OLEH:
TEGAR MUJIYANTO
NIM. 2020021043
Konsep dan Teori; estetika sbg ilmu yang bersandar pd disiplin filsafat, materi utamanya sangat
dipengaruhi oleh cerapan, gugahan atau interpretasi serta kemampuan berasosiasi. Estetika
merupakan wacana & fenomena terkait dengan keindahan serta makna yg dibangun melalui ilmu
filsafat. Konsep keindahan tersebut akan melekat dengan tanda atau ciri tentang pencitraan yang
disiratkan pada ragam kebendaan. Cakupannya berhubungan dengan fisik & non fisik; yang
teraga & niraga, sehingga secara konsepsual dapat dikategorikan pd matra high culture mau pun
mass culture. Teori Estetika Formil Teori estetika formil banyak berhubungan dg seniklasik dan
pemikiran klasik pula. Teori ini mengungkapkan bhw pd luar bangunan berhubungan dg
persoalan bentuk & warna. Teori ini kemudian menganggap bhw keindahan adalah hasil formil
dari suatu dimensi/ukuran atau sebuah warna atau kombinasinya Rasa indah kemudian menjadi
emosi langsung yg mengakibatkan bentuk tanpa hrs memandang konsep lainnya. Teori formil
mengadopsi konsep ideal yg sifatnya absolut yg bertujuan pd bentuk yg indah dan mengarah pd
mistik..Teori Estetika Ekspresionis Teori estetika ekspresionis mengungkapkan bhw keindahan
tak selalu terjelma dari sebuah bentuk, namun juga berasal dari maksud dan tujuan dari ekspresi
objek tsb. Teori ini menganggap bhw keindahan karya seni tergantung dari apa yg
diekspresikannya. Dalam bidang arsitektur, keindahan dihasilkan oleh ekspresi paling sempurna
antar kekuatan gaya tarik dan kekuatan bahan atau materialnya. Kemudian saat ini kekuatan
dasar utama dari keindahan arsitektur adalah ekspresi fungsi atau kagunan suatu bangunan tsb pd
titik tujuan yg ingin dicapai. Tiga Teori utama,sejak dikenalkan kemudian makin berkembang pd
dasarnya cakupa ilmu estetikan ini berdasar pada tiga teori; yi:Teori Objektif; ditekankan bhw
segala sesuatu yg terindera pd dasar nya menyandang nilai, karena itu keindahan senantiasa ada
padanya. Tokohnya; Plato, Hegel dan Bernard Bosanquet Teori Subjektif; bhw sesuatu itu
dinyatakan indah karena dari yg indah itu ada karena adanya tanggapan perasaan/gugahan Teori
Perimbangan; bhw keindahan itu terdiri atas perimbangan serta susunan dari bagian/komponen
serta hubungannya dengan tokohnya: Wladyslaw Tatakiewicz
Estetika adalah arti dari suatu keindahan. Estetika sangat erat kaitannya dengan
berbagai hal yang mengandung keindahan atau sesuatu yang berbau seni.
Secara etimologis, istilah kata "estetika" berasal dari bahasa Latin yaitu
"aestheticus" atau bahasa Yunani "aestheticos", yang berarti merasa. Secara
etimologis estetika dianggap sebagai hal-hal yang bisa diserap oleh panca indera
manusia.
Dikutip dari buku Seni Budaya Jawa dan karawitan karya Arina Restian, dkk,
pengertian estetika adalah ilmu atau filsafat yang mempelajari segala sesuatu
tentang seni dan keindahan, serta bagaimana tanggapan manusia terhadapnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi estetika yaitu cabang
ilmu filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan, beserta tanggapan
manusia tentang hal tersebut. Sederhananya, KBBI juga mendefinisikan estetika
sebagai kepekaan terhadap seni dan keindahan.
Ada beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan dalam mengkaji nilai estetika
pada suatu objek. Unsur estetika adalah bentuk, tema, warna dan motif.
Estetika berfungsi untuk menilai sesuatu yang baik atau yang buruk suatu objek.
Estetika atau sebuah keindahan ini mempunyai banyak makna dan arti, karena
setiap orang mempunyai pengertian estetikanya yang berbeda-beda.
Pengertian Estetika
2. Agus Sachri
Estetika berarti filsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan
artistik yang sejalan dengan suatu zaman.
3. Jerome Stolnitz
Definisi estetika yaitu kajian filsafat tentang keindahan dan juga keburukan.
4. John Hosper
Estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan suatu
katya estetis.
5. Jakob Sumarjo
Estetika membahas hakikat keindahan alam dan karya seni. Sedangkan filsafat seni
mempersoalkan tentang karya seni atau benda seni dan artifak.
Teori Estetika
1. Teori Estetik Ekspresionis
Teori Estetika ekspresionis adalah teori yang menekankan kalau keindahan itu bisa
terjelma dari tujuan, ekspresi, atau maksudnya. Artinya, untuk mengartikan
keindahan itu tidak hanya dari bentuknya saja.
2. Teori Estetik Psikologis
Menurut teori estetik psikologis keindahan itu mempunyai 3 aspek, yaitu:
• Keindahan merupakan hasil dari emosi yang hanya bisa diperlihatkan melalui
prosedur atau metode psikoanalitik
• Karya seni mendapat suatu keindahannya dari respons
• Keindahan merupakan hasil dari rasa kepuasan si pengamat terhadap objek yang
dilihatnya.
3. Teori Estetik Formil
Teori estetika formil menyatakan kalau keindahan bangunan itu melibatkan
masalah bentuk dan warnanya. Keindahan dalam teori ini merupakan dari hasil
lebar dan tinggi (ukuran) dan warna.
4. Teori Emosionalisme
Seorang seniman teori emosionalisme ini akan berfokus pada ekspresi emosi.
Selain sukses mengomunikasikan sebuah emosi, yang lebih penting, karya itu
mengeluarkan reaksi emosional dari penontonnya.
Unsur - Unsur Estetika
1. Unsur Bentuk
Unsur estetika bentuk (shape) akan sangat berpengaruh dalam daya tarik suatu
objek. Umumnya, bentuk objek terdiri dari 2 jenis, yaitu 2 dimensi dan 3 dimensi.
Objek bentuk 2 dimensi tidak memiliki volume alias bentuknya datar. Contoh
objek 2 dimensi itu, lukisan, foto dan lain-lain. Sementara objek 3 dimensi
memiliki volume, ruang dan kedalaman.
2. Unsur Tema
Tema merupakan unsur estetika berupa ide atau gagasan yang ingin disampaikan
pembuat objek atau karya seni kepada orang lain. Biasanya, tema suatu karya akan
dipengaruhi oleh letak geografis, budaya hingga adat istiadat.
3. Unsur Warna
Warna sangat mempengaruhi keindahan suatu objek. Umumnya, warna dipilih
dengan disesuaikan oleh orang yang akan menggunakannya. Misalnya, selera
warna pakaian anak muda berbeda dengan selera orang tua.
4. Unsur Motif
Motif hias juga termasuk dalam unsur estetika. Motif hias yaitu gambar atau pola
yang menjadi hiasan pada suatu objek maupun produk. Tujuan penambahan motif
ini akan menambah nilai estetika pada objek tersebut.
Fungsi Estetika
• Mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan
• Menilai suatu hal yang dianggap baik atau buruk dalam kehidupan sehari-hari
• Mengekspresikan dan menghadirkan reaksi emosi.
Prinsip Estetika
Dikutip dari e-book "Arsitek dan Karyanya: F.Silaban" oleh Sri Astuti S. A.
Odang, adapun prinsip-prinsip estetika adalah sebagai berikut:
• Prinsip kesatuan
• Prinsip proporsi
• Prinsip skala
• Prinsip keseimbangan
• Prinsip irama
• Prinsip urutan
• Prinsip klimaks.
Manfaat Estetika
Mempelajari estetika juga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.Estetika
merupakan salah satu bidang pengetahuan yang dianggap penting untuk dipelajari.
Estetika penting dipelajari terutama bagi mereka yang berkecimpung di dunia seni,
baik sebagai praktisi atau seniman maupun penikmat atau kritikus. Beberapa
manfaat estetika antara lain:
• Memperdalam arti tentang rasa indah (pada umumnya) dan memperdalam
tentang kesenian (pada khususnya)
• Memperkuat kemampuan mengapresiasi atau menghargai
• Memperluas pengetahuan seni
• Menyempurnakan pengertian tentang unsur-unsur objektif
• Membangkitkan rasa keindahan
• Memperkuat rasa cinta terhadap seni
• Memperkuat rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa
• Membantu memperkuat perekonomian masyarakat yang bersangkutan
• Memperdalam pengertian wujud kesenian dengan tata kehidupan dalam
bermasyarakat
• Memantapkan kemampuan untuk menilai karya seni.
Nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan dan tidak perlu adanya
pertanggung jawaban atas penilaian estetika tersebut. Artinya, setiap individu bisa
memiliki nilai estetika yang berbeda-beda (tergantung dari pandangan dan
perasaan).
Contoh nilai estetika, misalnya seseorang mungkin saja akan sangat bahagia dan
senang, jika ia melihat suatu lukisan yang menurutnya sangatlah indah. Di sisi lain,
mungkin juga menurut orang lain lukisan itu tidaklah indah.
Kita bisa menemukan contoh nilai estetika dalam hal berikut ini:
• Apabila kita menonton pentas pertunjukan
• Melihat suatu pemandangan alam
• Merasakan makanan
• Hasil riasan atau makeup (kecantikan itu relatif)
• Melihat karya seni, contohnya lukisan, kerajinan dan lain-lain.
Estetikaykotemporer
Teori seni atau estetika pada abad ke-20 banyak melakukan tinjauan ulang te
rhadapmasalah lama dalam sejarah estetika. Filsafat seni kontemporer meny
uguhkan 5pendapat tentang seni yang akan diuraikan sebagai berikut :
Clive Bell : Teori Keindahan Modern
Menurut Bell, karya seni adalah sebuah objek yang memiliki bentuk signifik
an.Komponen teori Bell ada 3, yakni :
1.Emosi estetik adalah emosi spesifik, emosi yang hanya muncul dari karya
seniyang mengandung nilai emosi spesifik tersebut.
2.Bentuk significant, adalah nama sekumpulan hubungan tertentu dalam uns
ur-unsur sebuah karya seni. Atau karakter non-natural yang menyertai bentu
ktertentu pada saat tertentu.
3.EsensialismeSusanne K. Langler
Langer merumuskan seni sebagai penciptaan bentuk yang menyimbolkan pe
rasaanmanusia, teori tersebut adalah teori simbolisme ekspresif. Langer me
mbedakan antarasimbol seni
dan
simbol dalam seni.
Simbol seni adalah seni secara keseluruhan dankarya seni belum tentu meng
andung simbol. Semua karya seni adalah simbol senikarena memenuhi fungs
i tertentu, yakni mewujudkan, membentuk suatu perasaanmenjadi wujudLan
ger berkesimpulan bahwa seni sejati merupakanyybentuk ekspresif
dan bukansekedar simbol seni.Tentang fungsi seni, Langer menyatakan bah
wa semua karya seni merupakan sebuahilusi atau disebut juga
imaji virtual.
Collingwood : Teori Seni Ekspresionis Modern
Craft menurutnya adalah aktivitas yang mengubah material mentah dengank
etrampilan yang dapat dipelajari sehingga menjadi produk yang telah ditetap
kansebelumnya.Collingwood membedakan antara seni sejati ( proper art ) da
n seni hiburan ataugadungan.Dalam seni hiburan ia juga memasukkan seni
magis termasuk seni religious untukmencetuskan emosi. Ekspresi dalam seni
adalah adanya kendali dan kesadaranmengendalikan emosi. Ekspresi emosi
melibatkan pengetahuan eksplisit sipengekspresi mengenai emosi spesifik ya
ng diekspresikannya. Emosi spesifik inidasarnya adalah emosi umum.Menur
ut Collingwood, agar sesuatu menjadi karya seni, maka sesuatu itu haruseks
presif dan imajinatif.Menurutnya, karya seni yang jelek adalah ketika si seni
man mencobamengekspresikan emosi tertentu, namun gagal.
Morris Weitz: Konsep Terbuka
Konsep terbuka menurut Weitz adalah sebuah konsep yang tidak memiliki k
etentuanesensial bagi sesuatu untuk menjadi contoh konsep tersebut. Teori te
rsebutditurunkan dari konsep terbuka tentang permainan dalam filsafat Wittg
enstein. Tidakada karakter umum apapun dalam setiap permainan. Konsep it
u selalu terbukaberdasarkan situasi dan saatnya.
George Dickie: Seni sebagai Institusi Sosial
Karya seni dalam pengertian klasifikasi adalah sebuah karya dalam pengertia
n evaluasi.Jadi, sesuatu itu disebut mengandung atau tidak mengandung nilai
seni tergantungpada adanya suatu evaluasi nilai. Teori institusi seni menyada
ri bahwa dirinya harusselalu mempertimbangkan praktek dunia seni dan me
mpertimbangkan latar belakanginstitusionalnya. Karena, jika institusi melak
ukan pertimbangan secara sembaranganterhadap karya seni, maka kepercaya
an terhadap institusi tersebut akan hilang
Estetika Abad ke-20
Memasuki awal abad ke-20, estetika mencoba menggunakan pendekatan psi
kologi,pendekatan ilmu pengetahuan alam, dan pendekatan ilmu sosiologi u
ntukmendapatkan hakikat seni. Pertengahan abad ke-20 dalam kajian filsafat
seni munculsuatu teori kritik dan teori metakritik yang berdasarkan pemikira
n falsafi.
Edward Bullough
Bullogh mengemukakan perlunya 'jarak psikis' dalam sebuah seni, yang tuju
annyaadalah untuk melihat dan menilai karya seni secara objektif, demi terca
painyapenikmatan seni yang objektif. Adapun manfaatnya adalah dapat dite
mukannyakarakteristik yang ada pada objek estetik. Dari karakteristik terseb
ut dapat lebihmengarahkan perhatian, dengan demikian dapat diperoleh peng
alaman estetik.
Jerome Stolnitz
Stolnitz lebih fokus pada persoalan disinterested dengan istilah aesthetic awa
renessatau 'perhatian tak acuh' yaitu adanya perhatian tetapi sekaligus tidak h
adirnyakepentingan pribadi pengamat. Perhatian kepada karya seni harus ber
upa perhatianestetis, bukan perhatian non-estetis.
Virgil Aldrich
Aldrich mengemukakan beberapa perhatian penting pada karya seni;- Kesam
aan persepsi terhadap karya seni oleh penanggap seni- Hubungan antara kary
a seni dan penanggap seni- Ada/tidaknya karya seni yang menentukan sikap
penanggap seni
Subjek seni harus memiliki sikap estetik tertentu atau persepsi estetik tertent
usebelum adanya keyakinan terhadap nilai estetik tertentu dalam objek seni,
sehinggasikapnya itu akan membuktikan keyakinannya.Aldrich juga meneka
nkan, adalah salah apabila orang beranggapan hanya ada satucara persepsi tu
nggal dalam menanggapi karya seni. Disana ada dua cara persepsi:1. Perseps
i estetik2. Persepsi non-estetik
Benedetto Croce
Croce termasuk seorang filsuf seni dalam deretan filsafat idealisme. Bukuny
a yangterkenal adalah Aesthetic yang terbit pada tahun 1909.Menurut Croce,
wilayah estetika adalah wilayah pengetahuan intuitif, bukan wilayahpengeta
huan logis (ilmiah). Jadi oleh Croce, seni dimasukkan dalam kategori IlmuP
engetahuan.Pandangan Croce yang penting adalah bahwa Benda Seni bukanl
ah seni. Benda Senimenjadi seni dalam tanggapan subjek penanggapnya mas
ing-masing. Seni terletak didalam diri masing-masing subjek.
George Santayana
Sama seperti kaum idealis, Kant dan Hume. Santayana menekankan penting
nya faktorfisiologis dan psikologis dalam memahami estetika.Buku estetika
Santayana yang terkenal adalah Sense of Beauty, yang terbit pada tahun1896
akhir abad ke-19 , dan brrpengaruh hingga sekarang.
John Dewey
Dewey menolak jika materialism dan jiwa (roh) sebagai dua substansi yang
berbeda. Iaberpendapat bahwa seni adalah bagian dari kehidupan itu sendiri
karena dasarestetika adalah pengalaman sehari-hari yang nyata. Baginya, ya
ng terlebih dahuluadalah pengalaman estetik, baik pada seniman maupun pu
blik seni. Pengalamanartistik adalah pengalaman estetika yang diwujudkan d
alam sebuah karya seni
Estetika Positivisme dan Naturalisme
Sejak tahun 1850-an filsafat seni atau estetika berubah dari dasar metafisik i
dealisticke arah dasar metafisik positif dan evolusi. Estetika positivism dan n
aturalism akhirabad ke-19 amat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu penget
ahuan alam, fisika, dankimia.
Herbert Spencer (1850-an)
Ia membandingkan nilai kegunaan dengan nilai seni. Ia berpendapat, sesuatu
yangberguna menjadi sesuatu yang indah ketika sesuatu itu sudah tak memer
ankan fungsikegunaannya lagi. Persyaratan agar sesuatu itu dikatakan bernil
ai seni/keindahanadalah adanya simetri dan kesatuan, adanya sifat ekonomi
dalam gaya keindahan,adanya keagungan dan kekuasaan atau kekuatan, ada
nya efek moral yang baik padapenanggapnya.
Kaum Fisiologis
Pada masa ini terdapat perkembangan pemikiran seni yang menjurus kepada
efekbiologis pada manusia. Pelopor jenis ini adalah Glant Allen. Menurutny
a, secara
fisiologis, ‘kesenangan estetik’ pada manusia yang ditimbulkan oleh karya s
enimerupakan ‘kumpulan aktivitas subjektif dalam diri manusia
, yang tidak punyahubungan langsung dengan fungsi vitalnya, tetapi hanya
menyentuh terminal organpikiran sistem saraf otak manusia.
Hyppolyte Taine
Ia mempercayai bahwa terdapat hukum estetika. Baginya, seni itu imitasi ya
ngmengarah kepada penggambaran sifat karakteristik yang esesnsial dari obj
eknya. Intiseni adalah menghadirkan esensi sesuatu, tetapi ia menolak arti es
ensi segala sesuatusebagai hanya peristilahan teknis. Hanya ada dua cara unt
uk mencapai tingkat hiduptertinggi pada manusia, yakni lewat ilmu pengetah
uan dan lewat seni.Menurutnya, ada tiga tingkat nilai seni. Yang pertama ad
alah bobot karakter yangdimiliki karya seni, besar/sepelenya gagasan yang d
iajukan, tingkat afektifnya padapenanggap, dan bobot moralnya. Yang kedua
adalah keberhasilan untuk mencapaitingkat harmoni antara ide dan bentukny
a. Tingkat terakhir , Traine membuat solusidialektik dengan memberikan co
ntoh sejarh seni.
Gustaf Theodor Fechner
Menurutnya, ada 3 arti keindahan, antara lain :
1.
Dalam arti luas, bahwa seni adalah segala yang menyenangkan secara umum
.
2.yDalam arti lebih sempit, bahwa keindahan memberikan kesenangan yangl
ebih tinggi, tetapi masih tetap bersifat inderawi.
3.yDalam arti lebih sempit, keindahan sejati tidak hanya menyenangkan, teta
pi juga kesenangan yang sesungguhnya, yakni memiliki nilai-nilai dalamkes
enangan tersebut yang didalamnya terkait konsep keindahan dan konsepmor
al, kebaikan
Beberapa prinsip seni yang diajukannya ialah :
1.Seni selalu memilih ide berharga dan menarik untuk dipresentasikan.
2.Seni harus mengekspresikan gagasannya dalam bentuk material yang begit
urupa sehingga bentuk setara dengan isi.
3.Dari berbagai kemungkinan bentuk ekspresinya, harus dipilih bentuk seniy
ang paling memberikan kesenangan maksimal.
4.Semua unsur bentuknya secara rinci harus diperlakukan begitu rupa sehing
gam iniemberikan efek kesenangan maksimal.
5.Tujuan seni adalah memberikan pencapaian kesenangan tertinggi yangmen
gandung nilai-nilai tertinggi.
Ernst Grosse
Grosse menyimpulkan bahwa seni adalah suatu aktivitas yang hasil akhirnya
memilikinilai emosi dengan tujuan dirinya sendiri. Aktivitas estetik dan akti
vitas praktis bagimanusia selalu saling bertentangan. Grosse juga menyimpu
lkan bahwa di lingkunganmasyarakat primitive jarang ada karya seni yang b
ersifat praktis-pragmatis, seni hanyabersifat sosial dan individual dalam mas
yarakat yang telah beradab
Estetika Renaisans
Zaman Renaisans (kebangkitan kembali budaya GraecoRoman di Italia dan
Eropa
terjadi sekitar tahun 1500. Pokok zaman ini adalah pandangan ‘kembali ke b
umi’sebagai reaksi terhadap pandangan abad pertengahan yang menekankan
‘surgawi’
akibat besarnya pengaruh agamanya.Manusia Renaisans kritis terhadap segal
a hal, dan mempertanyakan kembali berbagaikebenaran yang terdahulu. Sem
angat renaisans ini muncul dengan terjadinyaperkenalan Italia terhadap wari
san budaya klasik mereka, Graeco-Roman, melaluiPerang Salib, dan pelaria
n orang-orang Yunani di Eropa.Seni keagamaan di zaman Abad Pertengahan
berganti menjadi seni profan dan sekulerdisebabkan oleh perubahan masyara
kat. Di Abad pertengahan, masyarakat terbagimenjadi tiga kelompok besar,
yakni penganut gereja, kaum bangsawan, dan petani.Dari Italia, Renaisans m
enyebar ke seluruh Eropa. Renaisans inilah yang menjadi awalzaman moder
n Eropa. Semangat inilah yang mendorong terjadinya berbagaipenjelajahan
Eropa ke semua penjuru dunia.Pada zaman Renaisans terdapat dua kelompo
k pandangan, yaitu yang berpijak padaPlato dan pada Aristoteles. Pada dasar
nya kaum Platonis menempatkan keindahan didalam sukma dan bersifat subj
ektif, sedangkan penganut Aristotelian menempatkanide keindahan dalam ku
alitas fisik benda seni atau menekankan pada keindahan jasmani dan bersifat
objektif.Tokoh yang menonjol dari kaum Plato adalah Ficino (1433-1499) y
ang berpendapatbahwa sifat karakteristik seni adalah kemampuannya melepa
skan diri dari hal-halkebendaan. Michelangelo menyatakan bahwa gerak dan
keindahan terletak padakecermatan observasi berdasarkan hitungan aritmatik
a tertentu. Sedangkan Maratomenegaskan adanya simbol dan makna dalam
warna.Tokoh utama kaum Aristotelian adalah Alberti (1409-1472), yang me
nyatakan bahwaseni adalah harmoni antara unsur-unsurnya, dan setiap perub
ahan dalam unsurterkecil dapat merusak seni tersebut. Diantara kaum Aristot
elian ini lahirlahpandangan hedonis (kenikmatan). Persoalan Aristotelian ya
ng sering diperdebatkanadalah masalah mimesis (imitasi, peniruan), seni dan
sejarah, masalah universal dankhusus dalam seni, masalah fungsi seni.
Estetika Pencerahan
Zaman pecerahan atau disebut juga zaman rasionalisme berlangsung mulai s
ekitartahun 1600 saat Eropa memasuki zaman Pencerah, dan berakhir 1750-
an. Disebutzaman pencerahan karena manusia Eropa pada zaman itu mulai
mengandalkansumber kebenaran pada peranan akal budi atau logika. Tokoh
utama pemikir
rasionalisme ialah Rene Descartes (1595-1650) yang amat kritis dalam meni
laikembalik keberadaan alam semesta ini secara logika murni.
Pemahamannya terhadapsegala sesuatu diringkas dalam semboyan terkenaln
ya , clara et distincta, clear anddistinc, atau jelas dan lugas.Beberapa ciri pe
mikiran kaum pencerah terhadap seni dapat dituturkan sebagaiberikut :
1.Keindahan dimasukkan ke dalam kategori sensoris dan intelektual dalam d
ayakemampuan manusia secara alami. Keindahan juga dinilai sebagai suatu
gejalayang empiris dan transcendental.
2.Para filsuf tertarik pada hubungan dunia objektif yang berupa karya buday
adengan kodrat alamiah manusia.
3.Selera menjadi dasar kritik objektif terhadap seni. Manusia menjadi focuss
ebagai hakim keindahan benda seni.
4.Mulai memudarnya teori keindahan secara spekulatif dan mulai muncul an
ekakonsep dan teori seni.
5.Tersebarnya ajaran tentang kemampuan dasar manusia yang kodrati ( facul
ty ).Dari ajaran tsb menyebutkan bahwa pada diri tiap manusia terdapat emp
attingkatan
faculty
, yakni kemampuan vegetative, kemampuan lokomotif,kemampuan rasional,
dan kemampuan sensoris atau penginderaan.Berikut ini merupakan berbagai
teori seni dari beberapa tokoh rasionalisme. Akandimulai dari kaum empiris
Inggris, baru kemudian para pemikir continental yangdiwakili oleh Jerman.
Earl of Shaftesbury (1671-1713)
Shaftesbury menilai gejala seni sebagai sesuatu yang bersifat transcendental.
‘Keindahan alamiah adalah bayan-bayang belaka dari keindaha asal’. Shafte
sbury menyatakan bahwa
interest
atau kepentingan pribadi (selera) dalam seni akan menjadiunsur perusak kei
ndahan murni. Hal tersebut dikarenakan kepentingan pribadi atauberbagai ke
inginan praktis dalam diri manusia tidak sejalan dengan apresiasi seni.Bagi p
ara filsuf seni ini, ada tiga tingkat keindahan dalam hidup ini, yakni keindah
antingkat jasmaniah, tingkat rohaniah (spiritual), dan tingkat ilahi.Apresiasi
seni atau
faculty of taste
itu mempunyai dua fungsi, yakni sebagai hakimmoral dan juga rasa keindah
an. Fungsi moral seni ini bersifat intelektual karenamenyangkut hal-hal yang
baik dan tidak baik. Sementara itu, selera keindahan bersifattranscendental,
karena asalnya dari yang di atas atau dari illahi. Faculty of taste iniharus dila
kukan secara ikhlas tanpa pamrih (disinterestedness).
Hutcheson (1694-1746)
Hutcheson mengajarkan bahwa dalam diri manusia terdapat kemampuan das
arinternal dan eksternal. Kemampuan dasar internal meliputi kemampuan m
oral,kemuliaan solidaritas, patriotic, dan keindahan. Kemampuan internal ini
bersifatmental yang akan memberikan tanggapan terhadap berbagai objek di
luar dirimanusia. Sementara itu, kemampuan eksternal manusia diwakili ole
h kelima inderadalam berhubungan dengan hal-hal di luar dirinya.
David Hume (1711-1776)
Sumbangan pemikirannya yang penting adalah bahwa pemahaman tentangke
mampuan perasaan seni pada manusia dilakukan dengan penelitian empiris t
entangaspek-aspek tertentu sifat manusia. Menurutnya, memang ada struktur
mental dalamdiri manusia yang sifatnya internal mengenai keindahan. Jadi, a
da karakteristiktertentu dalam diri subjek tentang keindahan yang konstitusio
nal dengan karakteristiktertentu dalam objek.
Alexander Gottlieb Baumgarten
Filsuf Jerman ini dianggap penting karena dari dialah berasal istilah ‘estetik
a’. Ia
mengatakan bahwa objek seni bersifat inderawi sehingga sifatnya intelektual
.Kebenaran objektif harus sesuai dengan kebenaran estetik. Kebenaran esteti
k terletakpada suatu kebenaran yang mungkin. Dalam menghadapi karya sen
i, kita tidal bisamenggunakan prinsip
clear and distinc
karena karya seni wujudnya amat jelas, tetapitak dapat diterangkan dengan ri
nci dan rasional. Ada kebenaran rasional dankebenaran estetik.
Immanuel Kant (1724-1804)
Menurut Kant, estetika merupakan pengertian yang sangat luas, yang tidak h
anyamengenai keindahan dan keagungan tetapi juga kesenangan secara umu
m yangberfokus pada karakteristik subjek daripada objeknya. Penilaian kein
dahan menurutKant bersifat stabil karena esensial dan universal.Kant memb
agi teori keindahan menjadi 4 bagian, antara lain :
1.Teori Disinterestedness
(teori tanpa pamrih dalam seni). Karya seni adalahkeindahan seni yang tida
k dikotori oleh kepentingan dan keinginan praktismanusia.
2.Teori Universalitas
, berhubungan dengan teori sebelumnya. Dalam teori inidapat dibedakan ant
ara objek keindahan dengan objek personal yang spesifik.Objek personal ya
ng spesifik bersifat universal, abadi, dan berlaku untuk segalatempat dan wa
ktu. Sedangkan eksistensi objek keindahan itu sendiri dapatdimanfaatkan me
nurut kepentingan ruang dan waktu manusia.
3.Teori Esensialitas.
Prinsip ini menegaskan bahwa jika manusia tersebut melihatsesuatu sebagai
indah, maka dia sedang membicarakan sesuatu yangmemberikan kesenangan
yang muncul dari kemampuan manusia umumnya.
4.Teori Bentuk Tujuan.
Keindahan yang mendatangkan rasa senang itu munculdari adanya hubunga
n bentuk stimulus keindahan.
Estetika Romantik
Masuk abad ke19 muncul kembali estetika romantic yang memicu gerakanm
enentang filsafat empiris.Kant-filsuf kaum romantic mengatakan :
Pengetahuan dunia empiris sebagai objek pengetahuan ilmiahPengetahuan n
oumenal sebagai wujud dari dunia inderawiempiris.Dalam dunia seni, filsafa
t romantic memiliki peran baru dalam kreativitas artistik yangmenghubungk
an dunia empiris dan dunia noumenal
Dunia seni romantik dipengaruhi oleh sifat seni Dionysian yang bertumpu pa
daintensitas dan spiritualis, bertolak belakang dengan seni Appolonian yang
menekankanketenangan dan ketertiban.Alexander Smith pada tahun 1835 m
enulis : Prosa adalah bahasa intelektual,sedangkan puisiadalah bahasa emosi.
Leo Tolstoi menyatakan bahwa karya seni merupakan ekspresi perasaan, seh
inggaorang mampu merasakan ungkapan emosi dalam seni.Estetika Romanti
ka berusaha mencapai beberapa tujuan, diantaranya :
1.
Menempatkan pesan seni dalam kedudukan sentral dalam kebudayaan barat.
2.Menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari berdasarkan pengalaman,p
engaruhnya atas kehidupan manusia.
3.Menunjukkan bahwa seni lebih berperan dalam menggerakkan manusiadar
ipada seni imitasi atau representasi.
Friedrich Schiller
Schiler menjelaskan hubungan perasaan dan pikiran dalam seni :
Keindahan adalah objek, karena renungan terhadapnya adalah kondisi yangd
apat kita rasakan.
Keindahan sebagai subjek, karena perasaan adalah kondisi yangmemungkin
kan kita memperoleh persepsi darinya.Schiller juga mengatakan bahwa seni
berhubungan dengan naluri bermain yangmenjadi dasar estetika. Tetapi, nalu
ri bermain baru akan berubah menjadi estetika jikamanusia mulai memisahk
an dirinya dengan alam dan merenungkan alam itu bagidirinya. Seniman har
us menaklukan alam demi bentuk, melalui kemampuanintelektual dan morali
tasnya, tetapi bukan demi intelektual atau moralitas itu sendiri,semuanya de
mi bentuk yang hidup dan indah.
Friedrich Schleiermacher (1819-1833)
Schleiermacher meletakkan seni dan estetika dalam disiplin filsafat etik, sed
angkan dilain pihak ada disiplin filsafat dialektik (ontology) dan fisik. Ia me
ngatakan bahwa “senisejati merupakan imaji internal”. Seni adalah kegiatan
imanen yang bersifat internal,bukan kegiatan praktis; kegiatan individual, bu
kan kegiatan logik. Dalam seni, faktamuncul seperti dalam mimpi; hanya akt
ivitas internal manusia yang dapat mengubahfakta mimpi menjadi seni deng
an memberikan susunan, struktur, dan bentuk.
Wolfgang von Goethe
Goethe menitikberatkan pada seni karakteristik dan kesempurnaan keagunga
n seni.Karakter adalah substansi seni. Karakter melukiskan karya seni sebag
ai kerangka jiwaseorang seniman. Karya seni merupakan cerminan dari potr
et jiwanya. Karya seniadalah perwujudan jiwa seniman.
Konsep ‘seni unggul’ (excellent art) memiliki tiga elemen :
1.Kebenaran sen
i2.Keindahan
3.KeselesaianSeni unggul adalah kombinasi antara sifat permainan dan keser
iusan yangmenghasilkan nilai-nilai kualitas general
Jadi, estetika menurut arti etimologis, adalah teori tentang ilmu
penginderaan. Pencerapan panca indra sebagai titik tolak dari pembahasan
Estetika didasarkan pada asumsi bahwa timbulnya rasa keindahan itu pada
awalnya melalui rangsangan panca indra. Istilah estetika sebagai "ilmu
tentang seni dan keindahan" pertama kali diperkenalkan oleh Alexander
Gottlieb Baumgarten, seorang filsuf Jerman yang hidup pada tahun
dengan penglihatan, yakni berupa kiendahan bentuk dan warna (The Linag
Gie,
1996:17-18).
2.
Definisi
a. Definisi umum:
b. Luis O. Kattoff:
Cabang filsafat yang berhubungan dengan keindahan atau hal yang indah,
khusunya dalam seni serta citarasa dan ukuran-ukuran nilai baku dalam
menilai seni.
William Halverson
Cabang filsafat (axciology)yang bertalian dengan sifat dasa dari nilai-nilai
non-moral khususnya keindahan dan nilai-nilai lainya apapun yang
mempunyai sangkutan istimewa dengan seni.
pancaroba.
3. seni (art)
4. seniman Hal ini dipelajari secara historis, ilmiah, teoritis, informatif dan
filosofis.
Secara historis artinya estetika dipelajari dari segi sejarahnya dan diharapkan
dapat memberikan informasi dan manfaat bagi keidupan manusia.Secara
ilmiah artinya estetika dipelajari diuji dan dikaji seperti halnya ilmu
pengetahuan. Secara teoritis artinya dengan menggunakan teori-teori atau
dalil-dalil serta pendapat-pendapat dari para filsuf atau ilmuwan di dalam
pembahasan estetika secara empiris dan ilmiah. Pendekatan studi secara
informatif yaitu dengan mendapatkan masukan atau informasi mengenai
sesuatu hal baik lewat media massa, ilmu pengetahuan, empiri maupun
pendapat masyarakat. Pendekatan studi filosofis diharapkan mampu mencari
dan menemukan esensi atau substansi dari keindahan itu.
Mengenai nilai, ada pendapat yang membedakan antara nilai subjektif dan
nilai objektif.Pembedaan lainnya ialah antara nilai perseorangan dan nilai
kemasyarakat. Dilihat dari segi ragamnya nilai dibedakan menjadi nilai
intrinsik, nilai instrumental, nilai inheren dan nilai kontributif.
Nilai estetis sebagai salah satu jenis nilai manusiawi (nilai religius,etis dan
intelektual) menurut The Liang Gie, tersusun dari sejumlah nilai yang dalam
estetika dikenal
2.Periode Skolastik
3.Periode Renaisance
4.Periode Aufklarung
5.Periode Idealis
6.Periode Romantik
7.Periode Positifistik
8.Periode Kontemporer
Dalam periode ini para folosof yang membahas estetika diantaranya adalah
Socrates, Plato dan Aristoteles. Dari ketiga filosof ini dapat dikatakan bahwa
Socrates sebagai perintis, Plato yang meletakkan dasar-dasar estetika dan
Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran Plato.
Dalam periode ini ada beberapa ciri mengenai pandangan estetikanya, yaitu:
1. Bersifat metafisik
keindahan Tuhan.
3. Bersifat fungsional
Socrates: 468-399SM
estetika, sebelum ilmu itu diberi nama. Dia adalah anak dari seorang
pemahat yang
Menurut Socrates, keindahan yang sejati itu ada di dalam jiwa (roch). Raga
hanya merupakan pembungkus keindahan. Keindahan bukan merupakan
sifat tertentu dari suatu benda, tetapi sesuatu yang ada dibalik bendanya itu
yang bersifat kejiwaan.
Plato: 427-347SM.
Fase pertama, orang akan tertarik pada suatu benda/tubuh yang indah. Disini
manusia akan sadar bahwa kesenangan pada bentuk keindahan keragaan
(indrawi) tidak dapat memberikan kepuasan pada jiwa kita. Setelah kita
sadar bahwa keindahan dalam benda/tubuh itu hanya pembungkus yang
bersifat lahiriah, maka kita tidak lagi terpengaruh oleh hal-hal yang lahiriah,
Manusia akan meningkatkan perhatiannya pada tingkah laku hal yang
dicintai, yaitu pada norma-norma kesusilaan (noma moral)
secara konkrit. Hal ini terlihat dalam tingkah laku dari orang/hal-hal yang
kita cintai. Dalam fase kedua, maka kecintaan terhadap norma moral secara
konkrit ini berkembang menjadi kecintaan akan norma moral secara absolut
yang berupa ajaran-
Seni yang baik menurut Plato adalah seni musik. Musik mempunyai peranan
yang penting dalam negara yaitu dapat mempengaruhi dalam bidang moral
dan politik. Di bidang moral, musik dapat memperhalus perasaan manusia
(musik yang sentimentil) dan dapat juga sebaliknya.
Seniman
Sastrawan
Penyair
Syair-syair yang indah itu bukan karya manusia, tetapi adalah syair surgawi
dan ciptaan Tuhan. Parapenyair tersebut hanyalah merupakan penafsir
Tuhan.Lewat teori "partisipasi"maka seorang penyair yang rendah
martabatnya dapat membawakan nyanyian-nyanyian yang terindah.Para
penyair memiliki "kekuatan misterius"yang bersifat Illahiah. Seniman tidak
lagi mengimitasi tetapi sebaliknya ia memperoleh inspirasi yang karenanya
merupakan bagian dari Illahi(Abdul Kadir, 1976:7).