala apa studi yang akan
dilakukan terhadap satwa menjadi pertanyaan. (Johnson, 1980). Dengan demikian
makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan
dengan spesies spesifik. Secara umum, macrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala
yang luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya
disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat biasanya
menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada level 2-4
dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk menggunakan
istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada skala
penerapan yang ditetapkan secara eksplisit.
10 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun
hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies
organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama
hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar
daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro
disebut makrohabitat. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup
yang menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga titik itu yaitu
titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum,
makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi arus
terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan
hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk
hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui
proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain
yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak nyata
atau jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan
keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies akan berkonsentrasi pada
mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai contoh, dalam suatu habitat perairan tawar
yang mengalir (sungai) secara umum dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam
berarus deras dan dasarnya berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam
dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas dasar mikrohabitat utama ini
dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian permukaan batu, di sel-sela batu, di
bawah lapisan serasah dan sebagainya. Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang
berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari
berbagai spesies hewan yang manempati habitat perairan tersebut.
BAB III
PENUTUP
16 | P a g e ”Ekologi Hewan- Habitat dan Relung, habitat dan Mikrohabitat, Keselingkupan
relung ekologi “
A. Kesimpulan
1. Habitat adalah lingkungan (lingkungan fisik) di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
2. Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya
biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk memahami
konsep tersebut adalah melalui analogi yang dikemukakan oleh ahli ekologi Eugene
Odum, yaitu “Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah
pekerjaannya”, atau dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya
bagaimana ia cocok dengan suatu ekosistem.
3. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan
paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan mikrohabitat.
4. Secara garis besar habitat diklasifikasikan menjadi empat habitat utama, yakni: perairan
tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial.
DAFTAR PUSTAKA