Anda di halaman 1dari 8

C.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA SINTAKSIS DAN SEMANTIK

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain baik
secara lisan maupun tulisan. Tentunya kita perlu berupaya agar komunikasi berjalan secara
lancar dan efektif. Dengan demikian kita perlu memiliki pemahaman dan kemampuan
menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik.

Untuk lebih memahami apa saja bentuk kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan
semantik, berikut uraian-uraiannya.

1. Analisis Kesalahan Sintaksis

Seperti yang sudah diketahui bahwa fonologi membahas tentang bunyi-bunyi bahasa, sedang
morfologi membahas tentang morfem dan kata, maka sintaksis membahas tentang apa?
Ramlan (1981) mengemukakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang dan ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990)
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa,
kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Adapun rincian kesalahan setiap aspek tersebut
antara lain sebagai berikut.

a. Kesalahan Bidang Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang merupakan bagian fungsional dari tuturan.
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara
lain sebagai berikut.

(1) Penggunaan kata depan tidak tepat: di masa itu

Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena menggunakan kata depan yang tidak
sesuai. Misalnya sebagai berikut.

- di hari ituseharusnyapada hari itu


- di saat itu seharusnya pada saat itu

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur

Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan
atau modalitas kata kerja. Misalnya:

- Pergi sudahseharusnyasudah pergi


- Minum belumseharusnyabelum minum

(3) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S) Frasa benda yang berstruktur kata benda +
kata sifat tidak di antarai kata penghubung yang. Misalnya:

- Ayahku yang hebat,seharusnyaayahku hebat

- Pekerja yang keras,seharusnyapekerja keras

(4) Penambahan kata dari/atau/tentang dalam Frasa Benda (B+B)

Benda yang berstruktur kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang atau
dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal. Contoh:

- Apel dari Malang seharusnyaapel Malang

- Batagor dari Bandung seharusnyabatagor Bandung

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung
milik atau kepunyaan. Misalnya:

- Mawar milik ibuseharusnyamawar ibu

- Buku tulis punya kakakseharusnyabuku tulis kakak

(6) Penambahan kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)

Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti
untuk supaya makna yang ditunjuk tampak jelas, misalnya sebagai berikut:

- Dipaksa untuk bekerja, seharusnyadipaksa bekerja

- Disuruh untuk memasak, seharusnyadisuruh memasak

(7) Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk
memperjelas makna frase tersebut.Misalnya sebagai berikut.

- Tugas kukerjakan seharusnyatugas yang kukerjakan

- Buku kupinjam seharusnyabuku yang kupinjam

(8) Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B)


Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja pasif + kata benda seharusnya tidak
dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata olehdiantaranya untuk memperjelas makna pasif
frasa tersebut.

Misalnya sebagai berikut:

- Diambil kakakseharusnyadiambil oleh kakak

- Dimarahi nenek seharusnyadimarahi oleh nenek

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling+sifat)

Frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang, misalnya sebagai berikut.

- Paling tinggi seharusnyayang paling tinggi

- Paling cantik seharusnyayang paling cantik

b. Kesalahan Bidang Klausa

Klausa adalah gabungan dua kata atau frasa yang memiliki unsur subjek dan predikat di
dalamnya. Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis khususnya segi
klausa, antara lain sebagai berikut.

(1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif

Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objek tidak diantarai modalitas atau kata
keterangan tertentu. Misalnya:

- Dia membenci akan teman yang munafik, seharusnya dia membenci teman yang
munafik

- Ibu menyayangi akan anak-anaknya, seharusnya ibu menyayangi anak-anaknya

(2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional

Dalam klausa ekuasional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di antara
subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat terpadu secara erat.
Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.Misalnya:

- Temanku adalah pengusaha, seharusnya temanku pengusaha

- Dia adalah dosen, seharusnya dia dosen


(3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif

Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan
predikat.Misalnya:

- Saya akan mencuci piring itu, seharusnya Akan saya cuci piring itu.

- Kakek selalu menjemput cucunya, seharusnyaselalu kakek yang menjemput cucunya

(Kata yang bergaris tebal adalah kata modalitas)

(4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif

Klausa pasif adalah klausa yang salah satu ciri-cirinya adalah menggunakan kata oleh.
Misalnya:

- Kue di meja dimakan ayah, seharusnyaKue di meja dimakan oleh ayah.

- Novel adik dipinjam temannya, seharusnya Novel adik dipinjam oleh temannya.

(5) Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif

Contohnya adalah sebagai berikut.

- Andin dari Medan dua hari lalu, seharusnya Andin pulangdari Medan dua hari lalu

- Romi ke warung depan, seharusnya Romi berjalan ke warung depan

(Kata yang bergaris tebal adalah kata kerja intransitif)

c. Kesalahan Bidang Kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, dari segi kalirnat antara lain sebagai
berikut.

(1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah

Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur
bahasa daerah. Seperti:

- Anak-anak sudah pada datang, seharusnya Anak-anak sudah datang


- Masuknya keluar mana?, seharusnyaMasuknya lewat mana?

(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal

Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang
menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam,
pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi
tidak bersubjek misalnya:

- Kepada para hadirin diharapkan untuk berdiri

Supaya kalimat menjadi bersubjek, seharusnyaPara hadirin diharapkan untuk berdiri.

- Untuk saudara Bambang terima kasih atas partisipasinya

Supaya kalimat menjadi bersubjek, seharusnyaSaudara Bambang terima kasih atas


partisipasinya.

(3) Penggunaan subjek yang berlebihan

Kalimat yang menggunakan dua subjek yang sama, semestinya subjek kedua dihilangkan
karena hal tersebut tidak akan mempengaruhi makna kalimat. Misalnya:

- Lola mulai membuat kue saat Lola telah melihat Ani membuat kue. Seharusnya

Lola mulai membuat kue setelah melihat Ani membuat kue.

(4) Penggunaan kata penghubung secara ganda Pada kalimat majemuk

Dalam kalimat majemuk kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata penghubung
sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari.
Semestinya hanya satu kata penghubung misalnya sebagai berikut.

- Setelah makan, lalu Tara mencuci piringnya. Seharusnya Setelah makan, Tara
mencuci piringnya.

- Adik sudah tertidur, kemudian ibu ke dapur untuk melanjutkan masak.


SeharusnyaAdik sudah tertidur, ibu ke dapur untuk melanjutkan masak.

(5) Penggunaan kalimat yang tidak logis

Contoh penggunaan kalimat yang tidak logis:


- Pak Cipta mengajar Sintaksis di Universitas Indonesia.

Agar kalimat menjadi logis, seharusnya:Pak Cipta mengajarkan mata kuliah Sintaksis di
Universitas Indonesia.

- Yang membawa ponsel harap dimatikan.

Agar kalimat menjadi logis, seharusnya:Yang membawa ponsel, harap ponselnya dimatikan.

(6) Penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat

Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menampik suatu hal terdiri atas bukan
berpasangan melainkan untuk menyangkal ”benda” dan kata penghubung bukan berpasangan
tetapi untuk menyangkal ''peristiwa atau kerja”.

Misalnya:

- Bukan Dita yang menangis melainkanAmel, seharusnyaBukan Dita yang menangis


tetapiAmel

- Anita bukan guru tetapi dosen, seharusnyaAnita bukan guru melainkan dosen.

(7) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing

Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam
membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya
bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing.

- Toko di mana aku membeli sepatu penjualnya ramah. SeharusnyaToko tempat aku
membeli sepatu penjualnya ramah.

- Buku yang mana kami cari sudah dibeli. SeharusnyaBuku yang kami cari sudah
dibeli.

(8) Penggunaan kalimat yang tidak padu

Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang
kurang tepat sehingga agak kabur.Misalnya:

- Kami saling pandang memandang. SeharusnyaKami saling berpandangan.

- Abang membelikan baju adiknya. SeharusnyaAbang membeli baju untuk adiknya.

(9) Penyusunan kalimat yang mubazir


Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan pengguna kata-kata yang berulang secara
berlebihan, penggunaan dua kata yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai berikut.

- Banyak bapak-bapak mulai bergotong-royong. SeharusnyaBapak-bapak mulai


bergotong-royong.

- Seorang pedagang rujak itu ramai pembeli. SeharusnyaPedagang rujak itu ramai
pembeli.

2. Analisis Kesalahan Semantik

Semantik adalah bagian linguistik yang berhubungan dengan makna atau struktur makna.
Pengertian tersebut sejalan dengan Verhaar dkk. (1996) yang menyatakan bahwa "semantik
adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna”. Semantik sebagai pelafalan lain dari
istilah “lasemantique" yang diukir oleh M. Breal dari Perancis merupakan satu cabang studi
linguistik general. Oleh karena itu, semantik di sini adalah satu studi dan analisis tentang
makna-makna linguistik (Parera, 2004)

Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik,
Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan berbahasa
yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.

(1) Adanya penerapan gejala hiperkorek

Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi akhirnya
menjadi salah. Misalnya:

(a) /sy/ diganti dengan /s/, /f/ diganti dengan /p/ atau sebaliknya.

- Jangan lupa mengucap sukur. SeharusnyaJangan lupa mengucap syukur.

- Coba kamu fikir terlebih dahulu. Seharusnya Coba kamu pikir terlebih dahulu.

(b) /E/ diganti /e/

Kata serang, jika tidak disesuaikan dengan konteks kalimatnya maka apabila pengucapannya
berbeda, maknanya juga akan berbeda pula. Misalnya

- Ayah pernah bekerja di Serang.


- Ayah pernah diserang saat bekerja.

Kalimat pertama, kata Serang bermakna nama sebuah kota. Sedangkan kalimat kedua, kata
serang bermakna diserbu untuk dilukai.

(2) Gejala pleonasme

Yang dimaksudkan gejala pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara
berlebihan, misalnya

- Andy masuk ke dalam rumah setelah dipersilakan. SeharusnyaAndy masuk ke rumah


setelah dipersilakan.

- Sejak dari dulu Mia suka bermain bola. SeharusnyaSejak dulu Mia suka bermain
bola

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Ramlan, M. 1981. Sintaksis. Yogyakarta: C.V Karyono

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai