Anda di halaman 1dari 27

“HABITAT DAN NICHE”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

KELOMPOK 5

1. LENCANA HIA
2. RIKI WARDANA
3. AJAYA SUPANDI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNUNG LEUSER ACEH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat,karunia, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

Habitat Dan Relung Ekologi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Tidak lupa penulis jugamengucapkan banyak terimakasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi denganmemberikan sumbangan baik

materi maupun pikirannya.

Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah

EkologiTanaman atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan

juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukkan dan

pandangan, sehingga dapatterselesaikannya makalah ini.

Makalah ini tidaklah sempurna karena keterbatasan pengetahuan maupun

pengalamansaya. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.

Oleh karena itu, penulissangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaanmakalah ini agar menjadi lebih baik lagi

dari yang sebelumya..


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................... 1

1.2 BATASAN MASALAH........................................................................ 1

1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3

2.1 PENGERTIAN HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI...................... 3

2.2 KONSEP HABITAT DAN KLASIFIKASINYA.................................. 13

2.3 KONSEP RELUNG EKOLOGI............................................................ 17

2.4 RELUNG TROPHIK............................................................................. 18

2.5 RELUNG HABITAT............................................................................. 18

2.6 RELUNG MULTIDIMENSI................................................................. 19

2.7 PEMISAHAN RELUNG....................................................................... 20

BAB III PENUTUP..................................................................................... 22

3.1 KESIMPULAN...................................................................................... 22

3.2 SARAN................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di lingkungan alam sekitar, kita dapat temui berbagai jenis makhluk

hidup, baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikro organisme.

Ditanah yang lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan, di

rerumputan sering di temukan belalang, disemak belukar sering ditemukan

ular. Mengapa masing-masing hewan tersebut lebih sering ditemukan di

tempat-tempat yang tertentu dan tidak sembarang tempat? Masalah

kehadiransuatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran

(distribusi)spesies hewan tersebut dimuka bumi ini, selalu berkaitan dengan

masalah habitat dan relung ekologinya.

Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang

ditempati populasi hewan, sedangkan relung ekologinya menunjukkan dimana

dan bagaimanakedudukan populasi hewan itu relatif terhadap faktor - faktor

abiotik dan biotiklingkungannya tersebut.Secara sederhana habitat di artikan

sebagai tempat hidup dari makhluk hidup ataudiistilahkan juga dengan biotop.

Untuk mudahnya, habitat seringkali diibaratkan sebagai”alamat”dari populasi

hewan, sedangkan relung ekologi dimisalkan sebagai“profesi”dialamat

tersebut.

1.2 BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah yang penulis buat, adalah sebagai berikut :

1) Apa pengertian dari habitat dan relung ekologi tersebut ?


2) Bagaimana konsep pada suatu habitat makhluk hidup beserta

klasifikasinya ?

3) Bagaimana konsep relung ekologi ?

4) Apa yang dimaksud dengan relung trophik ?

5) Apa yang dimaksud dengan relung habitat ?

6) Apa yang dimaksud dengan relung multidimensi ?

7) Apa yang dimaksud dengan pemisahan relung tersebut ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan yang penulis harapkan, adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui pengertian dari habitat dan relung ekologi

2) Mengetahui konsep pada suatu habitat makhluk hidup beserta

klasifikasinya

3) Mengetahui konsep relung ekologi

4) Mengetahui yang dimaksud dengan relung trophik

5) Mengetahui yang dimaksud dengan relung habitat

6) Mengetahui yang dimaksud dengan relung multidimensi

7) Mengetahui yang dimaksud dengan pemisahan relung tersebut


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN HABIDAN REN RELUNG EKOLOGI

Organisme tidak dapat hidup sendiri di alam, tetapi selalu bersama -

sama denganspesies lain. Akan tetapi pada beberapa spesies, kehadiran

spesies lain tidak berpengaruhtetapi pada beberapa khasus, spesies – spesies

tersebut akan saling berinteraksi. Keberadaaninteraksi ini menuju satu arah

yaitu populasi suatu spesies akan berubah dengan kehadiranspesies kedua.

Kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran(distribusi)

spesies hewan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah

habitat dan relungekologinya. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana

corak lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedangkan relung

ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimanakedudukan populasi hewan

itu relatif terhadap faktor - faktor abiotik dan biotiklingkungannya tersebut.

1. Pengertian Habitat

Habitat suatu populasi hewan pada dasarnya menunjukkan totalitas

dari coraklingkungan yang di tempati populasi itu, termasuk faktor -

faktor abiotik berupa ruang, tipesubstratum yang di tempati, cuaca dan

iklimnya serta vegetasinya

2.1.1.1. Defenisi Habitat

Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidupatau

tempat kemanaseseorang harus pergi untuk menemukan organisme


tersebut. Istilah habitat banyakdigunakan, tidak saja dalam ekologi

tetapi dimana saja. Tetapi pada umumnya istilahini diartikan

sebagai tempat hidup suatu makhluk hidup

2.1.1.2. Contoh Beberapa Habitat :

1. Habitat Notonecta(sejenis binatang air) adalah daerah -daerah

kolam, danau dan perairan yang dangkal yang penuh ditumbuhi

vegetasi.

2. Habitat ikan mas (Cyprinus carpio) adalah di perairan tawar.

3. Habitat pohon durian ( Durio zibhetinus) adalah di tanah darat

dataran rendah.

4. Pohon enau / aren ( Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). tumbuh di

tanah darat dataranrendah sampai pegunungan.

5. Habitat serigala (Canis lupus) adalah di padang rumput.

6. Habitat orangutan (Simia pygmaeus) adalah di hutan, terutama

hutan hujan tropis.

7. Habitat eceng gondok ( Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.)

hidup di perairanterbuka.

8. Habitat beruang kutub ( Maritimus ursus) adalah di daerah kutub

utara, sedanggkanhabitat pinguin ( Aptenodytes forsteri) adalah

di kutub selatan

2.1.1.3. Arti Habitat Dari Berbagai Para Ahli :

Beberapa para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai

pengertian habitat,diantaranya :
1) Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar – Dasar Ekologi,

habitat adalah toleransidalam orbit dimana suatu spesies hidup

termasuk faktor lingkungan yang cocokdengan syarat

hidupnya.Orbitadalah ruang kehidupan spesies lingkungan

geografiyang luas, sedangkanhabitat menyatakan ruang

kehidupan lingkungan lokasinya.

2) Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya

dan kondisi yang ada disuatu kawasan yang berdampak

ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan organisme

specific, ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau

individu(satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik

dan karakteristik biologi. Habitatterdiri lebih dari sekedar

vegatasi atau struktur vegetasi, merupakan jumlah kebutuhan

sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme

diberi sumberdayayang berdampak pada kemampuan untuk

bertahan hidup, itulah yang disebut denganhabitat.

2.1.1.4. Tipe Habitat

Habitat tidak sama dengan tipe habitat. Tipe habitatmerupakan

sebuah istilah yangdikemukakan oleh Doubenmire (1968:27-32)

yang hanya berkenaan dengan tipe asosiasivegetasi dalam suatu

kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu tingkat

klimaks.Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi


(seperti hutan pinus). Istilah tipehabitat tidak bisa digunakan ketika

mendiskusikan hubungan antara satwa liar dan habitatnya.Ketika

kita ingin menunjukkan vegetasi yang digunakan oleh satwa liar,

kita dapatmengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi

didalamnya

2.1.1.5. Penggunaan Habitat

Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakanatau

”mengkonsumsi” (dalam suatu pandangan umum) pada suatu

kumpulan komponen fisik dan biologi (sumber daya)dalam suatu

habitat. Hutto (1985:458) menyatakan bahwa penggunaan habitat

merupakansebuah proses yang secarahierarkhimelibatkan suatu

rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat

keputusan habitat seperti apa yang akan digunakan dalamskala

lingkungan yang berbeda.

2.1.1.6. Kesukaan Habitat :

Johnson (1980) menyatakan bahwa seleksi merupakan proses satwa

memilih komponenhabitat yang digunakan. Kesukaan habitat

merupakan konsekuensi proses yang menghasilkanadanya

penggunaan yang tidak proporsional terhadap beberapa

sumberdaya, yang mana beberapa sumberdaya digunakan melebihi

yang lain.
2.1.1.7 Ketersediaan Habitat :

Berikut pandangan dari beberapa ahli mengenaiketersediaan

habitat, diantaranya sebagai berikut :

1) Wiens (1984:402) Ketersediaan habitat menunjuk pada

aksesibiltas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh

satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdayayang hanya

menunjukkan kuantitas habitat masing – masing organisme

yang ada dalamhabitat tersebut.

2) Litvaitis et al., (1994) Secara teori kita dapat menghitung

jumlah dan jenis sumberdayayang tersedia untuk satwa. Secara

praktek, merupakan hal yang hampir tidak mungkinuntuk

menghitung ketersediaan sumberdaya dari sudut pandang

satwa. Kita dapatmenghitung kelimpahan species prey untuk

suatu predator tertentu, tetapi kita tidak bisamengatakan bahwa

semua prey yang ada di dalam habitat dapat dimangsa karena

adanya beberapa batasan, seperti ketersediaan cover yang

banyak yang membatasi aksesibilitas predator untuk

memangsa prey. Hal yang sama juga terjadi pada vegetasi yang

berada di luar jangkauan suatu satwa sehingga susah untuk

dikonsumsi, walaupun vegetasi itu merupakankesukaan satwa

tersebut.

3) Wiens (1984:406) Meskipun menghitung ketersediaan sumber

daya aktual merupakan halyang penting untuk memahami


hubungan antara satwa liar dan habitatnya, dalam praktek

jarang dilakukan karena sulitnya dalam menentukan apa yang

sebenarnyatersedia dan apa yang tidak tersedia. Sebagai

konsekuensinya, mengkuantifikasi ketersediaansumberdaya

biasanya lebih ditekankan pada penghitungan kelimpahan

sumberdaya sebelumdan sesudah digunakan oleh satwa dalam

suatu kawasan, daripada ketersediaan aktual.

Ketikaaksesibilitas sumber daya dapat ditentukan terhadap

suatu satwa, analisis untuk menaksirkesukaan habitat dengan

membandingkan penggunan dan ketersediaan merupakan hal

yang penting.

2.1.1.8. Kualitas Habitat

Istilah kualitas habitat menunjukkan kemampuan

lingkungan untuk memberikankondisi khusus tepat untuk individu

dan populasi secara terus menerus. Kualitas merupakansebuah

variabel kontinyu yang berkisar dari rendah, menengah, hingga

tinggi. Kualitashabitat berdasarkan kemampuan untuk memberikan

sumberdaya untuk bertahan hidup,reproduksi dan kelangsungan

hidup populasi secara terus menerus.

Para peneliti umumnya menyamakan kualitas habitat yang

tinggi dengan menonjolkanvegetasi yang memiliki kontribusi

terhadap kehadiran atau ketidak hadiran suatu spesies.Kualitas

secara eksplisit harus dihubungkan dengan ciri - ciri demografi jika


diperlukan. Olehsebab itu daya dukung dapat disamakan dengan

level kualitas habitat tertentu, kualitasnyadapat berdasarkan tidak

pada jumlah organisme tetapi pada demografi populasi

secaraindividual. Kualitas habitat merupakan kata kunci bagi para

ahli restorasi. Secara garis besardikenal empat tipe habitat utama,

yakni :

1) Daratan

2) Perairan Tawar

3) Perairan Payau dan Estuaria, serta

4) Perairan Bahari / Laut

Masing - masing kategori utama dapat dipilih – pilihkan lagi tergantung

corakkepentingannya mengenai aspek yang ingin di ketahui. Dari sudut pandang

dan kepentingan popuasi - populasi hewan yang menempatinya, pemilihan tipe –

tipe habitat itu terutamadidasarkan pada segi variasinya menurut waktu dan ruang.

Berdasarkan variasi habitat menurut ruang, dapat dikenal 4 macam

habitat,diantaranya :1) Habitat yang konstan, yaitu suatu habitat yang kondisinya

terus - menerus relatif baikatau kurang baik.

1) Habitat yang bersifat memusim, yaitu suatu habitat yang kondisinya secara

relatifteratur berganti - ganti antara baik dan kurang baik.

2) Habitat yang tidak menentu, yaitu suatu habitat yang mengalami suatu

priode dengankondisi baik yang lamanya bervariasi, sehingga kondisinya

tidak dapat diramalkan.


3) Habitat yang efemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami priode kondisi

baik yang berlangsung relatif singkat, diikuti oleh suatu priode dengan

kondisi yang kurang baikyang berlangsung relatif lama sekali.

Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat

diklasifikasi menjadi tigamacam, diantaranya :

1) Habitat yang bersinambung, yaitu apabila suatu habitat mengandung area

dengankondisi baik yang luas sekali, yang melebihi luas area yang dapat di

jelajahi populasihewan pengaruhinya. Sehingga contoh yang luas sebagai

habitat dari populasi rusayang berjumlah 10 ekor.

2) Habitat yang berputus - putus, merupakan suatu habitat yang mengandung

areadengan kondisi baik letaknya berselang - seling dengan area yang

berkondisi kurang baik, hewan penghuninya dengan mudah dapat

menyebar dari area berkondisi baikyang satu ke yang lainnya.

3) Habitat yang terisolasi, merupakan suatu habitat yang mengandung area

terkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area

berkondisi baik yanglain, sehingga hewan - hewan tidak dapat menyebar

untuk mencapainya, kecuali biladidukung oleh faktor –

faktorkebetulan.Misalnya : suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi

rusa. Jika makanan habis rusatersebut tidak dapat berpindah ke pulau lain.

Pulau kecil tersebut merupakan bukanhabitat terisolasi bagi suatu populasi

burung yang dapat dengan mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih

cocok disebut habitat yang terputus.


1.1.2. Pengertian Relung Ekologi

Berbeda dengan istilah habitat yang sekarang sudah digunakan

secara luas, istilahrelung ekologi di luar bidang ekologi praktis tak kenel.

Salah satu pennyebabnya ialah karenakonsep relung ekologi relatif baru,

bahkan dalam 30 tahun pertama selak istilah tersebutdiperkenalkan

pengertiannya masih kabur. Sampai saat ini dikalangan guru - guru

biologisekolah menengah juga masih kabur.

Secara umum dapat dikatakan bahwa relung ekologi merupakan

suatu konsep abstrakmengenai keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi

organisme dalam habitatnya. Dalamhal ini habitat merupakan penyedia

berbagai kondisi dan sumberdaya yang dapat digunakanoleh organisme

sesuai dengan persyaratan hidupnya.

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927)

ilmuwan Inggris,dengan pengertian r elung adalah “status fungsionalsuatu

organisme dalam komunitastertentu”. Dalam penelaahan suatuorganisme,

kita harus mengetahui kegiatannya, terutamamengenai sumber nutrisi dan

energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruhterhadap

organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan dan sampai seberapa

jauhorganisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu

mengubah berbagai prosesdalam ekosistem.

Beberapa para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai pengertian

relung ekologi,diantaranya :
1) Resosoedarmo (1992) adalah profesi (status suatu organisme) dalam

suatu komunitasdan ekosistem tertentu yang merupakan akibat

adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu.

2) Odum (1993) relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang

meliputi tidak sajaruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk,

tetapi juga peranan fungsionaldalam komunitas serta kedudukan

makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang berbeda.

3) Soetjipto (1992) relung ekologi merupakan gabungan khusus antara

faktor fisik(mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan

oleh suatu jenis untukaktivitas hidup dan eksistensi yang

berkesinambungan dalam komunitas. Niche(relung) ekologi mencakup

ruang fisik yang diduduki organisme. Perananfungsionalnya di dalam

masyarakatnya,

4) misal : posisi trofik serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat

tinggalnya dankeadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek

relung ekologi itu dapat dikatakansebagai relung atau ruangan habitat,

relung trofik dan relung multidimensi atauhypervolume. Oleh karena

itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada

dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana

diamerubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan

mengubahlingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain

menjadi kendala baginya.Hutchinson (1957) telah membedakan antara

niche pokok(fundamental niche)dengan niche yang


sesungguhnya(relized niche). Niche pokok didefinisikan

sebagaisekelompok kondisi - kondisi fisik yang memungkinkan

populasi masih dapat hidup.Sedangkan niche sesungguhnya

didefinisikan sebagai sekelompok kondisi - kondisifisik yang ditempati

oleh organisme - organisme tertentu secara bersamaan.

2.2 KONSEP HABITAT DAN KLASIFIKASINYA

Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau

tumbuhanke dalam kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun secara

runtut sesuai dengantingkatannya(hierarkinya), yaitu mulai dari yang lebih

kecil tingkatannya hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang

mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhlukhidup disebut taksonomi

atau sistematik.

2.2.1. Konsep Habitat

Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup atau

tempat kemana seseorangharus pergi untuk menemukan

organisme tersebut. Istilah habitat banyak digunakan, tidaksaja

dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada umumnya istilah

ini diartikan sebagaitempat hidup suatu makhluk hidup.

2.2.2. Konsep Klasifikasi Pada Suatu Habitat

Konsep dan cara klasifikasi makhluk hidup menurut ilmu

taksonomi adalah denganmembentuk takson. Takson adalah

kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak


persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek

atau makhlukhidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri

maupun perbedaan yang dapat diamati.

2.2.2.1 Tujuan Serta Manfaat Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup, antara lain :

1) Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan cirri - ciri

yang dimiliki

2) Mendeskripsikan cirri - ciri suatu jenis makhluk hidup untuk

membedakannyadengan makhluk hidup dari jenis yang lain

3) Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup

4) Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya

Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki

manfaat seperti berikut :

1) Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat

beraneka ragam.

2) Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan

yang lain.

2.2.2.2 Berbagai Macam Klasifikasi

Ada bermacam sistem klasifikasi makhluk hidup. Sistem klasifikasi ini

berkembang mulaidari yang sederhana hingga berdasar sistem yang lebih

modern.
1) Sistem artifisial / buatan : Sistem yang mengelompokkan makhluk

hidupberdasarkan persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti sendiri,

misalnya, ukuran, bentuk, danhabitat makhluk hidup. Penganut sistem ini

di antaranya Aristoteles dan Theophratus(370 SM).

2) Sistem natural / alami : Sistem yang mengelompokkan makhluk hidup

berdasarkan persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi) dan

struktur tubuh internal (anatomi)secara alamiah. Penganut sistem ini, di

antaranya, Carolus Linnaeus (abadke-18). Linnaeus berpendapat bahwa

setiap tipe makhluk hidup mempunyai bentukyang berbeda. Oleh karena

itu, jika sejumlah makhluk hidup memiliki sejumlah ciriyang sama, berarti

makhluk hidup tersebut sama spesiesnya. Dengan cara ini,Linnaeus dapat

mengenal 10.000 jenis tanaman dan 4.000 jenis hewan. Sistemmodern

(filogenetik) : Sistem klasifikasi makhluk hidupberdasarkan pada

hubungankekerabatan secara evolusioner .

Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:

a. Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal

b. Menggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limulus

polyphemus,dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena

bentuknya sepertirajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia,

terbukti bahwahewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan

bukti ini, Limulusdimasukkan ke dalam golongan laba-laba.


c. Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk

melakukanklasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan

adanyakekerabatan.

2.2.3 Langkah - langkah klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut :

2) Mengidentifikasi objek berdasar cirri - ciri struktur tubuh makhluk hidup,

misalnya,hewan atau tumbuhan yang sama jenis atau spesiesnya.

3) Setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok - kelompok

lain dari urutan tingkatan klasifikasi, sebagai berikut :

a) Dua atau lebih spesies dengan ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk

membentuk takson genus.

b) Beberapa genus yang memiliki ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk

membentuk takson famili .

c) Beberapa famili dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk

membentuk taksonordo.

d) Beberapa ordo dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk

taksonkelas.

e) Beberapa kelas dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk

takson filum(untuk hewan) ataudivisio(untuk tumbuhan).

f) Beberapa kingdom dengan cirri tertentu dikelompokkan untuk

membentuk takson kingdom (kerajaan).


Dengan cara tersebut terbentuklah urutanhierarkiatau tingkatan klasifikasi

makhlukhidup. Urutan klasifikasi dari tingkatan yang terbesar hingga terkecil

adalah sebagai berikut :

1) Kingdom (kerajaan)

2) Divisio atau Filum

3) Kelas (classis)

4) Ordo (bangsa)

5) Famili (suku)

6) Genus (marga)

7) Spesies (jenis)

2.3 KONSEP RELUNG EKOLOGI

Relung ataunicheekologi suatu hewan merupakan status fungsional hewan

tersebut di dalamhabitat yang di diaminya berdasarkan adaptasi - adaptasi

fisiologis, struktural dan perilakunya. Relung ekologi(ecological

niche)adalah jumlah total semuapenggunaansumberdaya biotik dan abiotik

oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untukmenangkap konsep

itu adalah melalui analog yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum,yaitu

jika habitat suatu organisme adalah rumahnya maka relung adalah

pekerjaannya.Relung ekologi ada yang bersifat umum dan spesifik,

diantaranya :

a. Pemakan banyak jenis(polifag), misalnya ayam karena dapat memakan

cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lain sebagainya.


b. Pemakan beberapa jenis(oligofag), misalnya kelinci hanya memakan

jenistumbuhan saja (sayuran dan buah - buahan).

c. Hanya pemakan satu jenis(monofag), misalnya wereng yang hanya

memakan padi.

2.4 RELUNG TROPHIK

Relung trofik menekankan pada hubungan energi. Charles Elton

(1927) secaraterpisah menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau

peranan spesies di dalamkomunitasnya. Maksud dari fungsi dan peranan ini

adalah kedudukan suatu spesies dalamkomunitas dalam kaitannya dengan

peristiwa makan memakan dan pola - pola interaksi yanglain. Inilah yang

disebut denganrelung trophik .

Sebagai contoh jika kita menyatakan relung trophik dari tikus

sawah, maka kita harusmenjelaskan bahwa tikus itu memakan apa dan

dimakan oleh siapa, apakah dia herbivora,karnivora, atau omnivora serta

apakah dia bersifat kompetitor bagi yang lain dan sebagainya.

2.5 RELUNG HABITAT

Istilah relung (nische) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada

tahun1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang

disebut denganmikrohabitat . Dengan pandangan seperti ini, Grinnell

mengatakan bahwa setiap relung hanyadihuni oleh satu spesies. Pandangan

relung yang dikemukakan oleh Grinnell inilah yangdisebut denganrelung

habitat .

Berdasarkan kondisi habitatnya habitat dapat dibagai menjadi dua, yaitu :


1. Habitat Makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi

lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya : gurun pasir,

pantai berbatu karang, hutan hujantropika, daerah kutub (utara dan

selatan) dan sebagainya.

2. Habitat Mikro merupakan habitat lokal dengan kondisi lingkungan

yang bersifatsetempat yang tidak terlalu luas, misalnya : kolam, rawa

payau berlumpur lembekdan dangkal, danau dan sebagainya.

2.6 RELUNG MULTIDIMENSI

Berbeda dengan Elton, maka Hutchinson (1958) menyatakan bahwa relung

adalahkisaran berbagai variabel fisik dan kimia serta peranan biotik yang

memungkinkan suatuspesies dapat survival dan berkembang di dalam suatu

komunitas. Inilah yang disebut denganrelung multidimensi (hipervolume).

Sependapat dengan pengertian relung ini, maka Kendeigh(1980)

menyatakan bahwa relung ekologi merupakan gabungan khusus antara

faktor fisikokimiawi (mikrohabitat) dengan kaitan biotik (peranan) yang

diperlukan oleh suatu spesiesuntuk aktifitas hidup dan eksistensi yang terus

menerus di dalam komunitas. Dengan kata laindapat dinyatakan

bahwarelung multidimensimerupakan gabungan dari relung habitat

danrelung trophik.

Sebagai contoh, jika menyatakan relung multidimensi dari tikus sawah,

berarti kitamenjelaskan tentang mikrohabitatnya dan sekaligus menjelaskan

tentang apa makanannya,siapa predatornya dan lain sebaginya. Hutchinson

(1957) dalam Begon,et al (1986) telahmengembangkankonsep relung


ekologi multidimensi (dimensi-n atau hipervolume).Setiapkisaran toleransi

hewan terhadap suatu faktor lingkungan, misalnya suhu merupakan

suatudimensi. Dalam kehidupannya hewan dipengaruhi oleh bukan hanya

satu faktor lingkungansaja, melainkan banyak faktor lingkungan secara

simultan. Faktor ligkungan yangmempengaruhi atau membatasi kehidupan

organisme bukan hanya kelembapan, salinitastetapi juga ketersediaan

sumberdaya yang dibutuhkan hewan (makanan dan tempat untukmembuat

sarang bagi hewan).

2.7 PEMISAHAN RELUNG

Dengan adanya interaksi persaingan antara dua spesies atau lebih

yang memilikirelung ekologi yang sangat mirip maka mungkin saja spesies

spesies tersebut tidak berkonsistensi dalam habitat yang sama menerus. Hal

ini menunjukkan bahwa ditempatisecara simultan dan sempurna oleh

populasi stabil lebih dari satu spesies. Pernyataan inidikenal

sebagai”Aturan Gause”. Sehubungan dengan a beberapa spesies yang dapat

hidupsecara langgengyang sama ialah spesies Tentang pentingnya

perbedaan lama dikemukakan oleh Darwin (18 besar perbedaan hidup di

suatu tempat, maka semakin besar pula jumlah spesies yang dapathidup di

suatu tempat itu. Pernyataan Darwin tersebut dikenal sebagai Divergensi”.

Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang

menyangkutdimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan

dan perkembangbiakkondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, gan suatu


relung ekologi tidak dapat”Asas Eksklusi P ersaingan”asas tersebut di atas,

menurut”Asas Koeksistens atau lama.

- spesies yang relung ekologinya berbeda

- perbedaan diantara berbagai spesies telah 1859). Darwin menyatakan

bahwa semakin

- perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang

perkembangbiakkan, dari beberapa spesies harus berbeda (terpisah)

agar kondisi secara terus, lung atau Koeksistensi, dalam habitat -

beda.59).”Asasan, dapat berkoeksistensi dalam habitat yang sama.

Perbedaanatau pemisahan relung itu juga mencakup aspek waktu aktif.

Contoh dari khasus pemisahan relung antara berbagai spesies yang

berkohabitasidapat dilihat dari contoh berikut ini : Serumpun padi dapat menjadi

sumber daya berbagai jenis spesies hewan. Orong – orong (Gryllotalpa africana)

memakan akarnya, walang sangit( Leptocorisa acuta) memakan buahnya, ulat

tentara kelabu (Spodoptera maurita) yangmemakan daunnya, ulat penggerek

batang (Chilo supressalis) yang menyerang batangnya,hama ganjur (Pachydiplosis

oryzae) menyerang pucuknya, wereng coklat ( Nilaparvatalugens) dan wereng

hijau ( Nephotettix apicalis) yang menghisap cairan batangnya. Tiap jenishama

tersebut masing - masing telah teradaptasi khusus untuk memanfaatkan tanaman

padisebagai sumber daya makanan pada bagian yang berbeda – beda.


BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Di lingkungan alam sekitar, kita dapat temui berbagai jenis makhluk hidup,

baik darigolongan hewan, tumbuhan ataupun mikro organisme. Masalah

kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi)

spesies hewan tersebut di muka bumi ini,selalu berkaitan dengan masalah

habitat dan relung ekologinya. Habitat secara umum menunjukkan

bagaimana corak lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedangkan

relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan populasi

hewan itu relatifterhadap faktor - faktor abiotik dan biotik lingkungannya

tersebut. Secara sederhana habitat diartikan sebagai tempat hidup dari

makhluk hidup atau diistilahkan juga dengan biotop. Untuk mudahnya,

habitat seringkali diibaratkan sebagai “alamat” dari populasi hewan,

sedangkan relung ekologi diibaratkan sebagai“profesi”dialamat tersebut.

3.2 SARAN

Dengan mengetahui arti dan pembahasan singkat mengenai habitat dan

relung ekologidi suatu tempat, maka diharapkan para pembaca khususnya

selalu menghargai keberadaan makhluk hidup (tumbuhan dan hewan)yang

ada disekitar kita. Jika habitat suatu hewanterganggu, tumbuhan yang ada di

ekosistem itu juga akan terganggu dan berdampak pula pada kelangsungan

hidup kita. Karena tumbuhan merupakan sumber energi utama bagi


makhluk hidup (autotrof) maka sudah sepantasnya, kita sebagai makhluk

hidup yang dianggap memiliki akal pikiran untuk selalu melestarikan dan

menjaga dengan sebaik – baiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Atharamadhana, Fauziah. 2013. Habitat dan Relung . Ringkasan Ekologi SDH


Habitat,Relung & Produktifitas Ekosistem. Blogspot : Blogger. (Diakses
Jumat, 10 Februari 2017 pada
:http://fauziahforester.blogspot.co.id/2013/03/ringkasan-ekologi-sdh-
habitatrelung_ 5.html)
Drs.LugtyastyonoBn,M.Pd. 2015. Bab 10 Ekosistem (X). Biologi Klaten.
PemerintahKabupaten Kelaten. Wordpress. (Diakses Sabtu, 11 Maret 2017
padahttps://biologiklaten.wordpress.com/bab- 10-ekosistem-x/)
Fauzan, Ahmad. 2013. Ekologi.Relung. Blogspot : Blogger. (Diakses Jumat, 10
Februari2017 pada : http://ojanslank.blogspot.co.id/2013/07/relung.html)
Kurniawan, Dheka Arie.2012. Relung Ekologi (Ecological Niche). Biopedia
Indonesia.Kalimantan Utara. Blogspot : Blogger. (Diakses Jumat, 10
februari 2017 pada :http://biopediaid blogspot.co.id/2012/04/relung-
ekologi-ecological-niche.html)
Lestari, Siti. 2014.Segregasi Relung Pada Hewan. Makalah Persilangan
Monohibrid danDihibrid. Blogspot : Blogger. (Diakses Jumat 10 Februari
2017 pada :http://sitilestari98.blogspot.co.id/2014/09/segregasi-relung-pada-
hewan.html)
Noname. 2017.Tikus Sawah. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Blogger. (Diakses
Sabtu, 11Maret 2017 pada :https://id.wikipedia.org/wiki/Tikus_sawah)
Rachmawati, Riana. 2011. Interaksi, Kedudukan Relung Ekologi dan Niche
Spesies. Relung.Blogspot : Blogger. (Diakses Jumat, 10 Februari 2017
padahttp://relungpasar.blogspot.co.id/2011/05/interaksi-kedudukan-relung-
ekologidan. html)Supra, Agus. 2013. Habitat dan Relung . Biologi. Blogspot
: Blogger. (Diakses Sabtu, 11Maret 2017 pada
:http://asepagus544.blogspot.co.id/2013/03/habitat-dan-relung.html)

Anda mungkin juga menyukai