Kelompk kearifan
1. DEVI WULANDARI [187440028]
2. FADILA DELIA FEBRIANTI [18744 0017]
3. RISTIA OCTA POULINA DAMANIK [18744 0010]
4. RIZKI WULANDARI [18744 00
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah selesai tepat waktu yang berjudul
“Teori Belajar Revolusi Sosiokultural Dan Penerapannya Dalam
Pembelajaran”.yang diampuh oleh Ibu Dra. Tuti Ariani Nasution M. Hum.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
dari makalah ini, kita dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana cara
berdiskusi yang efektif dan efisiensi sehingga menghasilkan pemikiran dan tujuan
yang sama.
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
1.1 Alasan Memilih Judul
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar pembelajaran.
2. Untuk mengetaui hakikat belajar menurut teori revolusi sosiokultural dan
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
4
2.1 Teori Belajar Piagetian
5
pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Artinya pengetahuan
berasal dari dalam diri individu.
6
Supratiknya,2002). Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu
berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya.
Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih
tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Konsep-konsep penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan
kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural dalam teori belajar dan
pembelajaran adalah hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of
development), zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) dan
mediasi
7
Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara
mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan intramental.
Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di
bawah bimbingan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang
lebih kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan intermental.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses
pematangan.
Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelu
terjadi internalisasi dalam diri anak, atau sebelum kemampuan intramental
terbentuk, anak perlu dibantu proses belajarnya. Orang dewasa dan/atau teman
sebaya yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti
memberikan contoh, memberikan feedback, menarik kesimpulan, dan sebagainya
dalam rangka perkembangan kemampuannya.
2.2.3 Mediasi
Dalam kegiatan pembelajaran, anak di bimbing oleh orang dewasa atau
oleh teman sebaya yang lebih kompeten untuk memahami alat-alat semiotik ini.
Anak mengalami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini berfungsi
sebagai mediator bagi proses-proses psikologis lebih lanjut dalam jati diri anak.
Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi kognitif
(Supratiknya, 2002).
1. Mediasi metakognitif, adalah penggunaan alat-alat semiotik yang
bertujuan untuk melakukan self-regulationn atau regulasi diri,
meliputi self-planning, self-monitoring, self-checking, dan self-
evaluating. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
2. Mediasi kognitif, adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memcahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu
atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa berkaitan
8
dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang
lebih terjamin kebenarannya).
9
langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian balikan, dan
sebagainya. Anak mengalami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini
berfungsi sebagai mediator bagi proses-proses psikologis lebih lanjut dalam diri
anak.
Kelompok anak yang cannot solve problem meskipun telah diberikan
berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah kesiapan
belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada zona
perkembangan proksimalnya sendiri, oleh karena itu siap memanfaatkan bantuan
atau scaffolding yang disediakan.
Sedangkan kelompok yang telah msmpu harus ditingkatkan tuntutannya,
sehingga tidak perlu buang-buang waktu dengan tagihan belajar yang sama bagi
kelompok anak yang ada di bawahnya.
Dengan pengkonsepsian kesiapan belajar demikian, maka pemahaman
tentang karakteristik siswa yang berhubungan dengan sosio-kultural dan
kemampuan awalnya sebagai pijakan dalam pembelajaran perlu lebih dicermati
artikulasinya, sehingga dapat dihasilkan artikulasinya, sehingga dapat dihasilkan
perangkat lunak pembelajaran yang benar-benar menantang namun tetap produktif
dan kreatif.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11