Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ESTETIKA

“ TEORI PEMAHAMAN ESTETIK DAN TEORI PENIKMATAN”

Oleh :

Kelompok 6

Wella Monica Ardilla (18020103)

Jasmar Ruli Agustin (18020130)

Dosen Pembimbing :

Dra. Jupriani ,M.sn.

JURUSAN SENI RUPA

PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Teori Pemahaman Estetik dan Teori Penikmatan

Makalah ini di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Padang, 16 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman atau apresiasi memiliki dimensi logis. Estetika atau yang sering didengar
sebuah keindahan mempunyai banyak makna dan arti, Setiap orang mempunyai pengertian
yang berbeda antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap
orang mempunyai penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda.

Estetika merupakan bagian dari seni, seni berhubungan dengan keindahan, maka
estetika merupakan sebuah pengukuran keindahan akan sebuah seni. Dharsono (2007: 9)
mengatakan bahwa “ fakta estetika itu fakta jiwa, suatu karya seni bagaimanapun nyata
tampak, namun bukan pada pengaamatan semula, itu hadir dalam pengamatan dan
penikmatan”. Hal ini berarti ukuran estetika bukan pada asumsi awal tetapi merupakan proses
interpretasi yang panjang dari penngalaman-pengalaman melihat dan merasakan seni.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teori Pemahaman Estetik


2. Bagaimana Teori Penikmatan

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa saja Teori Pemahaman Estetika


2. Dapat mengetahui apa itu Penikmatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pemahaman Estetik

Pemahaman atau apresiasi memiliki dimensi logis. Estetika atau yang sering didengar sebuah
keindahan mempunyai banyak makna dan arti, Setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda
antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap orang mempunyai
penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda. Berikut pengertian estetika dan lingkupnya dapat
dicermati di bawah ini :

1. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
seni (Kattsoff, Element of Philosophy, 1953).

2. Estetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik
terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni
dalam perubahan dunia (Van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, Vol. 1).

3. Estetika merupakan kajian filsafat keindahan dan juga keburukan (Jerome Stolnitz,
Encylopedia of Philoshopy, Vol. 1).

4. Estetika adalah suati ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan,
mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (A. A. Djelantik, Estetika Suatu Pengantar,
1999).

5. Estetika adalah segala hal yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral suatu
karya seni (William Haverson, dalam Estetika Terapan, 1989).

6. Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan kaya estetis
(Jhon Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989).

7. Estetika adalah fisafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artisrtik
yang sejalan dengnan zaman (Agus Sachari, Estetika Terapan, 1989).

8. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsfat seni
mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni (Jakob
Sumarjo, Filsafat Seni, 2000).

B. Teori Pemahaman

1. Leo Tolstoy (Rusia) tentang Estetika Seni

Dalam bahasa Rusia, keindahan adalah Kroasta artinya sesuatu yang mendatangkan rasa
senang bagi yang melihat dengan mata. Pada saat itu bangsa Rusia belum memiliki pendapat
mengenai keindahan dalam seni musik. Oleh karena itu, Leo Tolstoy berpendapat bahwa keindahan
adalah suatu yang mendatangkan rasa nwnyenangkan bagi yang melihat.
2. Eli Siegel tentang Teori Estetika Realitas

Bagi Eli Siegel, seni adalah kehidupan, dimana didalamnya terdapat hal-hal yang
bertentangan. Bebrapa pokok dalam estetika realitas adalah adanya hubungan antara logika dan
emosi. Hal ini muncul dalam bentuk karya seni dan desain yang dianggap menyenangkan, serta
diterima menurut ketepatan berpikir, setiap karya seni memiliki kemajuan tertentu dan kehadiran
relasi yang selalu ada, hal ini berkaitan dengan kontinuitas dan diskontinuitas yang dituangkan dalam
estetika realitas.

15 Pokok yang diajukan Eli Siegel diantaranya:

Kebebasan dan keteraturan, Persamaan dan perbedaan, Kesatuan dan keberagaman,


Impersonal dan personal, Alam semesta dan objek, Logika dan emosi, Kesederhanaan dan
kompleksitas, Kontinuitas dan diskontinuitas, Dalam dan permukaan, Diam dan energik, Berat dan
ringan, Outline dan warna, Gelap dan terang, Santai dan serius, Kebenaran dan imajinasi.

3. Monroe Beardsley tentang Teori Kreativitas

Monroe Beardsley menjelaskan adanya tiga ciri yang menjadi sifat 'membuat baik (indah)'
dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri tersebut yaitu:

a. Kesatuan (unity)

Yaitu benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya, contoh : candi

b. Kerumitan (complexity)

Yaitu benda estetis atau karya seni kaya akan isi dan unsur yang saling berlawanan serta mengandung
perbedaan-perbedaan yang halus, contoh : lukisan

c. Kesungguhan (intensity)

Benda estetis yang baik harus memiliki kualitas tertentu yang menonjol bukan sekedar sesuatu yang
kosong. Kualitas ini tidak menjadi masalah apa yang dikandungnya (misalnya suasan suram atau
gembira) asalkan menjadi sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh.

4. Pendapat De Witt H. Parker tentang Teori Bentuk Estetika

Ciri umum bentuk estetis terbagi menjadi 6 asas yaitu:

a. Asas Kesatuan Utuh

Asas ini berarti setiap unsur dalam karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu dan karya
tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu, sebaliknya mengandung semua yang di perlukan.
Nilai dari suatu karya sebagai keseluruhan tergantung pada hubungan timbal balik dari unsur-unsur
tersebut, yakni setiap unsur memerlukan, menanggapi, dan menuntut setiap unsur lainnya.
b. Asas Tema

Dalam setiap karya seni terdapat satu (atau beberapa) ide induk atau peranan yang unggul
berupa apa saja ( bentuk, warna, pola irama, atau tokoh) yang menjadi titik pemusatan dari nilai
kedeluruhan karya itu. Ini menjadi kunci bagi penghargaan dan pemahaman orang terhadap karya seni
itu.

c. Asas Variasi menurut Tema

Tema dari karya seni harus disempurnakan dan diperbaik dengan terus menerus
mengumandangkannya. Agar tidak menimbulkan kebosanan, pengungkapan tema harus tetap dalam
pokok yang sama namun dengan variasi.

d. Asas Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan.


Dalam karya seni walaupun ada unsur-unsur yang tampaknya bertentangan, tetapi sesungguhnya
aaling memerlukan karena menciptakan suatu kebulatan. Unsur yang saling berlawanan ini tidak
memerlukan sesuatu yang sama, melainkan yang utama adalah kesamaan dalam nilai. Dengan
kesamaan dari nilai-nilai yang saling bertentangan terdapat keseimbangan secara estetis, contoh:
tokoh antagonis dan protagonis dalam suatu film atau drama.

e. Asas Perkembangan

Asas ini dimaksudkan bahwa kesatuan dari proses yang bagian awalnya menentukan bagian
selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh. Misalnya dalam sebuah
cerita terdapat sebab akibat atau rangkaian yang saling berkait dengan ciri berupa perkembangan dari
makna yang menyeluruh.

f. Asas Tatajenjang

Asas yang terakhir ini merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur dalam asas tersebut.
Dalam karya seni yang rumit, kadang-kadang terdapat satu unsur yang memegang kedudukan yang
penting. Unsur ini mendukung secara tegas tema yang bersangkutan dan mempunyai kepentingan
yang jauh lebih besar daripada unsur-unsur lainnya.

Ada beberapa teori untuk memahami estetika di dalam sebuah objek seni. Pertama, teori
“Empathy”, yang intinya pemancaran perasaan diri sendiri ke dalam benda estetis (The, 1976:54).
Misalnya, ketika kita menonton film atau bermain game, kita seolah merasakan dan ikut menjadi
bagian di dalamnya. Kedua, teori Psychical Distance (jarak psikis) ialah tingkat keterlibatan pribadi
atau self involvement (Dharsono, 2007:41).

Misalnya, ketika kita menikmati fim animasi Princess Mononoke karya Studio Ghibli, kita
menikmatinya walaupun bukan kenyataan. Sedangkan, penikmatan estetis merupakan proses dimensi
psikologis, yakni proses antara aspek intrinsik seseorang terhadap sebuah karya estetik. Pada
penikmatan inilah, seseorang akan memutuskan suka atau tidak suka dan menikmati atau tidak
menikmati sebuah karya seni
Menurut konsep estetika klasik, apa yang membuat suatu karya seni dapat disebut indah dan
sebaliknya?

a. Estetika Mimesis

Berdasarkan Teori Plato, karya seni yang sebenarnya ada dalam duni Ideal yang sempurna
dan karya seni yang ada sekarang hanyalah imitasi dari imitasi. Namun karena ketidakmungkinan
imitasi yang sempurna, teori ini lama-kelamaan berubah dan seni tidak lagi sepenuhnya didasarkan
pada dunia Ideal.

Karya seni yang bagus atau memiliki kualitas estetis adalah yang mirip dengan benda-benda
yang ada di alam, persis seperti kenyataannya, dan mendekati realita. Realita yang bisa dirasakan oleh
panca indera (dapat dilihat, dirasakan dan didengar). Semakin mirip sebuah lukisan dengan aslinya
maka semakin karya itu dianggap bagus. Sebaliknya, suatu karya seni dianggap tidak bagus karena
tidak memiliki kemiripan dengan kenyataannya atau tidak mendekati realita.

b. Estetika Ekspresivis

Berdasarkan Teori Tolstoy, sesuatu dianggap sebagai karya yang indah apabila:

1. Mampu menginfeksikan perasaan seniman kepada masyarakat luas.

2. Lewat infeksi tersebut, seniman mampu mengangkat moral masyarakat.

Tolstoy tidak menganggap indah karya-karya modern (di zamannya) karena hanya
bertemakan seks, kekayaan, kebanggaan, dll. yang hanya bisa dinikmati oleh kaum elit. Tolstoy
menganggap indah karya-karya yang mampu menginfeksi masyarakat luas, yang bertemakan umum
seperti kasih sayang dan solidaritas. Sebagai umat Kristen, Tolstoy juga percaya bahwa karya seni
punya misi untuk mengangkat moral masyarakat lewat kasih sayang dan solidaritas. Karya seni yang
tidak mampu mengangkat moral masyarakat tidaklah indah.

Berdasarkan Teori Croce-Collingwood (CC), karya seni adalah karya yang fokus pada
“inside”, bukan “outside”. Emphasisnya ada pada emosi yang ingin diekspresikan seniman, bukan
pada realisasi eksternal (realisasi eksternal menjadi tidak penting). Jadi, karya seni yang indah adalah
karya seni yang lewat emosi yang diekspresikan mampu mengundang audiens untuk berimajinasi dan
kemudian mengekspresikan emosinya sendiri (di dalam pikiran, karena emosi tidak perlu
diekspresikan lewat karya menurut Teori CC).

Apakah orang merasa suatu karya sebagai indah sebagaimana dijelaskan kedua konsep estetika
klasik?
a. Estetika Mimesis

Banyak orang awam berpendapat apabila suatu karya mirip kenyataan, maka karya itu indah.
Mimesis sering disebutkan bersamaan dengan realis dan naturalis, yang memiliki konsep kemiripan
dengan benda-benda yang ada di alam. Lukisan Mooi Indie di bagian bawah menunjukkan konsep
mimesis terhadap pemandangan alam di sekitar Gunung Galunggung. Lukisan ini menggambarkan
detail dan pengaturan gelap terang yang realistis dengan pemilihan warna yang sesuai dengan
kenyataan.

b. Estetika Ekspresivis

Sebagai contoh adalah “Fountain” karya Marcel Duchamp. Fountain ini merupakan toilet
pria yang diposisikan terbalik oleh Duchamp. Sesuai Teori CC, karya Duchamp ini tidak
memperdulikan keindahan realisasi eksternal (outside) namun tetap dirasa indah oleh audiens karena
emosi yang diekspresikan (inside) mampu mengubah pandangan masyarakat terhadap seni.

Kedua paham estetika klasik, yakni mimesis dan ekspresivis, mampu menjawab banyak
pertanyaan mengenai seni dan apa yang menjadi keindahan seni. Namun berdasarkan pengalaman
penulis sendiri sebagai mahasiswa desain, indah secara mirip saja tidaklah cukup. Indah secara konsep
saja juga tidaklah cukup.

Bila mirip adalah semua yang diperlukan karya seni, maka dengan memegang cermin ke
segala arah kita sudah menjadi seniman terhebat. Bila konsep adalah semua yang diperlukan karya
seni, maka teknik seni dan sekolah seni tidak diperlukan dan semua orang bisa menjadi seniman.
Bahkan walaupun kedua paham klasik ini saling melengkapi satu sama lain, masih ada hal yang luput
dan belum tersentuh. Masih ada sesuatu yang indah yang di luar kedua paham tersebut.

Apakah kedua konsep estetika klasik sudah menjelaskan karya secara menyeluruh? Adakah aspek lain
yang luput dan belum terjelaskan?
Apakah karya-karya ini meniru atau mirip dengan objek tertentu?

Apakah dalam pembuatannya sang seniman mengekspresikan suatu emosi tertentu?

Apakah karya-karya seni ini indah?

Tidak, tidak, dan ya. Hal inilah yang luput, yang belum tersentuh oleh paham estetika
mimesis dan ekspresivis, bahwa karya seni dapat dilihat sebagai karya seni, indah karena indah,
terlepas dari maksud seniman, audiens, maupun realita yang ada. Karya-karya ini indah karena
bentuknya yang indah, proporsi dan komposisi yang tepat, yang merangsang mata sebagai indera
visual untuk mengakui bahwa karya ini indah. Paham ini nantinya menjadi paham estetika ketiga,
yakni estetika formalis.

C. Penikmatan

Penikmatan sebagai proses psikologis, kurang memiliki aspek logis. Apresiasi menuntut
keterampilan dan kepekaan estetik untuk memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetika
dalam mengamati karya seni. Pengalaman estetik bukanlah sesuatu yang mudah muncul atau mudah
diperoleh, karena untuk semua ittu memerlukan pemusatan atau perhatian yang sungguh-sungguh.
Pengalaman estetika dari seseorang, adalah persoalan psikologis. Seseorang tidak hanya membahas
sifat-sifat yang merupakan kualitas dari benda estetik, melainkan juga menelaah kualitas abstrak dari
benda estetik, terutama menguraikan dan menjelaskan secara cermat, dan lengkap dari semua gejala
psikologis yang berhubungan dengan karya seni.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Estetika Mimesis (Pasca Plato) mengatakan bahwa karya seni indah adalah yang mirip
dengan aslinya, yang sesuai dengan realita dan kenyataannya. Tapi teori ini punya kelemahan. Tidak
semua yang mirip itu bagus dan tidak semua karya seni yang bagus harus mirip dengan sesuatu.
Contohnya adalah poster tipografi. Tidak ada sesuatu yang mirip dengan huruf-huruf itu, namun karya
itu tetaplah indah.

Estetika Ekspresivis (CC) menganggap karya seni sebagai indah bila lewat emosi yang
diekspresikan mampu mengundang audiens untuk berimajinasi dan kemudian mengekspresikan
emosinya sendiri. Teori ini juga memiliki kelemahan. Konsep dan imajinasi sebaik apapun tidak akan
cukup menjadikan sebuah karya seni menjadi indah tanpa adanya visual yang menarik.

Dapat disimpulkan bahwa kedua kelemahan dari paham estetika mimesis dan ekspresivis
berhubungan dengan visual, bahwa ada visual yang dapat berdiri sendiri sebagai sesuatu yang indah,
tanpa kemiripan maupun konsep. Keindahan karena bentuk inilah yang disebut estetika formalis.
Namun estetika formalis pun mempunyai kelemahan, yakni hanya dengan visual yang menarik, tanpa
kemiripan akan realita, tanpa konsep, maka nilai sebuah karya seni menjadi rendah. Hanya dengan
menggabungkan ketiga paham estetika inilah, dengan kelebihan dan kekurangan yang saling
melengkapi, kita dapat mempelajari dan mengkaji seni dan apa yang membuat seni menjadi indah
secara menyeluruh.

B. Saran

Penulis menyadari banyaknya kesalahan pada pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada pembuatan makalah ini mengingat
terbatasnya pengetahuan penulis tentang materi yang ada pada makalah ini. Penulis akan
lebih giat dalam menambah pengetahuan agar lebih baik lagi kedepannya.
Daftar Pustaka

Hidayatullah, Riyan. Dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex

Mawardi dan Nur Hidayati, 2007, IAD-ISD-IBD. Cetakan kelima. Bandung: Pustaka Setia.

Nanang Ganda Prawira dan Nanang Supriatna, Materi dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa dan Seni
Musik bagi Guru. Dari e-book di http://scribd.com

Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB

Surajiyo, 2014, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cetakan keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Peresensi: Al-Mahfud, penulis artikel, esai dan ulasan buku di media massa

https://www.slideshare.net/312174/makalah-estetika
Pertanyaan ;

1. Estetika merupakan kajian filsafat keindahan dan juga keburukan (Jerome Stolnitz,
Encylopedia of Philoshopy, Vol. 1). Jelaskan apa maksud keindahan dan keburukan itu..!

2. Didalam Pendapat De Witt H. Parker tentang Teori Bentuk Estetika. Bahwa ciri umum bentuk
estetis terbagi menjadi 6 asas yaitu: Asas kesatuan utuh, asas tema, asas variasi menurut tema,
asas keseimbangan, asas perkembangan,dan asas tata jenjang.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan asas tatajenjang..!

3. Ada beberapa teori untuk memahami estetika di dalam sebuah objek seni. Pertama, teori
“Empathy”, Kedua, teori Psychical Distance (jarak psikis). Jelaskan apa maksud dari kedua
teori tersebut, serta berikan contoh masing-masingnya..!

4. Didalam estetika mimesis dikatakan bahwa semakin mirip sebuah lukisan dengan aslinya
maka semakin karya itu dianggap bagus. Sebaliknya, suatu karya seni dianggap tidak bagus
karena tidak memiliki kemiripan dengan kenyataannya atau tidak mendekati realita. Apakah
teori tersebut berlaku dalam ranah seni post medern..? Coba jelaskan..!

5. Dharsono (2007: 9) mengatakan bahwa “fakta estetika itu fakta jiwa, suatu karya seni
bagaimanapun nyata tampak, namun bukan pada pengaamatan semula, itu hadir dalam
pengamatan dan penikmatan”. Jelaskan apa maksud dari pernyataan tersebut..!

6. Berikan contoh dari estetika Mimesis dan estetika Ekspresivis..!

7. Apakah estetika mimesis dan estetika ekspresif saling berhubungan..? Coba jelaskan..!

Anda mungkin juga menyukai