Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi peserta didik diharapkan
dapat memahami konsep estetika dan
mengkomunikasikan konsep estetika dengan rasa rasa
ingin tahu, tanggung jawab, displin selama proses
pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri dan pantang
menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis)
dan proaktif (kreatif), serta mampu berkomukasi dan
bekerjasama dengan baik.
Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan
kata yang bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa, yang artinya “berkenaan dengan persepsi”.
Bentuk kata bendanya adalah aisthesis, yang artinya persepsi indrawi (mencakup penglihatan, pendengaran,
dan perasaan). Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana
pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-
unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut
hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang
dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari
isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Bisa diibaratkan dengan membandingkan dua orang wanita, wanita yang cantik adalah kecantikan yang hanya
terpancar dari fisik wanita tersebut dan enak dipandang oleh mata. Akan tetapi wanita yang indah bisa
digambarkan dengan seorang wanita yang memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik
wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang cantik tidak
semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang indah (menurut
kattsoff, 1986:381) adalah bukan hanya wanita yang enak dipandang tetapi lebih dari itu wanita yang indah
memiliki banyak hal yang dapat dinikmati dengan perasaan meyenangkan hati.
Dari banyaknya pemahaman yang berbeda-beda dari semua kalangan tentang apa terjemahan dari hal yang
dinamakan estetika, muncullah para ahli dengan kesimpulanya sendiri dalam menanggapi apa itu pengertian
dari estetika, dan berikut ini adalah pengertian dari estetika menurut para ahli dengan dilengkapi penjelasannya.
Penjelasan:
Dari definisi yang dikemukakan oleh Bruce Allsopp (1977) dalam mengartikan tentang kata estetika
adalah sebuah ilmu pengetahuan, Alshopp juga menjelaskan bahwa estetika merupakan suatu kegiatan
edukasi atau pembelajaran mengenai proses dan aturan tentang penciptaan sebuah karya yang
nantinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi yang melihat dan merasakanya.
Penjelasan:
Plato yang merupakan ilmuan terkenal dunia menyatakan bahwa suatu keindahan adalah cerminan dari
watak seseorang, yang kemudian diibaratkan bahwa ketika seseorang memilki watak yang indah maka
akan secara langsung keseluruhan dari diri seorang tersebut mencerminkan semua hukum keindahan.
Teori tersebut seakan mejelaskan bahwa sesuatu yang awalnya indah akan selalu menjadi indah untuk
selamanya.
4. Pengertian estetika menurut Katstsoff
Kattsoff mendefinisikan baahwa esetetika adalah menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini
dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata
mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung
didalamnya.
Penjelasanya:
Dari definisi yang telah dijabarkan oleh Kattsoff tentang estetika maka bisa diibaratkan dengan
membandingkan dua orang wanita, wanita yang cantik adalah kecantikan yang hanya terpancar dari
fisik wanita tersebut dan enak dipandang oleh mata. Akan tetapi wanita yang indah bisa digambarkan
dengan seorang wanita yang memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik
wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang
cantik tidak semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang
indah (menurut kattsoff, 1986:381).
Penjelasan:
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Immanuel Kantt dapat dijabarkan bahwa estetika dapat
digambarkan misalnya ketika menilai suatu objek sebagai hal yang indah, tetapi tersusun dengan aturan
aturan yang tidak terlukiskanatau tidak membawa imajinasi dan pengertian menuju suatu hal yang
memiliki hubungan yang harmonis. Disini tidak terdapat konsep pasti yang membuat keterpautan ini
bisa diketahui.
Penjelasan:
Pendapat diatas menjelasakan jika estetika merupakan pengetahuan yang membehas tentang
keindahan segala macam hal mulai dari seni sampai dengan keindahan alam. Filsafat seni hanya
mempersoalkan atau membahas mengenai karya yang dianggap sebagai seni saja.
Penjelasan:
Melalui pengertian yang telah dikemukakan oleh K. Kupers estetika merupakan segala hal yang
meyangkut keindahan yang ada pada penglihatan seseorang. Pandangan itu sendiri dapat dianggap
sebagai sesuatu yang bersifat relatif dan tidak bisa dipastikan sama. Tetapi didalamnya, terdapat dua
nilai penting yang perlu diketahui, yaitu:
• Nilai Instrinsik, yaitu nilai yang terkandung dari dalam suatu keindahan. Nilai instrinsik ini
biasanya dapat dirasakan dan dimengerti dari dalam hati oleh penikmat atau penerimanya.
Sedangkan nilai ekstrinsik dapat dilihat secara langsung dan kasat mata. Misalnya pada
pementasan tari, tampak gerakan lembut yang ditujukan oleh sang penari, hal itulah yang
dinamakan nilai ekstrinsik.
• Nilai Ekstrinsik, yaitu merupakan unsur atau nilai yang terlihat dari luar. Nilai ekstrinsik bisa
diibaratkan dengan penghayatan gerak dalam pertunjukan tari.
Penjelasan:
Dalam penjelasanya estetika adalah filsafat seni yang berisi segala macam pemikiran dan pembahasan
mendalam (filosofis) tentang seni dan keindahan.
Beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa yang dinamakan
estetika atau yang biasa disebut dengan ruang lingkup bahasan estetika adalah meliputi dua pokok bahasan
utama, yaitu segala persoalan yang berkaitan dengan NILAI KEINDAHAN atau yang biasa orang orang sebut
estetis dan persoalan yang berkaitan dengan seni. Kadangkala pembahasan kedua persoalan itu saling terkait
dan sulit dipisahkan. Ada beberapa persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup bahasan tersebut di
antaranya adalah:
1. Persoalan Nilai Estetis (esthetic value). persoalan nilai estetis ini biasanya menyangkut antara lain: apakah
yang dinamakan keindahan itu; apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif; apakah yang menjadi ukuran
baku keindahan, bagaimanakah peranan keindahan dalam kehidupan manusia; dan bagaimanakah hubungan
keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
2. Persoalan Pengalaman Estetis (esthetic eksperience) menyangkut beberapa hal yang antara lain: apakah
yang disebut pengalaman estetis; bagaimanakah sifat dasar atau ciri-ciri suatu pengalaman estetis; apakah yang
menyebabkan orang menghargai sesuatu yang indah; apakah yang merupakan rintangan dari pengalaman
estetis; dan objek apakah yang dapat menjadi sasaran pengalaman estetis?
Persoalan Perilaku Seniman menyangkut antara lain: apa dan siapakah seniman itu; bedakah seorang seniman
dengan perajin; apakah yang mendorong seseorang menciptakan suatu karya seni; bagaimanakah proses
penciptaan itu berlangsung dalam diri seseorang; dan bagaimanakah hubungan kepribadian seniman dengan
karya seni ciptaannya? Persoalan Seni menyangkut antara lain: apakah seni itu; bagaimanakah penggolongan
seni yang tepat; apakah sifat dasar dan nilai-nilai dari karya seni; manakah yang lebih penting antara bentuk dan
isi dari karya seni; dan bagaimanakah hubungan seni dengan agama, filsafat, dan ilmu?.
Unsur-unsur Estetika
Semua benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar,yakni:
• Wujud atau rupa (ing: apperance)
• Bobot atau isi (ing: content, subtance)
• Penampilan, penyajian (ing: presentation)
1. WUJUD
Untuk menghindari salah faham, perlu diuraikan dari permulaan bahwa istilah wujud mempunyai
arti yang lebih luas dari pada rupa yang lazim dipakai dalam kata seni rupa atau kalimat batu itu
mempunyai rupa seperti burung. Dalam kedua kalimat di atas, kata rupa dimaksudkan tentang sesuatu
bagaimana nampaknya dengan mata kita (itulah mengapa seni rupa dalam Bahasa Inggris disebut visual
arts). Dalam kesenian banyak hal lain yang tidak nampak dengan mata seperti misalnya suara gamelan,
nyanyian, yang tidak mempunyai rupa, tetapi jelas mempunyai wujud. Baik wujud yang Nampak dengan
mata (visual) maupun wujud yang nampak melalui telinga (akustis) bisa diteliti dengan analisa,
dibahas tentang komponen-konponen yangmenyusunnya, serta dari segi susunannya itu sendiri.
Dengan itu kita sampai pada pembagian mendasar atas pengertian(konsep) wujud itu, yakni
bahwa semua wujud terdiri dari:
• bentuk (form) atau unsur yang mendasar
• susunan, struktur (structure)
2. BOBOT
Isi atau bobot dari benda atau peristiwa kesenian meliputi bukan hanya yang dilihat semata-mata tetapi
juga apa yang dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian
mempunyai tiga aspek:
• suasana (mood)
• gagasan (idea)
• ibarat, pesan (message)
3. PENAMPILAN
Dengan penampilan dimaksudkan cara bagaimana kesenian itu disajikan,disuguhkan kepada
yang menikmatinya, sang pengamat. Untuk penampilan kesenian tiga unsur yang berperan:
• bakat (talent)
• keterampilan (skill)
• sarana atau media (medium atau vehicle).
Tujuan dan Manfaat Estetika
Tujuan estetika adalah penggalian makna keindahan dalam seni yang selalu berkembang.
Berikut ini manfaat atau fungsi estetika bagi manusia, diantaranya yaitu:
• Menambah pengetahuan manusia mengenai nilai-nilai kesenian dan keindahan.
• Menambah pengetahuan manusia tentang unsur-unsur seni dan keindahan dan juga berbagai faktor
yang mempengaruhinya.
• Menambah pengetahuan manusia tentang unsur-unsur subjektif yang mempengaruhi kemampuan
manusia dalam menikmati seni dan keindahan.
• Meningkatkan rasa kecintaan dan apresiasi manusia terhadap alam, seni, dan budaya bangsanya.
• Menambah kemampuan manusia dalam menilai suatu karya seni sehingga akan mengembangkan
budaya apresiasi seni.
• Meningkatkan kewaspadaan pada pengaruh buruk yang bisa merusak seni dan budaya lokal.
• Memperkokoh keyakinan manusia pada moralitas, keprimanusiaan, kesusilaan dan juga Ketuhanan.
• Meningkatkan kemampuan manusia untuk berpikir secara sistematis, serta menambah wawasan
sebagai bekal untuk kehidupan spiritual dan psikologi sehingga bisa memecahkan masalah dengan
lebih baik.