Anda di halaman 1dari 172

GAYA DESAIN

Tinjauan Sejarah

Wagiono Sunarto
GAYA DESAIN
Tinjauan Sejarah
Wagiono Sunarto

Copyright © Wagiono Sunarto 2013


Editor: Sonya Sondakh
Desain sampul dan tata letak: Indah Tjahjawulan

Copyright © Wagiono Sunarto 2013


Editor: Sonya Sondakh
Desain sampul dan tata letak: Indah Tjahjawulan

Diterbitkan oleh
Pascasarjana IKJ
Jl. Cikini Raya 73 Jakarta Pusat 10330
(+62 21) 315 9687
master_ikj@yahoo.com

Cetakan ke satu
2013

ISBN 978-602-99174-6-8
GAYA DESAIN
Tinjauan Sejarah

Wagiono Sunarto
Daftar isi
Pengantar | Dr. Iwan Gunawan vi

1 1
Desain dan Lingkungan

2 27
Gaya Desain Grafis

3 33
Gaya Desain Pra-Modern

4 55
Gaya Desain Modern Awal

5 75
Gaya Desain Modern

6 93
Gaya Desain Modern Akhir

7 127
Gaya Desain Pasca-Modern

8 149
Tinjauan Sejarah Gaya Desain Indonesia

Penutup 157

Daftar Pustaka x
Menelusuri Kembali
Jejak Gaya Desain
Dr. Iwan Gunawan

Pengantar
Istilah “desain” dikenal di Indonesia jauh sesudah
kemunculannya di negara-negara Barat. Di samping itu,
pengertian dan konsep-konsep desain yang berkembang
di Barat juga diterima masyarakat Indonesia lebih lambat
beberapa tahun. Desain bergaya, Art Deco misalnya, yang
sejak tahun 1920-an mulai populer di Eropa, baru mulai
menjadi terlihat secara signifikan di kota-kota di Indonesia
pada tahun 1940-an. Namun, dalam perkembangannya,
kesenjangan waktu ini semakin menjadi pendek berkat
semakin cepatnya penyebaran informasi melalui media. Saat
ini gaya desain yang kita lihat dalam masyarakat Indonesia tak
jauh berbeda dengan gaya desain yang dianut orang di negara-
negara lain. Kebutuhan untuk mengonsumsi “gaya” ini terasan
semakin besar. Gaya desain di negara Barat sedikit banyaknya
memang menunjukkan keterkaitan antara perkembangan
kebudayaan Barat – teknologi, peradaban, dan kebudayaan

vi
Barat dengan bentuk serta rupa desainnya. Dengan pemikiran
itu, logis bila gaya desain menjadi alasan suatu produk dibeli
oleh konsumen. Di sisi lain, gaya desain dimanfaatkan agar
konsumen mau membeli produknya. Dengan pemikiran itu
juga, umumnya di Indonesia, gaya desain yang diserap menjadi
sebatas kulit, hanya menjadi alat agar kebutuhan-kebutuhan
di atas terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena memang
perkembangan sosial dan budaya di negara Barat berbeda
dengan di Indonesia. Dipercaya bahwa gaya desain menjadi
tanda keikutsertaan kita pada arus utama yang paling baru.
Dengan kita “sama” dalam gaya dengan negara-negara Barat,
maka seakan-akan kita sama majunya dengan masyarakat
Barat – “kulit luar menerangkan isi”.

Buku ini membicarakan bagaimana kulit terbentuk dari “isi”,


suatu pergolakan pemikiran yang memiliki dasar yang kuat dari
suatu kelompok seniman atau perancang yang menanggapi
permasalahan tertentu sehingga antara gaya dan pemikiran
tersebut ada pertautan. Gaya desain juga bisa dibentuk dari
situasi ekonomi, kemajuan teknologi dan industri. Gaya desain
bisa menanggapi tekanan politik di suatu wilayah negara.
Gaya desain bisa timbul akibat kritik terhadap gaya yang
muncul sebelumnya. Gaya desain bisa mendasarkan pada
fungsi perlindungan terhadap iklim dan cuaca suatu kawasan.

vii
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Arsitektur merupakan salah satu titik tolak penting dalam
pembicaraan, karena aspek dominannya terhadap lansekap
kota. Gaya yang disampaikan suatu bangunan berpengaruh
pada apresiasi masyarakat sekitarnya. Desain interior dan
produk kemudian mengisi ruang visual masyarakat dengan tata
ruang dan produk-produk yang digunakan masyarakat sehari-
hari. Dalam periode tertentu ada keterkaitan yang sangat
kuat antara arsitektur dan produk, sehingga ada kesesuaian
dalam rupa. Belum lagi bila kita membahas pakaian pada masa
tertentu. Kesemuanya memberikan kenyamanan pada mata
karena konsep rupa yang sesuai, terlihat harmonis. Rancangan
grafis, dalam proses penciptaannya menggunakan prinsip-
prinsip komunikasi visual. Perancang grafis mengemas pesan-
pesan ke dalam ekspresi pada produk-produk media massa,
kemasan, iklan, dan sistem identitas, dengan gaya yang sesuai
zamannya, yang diterima oleh masyarakat pada umumnya.

Industrialisasi dan penggunaan mesin-mesin berakibat


pada tuntutan memroduksi barang secara massal. Jumlah
produksi dan penyebaran produk yang luas membutuhkan
proses promosi yang biasanya dibebankan pada bidang
desain grafis. Alasan tersebut, kemajuan konsep periklanan,
teknologi percetakan, kemasan, dan konsep komunikasi visual
mendorong Desain Grafis tumbuh menjadi industri tersendiri.

viii
Uraian dalam buku ini diungkap dalam pendekatan sejarah
yang kronologis, dan bertolak pada pikiran-pikiran dominan
yang membentuk gaya desain, khususnya Desain Grafis.
Desain Grafis saat ini di Indonesia tumbuh semakin pesat.
Profesi ini berkembang dari berbagai arah; sekolah-sekolah
dan praktisi di bidang Desain Grafis, Desain Komunikasi
Visual, Komunikasi, Seni, Periklanan, Grafika, dan Teknologi
Informasi. Desain Grafis bisa dikatakan paling mudah untuk
mengaplikasikan gaya ke dalam produk-produknya. Alasan
suatu gaya terbentuk muncul dari berbagai faktor yang tidak
semata permasalahan estetika. Mungkin penting juga bagi
orang Indonesia memahami bagaimana “kulit” itu terbentuk
akibat “isi”, sehingga kalau pun “kulit” itu akan diadopsi ke
dalam rancangan konsep desain grafis kita, pendekatan yang
digunakan tetap merupakan sesuatu yang tumbuh secara
alami dari permasalahan yang harus diselesaikan pada setiap
desain.

ix
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
x
Desain
dan
1
Lingkungan

M anusia membangun lingkungan hidup buatan untuk


memenuhi berbagai kebutuhannya. Pada tingkat yang paling
sederhana, manusia perlu tempat untuk berkumpul dan
melindungi diri dari cuaca, alam, mahluk lain, dan bahkan dari
sesama manusia lain . Pada awalnya, manusaia purba yang
hidup berpindah-pindah (nomad), memanfaatkan gua dan
ceruk sebagai tempat berlindung. Mereka juga memanfaatkan
api untuk menghangatkan diri, masak, dan mengusir hewan
dan serangga. Kemudian, manusia mulai berpikir untuk
memakai pelindung atau shelter sebagai tempat berteduh
darurat yang bisa ditinggal ketika harus berpindah.

1
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 1
Manusia pra-
sejarah (Janson,
H.W:1986)

gbr.2
Shelter manusia
pra- sejarah (Janson,
H.W:1986)

Selanjutnya, pada waktu harus menetap sementara disuatu


lokasi, terjadi kemajuan berpikir dalam membuat tempat
bermukim, yaitu semacam rumah semi-permanen dari bahan
yang ada disekitarnya. Bahan dan teknik konstruksinya sangat
bervariasi di berbagai wilayah.

2
gbr. 3
Teknik sederhana
membangun rumah
manusia pra- sejarah
(Janson, H.W:1986)

Dari contoh sederhana ini kita dapat melihat faktor dasar


yang mengakibatkan terjadinya bentuk tertentu yaitu : (a)
kebutuhan atau fungsi bangunan, (b) bahan bangunan, (c)
teknik membangun, dan (d) kondisi alam. Dengan teknik
membangun yang berbeda, potongan kayu dan ranting
dapat dijalin menjadi berbentuk kubah, atau diikat berbentuk
kerucut, rangka ini kemudian ditutupi ‘daun’ rumput atau kulit.
Pada daerah lain banyak teknik membangun yang berbeda
dari bahan berbeda.

Teknik membangun sederhana dengan potongan cabang dan


ranting masih dilakukan sampai sekarang, oleh bangsa-bangsa
penggembara. Petani berpindah di Yunani ini membangun
rumah berbentuk kubah lancip (pointed domme) dari bahan
ranting dan cabang kayu. Teknik membangun merupakan salah
satu ciri budaya fisik masyarakat tradisional yang kemudian
berkembang menjadi seni membangun, atau seni arsitektur.

3
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr.4
Teknik sederhana
membangun rumah
(Janson, H.W:1986)

Bangunan, selain suatu bentuk fungsional, juga


mengekspresikan suatu aspirasi , baik individual, komunal.
Selain fungsi fisik, bangunan sering berfungsi ‘simbolik’.
Pada bangunan tradisional, ekspresi komunal tampak lebih
menonjol, telah mulai terlihat nyata adanya suatu keputusan-
keputusan individual, yang akan menjadi dasar perwujudannya.
Keputusan dan pemilihan bentuk, sekala, ukuran, tata rupa,
tata letak dan material adalah esensi dari ‘Design-Decission’
– dan awal dari proses desain. Dalam proses ini, selain
pertimbangan teknis – pragmatik serta pertimbangan estetik
– simbolik juga ikut menentukan bentuk akhir bangunan.

4
Masyarakat petani yang telah menetap, membangun
permukiman yang lebih kokoh dan besar karena meningkatnya
kegiatan dan jumlah anggota keluarga yang ditampung.
Mereka harus hidup berkelompok dalam jumlah lebih besar
karena hal yang harus dikerjakan menjadi lebih banyak. Untuk
melindungi kelompoknya, mereka membangun rumah dan
pagar pengaman dengan balok kayu yang lebih besar.
gbr.5
rumah masyarakat yang
telah menetap ((Janson,
H.W:1986)

Bahan yang dipakai untuk permukiman bersama ini sangat


beragam, tergantung kondisi alam pada berbagai tempat.
Pada perkembangan lanjut, manusia memproduksi batu bata
untuk dinding dan genteng atap. Penggunaan bata umum
dilakukan di tempat yang panas dan banyak air, misalnya di
daerah Sumeria dan di lembah sungai Indus.

gbr. 6
rumah masyarakat yang
telah menetap (Janson,
H.W:1986)

5
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Pada masyarakat tertentu, kebutuhan untuk berkumpul dan
mengelompok terjadi karena mereka harus mempertahankan
diri dari berbagai bahaya. Komunitas tradisional membangun
pola permukimam yang sesuai dengan keadaan dan
perkembangan budaya. Kelompok masyarakat yang
besar sebesar ini cenderung menetap permanen dan
mengembangkan tata-aturan komunitas yang harus dipatuhi
semua warga.

gbr.7
Pola pemukinam suku-
suku di Afrika

Seni membangun rumah dan daerah permukiman berkembang


menjadi tradisi yang dipertahankan. Rumah-rumah asli
penduduk dibuat dari bahan yang ada di sekitarnya dan diatur
supaya sesuai dengan iklim dan cuaca setempat. Di tempat
panas, dipakai bahan yang punya daya insulasi, dan dibuat
sistem ventilasi untuk mengurangi panas. Di daerah yang
dingin, lembab dan banyak hujan, dibuat rumah yang kokoh
dan hangat, dengan lantai dinding dan atap yang tahan air.

6
gbr. 8
rumah di daerah panas
(Janson, H.W:1986)

gbr. 9
rumah di daerah dingin
(sumber

Bangunan-bangunan tradisional dikembangkan turun-


temurun sehingga tak banyak terdapat ungkapan pribadi
atau personal statement yang berbeda dengan kebiasaan.
Konstruksi dalam bangunan permukiman dibuat dalam skala
dan ukuran yang ‘manusiawi’. Dibangun bersama-sama

7
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
biasanya dalam suatu sistem komunal yang berlaku, sesuai
adat dan tradisi sosial yang berlaku.

gbr.10
Rumah adat
MInangkabau di
Sumatera Barat (dok.
pribadi)

gbr.11
Jembatan bambu di
daerah Jawa Barat (dok.
pribadi)

Bangunan monumental dibuat dalam ukuran dan sekala yang


spektakuler sehingga membuat manusia terasa kecil. Dari
ukuran terasa bahwa bangunan tersebut tidak dibuat untuk
kegiatan biasa. Bangunan-bangunan monumental lebih
berfungsi sebagai simbol yang menyiratkan makna-makna
tertentu bagi komunitasnya. Pyramid di Giza ini dibuat 2000
SM, untuk mengubur Raja Khefren. Tingginya sekitar 150 meter.

8
Di padang pasir bentuk ini menonjol seperti gunung buatan.
Bentuk sebesar ini, dibangun bukan untuk masyarakat biasa
dan tidak untuk orang yang masih hidup. Karena itu kompleks
Piramid Giza juga disebut Necropolis, atau kota untuk jenazah.
Dasar piramid berbentuk bujur sangkar sempurna, mengacu
pada empat arah mata angin. Piramid adalah bentuk geometrik
murni yang logis untuk membangun suatu bangunan yang tinggi,
dengan teknik menumpuk batu. Keajaiban teknologinya karena
ukuran bangunan yang luar biasa, dan beratnya batu yang harus
dipindahkan dari tempat yang jauh serta teknik pembuatan
batu dan penyusunan batu supaya mencapai bentuk sempurna.
Fungsi bangunannnya adalah makna simbolik, sebagai lambang
keabadian. Karena itu digunakan batu yang tahan terhadap
cuaca dan zaman. Pada awalnya piramid berbentuk makam
atau ‘mastaba’ yang kemudian berkembang menjadi piramid
berundak. Di dalam piramid dibuat ruang penyimpanan mumi
dan harta raja, yang disembunyikan diantara lorong-lorong
untuk menyesatkan pencuri.

gbr. 12
Pyramid di Mesir

9
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr.13
Tampak bagian dalam
pyramid Mesir

Batu yang dibentuk menjadi kotak, dan ditumpuk menjadi


struktur raksasa merupakan teknologi awal bangunan-
bangunan monumental . Selain sebagai makam, bangunan
monumental juga dibuat untuk kegiatan agama dan
kepercayaan, seperti Pyramid bangsa Maya yang banyak di
bangun di Mexico, antara abad ke 6 - 11 M. Tangga dan undakan
melambangkan tingkatan yang harus dilalui ke tempat dewa
yang tinggi. Di atasnya dibuat pelataran dan bangunan kotak
untuk upacara persembahan.

gbr.14
Pyramid di Meksiko

10
Borobudur juga merupakan bangunan simbolik yang prinsip
teknik dasarnya menggunakan tumpukan batu yang masif.
Denahnya menggambarkan ‘Mandala’, suatu diagram
kosmologi Budha, yang melambangkan alam semesta, dan
alam jiwa manusia. Pintunya menghadap ke empat penjuru
angin. Sosok dasarnya menyerupai meru atau gunung suci
dalam kepercayaan Hindu-Budha. Borobudur merupakan
harta pusaka dunia, karena keunikan dan keunggulan
teknologi pembuatannya. Borobudur dibentuk dan dihias
dengan berbagai ikon dan ceritera bertema agama Budha.

gbr. 15
Borobudur

11
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Tembok Cina juga merupakan tembok masif yang dibuat dari
tumpukan batu. Gunanya untuk menangkal serangan bangsa
Mongolia dari Utara. Panjangnya 5000 km, dan dibuat melalui
dataran dan pegunungan dengan lebar dan tinggi bervariasi
sesuai kondisi alam dan pertimbangan strategis pertahanan.

gbr.16
Tembok Cina

Konstruksi monumental yang paling sederhana adalah


susunan dan tumpukan batu solid dan masif dalam skala besar.
Dalam konstruksi seperti ini ruang interior yang terjadi sangat
kecil dibandingkan dengan jumlah material batu yang dipakai.
Untuk membangun ruang-ruang yang lebih besar, diperlukan
teknologi yang berbeda. Pada bangunan-bangunan kuno, cara
yang banyak dipakai adalah:
(1) Sistem Lintel, atau balok tiang (post and beam)
baik menggunakan kayu, maupun memakai
batu-batu ukuran besar.
(2) Sistem Corbeling, yaitu batu-batu yang dibuat

12
bentuk kotak yang disusun dalam interval,
sehingga terjadi rongga, tanpa menggunakan
balok / beam.
(3) Sistem Round Arch atau busur lengkung, dan
Pointed Arch atau busur lancip. Dalam teknik
ini batu pembentuk lengkungan dipahat secara
seksama sehingga saling berkait dan dapat
menahan beban di atasnya. Ketiga sistem ini
dipakai untuk membuat bukaan pada dinding
atau membuat kubah.

Kekuatan konstruksi bangunan ini tidak hanya tergantung pada


semen atau perekat batu, tetapi pada tekniknya menyusun
dan membentuk setiap batu secara Presisi. Batu diikat dengan
sistem cramps atau dowel. Tukang batu (Masonry) dianggap
ahli yang punya kelebihan khusus. Dengan teknik ini, berbagai
bentuk kubah atau ‘dome’ pada katedral dan masjid-masjid
akbar bisa dibangun dengan sempurna.

Pada masa pra-modern dan zaman modern, ditemukan


berbagai teknik baru yang lebih efisien dan ekonomis untuk
membangun lebih cepat dan untuk memungkinkan rasio berat
struktur dan ruang yang lebih tinggi , yaitu :
(a) Rangka baja, dengan truss/centilever
(prefabricated iron/steel structure)

13
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
(b) Beton bertulang (pre stressed-concrete atau
beton pra-tekan)
(c) Space-frame / geodesic dome
(d) Tension – cable

Dengan teknologi ini, makin banyak kebebasan dalam


menciptakan bentuk- bentuk baru dalam arsitektur. Sistem
‘Lintel’ atau balok tiang terlihat pada Stone Henge, monumen
batu di Inggris. Konstruksi yang membentuk lingkaran
ini mungkin merupakan pusat pertemuan untuk upacara
pemujaan dewa matahari . Posisi dan ukuran batunya diduga
diatur sesuai dengan arah gerak matahari sehingga dari
bayangannya dapat terlihat perhitungan waktu dan musim.

gbr.17
Konstruksi bangunan

14
gbr. 18
Stone Henge

Parthenon di kompleks candi Acropolis adalah salah satu


contoh klasik arsitektur kuno Yunasi, yang menjadi cikal bakal
seni arsitektur barat dan menjadi sumber inspirasi berbagai
gaya arsitektur sampai sekarang. Parthenon terkenal karena
konsep tata – ukuran, bentuk dan proporsi yang dikenal
sebagai dorics – order. Konstruksi bangunan Lintel atau post
and beam’ terbuat dari batu, dengan konstruksi atap kayu.
Dengan sistem ini terbentuk ruang interior yang lebih luas dan
lega, walaupun banyak tiang-tiangnya. Arsitektur monumental
Yunani mendapat ilham dari bangunan konstruksi kayu, yang
menggunakan tiang kayu, dengan bantalan kayu disebut
‘abacus’. Menopang balok lintang penunjang atap. Gaya
ini terlihat pada bangunan monumental batu yang dikenal
dengan ‘3 order’, yaitu: (a) Gaya Doric yang paling awal dengan
‘kapital’ sederhana (b) Gaya Ionic dengan ‘Kapital’ atau kepala
berbentuk melingkar seperti tanduk domba jantan, dan (c)
Gaya Corinthian yang lebih baru, dengan ‘Kapital’ berbentuk
daun ‘acantus’ atau ‘chorintus’ Ini contoh awal elemen
arsitektur yang diilhami flora-fauna.

15
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr.19
Parthenon

Pada kuil di Horus, Edfu, Mesir dan pada kuil Ammon di Karnak,
Mesir (1350 – 1250 SM, Dinasti XIX), terlihat kapital yang
merupakan stilasi dari kuncup dan bunga papyrus atau lotus.
Bentuk tiang dan kapital ini mendapat inspirasi dari konstruksi
rumah tradisional yang atapnya disangga ikatan batang
papyrus. Tiang kuil Karnak tingginya 66 f.t. atau 33 m, lebar
kapitalnya 22 f.t. atau 7 m. Kompleks stupa di Ajantan dan Bhaja
India tidak dibangun tetapi dikeruk dan dipahat pada tebing
batu. Namun, karena ‘tradisi dan konvensi’ bentuk ruangnya
masih terikat pada teknologi membangun sistem Lintel.

Paduan sistem ‘Lintel dan korbeling’ serta busur arch, menjadi


teknik yang banyak dipakai di Eropa. Teknik ini dipakai untuk
membangun berbagai bangunan dan fasilitas umum dan

16
konstruksi monumental bangsa Roma, dan negara-negara
taklukannya sampai Abad Pertengahan, Barisan tiang atau
colonade mempunyai fungsi konstruksi dan juga keindahan.

gbr. 20
Kiri: Kuil di Mesir
Bawah: Kuil di India

Konstruksi arch batu dapat membentuk stadion silindris besar


yang dapat menampung puluhan ribu penonton. Paduan
teknik Lintel, korbeling dan busur batu,banyak dipakai pada
bangunan gaya Romanesque dan Bizantium. Bangsa Roma,
terkenal karena teknologi konstruksi batu dalam sekala besar,
banyak membuat aquaduct untuk mengalirkan air dari tempat
jauh ke kota-kota kuno mereka.

17
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Teknik busur batu, memungkinkan terbentunya kubah-kubah
besar (dome) dan ruang-ruang yang luas, untuk upacara massal
dalam katedral-katedral dan masjid-masjid akbar di Istambul.
Pada masa Renaisans banyak katedral memakai dome yang
dilukis atau dihiasi dengan ornamen yang rumit dan indah.

gbr.21
Berbagai bangunan
dengan teknik busur
batu

18
gbr. 22
Berbagai bangunan
dengan teknik busur
batu

19
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Teknik arch batu tetap dipakai sampai awal abad ke-19 untuk
membuat jembatan yang bentangannya terbatas. Atau
jembatan penghias taman yang mementingkan bentuk estetik
dan sensasi serta pengalaman watu menyebrang.

gbr.23
Jembatan dengan
teknik busur batu

Kubah batu memungkinkan terbentuknya ruang aktivitas yang


luas, dipakai gaya arsitektur Roma kuno, Bizantium, Renaisans,
dan Neo-klasik. Pada masa gaya Gotik di Eropa Barat, dibangun
katedral yang menjulang seperti menara memakai teknik

20
batu berbentuk ‘pointed arch’ yang diperkuat oleh struktur
penguat butress dan flying butress . Dengan teknologi ini,
dimungkinkan adanya jendela kaca patri yang indah. Teknik
ini menciptakan pengalaman vertikal yang membuat manusia
merasa kecil dan rendah pada waktu memasuki katedral
ini. Untuk memperkuat, sekaligus memperindah ceiling,
dibuat rusuk-rusuk batu dekoratif (ribbed – rault). Teknologi
kuno dalam arsitektur telah mengakibatkan bentuk-bentuk
bangunan monumental yang khas dan unik pada berbagai
daerah dan pada berbagai periode sejarah.

gbr. 24
Bangunan masa Gothik
dengan teknik busur
batu

21
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Pada akhir abad ke-19 bangsa Eropa mengembangkan
teknologi baru dengan bahan baru, yang terutama memakai
konstruksi besi baja, kaca, beton bertulang, dan kawat-kawat
baja. Dengan telnologi ini, terbentuk ruang-ruang kegiatan
yang luas dan bentangan yang lebih besar dan efisien, serta
bentuk-bentuk yang baru dan bebas. Teknologi cast iron dan
prefabricated iron / stell construction serta panil kaca lebar
memungkinkan dibangunnya ruang publik yang luas dan
terang. Teknologi tersebut, menciptakan lengkung raksasa
yang mirip seperti busur dalam teksnik batu susun.

gbr.23
Bangunan dengan
teknologi besi cor

22
Teknologi strusktur baja, digabung dengan reinforced
concrete menciptakan ruang stadion besar yang indah.
Dengan teknologi konstruksi baja-baja masa kini maka tercipta
lingkungan yang seragam, kaku, dan dingin di banyak tempat
di dunia.
gbr. 26
Bangunan modern

Teknologi reinforced concrete atau ‘beton pratekan’


memungkinkan dibangunnya bentuk bangunan monumental
yang lebih ‘plastis’. Bentuk dengan lengkungan dan cekungan
yang organik ini memberi kebebasan imajinasi dan fantasi
pada arsiteknya.

Teknologi memungkinkan terciptanya suatu konstruksi


yang sederhana, lugas dan indah pada jembatam-jembatan
modern.

23
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr.28
Bangunan dengan
teknologi beton
pratekan

Teknologi bangunan modern yang lain adalah space frame


yang bisa menutup ruang besar dengan menggunakan bahan
konstruksi yang relatif ringan. Teknologi ‘geodesic dome’
dikembangkan secara khusus oleh arsitek Buck Minster Fuller.
Konstruksi ini bisa dibongkar pasang secara cepat dan dapat
dipasang dalam berbagai ukuran dan pada berbagai kondisi.

gbr.29
Bangunan dengan
teknologi geodesic
dome

Selain itu, ada teknologi bangunan modern yang


memanfaatkan tension atau kekuatan daya tegangan kawat-
kawat baja, seperti pada jembatan gantung dan pada berbagai

24
tenda raksasa. Dengan memanfaatkan ‘tension’, Fuller
membuat tower yang dinamakan tensigrity mast 1953.

gbr. 30
fuller dan tower
tensignity mast

Berbagai bangunan dengan tekologi modern telah dibuat di


banyak kota-kota metropolis dan kosmopolis di dunia. Dengan
diterimanya doktrin modernisme dan internasionalisme
serta dengan berkembangnya kapitalisme, materialisme,
dan komersialisme, banyak bagian-bagian kota modern
yang menjadi mirip dan tidak khas lagi. Kita makin jarang
dapat melihat bangunan-bangunan yang memadukan
teknologi dan keindahan dalam suatu konteks budaya yang
utuh, Modernisasi menyebabkan transformasi budaya,
yang membentuk kebutuhan dan fungsi-fungsi baru serta
inovasi teknik konstruksi yang baru. Desain modern, harus
menciptakan lingkungan hidup baru . Desain modern harus
menciptakan lingkungan hidup baru yang khas dan memberi
pengalaman sosial-budaya yang sehat dan manusiawi.

25
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
26
Gaya
dalam
2
Desain

Secara umum gaya desain atau gaya seni adalah suatu cara
ekspresi atau sikap estetik yang khas dan unik pada suatu
karya seni yang muncul karena teknik penciptaan, konsep
visual, atau estetikanya. Gaya desain bisa memberi petunjuk
mengenai suatu masa atau periode tertentu, suatu tempat
atau negara tertentu, atau suatu aliran pemikiran atau mashab
tertentu. Gaya desain juga memberi petunjuk tentang sikap
dan konsep pribadi desainernya.
Sejalan dengan itu, gaya desain dapat dibedakan berdasarkan:
(1) Gaya Zaman (Period Style)
(2) Gaya Tempat (Regional Style, National Style, Local/
Provincial Style)

27
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
(3) Gaya karena suatu Gerakan Pemikiran (Movement)
(4) Gaya Pribadi (Personal Style)
Dalam mengamati gaya desain, pengetahuan mengenai
semua jenis gaya tersebut perlu dipakai sebagai dasar acuan.
Keempatnya merupakan suatu kesinambungan yang terus
berlangsung sampai masa kini. Gaya Zaman dan Gaya Tempat
cenderung mapan dan merupakan pengaruh alamiah yang
terjadi secara berkesinambungan, sementara Gaya Pemikiran
dan Gaya Pribadi cenderung merupakan terobosan konseptual
dan inovasi individual maupun kelompok yang memberi arah
atau alternatif baru perkembangan desain.

Ada beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya gaya


desain. Gaya desain dapat terbentuk karena kondisi sosio-
kultural setempat, kemajuan teknologi dan peradaban atau
kemajuan yang juga meliputi perkembangan ekonomi dan
perdagangan, pengaruh gaya di daerah lain atau bidang seni
yang lain, dan inovasi atau statement konseptual kelompok
atau pribadi.

TENTANG DESAN MODERN

Desain mempunyai banyak pengertian dan konotasi istilah.


Desain modern selalu dikaitkan dengan perkembangan

28
masyarakat modern, yang ciri utamanya adalah industrialisasi
dan mekanisasi. Karena itu, tinjauan mengenai Desain Modern
dan Industrialisasi secara umum.

Masyarakat Modern sering dikontraskan dengan masyarakat


tradisional, tetapi batas waktu sejarah antara keduanya tidak
pernah jelas; demikian juga batas-batas deskriptif atau batas
geografis. Modernisasi adalah suatu proses panjang yang tidak
seragam yang terjadi di berbagai tempat dan waktu di dunia.
Karena itu dalam pembahasan selanjutnya, yang diberikan
adalah contoh tempat, waktu, tokoh, dan produk serta latar
belakang penciptaannya yang dapat memberikan gambaran
mengenai suatu benang merah perkembangan Desain
Modern.

Modernisasi adalah transisi dalam berbagai bidang kehidupan


dari suatu tatanan yang tradisional (Feodal, Agrikultural,
Tribal, Tertutup, dan Statik ) menjadi masyarakat Modern
(Demokratik, Industrial, Global, Terbuka, dan Dinamik )
dengan dipicu oleh kemajuan dalam perkembangan ekonomi,
komunikasi, iptek serta seni budaya dan filsafat. Dalam transisi
ini banyak terjadi perubahan tata nilai dan perilaku individual
maupan kolektif. Maka berbagai perkembangan ini, termasuk
Desain, sangat dipengaruhi oleh perubahan tata nilai dan
perilaku hidup masyarakatnya.

29
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
DESAIN DALAM MASYARAKAT INDUSTRI

Istilah desain mempunyai pengertian khusus yaitu


rancangan, bagan, atau rencana. Rancangan ini diciptakan
dan disempurnakan untuk dijadikan pedoman atau dasar
pelaksanaan produksi maupun konstruksi benda yang
diciptakan. Dalam pengertian ini, terlihat bahwa tidak ada
perbedaan jelas antara pengertian desain modern dan
tradisional.

Karena itu, desain dalam masyarakat modern selalu


mengandung pengertian berikut ini:
1. Rancangan harus dapat menjadi dasar pelaksanaan
produksi dan konstruksi yang menerapkan teknologi
modern serta mekanisme atau fabrikasi yang terkontrol
secara sistematis, baik untuk produksi massal, semi massal,
maupun tunggal.
2. Konsep bentuk rancangan mengacu kepada kebutuhan
dan pertimbangan fungsional masyarakat modern dan
pertimbangan teknologi produksi dan pemasaran yang
mutakhir.
3. Khusus untuk desain produk, pola produksi dan
pemasarannya selalu mengarah pada tujuan mencapai
hasil keuntungan produksi massal dan konsumsi massal
yang setinggi- tingginya.

30
4. Proses penciptaan desain menggunakan sistem modern
yang menerapkan sistem quality control, serta standar
evaluasi yang baku.
5. Proses desain dengan melibatkan team work berbagai
keahlian yang terpadu untuk mencapai sasaran desain
secara optimal, penggunaan instrumen riset, dan uji coba
dalam berbagai bidang terkait.
6. Spesialisasi dan profesionalisme perancangnya yang selalu
melembaga serta mengikuti perkembangan terakhir dalam
teknologi dan manajemen.

Proses industrialisasi atau modernisasi telah mengakibatkan


berubahnya tata kehidupan masyarakat dan ini tercermin
dari perubahan lingkungan hidup ciptaan manusia (build
environment ) yaitu rumah, benda pakai , bangunan umum serta
kota – kota. Proses ini juga mempengaruhi kondisi lingkungan
alam kita. Maka pembicaraan mengenai Desain Modern tak
dapat dijelaskan dari kedua aspek lingkungan diatas.

Dalam buku ini akan dibicarakan gaya desain dalam tinjauan


sejarah yang diawali dari desain gaya pra-modern, modern
awal, modern, modern akhir hingga pasca-modern. Untuk
melengkapi pengetahuan tentang gaya desain, pada bab
penutup akan disertakan pula pembahasan tentang gaya
desain Indonesia dari tinjauan sejarah.

31
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
32
Gaya
Desain
3
Pra - Modern

GAYA DESAIN VICTORIA

Gaya Victoria dalam desain grafis sebetulnya tidak dapat


dikatakan sebagai suatu gaya yang muncul dari suatu konsepsi
atau inovasi yang mendasar. Gaya ini terjadi begitu saja
sebagai akibat pesatnya perkembangan dalam komunikasi
grafis dan media cetak ketika terjadi puncak industri dan
perdagangan di Inggris pada masa revolusi industri di abad
ke-18. Secara teknis, gaya ini muncul karena teknologi baru,
tetapi secara konsep visual, gaya ini masih turunan (derivative)
abad pertengahan.

33
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Karena kemajuan transportasi dan teknologi cetak secara
merata di Eropa dan Amerika muncul majalah-majalah dan
poster-poster komersial yang dirancang dengan memakai pola
dan tata letak dan teknik visualisasi mengikuti tradisi buku-
buku dan seni grafis abad pertengahan.

Di dalam hasil karya desain grafis Victoria kita melihat suatu


turunan langsung seni Abad Pertengahan misalnya:
• Seni cetak wood engraving atau etching
• Seni-seni piktorial yang masih ‘representasional’ atau
mencoba merekam keadaan dan benda secara realistik
(mendekati kenyataan) dengan engraving, etching dan
litografi
• Seni hias dan hias pinggir
• Seni kaligrafi dan tipografi
• Seni karikatur dan satir

Walaupun teknologi dan proses produksi melalui fabrikasi


telah berkembang, tidak ada hal baru yang konsepsual
pada produk desain industri maupun interior dan arsitektur.
Gaya produk dan bangunan masih melanjutkan semangat
Abad Pertengahan, yaitu Resesan, Barok, “Gothic revival”,
Romantikisme dan Neo Klasik. Maka teknologi dan penemuan
material baru diterapkan begitu saja pada gaya atau
pencampuran gaya yang telah ada sebelumnya.

34
Pada awal Industrialisasi di Inggris, Josiah Wedgwood (1730– 95
) dan John Flaxman (1755–1826 ) memulai industri benda hias
rumah untuk kalangan menengah atas. Mereka memproduksi
guci dan vas Romawi di Staffordhire berkembang menjadi pusat
industri Inggris, dan para artisan yang bekerja disana menjadi
semacam Industri designer, yang pertama. Pemasallan benda
seni kuno juga dilakukan oleh John Cheere yang memproduksi
patung – patung Yunani dan Romawi untuk hiasan interior dan
taman.

Hal yang baru dalam masa Victoria adalah:


1. Penemuan teknik besi cor (cast – iron) diterapkan dalam
berbagai kebutuhan ornamen arsitektur dan interior
seperti railing, kontruksi kanopi, pagar, lampu jalan dan
lampu hias serta perlengkapan taman yang lain, secara
massal dan besar – besaran.
2. Pembuatan moulding plaster juga dipakai sebagai
kelengkapan ornamen interior yang diproduksi secara
massal dan besar – besaran.
3. Penemuan teknik besi dan baja cor mulai menggantikan
konstruksi bangunan umum, jembatan dan bangunan
monumental yang dibangun secara “pre-fabricated”.
4. Ekliktikisme atau percampuran berbagai gaya masa lalu
didalam interior atau exterior yang disegarkan dengan
romantikisme oriental, yaitu ketertarikan pada unsure

35
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Cina dan India, jajahan Inggris yang dianggap eksotik dan
penuh pesona.
5. Penemuan sistem penerangan dengan gas memungkinkan
dibuatnya berbagai bentuk penerangan bangunan
monumental yang rumit (candellier) maupun sistem
penerangan kota.
6. Gairah pada seni ornamen masa lalu, sekaligus
mencerminkan ekspresi kemakmuran yang terlihat pada
kecenderungan ornemen yang berlebihan pada benda –
benda pakai dan ruang tinggal. Hal ini diproduksi secara
besar – besaran memakai mesin.
7. Kegandrungan pada hasil mesin, yang kualitasnya
dianggap melebihi hasil pekerjaan tangan para petani dan
penduduk pedesaan, menyebarkan suatu standar estetika
produk yang seragam namum berselera rendah.
8. Penemuan mesin pintal ‘Spinning Jenny’ oleh James
Hargreaves; 1764, dan mesin tenun ‘Jacquard Loom’ 1801
oleh Marie Joseph Jacquard yang diprogram memakai
kartu lubang, meningkatkan produktivitas industri textil
secara drastis.
9. Sementara itu, benda porselen, perak dan gelas telah
berhasil diproduksi secara besar – besaran.

Produk dengan mutu kria tinggi masih tetap menjadi konsumsi


kelas atas yaitu para bangsawan, regent atau penguasa

36
teritorial dan para saudagar. Pada “Nouveau Richie” atau OKB,
berkembang selera masyarakat menengah massal yang penuh
ornamen.

Arsitek dan Desainer Masa Victoria


Arsitek yang menonjol adalah John Nash, yang banyak
memakai teknik cast-iron secara imajinatif di Carlton House
Terrace (1827), atap kaca di Galeri Attingham Park (1810) dan
Brighton Pavilion di Brighton (1818 – 21).

Arsitek Joseph Paxton membangun Crystal Palace, yang


menjadi tempat penyelenggaraan Pameran Akbar Industri
Internasional di London, 1851.

Bangunan besi – kaca ‘Pre-Fab’ ini menjadi salah satu tonggak


sejarah penemuan konstruksi yang mengawali arsitektur
modern bangunan – bangunan umum dan sarana umum.

Sejak itu arsitektur Victoria sering dicirikan dengan pemakaian


struktur dan ornamen besi dan baja cor secara dominan.
Puncaknya adalah menara Eiffel yang dibangun Gustav Eiffel
1889 di Paris dan “Halles des machines”, ruang utama Expo
Internasional Paris 1889 yang dirancang oleh Dutert dan
Contamin.

37
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Desainer Interior masih menyatu dengan profesi arsitek,
yang merancang dan memesan mebel dan asesoris pada para
ahlinya.

Di Inggris, pada awal abad ke-19 pembuat mebel yang terkenal


adalah Studio Thomas Hope, Robert Adam dan Chipendale
Muda yang mengembangkan gaya “Regency” dan “Colonial”.
Di Jerman yang menonjol adalah studio Fredrich Schinkel
dan kelompok gaya Beidermeier. Di Amerika, studio Duncan
Phyfe dan Charles – Honore Lannuier memulai sistem produksi
masinal baru, namun tetap memodifikasi gaya Regency dan
Empire sehingga timbul gaya Hybrid atau cangkokan. Gaya
Gothic Revival Perancis, Rococo, dan Barok tetap mendominir
desain mebel dan asesoris masa Victoria.

Desain Grafis berkembang pesat, seiring dengan kemajuan


teknologi cetak dan berkembangnya industri jurnalistik. Selain
itu maraknya perdagangan barang konsumen, melahirkan seni
iklan yang telah mencapai kematangan konsepsual awal. Seni
ilustrasi dan tipografi menjadi tulang punggung komunikasi
grafis dalam penerbitan jurnalistik maupun iklan. Namun, karena
desainer grafis dan ilustrator masih merupakan bagian system
penerbitan dan pemasaran, maka pada masa itu desainer dan
ilustrator hampir semuanya tak dikenal. Di Inggris, Perancis
dan Amerika berkembang seni Satir Grafis atau Karikatur

38
yang kemudian menjadi alat opini publik yang menonjol pada
penerbitan media cetak. Tokoh – tokohnya antara lain James
Gillray, William Hogarth, George Cruishank (Inggris), Honnore
Daumier (Perancis) dan Thomas Nast (Amerika). Seni iklan
berkembang pesat di Amerika, terutama setelah ditemukannya
teknik Chromolithograhy atau Litografi berwarna.

Hal-hal yang menarik yang terjadi pada masa Victoria adalah:


(1) Terbitnya majalah-majalah berita yang banyak berisi
karikatur politik. Seni karikatur atau satir politik sudah
lama berkembang di Eropa, namun dalam bentuk
majalah yang tercetak, baru dimulai pada masa ini.
Seni ini berkembang karena suasana politik Inggris
yang selalu panas dan penuh pertentangan. Seni
karikatur memberi ‘rasa terlibat’ pada masyarakat
yang selalu merasa ikut ber-politik, dengan cara
humoristik dan satiristik.
(2) Seni karikatur, satir dan humor grafis juga berkembang
pada media komersial lain di majalah maupun poster-
poster.
(3) Ditermukannya mesin Lithowarna atau
Chromolithography yang memberikan kemung-kinan
untuk memperbanyak/menggandakan citra full-color
yang realistik, walaupun dengan kecepatan yang
masih terbatas.

39
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
(4) Perkembangan seni poster komersial yang banyak
terlihat di tempat-tempat umum, menandai awal
pemikiran iklan modern.
(5) Semangat ‘Orientalisme’ dan ‘Eksotikisme’ dimana
gambaran mengenai Cina, India dan tempat atau
benda eksotis timur jauh sering dipakai sebagai
selling point.
(6) Diciptakannya berbagai huruf jenis ‘Display’ yang
penuh dekorasi.
(7) Dipraktikkannya prinsip ‘Movable type’ pada produksi
buku dan poster.
(8) Mulai dipakainya ‘Metal Casting’ dalam proses cetak.
(9) Kertas mulai dibuat secara massal.

Ciri-ciri utama desain grafis Victoria adalah :


(1) Visualisasi realistik baik pada desain berwarna
maupun hitam putih.
(2) Penuturan visual yang ‘didaktik’ dan ‘naratif’, yaitu
berusaha menjelaskan dengan selengkap-lengkapnya
dan sebanyak-banyaknya.
(3) Banyaknya ilustrasi karikatur dan satir, baik dalam
majalah politik maupun dalam iklan komersil pada
poster-poster. Humor dan satir dianggap ‘selling
point’ yang kuat bagi produk-produk tertentu.
(4) Visualisasi dan pemakaian tipografi serta border atau

40
hiasan pinggir secara penuh, tanpa meninggalkan
bidang kosong. Ada anggapan bahwa setiap bidang
harus dikuasai dengan cara diisi berbagai unsur grafis.
(5) Pencampuran berbagai jenis huruf, secara langsung
dan berdesak. Tak ada kepekaan tentang spasi dan
ruang pada tipografi.
(6) Seni ornamen yang dipakai secara berlebihan.
(7) Komposisi yang cenderung merata dan simetris
(statis).

Perlu dicatat bahwa masa ini memang mencatat banyak


penemuan teknologi cetak, tetapi pikiran bahwa merancang
adalah menghias masih sangat dominan. Karena itu, peranan
‘desainer’ seperti yang kita kenal sekarang belum ada
dan profesi komunikasi grafis banyak didukung ilustrator,
tipografer, ahli pembuat border dan bengkel-bengkel cetak.
Karena itu, tak ada desainer yang ternama.

Pada masa Victoria, produksi masinal benda-benda pakai


dan media informasi dimulai secara besar-besaran, tetapi
visualisasinya belum mencerminkan suatu zaman mesin dan
teknologi. Kebutuhan akan profesi desainer yang memadukan
unsur seni, teknologi dan pasar belum terasa dan baru akan
berkembang pada perpindahan abad ke-19 menuju abad ke-
20.

41
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Pada perpindahan abad ke-19 ke abad ke-20, Revolusi Industri
telah mencapai kematangannya, tersebar merata di Eropa
dan Amerika, dan menyebar melalui para kapitalis ke Amerika
Selatan, Asia, Afrika dan Australia yang pada waktu itu masih
dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa. Di berbagai tempat,
pabrik-pabrik bermunculan dan lahan dibuka untuk pertanian
dan perkebunan skala besar yang dikelola secara modern.

Sementara itu terjadi pergeseran lapangan kerja dari pertanian


dan industri tradisional ke pabrik-pabrik dan pertambangan,
sehingga muncul suatu kelas baru yaitu kaum buruh. Kereta
api dan kapal samudra bertenaga diesel telah menghubungkan
seluruh penjuru dunia, kemudian Karl Benz menemukan
mesin mobil dan Gottlieb Daimler menemukan formula bahan
bakarnya di Jerman tahun 1885. Henry Ford mengembangkan
industri mobilnya di Amerika pada tahun 1909, sehingga pada
awal abad 20 mobil menjadi symbol baru kelas menengah
negara-negara industri yang membentuk wajah baru dan gaya
hidup baru. Penemuan bola lampu listrik oleh T.A Edison tahun
1879 dan prinsip telpon oleh A.G. Bell tahun 1876 dikembangkan
terus sehingga jaringan penerangan listrik dan saluran telpon
segera menjadi kelengkapan umum kota-kota besar. Listrik
juga dimanfaatkan untuk berbagai alat rumah tangga seperti
‘vacum cleaner’ (1901), ‘referigrator (1913) dan alat-alat
lain. Serat sintesis ditemukan oleh Josep Swann di Inggris,

42
dan proses peleburan aluminium disempurnakan secara
bersamaan oleh Charles Hall di Amerika dan Paul Heroult di
Perancis. Keduanya menjadi bahan yang penting pada desain
Abad 20. Gelombang radio ditemukan oleh ahli fisika Jerman
Heinrich Herz pada tahun 1888. Setelah itu disempurnakan
oleh berbagai pihak menjadi media komunikasi massa
terpenting pada awal abad 20, menyaingi kedudukan surat
kabar. Di bidang fisika dan kimia, James Maxwell, Niel Bohr, A.
Einstein, F. Rutherford, Pierre & Marie Curie dan para ahli lain
berlomba menemukan teori dan formula yang menjadi sangat
penting bagi perkembangan berbagai bidang terapan di abad
ke-20.

Demikianlah, pada perpindahan abad ke-19 – ke-20 telah


terjadi kemajuan pesat dibidang industri dan iptek, yang secara
dramatis mengubah lingkungan dan perilaku hidup manusia.
Namun, pada berbagai produk konsumen belum terlihat
hubungan antara ‘bentuk’, ‘teknologi’, ‘fungsi’ dan ‘pasar’
secara mendasar dan konseptual. Dengan kata lain, desainer
yang harus menyatukan hal-hal tersebut belum dikenal
sebagai profesi yang baku dan dasar profesionalismenya
belum melembaga. Dalam masa ini kita melihat banyak
peranan arsitek yang profesinya lebih mapan dan punya
sejarah panjang dalam mencari formulasi antara bentuk dan
fungsi pada desain modern.

43
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 31
Iklan, Poster
“Sutton’s Compound
Ammonia”, London
1907 (Desain Tak
dikenal)
Contoh konsep
Victoria,yang
mencampurkan
gambar dan huruf
tanpa ada disiplin atau
konsep ‘ruang’, semua
informasi dan gambar
diperlihatkan. Teknik
cetak Lithografi.
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 32
Kulit muka majalah
“punch”, London 26 Mei
1883. RICHARD DOYLE
Desain penuh
dan ramai. Ukiran
dan hiasan serta
gambar-gambar naratif
(bertutur-bercerita)
tampak jelas dalam
kulit muka majalah ini.
Ciri yang lain adalah
gambar-gambar
humoristic. Desain ini
dicetak dengan teknik
etsa di atas tembaga
atau kuningan. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

44
gbr. 33
Poster Tembakau Payn
Mc Naughton , New
York abad 19 ( tak
dikenal )
Poster tembakau ini
unik, karena dicetak
dengan menyatukan
klise – klise untuk
cetakan label
(kemasan). Hasilnya
sebuah poster yang
isinya susunan dalam
berbagai ukuran.
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 34
Contoh label produk
“Vinegar” Bitter’s
Almanac
Tipografi beragam
dan lay out simetris
serta desain penuh.,
ditambah penggunaan
pita. (Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

45
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr 35
Karikatur Politik
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

46
gbr 36
Karikatur tentang
pemasangan poster.
Karikatur ini tentang
joroknya kota karena
dipasangi beragam
poster dalam berbagai
ukuran . Persis seperti
yang kita alamai
sekarang. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

gbr 37
Iklan dengan teknik
Litografi berwarna
Teknologi menuju
cetakan berwarna yang
massal. (Heller, Steven
dan Chwast Seymor:
1988.)

47
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
GAYA ART AND CRAFTS

Gaya ini adalah sebuah transisi ke periode modernisasi


desain. Citra rasa artistik dan estetik pada hasil produksi
massal industrialisasi awal yang sangat repetitif, streotope,
dan membosankan telah menggugah arsitek dan pencipta
meubel. August Welby Nortmore Pugin (1812-52) dan John
Ruskin (1819-1900) mencela kebiasaan membuat ornamen
yang berlebihan dan tak terkendali serta rendahnya selera
para produsen dan arsitek yang kurang inovatif dan senantiasa
mengulang pola yang ada. Pemikiran ini didukung oleh
penulis jurnal Henry Cole dan kemudian dipraktikkan oleh
sekelompok pencipta meubel dan arsitek, William Morris,
C.F.A. Voysey, C.R. Ashbee, A.H. Macmurdo, Ernest Gimson
dan Barnsley Brothers. Mereka mendirikan kelompok kerja
‘Arts and Crafts’ yang memelopori suatu moral yang tinggi
dan penerapan estetika pada proses penciptaan benda-benda
pakai. Mereka menentang ‘estetika mesin’ yang dangkal dan
kembali mengeksploitasi kemungkinan craft sebagai jalan
menciptakan benda fungsional. Gerakan ini dianggap sebagai
reformasi desain yang pertama.

Dalam dunia komunikasi grafis, gerakan ini tidak pernah


menjadi gerakan yang bergaung luas, tetapi secara umum,
gerakan ini mengilhami para praktisi tertentu dan merupakan

48
tonggak awal suatu konsepsi tentang desain yang baik.
Gerakan ini juga memberi contoh, bahwa seorang praktisi
harus menciptakan sesuatu komunikasi grafis yang sekaligus
harus bisa menjadi suatu statemen keindahan. Hal ini terlihat
dalam karya-karya buku ilustrasi ciptaan William Moriss,
Selwyn Image, Abrey Beardsley, Edward Burne Jones, Charlest
Rickets, Walter Crane di Inggris, dan Gustar Stickley serta
Daniel Berkley di Amerika.

Di dalam teknik cetak tak ada perkembangan tertentu dan


masih sama dengan pada masa Victoria (gaya yang juga masih
tetap dipraktekkan pada perpindahan abad). Namun terlihat
bahwa gaya desain Arts and Crafts diciptakan untuk hal yang
tertentu dan lebih khusus. Tidak seperti gaya Victoria yang
dipraktekkan secara meluas, gaya ini terbatas pada buku-buku
khusus terutama mengenai idealisme desain mereka sendiri,
atau buku anak-anak dan sastra serius.

Dibandingkan dengan desain gaya Victoria, desain gaya Arts


and Crafts tampak berciri seperti berikut:
(1) Walaupun masih banyak memakai ornamen, tetapi
ornamen dan unsur lain lebih menyatu secara harmonis
karena khusus diciptakan untuk rancangan tersebut
(bukan ornamen Victoria yang siap pakai).
(2) Tipografinya khas dan bukan type yang diambil begitu

49
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
saja dari koleksi huruf di percetakan, melainkan ditulis
atau disusun khusus untuk menyatu dengan harmonis
dalam seluruh rancangan.
(3) Suatu sikap total, yang menganggap seluruh permukaan
kertas harus diolah secara utuh dan harmonnis, seperti
menciptakan karya seni dimana setiap unsur terkontrol
tetapi tidak kaku.
(4) Sensitivitas terhadap warna, hitam putih dan gelap terang,
serta keberanian memakai hitam putih dalam bidang
yang besar. Putihnya kertas telah dianggap sebagai unsur
desain yang potensial dan tidak harus dipenuhi.
(5) Penggunaan gambar dan visualisasi yang tak perlu
realistik, yang figur-figurnya lebih merupakan stilasi atau
ciptaan baru yang imajinatif. Unsur garis dan bidang telah
dipakai secara artistik menjadi elemen desain dan bukan
sekedar batas obyek, tone atau tekstur obyek.
(6) Komposisi yang masih rigid dan cenderung simetri.
(7) Suatu sense of priority yang tergambar dalam cara
penempatan huruf dan visualisasi lainnya.
(8) Gairah pada idiom masa lampau yang ditampilkan kembali
secara ‘baru’ (pada masa itu). Terlihat kesan revival dan
‘romantikisme sejarah’.
(9) Belum munculnya sikap desain yang selaras dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi. Bahkan ada
kesan bahwa gerakan ini ‘anti teknologi’.

50
Pikiran-pikiran Pugin, Ruskin, dan Morris menyebar dan
dipraktikkan oleh pembuat mebel dan benda-benda pakai
di Eropa yang setuju bahwa suatu penciptaan benda-benda
fungsional harus disertai rasa estetika dan etos kerja yang
besar. Mereka beranggapan bahwa sensitivitas terhadap
material dan komitmen pada cratfmanship merupakan
tanggung jawab moral desainer yang terpenting.

Dalam waktu yang bersamaan, konsep mengenai keindahan


material, craftmanship dan bentuk perpaduan fungsional juga
berkembang di tempat lain. Di Jerman ada kelompok kerja
Deutche Werkbund yang diprakarsai Herman Matheus (1861-
1927) oleh Gustav Klimt (1862-1918). Di Amerika, gerakan ini
didukung oleh Gustav Stickley di Syracuse, yang menerbitkan
majalah Craftsman.

gbr. 38
William Moris, The
Centrebury Tales, Book
Page, 1896 (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

51
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 39
Unknown,
Walter Crane Design
Exhibition, Poster 1895
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 40
Unknown, Stencil
page of craftsman,
1902 (Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

52
gbr. 41
Walter Crane, Art and
Craft Magazine cover,
1893. (Heller, Steven
dan Chwast Seymor:
1988.)

gbr. 42
WILLIAM MORRIS,
Honney Sucle Room,
Wightwick Mannor,
akhir abad 19.

53
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
54
Gaya
Desain
4
Modern Awal

Reformasi desain yang digerakkan oleh kelompok Arts and


Crafts berhasil meletakkan beberapa dasar pertama profesi
desain grafis, yaitu :
(1) Komitmen tinggi pada kualitas artistik karya pakai atau
produk-produk terapan.
(2) Penghargaan tinggi pada kualitas finishing hasil akhir,
yang menuntut craftmanship dan kepekaan pada teknik
dan material.

Mereka menciptakan karya-karya terapan dengan integritas


dan respek terhadap medium dan pada pemakaiannya. Sikap
seperti ini adalah sesuatu yang tidak terlihat pada masa

55
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
sebelumnya. Namun, kelompok ini belum dapat dikatakan
modernis karena referensi visualnya masih sangat terikat
pada estetika Abad Pertengahan dan kelompok ini bersikap
menentang mekanisme dan industrialisasi. Mereka memang
menentang selera pasaran dan desain produk stereotipe
Victoria dengan hasil mesin-mesin yang produktivitas-nya
tinggi, tetapi mereka belum bisa menawarkan alternatif dalam
menghadapi kenyataan industrialisasi yang tak mungkin
dihindari lagi. Karena itu, gerakan ini tidak tersebar luas dan
hanya bergaung sebagai gerakan moral.

Kemudian, muncul gerakan-gerakan lain yang berhasil pada


zamannya dan mencoba menciptakan karya terapan yang bisa
mencerminkan realita industrialisasi. Gerakan modernisasi
awal ini antara terlihat pada karya-karya bergaya Art Nouveau,
Wienner Werkstate, dan Plakatstil. Pada karya-karya ini
terlihat kesinambungan piktorial dari masa Victoria dan Arts
and Crafts, namun mulai tampak konsepsi visual yang baru dan
lebih sesuai dengan semangat modernisme.

GAYA ART NOUVEAU

Segera sesudah munculnya gerakan Arts and Crafts, muncul


gerakan besar yang lebih punya gaung dan lebih diterima

56
oleh berbagai kalangan, yaitu ‘Gerakan Art Nouveau. Seperti
yang terjadi pada para pelopor Arts and Crafts, para pelopor
Art Nouveau juga menentang degradasi mutu dan penampilan
hasil produksi masa mesin-mesin pabrik yang penuh streotipe,
berselera rendah, dan sama sekali tidak memperhatikan aspek
fungsional produk tersebut.

Desainer Art Nouveau mendukung perlunya sensitivitas


estetik pada penampilan benda pakai dan sensibilitas
penggunaan material dan penggarapan aspek fungsionalnya.
Mereka memperlihatkan, bahwa suatu pakai bisa
fungsional sekaligus indah dan mengekspresikan imajinasi
perancangnya secara utuh. Suatu benda dapat menjadi
pernyataan estetik.

Akan tetapi, berbeda dengan para pelopor Arts and Crafts, para
seniman dan desainer Art Nouveau lebih realistis menyambut
modernisasi dan tidak mencoba mencari ‘keindahan’ melalui
semangat Historikisme Abad Pertengahan.

Gerakan Art Nouveau berhasil menjadi suatu gerakan yang


meluas dan menyebar di Eropa dan ke Amerika. Gerakan ini
juga berhasil menjadi gerakan yang menyambut industrialisasi
dan mengambil manfaat dari zaman mesin dan penemuan
teknologi.

57
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Poster-poster komersial dan majalah hiburan tetap populer
meneruskan gairah media Victoria. Poster-poster dan majalah
yang memakai gaya Art Nouveau biasanya hanya diterbitkan
untuk peristiwa yang khusus dan kalangan yang khusus
pula. Secara umum, gaya Art Nouveau memang gaya yang
berkembang sebagai konsumsi kelas-kelas tertentu saja.
Dalam hal teknik cetak, tak banyak perubahan yang berarti
dan masih sama dengan teknologi masa Victoria.

Art Nouveau berkembang secara luas ke Eropa dan Amerika


Utara. Di setiap daerah terlihat ciri-ciri visual dan tematik
sebagai berikut:
1. Telah melepaskan diri dari kegandrungan pada
ornamen yang masih terlihat kuat pada gaya Arts and
Crafts
2. Ornamen gaya Art Nouveau lebih bebas, organik, dan
menyatu utuh dengan tema. Ornamen bukan lagi
hanya penghias belaka, tetapi sudah menjadi bagian
penting statemen. Karena itu ornamen digambar
khusus untuk berintegrasi secara menyatu dengan
unsur visual lain. Dalam benda produk dan arsitektur,
ornamen juga menyatu dengan konstruksi secara
organik.
3. Garis-garis tipis dan bentuk geometrik murni dipakai
sebagai ornamen.

58
4. Kegairahan pada visualisasi secara stilasi atau
deformasi dan distorsi yang imajinatif.
5. Penggunaan berbagai jenis tipografi yang sangat
individual (dirancang untuk kebutuhan tertentu).
6. Kebebasan komposisi yang menjadi lebih dinamis,
lebih bebas dalam ruang, dan tidak perlu simetri.
7. Kebebasan ekspresi yang memberi peluang hasil
visualisasi tidak harus apik dan rapi, tetapi boleh
berupa sapuan-sapuan yang spontan.
8. Sensitif dalam pemakaian berbagai unsur visual
seperti tekstur, warna, garis, ruang, volume, dan
efek-efek piktorial lainnya. Teknik litografi-warna
memungkinkan ekspresi artistik yang lebih bebas
dalam penerbitan publikasi komersial.
9. Komitmen gerakan Arts and Crafts pada penciptaan
benda pakai yang indah diteruskan oleh seniman dan
desainer Art Nouveau lebih menggambarkan keadaan
masa itu, bukan mengangkat kembali mitologi dan
semangat historikisme.
10. Suatu konsep piktorial yang lebih langsung dan
terfokus tidak seperti poster Victoria yang terlalu
penuh dengan peristiwa, dan karya Arts and Crafts
yang masih ornamentik.

59
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Ciri-Ciri Khas Gaya Art Noveau Dari
Beberapa Negara
PERANCIS
Karya poster Art Nouveau Perancis bersifat lembut, sensitif,
dan lebih seperti art statement. Mereka banyak memakai
goresan-goresan spontan dan warna-warna lembut, yang
merupakan pengaruh gaya seni lukis pasca-impresionisme.
Bentuk figur tak perlu utuh, tipografinya juga spontan dan
tidak kaku, pemakaian ornamen sangat minim, komposisi
sangat ‘tegas’, tidak rumit; biasanya suatu visualisasi yang kuat
dengan tipografi spontan; banyak yang tidak lagi memakai
border atau batas tepi.

INGGRIS/SKOTLANDIA (GLASGOW STYLE)


Karya-karya grafis Art Nouveau Skotlandia biasa disebut
Glasgow Style. Ciri-ciri khasnya antara lain adalah lebih tertib,
teratur, dan tenang (tidak dinamik), komposisinya statis dan
mendekati simetis; inovasi tipografi yang proporsinya tidak
umum, dan digarap secara apik dan khas, terutama pada spasi
dan permainan pertemuan huruf-huruf; ornamen yang banyak
memakai unsur geometrik abstrak dan berkesan ‘organik’;
warna-warna dingin dan suasana mistik; dan stilasi figur-figur
memanjang/meninggi

60
JERMAN (Jugendstill)
Ciri-ciri khas karya-karya Jugendstill antara lain adalah
visualisasi figur hampir sama dengan Perancis, namun
warnanya lebih redup dan kebebasan permainan efek kuas
(brush strokes) tidak tampak; karya Jugendstill lebih rapi
dan tertib dari pada karya-karya ‘Art Nouveau’Perancis;
warna-warnanya lebih berhati-hati dimana warna-warna
kontras yang ramai selalu dihindari; tipografinya lebih
kaku; ornemen-ornemen yang khas; dan pewarnaan yang
merata.

AUSTRIA (Vienna Secession)


Ciri-ciri Art Nouveau di Austria antara lain menghindarai
penggambaran naturalistik figuratif; memakai kekuatan
garis, bidang dan warna secara maksimal; tipografi yang apik;
bidang-bidang warna atau bidang putih yang luas tanpa efek
tekstur atau brush Strokes; penggunaan ornamen geometrik
yang sangat terpikir; ornamen bisa menjadi visualisasi utama
dan bukan sekadar pengisi atau hiasan pinggir yang tak
bermakna; permainan tipografi yang sangat sensitif dan
bebas, namun tertib dan apik

ITALIA
Di Italia Art Nouveau tidak banyak berkembang, tetapi dari
contoh yang tidak banyak terlihat gaya-gaya yang khas.

61
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Gaya-gaya khas tersebut antara lain adalah penggambaran
figur secara realistik, pendekatan visualisasi yang dramatik/
romantik; warna-warna tenang, cenderung gelap dan redup;
komposisi yang cenderung simetrik; dan penggunaan ornamen
yang terbatas.

AMERIKA
Di Amerika pengaruh Art Nouveau Eropa bercampur
dengan gaya komersial Victoria Amerika. Akibatnya,
tak terlihat sesuatu hal yang sangat khas dan menonjol.
Namun, gaya ini tetap terlihat lain dibandingkan dengan
gaya Victoria - Amerika yang ada. Hal tersebut antara lain
terlihat dalam gairah yang luar biasa dalam bereksperimen
dengan bidang, warna, efek-efek artistik; tipografi yang
lebih efisien; warna-warna yang lebih semarak dan
riang; stilasi figuratif; action yang romantis/emosional;
penyederhanaan border atau hiasan tepi, dan komposisi
yang cenderung simetrik.

Tentang Gerakan Art Nouveau Di Inggris


Dan Skotlandia
Pada perpindahan ke abad ke-20 muncul gerakan penting
di Inggris dan Skotlandia yang merupakan reaksi terhadap
degradasi mutu estetika pada hasil produksi massal masa
Victoria, dan sekaligus mengembangkan sikap artistik Arts

62
and Crafts untuk diaplikasikan dalam skala besar. Gerakan Art
Nouveau mendukung perlunya sensitivitas dan sensibilitas
seni pada karya terapan. Akan tetapi, mereka tidak mau
terjebak dalam spirit ‘Historikisme’ Abad Pertengahan seperti
para artisan Arts and Crafts. Mereka mengembangkan kreasi
baru – yang walaupun masih banyak mengambil inspirasi dan
sumber masa lampau – yang sangat bebas dan berani dalam
penciptaan aturan serta idiom baru.

Pelopor utamanya adalah Arthur Mackmurdo (1851 – 1942),


seorang arsitek yang banyak belajar dari pemikir Ruskin dan
arsitek James Brooks di London. Pada tahun 1883 Mackmurdo
membuat desain cover buku Wrens city churches, yaitu buku
tentang arsitektur. Karya cover buku tersebut dan karya
mebelnya dianggap merupakan contoh paling awal gerakan
Art Nouveau. Ia mendirikan ‘Century Guild’, studio yang
memolopori gaya Art Nouveau.

Pada tahun 1882 Lewis Day dan Walter Crane mendirikan Art
Workers Guild yang juga dianggap pionir dalam perkembangan
gaya baru ini. Gaya Art Nouveau awal bisa dikenali dari hias
yang organik, meliuk-liuk, tanpa aturan geometrik, dan stilasi
bentuk yang bebas dan imajinatif. Kalau para artisan Art and
Crafts masih menganggap ornamen itu pelengkap obyek,
seniman Art Nouveau sudah sampai pada penyatuan struktur,

63
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
hiasan fungsi, dan ruang secara harmonis dan terpadu. Seluruh
obyek atau struktur itu merupakan hiasan yang menyatu
dengan fungsinya.

Di Skotlandia Charles Renie Mackintosh (1868 – 1928)


mengambil inspirasi dari seni Celtic dan menciptakan rumah
dan kelengkapan interior yang menggunakan pola curvilinear
dan hiasan -hiasan yang bersih dan terpikir. Kesan apik,
sensitif, tetapi dingin ini menjadi ciri utama Glasgow Style.
Gaya ini terlihat pada karya desain grafis J. Herbert Nair, Jessie
M. King dan M.G. Lightfoots.

Penyebaran Ke Eropa Dan Amerika


Karya ‘Art Nouveau’ justru mencapai puncak kematangan di
luar Inggris, yaitu Perancis, Belgia dan Spanyol. Di Perancis,
Hector Guimard (1867 – 1942) merupakan tokoh penting
yang berhasil mengaplikasikan gagasan ‘Art Nouveau’ dalam
skala besar pada sistem METRO di Paris. Guimard juga
menciptakan mebel dan interior gaya Art Nouveau yang
sangat bebas dan penuh kejutan pada Castel Beranger di Paris.
Tokoh Perancis lain adalah Emile Galle (1846 – 1904), seorang
botanist sekaligus seniman yang membuat studio mebel dan
kemudian pindah ke London 1904, pada tahun kematiannya.
Karya Galle terkenal karena memakai bentuk-bentuk flora dan
fauna sebagai penghias dan juga langsung sebagai struktur

64
mebelnya. Seniman mebel terkenal lainnya adalah Eugene
Vallin dan Eugene Galliard .

Rene Lalique (1860 – 1945) terkenal karena karya-karya kaca


dan perhiasan yang memberi arah baru pada perkembangan
desain perhiasan wanita di Eropa. Ia juga banyak memakai
unsur hewan dan tumbuhan sebagai inspirasi karyanya.

Di bidang desain grafis, Alphonse Mucha (1860 – 1939) adalah


pencipta poster ‘Art Nouveau’ yang paling popular. Ia lahir di
Wina namun akhirnya menjadi lebih terkenal sebagai seniman
Paris yang berhasil menangkap gairah dan kesemarakan kota
dalam ilustrasi poster dan tipografinya.

Seniman poster Perancis yang juga sangat terkenal adalah


Jules Cheret (1836-1932) dan pelukis Henri de Toulouse Leutrec
(1864 – 1901). Karya-karya mereka menjadi identik dengan
kehidupan malam di salon, bar dan teater Perancis.

Di Jerman, gaya Art Nouveau diadaptasi secara khas oleh


seniman dan Arsitek yang tergabung dalam kelompok
‘Jugendstill’ atau gaya muda, dalam poster – poster dan karya
mereka. Pelopornya antara lain Otto Eckmann (1865 – 1902),
Bruno Paul (1874 – 1968) dan Henry Van de Velde (1863 – 1957).
‘Jugendstill’ kemudian juga dikenal sebagai Munich Secession.

65
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Eckmann banyak membuat ilustrasi untuk majalah Pan
dan majalah Jugendstill tempat ia menciptakan tipografi
baru. Bruno Paul banyak membuat desain untuk majalah
Simplicismus sedangkan Van de Velde yang lahir di Belgia
banyak memberikan inspirasi pada rekannya dan kemudian ia
menjadi tokoh penting dalam Deutche Werkbund (1907).

Di Austria, gerakan ini didukung oleh seniman dan Arsitek


Wina, sehingga lebih dikenal sebagai Vienna Secession.
Tokohnya adalah arsistek Joseph Hoffman (1870-1956),
arsitek dan grafikus Joseph Olbrich (1867 – 1998) grafikus
Kolloman Mosser (1868-1918) dan pelukis Gustav Klimt (1862-
1918). Hoffman dan Olbrich pernah bekerja dan mengagumi
Arsitek Jerman Otto Wagner. Kelompok Austria ini kemudian
mengadakan pameran besar yang sangat terkenal berjudul
‘Ver Sacrum’ atau Sacred Spring’, 1898. Gagasan estetika
mereka dimasyarakatkan melalui majalah ‘Ver Sacrum’ yang
sekaligus memperlihatkan statemen gratis yang unik pada
komposisi illustrasi maupun tipografinya.

Di Spanyol, Antoni Gaudi (1852 – 1926) menjadi tokoh sangat


penting karena skala pekerjaan dan ambisinya yang masih
terekam dalam karya-karya besarnya yaitu Katedral ‘La
Sagrada Familia’ yang belum rampung, ‘Park Guell’, ‘Casa

66
Bartllo’ dan ‘Casa Milla’ di kota Barcellona. Ia menganggap
penciptaan rumah, katedral dan taman seperti penciptaan
karya seni yang setiap detailnya harus diperhatikan dengan
cermat dan khas. Ia menghindari pengulangan solusi desain
pada setiap bagian karyanya.

Di Belgia, tokoh utama Art Nouveau adalah Baron Victor


Horta (1861-1947), Ia memakai motif hias floral yang konsisten
dari karpet sampai atap, struktur dan railing tangga dengan
panduan yang elegan dan jernih.

Di Italia, karya Art Nouveau tidak terlihat pada bangunan dan


interior, dan pengaruh ini lebih terlihat pada desainer-desainer
grafisnya. Tokohnya antara lain Giovani Mataloni, Leonetto
Cappiello dan Macello Dudovitch. Mereka menamakan diri
kelompok ‘Novacento Style’.

Di Amerika, karya Art Nouveau lebih menonjol pada desain


grafis dan produksi asesori interior. Pengaruh Art Nouveau,
terutama dari Perancis, banyak terlihat pada majalah LIFE
dan HARPER’S BAZAR, dimana terdapat illustrasi dan desain
karya Will Bradley, Maxfield Parrish, Edward Penfield dan
Charles Danna Gibson. Karya asesoris interior dan perhiasan
diproduksi oleh Louis Comfort Tiffany di New York.

67
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Gerakan Art Noveau lebih berhasil daripada Art and Craft
dalam memasyarakatkan suatu estetika baru yang secara
komersial sukses.

Seniman Art Noveau juga tidak alergi terhadap mesin dan


tidak terlalu fanatik terhadap hasil kerja kria. Mereka lebih
berhasil mengadaptasi modernisasi dan industrialisasi dan
menciptakan karya yang tetap punya pesona karakter khas.
Namun, gerakan mereka berhenti sebagai gerakan ‘stylish’
dan tidak dapat lebih jauh menyesuaikan diri secara massal
dengan modernisasi lanjut.

Beberapa tokoh dapat bertahan, walaupun tidak dalam sekala


industri yang besar. Mereka tetap memakai semangat Art
Noveau dalam hasil produksi masinal dan tetap mempunyai
penggemar terbatas. Yang perlu dicatat adalah toko ‘Julius
Meier Graefe’ di Munich, Samuel Bing di Paris, Arthur L. Liberty
di London dan L.C. Tiffany di New York.

Secara umum, berbagai gaya para pesohor Art Nouveau ini


dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yang pertama
adalah ‘High Art Nouveau’ atau masa puncak, yang terlihat
pada karya Gaudi, Guimard dan Horta, dan karya masa akhir
yang terlihat pada karya Hoffman, Mackintosh dan Wagner.
Pada masa ‘High Art Nouveau’ terlihat kecenderungan

68
‘Stylistic’ dan ‘Individualisme’ yang sangat besar. Mereka
bekerja lebih seperti seniman yang bebas berkreasi secara
emosional. Sedangkan pada kelompok kedua mulai terlihat
suatu rasionalisasi dan sikap yang lebih penuh pertimbangan
dalam komposisi bentuk, ruang, elemen dan hiasan.
Karya mereka, merupakan jembatan ke arah berbagai
kecenderungan yang berlangsung pada kematangan
modernisasi di abad ke-20.

gbr. 43
A.H.MC. MURDO,
Sampul muka buku
‘Wren City Church’, 1883
Arthur Mc. Murdo
adalah Arsitek
pendukung ‘Arts and
Crafts’ yang gigih di
Inggris. Pada sampul
buku tentang salah satu
bangunan karyanya,
ia melukiskan huruf
yang menyatu dengan
latar belakang yang
meliuk-bergelombang.
Karya ini mengawali
kecenderungan desain
grafis ‘Art Nouveau’
kemudian. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

69
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
PLAKATSTIL

Pada Tahun 1910 Dr. Hans Sachs, editor majalah Jerman yang
khusus untuk seni poster ‘Das Plakat’ melihat bahwa para
industrialis Jerman telah melihat batasan jelas antara seni-
poster komersial dan poster-seni yang hanya merupakan
media ekspresi. Prejudisme kaum borjuis terhadap seni dan
seniman masih kuat. Para industrialis tidak merasa perlu
produknya dipromosikan melalui karya seniman terkemuka,
seperti juga seniman terkemuka juga tak mau lagi mengotori
tangan dengan menciptakan iklan. Para pedagang tidak
lagi tertarik pada desain poster yang indah, mereka lebih
menginginkan desain yang langsung dan mengena dan dapat
menjual produknya dengan cepat.

Pada tahun 1907, Herman Matheus dan Harry Graf Kessler


mendirikan kelompok kerja ‘Deutcher Werkbund’ yang
mengumpulkan arsitek, ‘industrial designer’ dan ‘graphic
designer’ yang merupakan profesi baru. Kelompok ini
menyadari degredasi estetika karena komersialisme industri,
namun mereka yakin bahwa untuk mengatasinya desainer
justru harus mengusai dan menyesuaikan diri dengan
mekanisme dan prosedur industri. Seorang pelopor ‘Werk
bund’, Peter Behrens, kemudian secara seksama dan tekun
mengukuhkan kehadiran profesi ‘desainer industri’ dan

70
‘desainer grafis’ di Jerman dan menjadi penemu konsep
‘corporate identity’ serta ‘product identity’ pada produk AEG.
Gaya ini adalah gaya yang dikembangkan khas untuk poster
yang masih populer. Namun kemudian juga dipakai dalam
media lain. Karena mobilisasi masyarakat waktu itu telah lebih
cepat dan kompetisi juga meningkat maka gaya ini cenderung
menghilangkan detil statement visual dan verbal yang tidak
penting. Karenanya timbul rancangan yang ‘eye cathing’ dan
secara cepat mengkomunikasikan pesan esensial.

Bila Munich terkenal karena ‘Jugendstill’, maka di Berlin yang


merupakan pusat industri dan dagang muncul kelompok
‘Berliner Plakat’ atau lebih dikenal dengan ‘Plakatstil’. ‘James
Pryde’ ‘William Nicholson’ yang tergabung dalam ‘Beggarstaff
Brothers’ di London pada akhir Abad 19 telah menciptakan
poster dengan desain yang sederhana dan kuat. Desain seperti
ini sangat sesuai dengan semangat efisiensi dan agresivitas
industrialisasi dan kemudian mengilhami banyak desainer
sesudahnya. Pada karya ‘Plakatstil’ terlihat konsep blok
warna dan bidang warna yang kuat, obyek yang terfokus
dan hilangnya ‘dekoratifisme’. Desain kelompok ini bersifat
langsung ke sasaran (Straight-forward) dan menjauhi detil
yang tidak bermakna. Plakatstil juga dapat dikenal huruf-huruf
extra bold dan menonjol.

71
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Desainer yang terkenal antara lain Ludwig Hohlwein, J.D.
Smith, Walter Kampman, Pirchan, Lucian Bernhard, dan Hans
Rudi Erdt.

gbr. 44
Plakatstil ; Lucian
Bernhard, Adler
Typewritter Poster
(1908), Hans Rudi
Erdt, Opel Poster, 1911
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

WIENER WERKSTATE

Sebagai kelanjutan gaya kelompok ‘Vienna Secession’ Austria,


di Wina muncul ‘Wiener Werkstate’ atau ‘kelompok kerja Wina’.
Kelompok ini dipengaruhi oleh pemikiran Josef Hoffman dan
Koloman Moser. Hoffman menyatakan bahwa karya terapan
harus : menciptakan keakraban antara desainer, ‘craftman’
dan publik serta menciptakan suatu produk yang memenuhi
kebutuhan secara simple dan baik.

Gaya ini juga merupakan contoh konsep komunikasi yang


mementingkan penyampaian pesan yang cepat dan langsung,
tanpa gairah ornamentik dan kegenitan visual. Gaya ini dipakai
pada berbagai jenis media cetak, dan tidak memerlukan suatu
teknik cetak yang canggih.

72
Dalam desain grafis, karya kelompok ini terlihat dari
penggunaan garis dan bidang hitam-putih yang sangat kuat,
kesinambungan ruang positif-negatif yang terpelihara dan
stilasi atau distorsi figur-figur. Terlihat juga penciptaan huruf-
huruf yang unik yang diatur mengikuti bidang geometrik yang
ada, sehingga menjadi semacam ukiran lino atau wood-out.
Walaupun masih melanjutkan gejala ‘Art Nouveau’, kelompok
ini mulai memperlihatkan sikap baru yang menjauhi kegenitan
dan romatikisme desain. Meraka mulai merasa tidak perlu
menciptakan sesuatu yang indah hanya demi keindahan,
tetapi lebih mengusahakan suatu visualisasi yang kuat dan
berkarakter.

Gaya Desain Grafis ‘Wiener Wekstate’ dapat dilihat pada karya


Moritz Jung, Max Bernischke, Josef Brukcmuller dan pelukis
ternama Oskar Kokoschka.
gbr. 45
MORITZ JUNG (3 buah
karya), 1903, sampul
majalah. (Heller, Steven
dan Chwast Seymor:
1988.)

73
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
74
Gaya
Desain
5
Modern

Industrialisasi telah menciptakan tatanan masyarakat yang


baru, merata di Eropa dan Amerika Utara dan mulai menyebar
ke negara-negara koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika
Selatan. Transportasi semakin dinamis dan cepat dan jaringan
kereta api telah menjadi ikon zaman, maka ikon zaman awal
abad ke-20 adalah mobil, kapal terbang, permukiman modern,
jalan-jalan raya serta gedung-gedung pecakar langit.

Revolusi industri dimungkinkan oleh energi batu bara,


sedangkan modernisasi selanjutnya dipercepat oleh bahan
bakar minyak bumi dan pembangkit tenaga serta sistim
distribusi listrik. Jaringan telpon dan sistem telekomunikasi

75
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
serta broadcast radio mempercepat transformasi sosial-
ekonomi diberbagai tempat.

Para pionir desain modern melihat gejala baru ini dan


mengantisipasi perubahan yang terjadi di dalam karya-karya
mereka. Gaya hidup dan sikap hidup baru tercermin dalam
berbagai manifestasi desain keperluan sehari-hari masyarakat
industri yang selalu menginginkan perubahan, pembaruan,
dan sensasi. Karena itu benda-benda yang diciptakan harus
senantiasa dapat memenuhi tuntutan fungsional maupun
psikologis yang cenderung selalu berganti. Para industrialis
melihat bahwa mereka harus selalu mengamati kondisi dan
keinginan masyarakat. Kemudian mereka belajar bahwa
keinginan dapat dikondisikan. Berbagai gejala dan fenomena
produksi ini tercermin dalam perkembangan Desain Grafis
abad ke-20.

Berbeda dengan keadaan sebelumnya dimana pendekatan


desain grafis masih berangkat dari landasan yang seragam,
maka konsep desain modern berangkat dari berbagai landasan
pemikiran yang beragam. Suatu transisi yang bersifat evolusi
visual seperti pada masa Victoria sampai ‘Arts and Crafts’, ‘Art
Nouveau’ dan ‘Plakatstil’ tidak lagi berlanjut. Gejala baru yang
muncul adalah berbagai trend, gerakan dan gaya yang sangat
bervariasi dan kadang-kadang tampak kontradiktif.

76
Gerakan-gerakan ini disebabkan oleh berbagai pengaruh, baik
yang akademik-rational maupun yang berasal dari pemikiran-
pemikiran spontan seniman murni. Perwujudan konsep
mereka yang beragam, mulai dari yang emosional, sampai
pada gaya formalistik dan stylish atau ‘romantik’ secara umum
tak ada satu ciri visual atau kesamaan landasan konsep formal
yang sama. Kalau ada ciri zaman, mungkin yang paling penting
adalah ledakan kebebasan interprestasi terhadap tugas yang
diberikan. Ciri-ciri utama, modernisasi adalah rasionalisme
dan individualisme dan kebebasan berpikir dan desain grafis
modern mempelihatkan dengan jelas kebebasan ini.

RASIONALISME DESAIN DAN BAUHAUS


DI EROPA

Pada perpindahan abad ke-19 – ke-20 gerakan yang dianggap


besar dalam perkembangan desain adalah Art Nouveau.
Gerakan ini memberi kebebasan stylish untuk gagasan dan
imajinasi para arsitek, pembuat mebel, dan grafikus.

Pada waktu bersamaan muncul juga konsepsi-konsepsi desain


yang lebih rasional dan mengacu pada perubahan teknologi
dan sosial masyarakat industri. Kelompok ini lebih melihat
proses desain sebagai proses intelektual yang harus dapat

77
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
memecahkan berbagai masalah fungsional, baik dalam segi
teknis operasionalnya maupun penampilan rupanya. Mereka
sadar, bahwa ciptaannya adalah untuk orang banyak dan akan
menjadi bagian pengalaman kolektif masyarakat. Karena itu
mereka sangat memperhatikan kondisi masyarakat sebagai
parameter desain, baik kondisi sosial- budaya maupun kondisi
fisik serta aspek ekonominya.

Kelompok inilah yang dianggap sebagai pionir Desain Modern,


yang kemudian mempunyai pengaruh besar terhadap konsepsi
dan polemik desain di abad ke-20. Dalam awal modernisasi,
kembali para arsitek mempelopori pemikiran baru dan konsep
baru dalam desain gedung mereka. Masa awal ini terjadi di
Eropa dan Amerika.

Di Eropa para penganjur Modernisasi Desain dan Arsitek


pionir Eropa kebanyakan telah terlibat atau mengetahui
perkembangan reformasi konsep desain yang terjadi pada
gerakan ‘Art and Crafts’ dan ‘Art Nouveau’. Mereka melihat
bahwa perkembangan kedua gerakan tersebut masih
dibayangi oleh sisa semangat ornamentasi, kecenderungan
‘stylish’ dan tradisi ‘historikisme’ Victoria. Gaya-gaya tersebut
belum tepat mencerminkan perubahan sikap, perkembangan
teknologi dan kebutuhan fungsional masyarakat industri
modern (pada waktu itu). Oleh karena itu, mereka mulai

78
melihat ‘bentuk’, ‘teknik’, ‘material’ dan ‘fungsi’ dengan
sensitivitas dan sensibilitas baru.

Di Wina, transisi ini terjadi pada kelompok ‘Vienna Secession’


dan dapat dilihat pada karya Otto Wagner (1841-1918) Josef
Maria Olbrich (1867 – 1908), Joseph Hoffman (1870-1955)
dan Adolf Loos (1870-1933). Otto Wagner adalah inspirator
para arsitek dan desainer Austria. Gedung ciptaannya, kantor
Tabungan Pos di Wina (1905), dianggap contoh dari simplikasi
desain dan ekspose struktur yang jernih dan anggun

Di Jerman transisi ini terjadi pada kelompok yang punya


hubungan dengan kelompok Austria sehingga sering disebut
‘Munich Secession’. Mereka adalah R.A Schroder (1878 – 1962),
Hans Poelzig (1869-1968) dan Max Berg (1870-1947). Transisi
ini dimatangkan oleh tokoh – tokoh modernist Jerman sejati,
Walter Gropius (1883-1969), Ludwid Mies van der Rohe (1886 –
1969) dan Peter Behrens (1868-1940).

Olbrich menciptakan dan mendesain gedung Sezession di


Wina (1898-9) yang menjadi monumen kelompok ini, dan
gedung “ Hochzeitsrum” di Darmstat (1907-8), pusat koloni
seniman yang disponsori oleh Grand Duke of Hessen. Gedung
ini bersih dari hiasan dan mulai memperlihatkan perpaduan
harmonis antara bentuk, skala dan material.

79
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Hoffman membangun ‘Convalescent Home” di Purkerdorf
(1903–4) yang memperlihatkan bentuk sederhana namun
anggun. Gedung rancangannya Palais Stoclet di Brussel (1905)
merupakan referensi klasik gaya Wina yang punya pengaruh
jauh sampai pertengahan abad ke-20.

Loos menciptakan ‘Steiner House’ di Wina (1910) yang mulai


memperlihatkan gaya rasionalisme murni yang hanya bermain
dengan kotak, jendela persegi dan ruang, tanpa border atau lis
atau bentuk tambahan yang tidak perlu.

Di Jerman, Schroder menciptakan rancangan flat untuk


A.W. von Heymel di Berlin (1899) yang memperlihatkan
pertentangan terhadap gaya stylish dan dekoratif Art Nouveau.
Poelzig menciptakan gedung perkantoran di Breslau (1911)
dan pabrik kimia di Luban (1911-12) yang memperlihatkan
puritanisme formal Jerman.

Gropius menciptakan pabrik di Leine (1911) dan suatu


model pabrik untuk pameran ‘Werkbund’ di Cologne (1914).
Bangunan-bangunan ini menjadi contoh penting modernisme
dan rasionalisme bentuk yang terjadi karena sifat teknik dan
bahan. Gropius kemudian menjadi tokoh penting dalam
Bauhaus di Weimer. Mies van der Rohe, menciptakan rumah
untuk Mrs. Kroller – Muller (1912) dimana terlihat kecermatan

80
skala dan proporsi serta kepekaan mengatur bidang dan
komposisi kubistik. Mies van der Rohe kemudian menjadi
tokoh penting Bauhaus di Amerika.

Henry van de Velde, seorang pendidik dan seniman Belgia,


dan Herman Matheus, pemikir desain Jerman, mendirikan
Deutche Werkbund (1907), yang menjadi forum eksperimen
dan pembicaraan desain modern Jerman. Salah satu tokohnya
adalah Peter Behrens yang membuat desain pabrik di
Huttenstrasse (1909) dan Voltastrasse, Berlin (1911) pada
keduanya terlihat rasionalisme, strukturalisme dan kelugasan
Jerman. Behrens juga merancang gedung untuk pameran
seni ‘Oldenburg Exhibiton’ yang lebih ramah dan ringan.
Peter Behren kemudian menjadi desainer pertama yang
secara sadar menerapkan Corporate Style pada bangunan,
produk, pabrik serta desain grafis untuk promosi produksinya.
Behren dianggap desainer pertama yang merancang ‘identity
program’ modern. Ia juga dianggap pelopor desainer produk
modern.

Semangat modernisasi, rasionalisasi, dan puritanisme desain


tidak berkembang di Inggris, Perancis, Spanyol dan Italia, dan
lebih disambut oleh desainer Austria, Jerman, Belgia, Belanda,
Swiss dan Amerika pada awal abad ke- 20.

81
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Puritanisme formalistik dan rasionalisme serta intelektualisme
desain menjadi lebih tersebar dengan didirikannya sekolah
Bauhaus (Staatliches Bauhaus) Weimer yang merupakan
gabungan dua sekolah desain yaitu ‘Grossherzogliche
Sachsische Kunstgewerbeschule’ dan ‘Hocheschule’ fur
Bildende Kunst’. Direktur pertamanya adalah Walter Gropius
dan pengajarnya adalah arsitek, desainer, dan seniman terkenal
di Jerman yaitu Lyonel Feininger (1871-1956 ), Johanness Itten
(1888-1967), Adolf Meyer (1881-1929), Paul Klee (1879-1940),
Wasilly Kandisky (1886-1940) dan Moholy – Nagi (1895 –
1946). Bauhaus menjadi contoh dan model pendidikan desain
modern, yang menekankan pembinaan semangat eksplorasi
eksperimental, pengenalan pada karakter teknik dan bahan,
craftmanship, serta sensitivitas dan sensibilitas penggunaan
berbagai elemen. Bauhaus juga memberi ruang bagi perbedaan
pendapat dan kegiatan multidisiplin.

Mahasiswa dilatih untuk bebas bersikap dan dapat menemukan


sendiri nilai artistik pada setiap material dan elemen rupa.
Mereka menjadi peka dan punya imajinasi, namun pragmatis
dan akrab dengan teknologi.

Pada tahun 1925 Bauhaus pindah ke Desau tempat ia


bergabung beberapa tokoh penting, antara lain; Marcel Breuer
(1902 – 1981), Hannes Meyer (1889 – 1954), dan Josep Albers

82
(1899-1968). Selanjutnya sekolah ini dipindahkan lagi ke Berlin
(1930) dan dipimpin oleh van Der Rohe sampai kerusuhan dan
teror politik Nazi membubarkannya. Sekolah ini kemudian
dibentuk lagi di Chichago oleh tokoh-tokohnya yang hijrah ke
Amerika.
gbr. 46
FERDINAND ANDRI,
Poster pameran ‘Vienna
Secession’ (AUSTRIA)
Contoh lain karya
F. Andri yang
simbolik-metaforik.
Komposisi ornamen ini
membentuk ilusi ruang
luas dengan gunung
(dan pohon cemara)
serta langit dan awan
yang menjauh.

RASIONALISASI DESAIN DI AMERIKA

Berbeda dengan Eropa yang masih dipengaruhi referensi


gaya masa lampau, maka di Amerika, arsitek dan desainer-
desainernya lebih siap memasuki modernisasi dan lebih

83
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
berani menciptakan desain yang dapat mencerminkan
aspirasi kebebasan dan kemajuan industri. Kota-kota di baru
di Amerika, telah lebih siap mengantisipasi permasalahan
urban dengan menerapkan sistem skala yang lebih besar, serta
teknologi bangunan baru.

Era listrik telah memungkinkan dioperasikannya berbagai


sarana kota dan rumah tangga. Elevator atau lift, segera
dapat menjawab persoalan sirkulasi vertikal pada gedung
bertingkat banyak. Maka, segera desainer Amerika menjadi
pelopor bangunan monumental modern, yaitu gedung-
gedung bertingkat tinggi dan jembatan – jembatan yang
menggunakan sistem suspensi kabel. Pelopor awal modernisasi
desain arsitektur di Amerika adalah tokoh besar Henry Hobson
Richardson (1838 – 1886), Frank Loyd Wright (1867 – 1950) dan
Louis Sulivan (1856 – 1924).

Richardson, menciptakan Marshall Field Wholesale Store di


Chicago (1885-7), bangunan kerangka baja berlantai 7 yang
kokoh dan fungsional. Ia juga menciptakan gudang di New
Quay, Liverpool, Inggris, yang mulai memakai ceruk dan celah
sebagai elemen komposisi ruang. Pada situasi planologi pusat
kota besar di Amerika, dimana lahannya terbatas dan terjepit
gedung lain maka permainan ruang arsitektural menjadi
sangat terbatas dan para arsitek hanya dapat berkreasi dengan

84
penggarapan skala, organisasi fungsional dan pengolahan
permukaan (façade).

Sulivan, merancang ‘Wainwright Building di St. Louis, Missouri


(1890), bangunan bertulang baja 11 lantai yang lebih jelas
memperlihatkan prinsip dasar bangunan ‘fungsionalisme’.
Prinsip ini makin jelas pada bangunan Carson Pirie Scott
& Company, yang sudah secara tegas menggunakan grid
vertical-horizontal yang memper-lihatkan struktur luar dan
dalam gedung secara seadanya. Gedung-gedung Sullivan
adalah awal sejarah ambisi ‘pencakar langit’ di Amerika, dan
Sulivan penganjur utama fungsionalisme dengan semboyan
‘form follow functions”.

Wright sangat terkenal karena konsep ‘spatial’ ruang


ciptaannya yang sangat revolusioner, terutama dalam
bangunan rumah tinggal. Baginya, arsitektur adalah komposisi
bidang massa dan ruang fungsional yang dilakukan dengan
pengaturan bidang vertikal dan bidang horizontal. Bentuk
akan terjadi dengan sendirinya kalau pemahaman akan
kebutuhan ruang serta sensitivitas terhadap skala dan material
dapat diungkapkan dengan baik.

Karya-karya Wright yang paling terkenal antara lain ‘Robie


House’, Chicago (1909) dan ‘Falling Water’, Bear Run,

85
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Pennsylvania (1936). Keduanya mengejutkan karena dengan
konsep formalisme dan fungsionalisme yang kreatif dan
sensitif, ia berhasil menyatukan bangunannya dengan alam
secara harmonis. Gaya rumah karya Wright yang banyak
memakai konsep atap beton bidang horizontal itu biasa disebut
‘Prairie Style’. Karya bangunan monumentalnya seperti ‘Larkin
Building’ di Buffalo, New York (1904) masih memperlihatkan
pengaruh ‘Secessionist’ Austria – Jerman.

SETELAH 1920

Setelah para perintis desain modern melepaskan diri dari


berbagai paradigma dan kondisi sosio – cultural masa
Victoria, maka pada tahuan 1920’an perkembangan desain
telah mendapatkan landasan konsepsual yang sesuai dengan
kemajuan teknologi dan ekonomi masyarakat industri di Eropa
dan Amerika.

Bidang arsitektur, mulai menemukan idiom pribadi dan


interpretasi baru terhadap modernisasi. Kebebasan
individualisme masyarakat modern, memungkinkan
diciptakannya dan diterimanya pikiran – pikiran progresif.
Arsitek Le Corbusier (1887 – 1965) di Perancis menciptakan
‘Savoye House’ (1929) di Poissy-sur-Seine yang memperlihatkan

86
interpretasi fungsionalisme dengan konsep spatial harmonis
dan komposisi massa yang ‘segar’.

Le-Corbusier sangat cermat memanfaatkan ukuran dan skala.


Ia menganggap bahwa ukuran adalah kunci utama desain,
seperti notasi adalah elemen dasar musik. Ia juga menciptakan
kapel ‘Notredame du Haut’ di Ronchamp yang menjadi karya
spiritual besar. Pada bangunan ini dia berhasil menciptakan
suasana sakral yang sangat kuat dengan menggunakan bahasa
bentuk modern.

Di Belanda, Gerrit Rietveld (1888 – 1964) menciptakan ‘Schroder


House’ (1924) dan seri kursi ‘Merah-Biru’ yang menampilkan
perwujudan lain dari modernisasi. Ia menterjemahkan konsep
Neo Plastikisme pelukis Piet Mondrian kedalam desain gedung
dan mebel. Rietveld adalah tokoh penting kelompok ‘De Styl’.
Sementara itu Gropius dan Mies van der Rohe tetap
meneruskan garis rasionalisme desain dan ketika institusi
Bauhaus di Weimar ditutup oleh partai Nasionalis Nazi (1993),
mereka pindah ke Chicago, Amerika dan menjadi tokoh
modernisme desain dan pendidikan desain terkemuka. Di
Amerika, penyempunaan jaringan listrik dan kemakmuran
ekonomi memungkinkan dibangunnya gedung pencakar
langit.

87
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Kondisi pusat kota industri seperti New York dan Chicago
menyebabkan perkembangan khas arsitektur monumental
Amerika, Disinilah Mies van der Rohe mempraktekkan
fungsionalisme sejati pada gedung ‘besi-kaca’nya. Ia
berpendapat “Less is more”.

Peranan para arsitek pada desain mebel dan kelengkapan


interior masih sangat dominan. Mereka menemukan sintesa
logis antara fungsi, bentuk dan teknologi dalam ciptaan –
ciptaan mereka. Arsitek yang dianggap penting adalah antara
lain; Le Corbusier, Mies van der Rohe dan Marcel Breuer.

Di Swedia, arsitek Gunnan Asphund (1885-1940) dan di


Finlandia arsitek Alvar Aalto (1898-1976), memelopori dan
mengembangkan gaya ‘Scandinavia’ yang sederhana, jujur,
dan elegan. Selain dalam bidang mebel dan interior, Arsitek
Peter Behrens di Jerman dan arsitek Eileen Gray (1879 – 1976)
di Inggris merupakan pelopor dalam bidang desain produk.
Setelah 1920, bidang desain produk mulai menemukan
tempat dan peranan yang penting dalam mekanisme industri
dan pemasaran global.

Pelopor-pelopor dalam profesi desainer industri adalah


Norman Bel Geddes (1893-1958), Raymond Loewy (lahir 1893)
dan Henry Dreyfuyss (1903-1972) di Amerika serta Harold van

88
Dorren (1895 – 1957) di Belanda dan Oscar Barnack (1879-1936)
di Jerman. Mereka mulai melihat peluang bahwa teknologi
dapat diterapkan pada rumah tangga biasa.

gbr . 47
A.L RICH, Logo untuk
General Electronic, N.Y.
1890 (USA).
Logo yang punya
spirit ‘Art Nouveau’ ini
ternyata bisa bertahan
dengan baik pada
zaman yang lebih
modern ini. Tanda
ini sudah punya citra
kuat tentang kualitas
produknya. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

gbr. 48
PETER BEHREN,
Perkembangan Logo
AEG, 1895-1912 (USA).
Evolusi bentuk logo
AEG yang terjadi
selama akhir abad
19 sampai 1912
memperlihatkan
pengaruh gaya modern
yang lebih tegas. Peter
Behren juga mendesain
produk alat rumah
tangga bertenaga
listrik. Ia adalah
desainer pertama
yang menerapkan
pendekatan ‘Corporate
Image’. (Heller, Steven
dan Chwast Seymor:
1988.)

89
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Desain telah dianggap sebagai suatu disiplin tersendiri,
yang memerlukan penguasaan teknologi, ilmu pemasaran
dan sensibilitas kesenimanan. Berbagai acuan dan standar
profesional mulai melembaga. Institut Desain Chicago yang
merupakan kelanjutan Bauhaus, menjadi tempat pendidikan
formal desainer yang ternama, dan menjadi model banyak
institusi lain di dunia.

Le Corbusier mengembangkan konsep proporsi yang


sempurna, serta prinsip modulor dan sistem Grid yang
menjadi pegangan umum para desainer. Henry Dreyfuss dan
Otto Neurath mendalami dan menekankan perlunya ukuran
tubuh dipakai sebagai salah satu dasar terpenting desain. Ilmu
Ergonomi dan Antrhopometry menjadi dasar penting profesi
desainer, sehingga dalam setiap rancangan, desainer harus
sadar akan perlunya memperhatikan ‘human factor’.

Bidang desain yang mengalami perkembangan bentuk pesat


setelah 1920 adalah otomotif. Setelah Ford mengeluarkan
Model – T (1909) dan dikembangkan menjadi T-Roadmaster
(1926) industri mobil lain mulai mengembangkan model dan
warna beragam. Dibidang desain grafis, modernisme terlihat
dari perkembangan tipografi yang menjadi lebih logis dan
fungsional, komposisi yang lebih tegas dan ditinggalkannya
gaya illustrasi romantik dan naratif serta hiasan yang

90
berlebihan. Sementara itu Fotografi mulai menggantikan
illustrasi. Teknologi cetak mendukung rancangan berwarna dan
sistem press linotype telah ditinggalkan ke sistem monotype.
Sistem cetak berwarna offset telah mulai dikembangkan.
Huruf-huruf yang tegas dan ‘keluarga huruf’ untuk berbagai
prioritas statemen telah lebih banyak.

Edward Johnston (1872-1944) di Inggris menciptakan huruf


san-serif untuk sistem informasi ‘London Underground’, 1916.
Bekas muridnya, Eric Gill (1882-1940) menciptakan berbagai
huruf baru yang lebih sesuai dengan semangat zaman. Yang
paling terkenal adalah Gill san-serif (1928). Moris Fullen Benton
menciptakan “Benton New Gothic’ san-serif, 1908. Dengan
standarisasi ukuran kertas mesin cetak, dan proses pra cetak,
maka secara bersama ditetapkan pula ukuran standar nasional
besar huruf dan jarak baris dalam ‘point’ dan ‘pica’.

91
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
92
Gaya
Desain
6
Modern Akhir

Bersamaan dengan gelombang rasionalisme dan formalisme


desain ini, berkembang gaya-gaya yang khas dan menaik. Gaya-
gaya ini merupakan kesinambungan dari berbagai gejala lain
dalam seni rupa pada umumnya atau desain pada khususnya.
Walaupun tidak bisa dikategorikan sebagai ‘fungsionalisme’’,
gaya-gaya ini tetap dianggap bagian tak terpisahkan dalam
‘Modernisme’. Yang terbesar dan berpengaruh diantaranya
adalah art Deco, Konstruktivisme dan Futurisme. Selanjutnya
muncul berbagai gaya yang lebih individual meskipun tidak
terlalu luas penyebarannya tetapi dipengaruhi oleh gaya-gaya
terbesar tersebut.

93
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
ART DECO

Modernisme telah melahirkan berbagai alternatif gaya yang


rasional, puritan, abstrak, dan lugs. Meskipun modernisme
juga melahirkan pendekatan yang lebih ekspresif, spontan,
dan impulsif. Namun, rupanya masyarakat masih menyukai
dekorasi.

Art Deco yang masih ada kaitannya dengan ‘Art Nouveau’.


Gerakan ini berawal dari para desainer yang menganggap
bahwa dekorasi masih diperlukan dalam lingkungan kita,
namun dekorasi tidaklah harus berupa ornamen atau pola hias
yang dominan. ‘Palais Stoclet’ di Brussel karya Josef Hoffman
dianggap transisi Art Nouveau ke Art Deco, dan gerakan ini
mulai menyebar setelah diadakannya “Exposition des Arts
Decoratifs et Industrielles di Paris (1925). Pameran ini menjadi
awal bangkitnya kembali kegandrungan desainer dan publik
Eropa akan ornamen.

Berbeda dengan pendekatan ‘skulptural’ pada puncak Art


Nouevau, karya Art Deco lebih ‘Arsitektural, tertib, mewah
dan elegan. Karya arsitektur Art Deco menjadi tanda zaman
keemasan seni pertunjukan dan hiburan di Amerika (Radio
City Music Hall, New York) sehingga untuk suatu masa, bentuk
gedung sinema di seluruh dunia mengikuti gaya tersebut.

94
Gaya ini juga menjadi gaya yang cocok untuk mencerminkan
kemakmuran, kemewahan dan sekuriti pada hotel, gedung
perkantoran (Empire State Building dan Chrisler Building di
New York) serta kapal pesiar mewah. Gaya Art Deco diterapkan
dalam berbagai skala, mulai dari perhiasan sampai pencakar
langit. Gaya ini juga terlihat pada desain poster, iklan – iklan
dan kemasan tahun 30-an.

Gerakan yang berdampak luas ini mulai dari pameran


tersebut, terutama Exterior, Interior, dan meubel yang ada
pada pavilion ‘Hotel d’un Collectionneur’ karya arsitek Jean
Patout dan desainer E.J. Ruhlmann. Gaya ini juga mendapat
inspirasi dari karya arsitek Josef Hoffmann di Brussel. Seperti
‘Art Nouveau’, gaya ‘Art Deco’ kemudian menjadi gaya besar
yang diaplikasikan pada rancangan bangunan umum, teater,
gedung bioskop, hotel, pencakar langit, meubel, kapal pesiar,
asesoris, dekorasi interior dan bahkan perhiasan. Gaya ini juga
dominan pada desain grafis tahun 30-an.

Gaya ‘Art Deco’ sangat bersandar pada ilustrasi dengan teknik


stylistic serta air-brush. Teknik ini banyak memanfaatkan
penyederhanaan bentuk dan ‘tone’, tetapi untuk mencapai
kesan dramatik dan kesan ruang yang khas. Teknik cetak
dan reproduksi telah lebih berkembang dan gaya ‘Art Deco’
diterapkan secara sangat meluas dalam berbagai media.

95
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Gaya ‘Art Deco’ dalam desain grafis mengembalikan lagi
‘Dekorativisme’ tetapi tidak harus dalam bentuk ornamen.
Kesan dekoratif bisa dicapai melalui permainan elemen
geometrik, blok tipografi, tekstur dan nuansa warna. Gaya ini
mengolah teknik stilasi dan permainan garis, bidang dan warna
yang teratur dan sensitif. Huruf-huruf ‘Art Deco’ unik dan segar,
serta dibuat dengan apik dan sensitif. Secara keseluruhan gaya
ini mengekspresikan suatu penampilan dan kesan yang elegan
dan berkelas.

Desainer ‘Art Deco’ banyak menggunakan efek background


‘air-brush’, stilasi figuratif yang tegas namun sensitif dan
angun dan penggarapan garis, bidang, warna, huruf, dan
tata letak yang tertib, terkontrol, dan efisien. Keanggunan
dan optimisme ini mencerminkan suatu zaman yang penuh
dengan gaya dan gairah hidup sekelompok masyarakat yang
sukses dan makmur.

‘Art Deco’ berawal dari Paris, lalu berkembang ke seluruh


Eropa dan akhirnya menjadi gaya yang besar di Amerika. Di
Paris dikenal A.M. Cassandre, Georges Lapape, Eduardo Benito
dan Jean Carlu. Di Jerman dikenal Schulz Neudamm dan Paul
Pfund. Di Swiss dikenal: Herbert Matter dan Noel Fantanet. Di
Amerika dikenal gaya ‘Streamline’ yang desainernya antara
lain : Otis Shepard, Robert Muchley dan Nemhard N. Culin.

96
gbr. 49
Magazine Ad ; Paris Art-
Deco Exhibition, 1925
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 50
French Art Deco ;
Eduardo Benito, Vogue
Cover, 1927 (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

gbr. 51
French Art Deco ; ;
A.M Cassandre ; Nord
Express Poster, 1927
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

97
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
KONSTRUKSTIVISME

Konstruktivisme merupakan gerakan yang dipelopori para


seniman Rusia yaitu Kasimir Malevich dan Vladimir Tatlin.
Walaupun, gaya ini ingin mengeksplorasi semacam struktur
dan basic element desain secara murni dan konsekuen tanpa
pretensi menghias, kenyataannya gerakan ini juga menjadi
‘gaya’ baru. Gerakan ini lebih banyak terlihat pada desain grafis
dan dekor teater. Hal yang menarik, adalah konsep bahwa
setiap bidang, bentuk, citra dan huruf dapat dipakai sebagai
elemen komposisi bentuk dan ruang yang dinamis namun
logis. Pada dasarnya mereka menghindari ‘beautification’ dan
mencari hubungan rasional yang bebas antar unsur.

Dalam desain grafis, Constructivism punya banyak persamaan


konsep visual dengan futurism yang dicanangkan oleh
Marinetti tahun 1909 di Italia, dan Publikasi Bauhaus yang
dibuat oleh Herbert Bayer 1923. Gejala menstrukturkan desain
supaya lebih murni (dari emosi) dapat dilihat pada karya
desainer grafis Balanda yang tergabung dalam ‘de Styl’.

Gerakan Konstruktivisme dimulai di Rusia, diawali oleh


berbagai eksperimen seniman-seniman yaitu yang disebut
aliran ‘Cubo-Futurism’, ‘Rayonism’ dan aliran mistik-non
obyektif ‘Supermatism’ yang dipelopori oleh Kasimir Malevich

98
dan Vladimir Tatlin pada tahun 1920. Mereka mencoba
menciptakan karya yang membuat pelihatnya lebih aktif
menafsirkan, bukan karya-karya yang konvensional dan
‘representational’. Karya mereka memberikan kebebasan
bagi pemirsa untuk menafsirkan susunan bentuk dan citra
yang disajikan, dan mulai memakai elemen dasar dan bentuk
geometrik serta warna-warna utama saja seperti hitam,
putih dan merah. Mereka juga mulai menciptakan karya-
karya kolektif yang bertema revolusioner (Rusia). Gaya ini
dipraktekkan dalam berbagai media cetak. Teknik yang khas
hanyalah transfer citra fotografis.

Karya desain grafis Konstruktivisme, dapat dikenali dari


komposisi potongan huruf, kata-kata dan montase-foto
yang bebas dan punya kesan ‘bermain’. Mereka banyak
menggunakan elemen dasar garis dan bentuk geometrik.
Komposisi elemen tipografi, foto dan elemen grafis yang lain
disusun tanpa aturan formal seperti pada penciptaan karya
seni. Mereke juga menggunakan warna-warna dasar dalam
bidang besar dan kuat. Dengan konsep seperti ini desain
Konstruktivisme tidak lagi bersandar pada citra visualisasi
yang dominan (ilustrasi atau foto tunggal) tapi pada konstruksi
berbagai elemen yang membentuk suatu susunan gambar.
Sinergi berbagai elemen ini membentuk kesan dinamik dan
ramai. Gaya ini sesuai dengan tema-tema revolusioner.

99
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Desainer grafis ‘Konstruktivisme’ antara lain Lassitzky,
Alexander Rodchenko, Alexei Gan, Solomon Telingater,
Vladimir Mayakovsky dan Varvara Stepanova.

gbr. 52
EL LSSITSKY,
Illustrasi ceritera anak,
1922
Lsstzky bertindak
lebih jauh, dengan
mencipta buku dongeng
anak yang ilustrasinya
geometrik murni, tanpa
polesan lain. Anak
– anak harus dididik
untuk memakai bahasa
bentuk dan simbol –
simbol yang abstrak
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

100
FUTURISME

Futuristik – Streamline; merupakan kecenderungan untuk


memberi bentuk pada produk kendaraan supaya mengurangi
‘air-drag’ sesuai dengan prinsip ‘aero dinamics’. Bentuk
ini kemudian memberi kesan masa depan, seperti yang
banyak digambarkan dalam cerita fiksi. Bentuk streamline
dimungkinkan karena teknik press logam dan aluminium
sudah lebih sempurna. Walaupun gaya streamline lebih
menggejala setelah Perang Dunia II, kecenderungan awalnya
telah muncul sebelum 1942 antara lain pada karya : Norman
Bel-Geddes, Model ‘Sreamline bus’ (1934) dan visi tentang
pesawat ‘Airliner’ (1929), Buckmister Fuller (1895 – 1983);
Model ‘Dymaxion Car’ (1932), Wally Byam; Airstream Caravan
(1934), Ferdinand Porche; VW Beetle (1937), Raymond Loewy;
‘Locomotif Railrod T-1’ (1942), Piere Boulanger; ‘Citroen Deux
Chevaux’ (1939). Dan pada eksperimen Mobil Burney di Inggris
1928 yang gagal. Bentuk ‘streamline’ dan ‘plastic’ akan menjadi
gaya penting pada perkembangan selanjut.

Selain trend dan gaya desain yang diaplikasikan pada


masyarakat, beberapa arsitek mencoba menggambarkan
lingkungan hidup manusia dimasa mendatang dengan
mengantisipasi permasalahan urban modernisasi awal.
Kegandrungan memproyeksikan kemajuan masa kini ke

101
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
kehidupan masa depan telah dimulai sebelumnya antara
lain oleh Viollet-le-Duc (Abad 18) yang melihat besi sebagai
bahasa zaman mendatang. Namun pemikiran lengkap
mengenai lingkungan atau kota metropolis masa depan
yang sudah memakai idiom modern lebih jelas digambarkan
oleh Tony Garnier (1869-1948), Sant’Elia, Paolo Soleri dan
Mario Chiattone di Italia serta Buckminster Fuller (1895-
1983) di Amerika bersama beberapa tokoh terkenal antara
lain Corbusier, Bel Geddes dan Wright. Para futuris ini sering
dikritik sebagai utopis.

Pikiran-pikiran futurisme diawali oleh penyair Italia FT


Marinetti yang pada tahun 1908 mengikrarkan suatu
manifesto. Ia berpikiran bahwa para seniman tak perlu lagi
bernostalgia melihat ke masa lampau, dan tak perlu pesimis
melihat masa depan karena tak ada lagi jalan kembali. Kaum
futuris mengidolakan mesin dan teknologi sebagai totem spirit
baru modernisasi.

Desain grafis futurisme berangkat dari teori energi


universal harus tampak pada karya lukis dan karya grafis
sebagai suatu sensasi dinamik dan bahwa gerak dan
cahaya dapat meluluhkan benda-benda yang solid. Pelukis
Umberto Boccioni menyatakan Manifestonya bahwa
pelukis Futurisme harus menciptakan ‘garis-garis yang

102
bertenaga’, sensasi dinamik’ dan ‘perang atau benturan
bidang-bidang’.

Salah seorang eksponen gerakan ini, Furtunato Depero


merupakan penganjur utama Futurisme dalam karya grafis
terapan. Ia mendirikan dan menjadi editor majalah seni
mesin “dinamo”, membuat produksi siaran radio Futurisme
dan menciptakan produk-produk Futurisme yang lain.
Depero adalah contoh yang berhasil mempromosikan dan
mengaplikasikan gagasan-gagasan Futurisme ke dalam
masyarakat industri.

Pada masa ini sistim pemindahan citra fotografis ke dalam


media cetak telah dilakukan dengan cara membuat ‘screen’
atau ‘raster’ yang masih kasar. Teknik cetak telah berkembang
dlam hal kecepatan dan media cetak yang berkembang belum
ada loncatan teknik yang berarti.

Karya desain grafis Futurisme memang jels mencerminkan


spirit para tokohnya. Komposisi yang dinamik/penuh gerak,
anti nostalgia, benturan garis, bidang dan huruf, kebebasan
dan suasana gerak mesin. Karya Futurisme juga merupakan
awal pemakaian foto, kolase, dalam desain grafis. Selain Filippo
T. Marinetti dan Fortunato Depero, desainer lain adalah Gino
Seferini, Tullio D’Albisola, Ivo Panaggi dan Enrico Prampolinni.

103
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 53
Plakatstil ; Lucian
Bernhard, Adler
Typewritter Poster
(1908), Hans Rudi
Erdt, Opel Poster, 1911
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

EKSPRESIONISME

Kalau gaya-gaya yang kita kenal secara umum sebelumnya


adalah gaya yang masih apik dan teratur (walaupun
mengekspresikan kebebasan) maka di Jerman pada awal
abad ke-20 muncul gaya-gaya ekspresionistik yang sangat
jauh bertentangan dengan kaidah gaya lain. Gaya ini sama
sekali tidak mencerminkan suatu kesan komersial atau
keindahan yang lazim. Sebaiknya, gaya ini mencerminkan
suatu sikap protes, sikap prihatin dan anti keindahan. Sikap

104
ini mencerminkan situasi Jerman pra-Perang Dunia I yang
dihantui oleh berbagai tindak teror dan kekerasan oleh Partai
Nazi, dan dilanda kemelut ekonomi yang menekan.

Gaya ini menggunakan teknik sederhana dan cocok sebagai


media ‘jurnalisme-protes’. Suasana politik Jerman yang
muram itu menyebabkan munculnya penerbitan politik yang
banyak diisi karikatur dan ilustrasi satir oleh berbagai seniman.
Malajah tersebut antara lain ‘Simplicismus’, ‘Der Sturm’,
‘Jugend’ dan ‘Die Blaue Reiter Almanach’.

Karya-karya mereka dipengaruhi estetik kelompok ‘Die Brucke’


yang didirikan Emil Nolde, Karl Schmidt Rotluf, Ernest Ludwig
Kinchner, Max Pechstein dan kawan-kawannya di Dresden,
1905. Munculnya gaya ini dalam karya Grafis terapan dimotori
oleh kelompok ‘Der Blaue Reite’ yang diditikan oleh seniman
Rusia, Wassily Kandinsky dan seniman Jerman, Franz Marc.
Karena itu, terlihat penggunaan efek-efek wood-cut yang
kasar dan ekspresif serta suasana gelap dan getir. ‘Die Bruske’
dan ‘Der Blaue Reiter’ merupakan gerakan seni yang besar
yang terkenal dengan nama Ekspresionisme Jerman. Karena
itu gaya desain grafis yang sejiwa dengan kedua gerakan
tersebut disebut gaya Ekspresionisme. Seniman ternama
yang turut mengisinya antara lain Otto Dix, George Gorz, Erich
Mendelsohn, Oskar Kokoscha.

105
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 54
HANZ POELZIG,
Poster film, 1920,
PAULLENI, Sampul
buku, 1926, MAX
PECHSTEIN, Poster,
1919.
Karya desain
grafis Ekspresinisme-
Jerman yang spontan,
kasar dan sangat
ekspresionistik. Kesan
kasar dan sembarangan
ini disengaja untuk
memperkuat pesan ‘
protes’. (Heller, Steven
dan Chwast Seymor:
1988.)

VORTIKISME

Istilah Vortikisme dimulai oleh penyair Ezra Pound, 1914, yang


berarti vortex atau pusat energi. Kelompok ini merupakan
kelompok avant garde yang ternama di London, yang agak
mirip dengan gerakan kelompok Futurisme di Italia. Tujuan
gerakan Vortikisme adalah secara agresif menentang semua
yang “lama dan dekaden”, serta menciptakan masyarakat
baru yang dinamik.

106
Pound dan Wyndham Lewis mendirikan majalah “BLAST” yang
berisi isu-isu sentral politik dan sosial di Inggris yang dibahas
secara tajam. Mereka mencetak majalah dengan warna-warna
yang “tidak enak” dan menciptakan deformasi figur dalam
lansekap. Selain hal tersebut tak ada perkembangan yang
berarti.

Berbeda dengan desain grafis futurisme yang lebih “ramai”


dan terpencar”, desain kelompok Vortikisme lebih simple dan
terfokus serta efisien. Gaya ini memperlihatkan enersi yang
kuat dan terarah dalam komposisi yang dramatis dan efisien.
Tipografi diatur dengan terpisah dan jelas. Desainernya antara
lain : Wyndham Lewis, William Roberts, dan E.Mc.Knight
Kauffer.
gbr. 55
Lucian Bernhard, Adler
Typewritter Poster
(1908), Hans Rudi Erdt,
Opel Poster, 1911 E.
Mc. KNIGHT KAUFFER,
Poster untuk Koran
Dally Herald, 1919
Pada tahun 1914, Ezra
Pound, penyair Inggris
memperkenalkan
istilah Vortikisme yang
berasal dari “Vortex”
atau pusat enersi.
Istilah ini menjadi aliran
seni yang harus dapat
mengekspresikan
gerak dan enersi secara
gamblang dan tegas’.
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

107
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
DE STIJL (THE STYLE)

‘De Stijl’ adalah majalah yang dimotori oleh arsitek, desainer,


pelukis dan penulis Theo Van Doesburg. Tidak seperti gerakan
lain, gaya ‘De Stijl’ bukan dipelopori oleh suatu grup tetapi
dilakukan oleh desainer-desainer secara terpisah. Beberapa
malahan tidak pernah bertemu. Konsep ‘De Stijl’ merupakan
konsep puritan yang menghindari segala sesuatu yang
emosional. Mereka hanya mempergunakan elemen geometrik-
abstrak yang terukur, dengan bersih dan tertata apik. Dalam
desain ‘De Stijl’ yang terlihat hanyalah garis vertikal-horisontal,
bidang warna,blok warna dan warna-warna dasar hitam-putih-
merah dan biru.

Tak hanya perkembangan teknik dan gaya ini banyak dipakai


dalam media-media yang berkaitan dengan kegiatan desain
atau desainer.

Desain grafis bergaya De Stijl hanya menggunakan elemen


geometrik murni, garis dan bidang rektangular dan ‘rekta
linear’ serta warna murni dan tipogafi san-serif yang bersih
dan kuat, mereka menciptakan komunikasi grafis yang
inovatif dan efisien. Tipografinya sejalan dengan kelompok
New typography yang lugas dan tegas. Konsep tipografi ini
diwujudkan melalui penggunaan huruf-huruf san-serif yang

108
menekankan sifat rektangular. Konsep kemurnian warna
dan bentuk ini selaras dengan konsep pelukis besar Belanda
Piet Mondrian and arsitek-desainer ternama Gerit Rietveld
yang beranggapan bahwa elemen dasar bentuk dan warna
yang murni, serta komposisi vertikal-horisontal saja sudah
merupakan bahasa universal yang dapat dipakai untuk
menyampaikan berbagai ‘statemen’ estetik.

Desainer yang menciptakan desain grafis dengan gaya ‘De


Stijl’ antara lain Theo Van Doesburg, Vilmos Hulzar, dan Piet
Zwart.

gbr. 56
De Styl ; L. Moholy
Nagi, Theo van
Doesburg, Book Cover
Bauhaus, 1925 (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

109
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
BAUHAUS

Pada tahun 1914 di Jerman terjadi reformasi pendidikan oleh


para tokoh yang mulai melihat masalah mendasar pendidikan
seni-murni dan desain. Mereka mencoba mendapatkan suatu
sistim dimana mahasiswa seni dan desain mendapat latihan dan
pengetahuan dasar yang sama sebelum melanjutkan ke bidang
yang dominati. Pada tahun 1919 Welter Gropius ditunjuk menjadi
direktur suatu sekolah yang merupakan gabungan dua istitusi
yaitu sekolah seni ‘Weimar Kunsthewerbeschule’ yang tadinya
dipimpin oleh Henry Van de Velde dan ‘Dusseldorf School of Arts
and Crafts’ yang tadinya dipimpin oleh Peter Behrens.

Sekolah baru itu dibentuk menjadi Das Staatliche Bauhaus


di Weimar yang memberikan dasar seni terapan melalui
satu kurikulum saja. Pada sekolah ini guru-guru membantu
mahasiswa menghadapi masalah kreativitas dan menemukan
idiom formal yang sesuai dengan gagasannya. Bauhaus
mendorong mahasiswa untuk ber-eksplorasi dan ber-
eksperimen dengan elemen dasar bentuk 2-D dan 3-D secara
sistematis, dan tidak menuntut mahasiswa menuruti suatu
gaya atau konsep tertentu saja. Tokoh-tokoh pendidiknya
antara lain Johannes Itten, Laszlo Moholy Nagy dan Theo Van
Doesburg. Di Bauhaus inilah Herbert Bayer dan Joost Schmidt
melatih para mahasiswa untuk menciptakan desain grafis

110
dan tipografi terapan berdasarkan suatu proses eksplorasi
visual dan eksperimen teknik. Walaupun para tokoh awal
Bauhaus tidak menganggap bahwa sistim mereka akademik
dan bahkan merasa anti-akademik, lembaga ini kemudian
menjadi tonggak awal pendidikan desain-modern. Tak ada
perkembangan teknik yang berarti; dan gaya ini banyak dipakai
untuk mengomunikasikan kegiatan desain dan kegiatan atau
buku-buku grup mereka sendiri.

Gaya ‘Bauhaus’ berkesan bebas tetapi formal dan hati-hati.


Masa ini banyak ditandai dengan penggunaan tipografi san-
serif dan kesadaran tinggi mengenai ruang kertas dan unsur-
unsur grafis yang ada. Mereka menyusun tanpa aturan rigid,
tetapi dengan cara menciptakan koneksi logis sehingga tetap
tampak ada keteraturan. Desainernya antara lain Herbert
Bayer, Joost Schmidt, Mirgit Terry-Adler, Johannes Itten dan
Laszlo Moholy-Nagy.

gbr. 57
HERBERT BAYER, 1924
dan 1923 , LUDWIG
HIRSCHFELD 1925,
Poster
Karya puritan desainer
Bauhaus yang
secara konsekwen
mengolah elemen
dasar geometrikuntuk
menciptakan kesan
bersih, seadanya,
rasional dan tegas
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

111
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
NEW TYPOGRAPHY

Kelompok New Typography di Jerman menolak aturan tipografi


klasik yang menetapkan proporsi ukuran dan sistim tata letak
mengenai keindahan huruf dan rangkaian huruf. Pelopornya,
El Lisstizky, mengaku mendapat pengaruh dari Marinetti
(Tokoh ‘Futurisme’), Wyndham Lewis (tokoh ‘Vortikisme’), dan
gaya tata letak John Heartfield pada majalah ‘Dadaisme’ ‘Neue
Jugend’.

Mereka mencoba mencari cara ungkapan grafis yang baru dan


banyak memanfaatkan yang dimungkinkan oleh teknik ‘Super
impose’ dan ‘Photo typography’ yang bisa memanipulasi
berbagai kemungkinan komposisi huruf. Selain itu tak ada
perkembangan teknik yang baru. Gaya ini lebih meluas dari
pada gaya-gaya yang lain.

Walaupun karya kelompok ini banyak kemiripan dengan


karya ‘Futurisme’, ‘De Stijl’, ‘Konstruktivisme’ dan ‘Bauhaus’,
karya kelompok ini punya penampilan yang khas. Karya
‘New Typography’ lebih terkontrol dan tertib penataan serta
penggarapan serta elemen grafis, fotografi serta tipografinya.
Maka, walaupun ada kesan dinamis dan main-main, fokusnya
jelas dan penampilannya lebih bersih. Penggunaan dan
penempatan fotografi dalam desain terasa lebih jernih dan

112
menjauhi pencampuran elemen yang rumit dan semerawut.
Teknik super impose dan montase juga dilakukan dengan
berhati-hati sehingga tetap rapih dan jelas.

Selain El Lisstizky, desainer-desainer New Typography antara


lain Jan Tschichold, Max Burchartz, Joost Schmidt, Ladislav
Sutnar, Zdenek Rossmann, dan Karl Tiege.

gbr. 58
Zdenek ROOSMAN,
1938 dan 4 karya
LASIDOV SUTNAN,
1930, Poster dan sampul
buku
Mengembangkan
kebebasan penggunaan
citra-visual fotografis
yang menarik dan lebih
hidup. Pada masa ini
telah ditemukan cara
untuk memindahkan
foto ke proses cetak
mekanikal dengan
memakai ‘raster’ atau
‘dots-screen’ (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

DADAISME

Dada tidak berarti apa-apa. Kata itu hanya bunyi yang


kosong, tetapi punya pesan yang sangat dasyat, begitulah
kata pelopornya, penyair Rumania, Tristan Tzara. Dadaisme
menentang segala macam seni yang mapan, termasuk

113
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
‘Ekspresionisme’ yang pada awalnya memberontak tetapi
kemudian mendapat tempat di masyarakat seni. Selain
Tzara, perintis lainnya adalah filsuf-penyair Hugo Ball dan
Emmy Hennings. Keduanya melarikan diri dari Jerman yang
sangat opresif dan tinggal di Zurich. Dari sinilah mereka
menyebarkan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk
karya-karya seni rupa, sastra, dan teater dari 1916 sampai
1918. mereka menyelenggarakan kabaret ‘Voltaire’ dan ‘Anti-
Art Happenings’ di café-café. Tokohnya antara lain Richard
Huelsenberg, Jean Arp dan Sophie Tauber-Arp.

Di New York gagasan ini dikembangkan oleh Marcel Duchamp


dan Francis Picabia yang mencoba melakukan perombakan
konsep estetik barat dan menyingkir balikkan logika dalam
seni. Di Berlin dikenal tokoh Raoul Hausman, George Grosz,
kakak beradik Wieland Herzfelde serta John Heartfiled.
Mereka menolak anggapan bahwa seni adalah puncak cita
rasa keindahan diri dengan jujur melalui gambaran horor,
dekadensi dan kegalauan masyarakat pada waktu perang.

Gaya dada menggunakan teknik media yang telah dipakai


oleh gaya-gaya lain seperti ‘Foto-montase’, ‘kolase’ dan teknik
‘super-impose’. Gaya ini banyak bermain dengan manipulasi
huruf dan gambar. Pada dasarnya gerakan ini adalah gerakan
protes karena itu penyebaran medianya terbatas.

114
Desain grafis ‘Dadaisme’ sangat impulsif dan tanpa mereka
juga mengeksploitir perpaduan citra yang kontradiktif
sehingga menimbulkan rasa muskil dan aneh, seperti pada
konsep ‘surealisme’. Mereka lebih mementingkan suatu
‘syok’ atau kejutan dari pada harmoni. Karya-karya desain
grafis ‘Dadaisme’ mengekspresikan suatu situasi kacau, tanpa
norma, tanpa etika dan tanpa moral.

Kebanyakan karya desain ‘Dadaisme’ dibuat oleh tokoh-


tokohnya sendiri. Beberapa Desainer lainnya adalah Kathe
Steinitz, John Heartfield, Hannah Hoch, Perkens dan Kwat
Schwitters.

gbr. 59
KURT SCHWITTERS,
Poster “Dada”, 1922
Kelompok seniman
“Dadaisme” muncul
di Jerman sebagai
ungkapan frustasi
dan kemarahan akan
situasi politik dan
masyarakat yang rusak
dan dekaden, Salah
seorang senimannya
Kurt Schwitters
banyak menciptakan
poster untuk kelompok
Dadaisme selalu
dibuat seenaknya,
tanpa aturan dan
pertimbangan. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

115
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
REALISME HEROIK

Selain gaya-gaya yang bermuara pad keperluan komersial-


industri serta gaya-gaya imbasan gerakan seni dan desain,
pada tahun 30-1n muncul gaya yang khas dan politik yang
disebut ‘Realisme Heroik’ yaitu seni propoganda atau PROP-
ART. Gaya Realisme Heroik dipakai pada kampanya dan
publikasi yang bersifat politis.

Landasan utama gaya ini adalah ilustrasi figur atau tokoh-


tokoh yang dilukiskan secara ‘romantik-dramatik’ untuk
menggugah atau menggelorakan semangat publik. Gaya
ini tidak sensitif terhadap emosi dan elemen dan cenderung
melebih-lebihkan suatu kesan heorik dan melengkapi dengan
tipografi yang kuat.

Gaya ini bersandar pada seni lukis dan seni ilustrasi heroik-
romantik yang dramatik. Gaya ini diterapkan pada media dan
program publikasi pemerintah secara besar-besaran.

Dalam perwujudannya, gaya ini memadukan kekuatan seni


komersial (promosi-iklan) dengan memberi motivasi romantik
mengenai kebangsaan dan kebersamaan. Ini adalah gaya yang
khas negara-negara komunis namun dipakai juga oleh bangsa
Jerman dan Amerika dalam propoganda mereka.

116
Karena ini lebih merupakan gaya pesanan, tidak banyak
desainer atau ilustrator terkenal yang bisa dikaitkan dengan
gaya ini. Beberapa yang terkenal adalah Victor Borisovich dan
Ludwig Holwein di Jerman.

Dalam masa modernisme desain grafis terjadi gairah inovatif


dan eksperimental yang luar biasa di Amerika dan Eropa.
Berbagai kemungkinan visual telah dicoba dan berbagai
konsep pemikiran telah dijelajahi. Tak ada gaya tunggal yang
dominan pada desain grafis kecuali gaya-gaya komersial
yang terus berkembang dan mengambil inspirasi dari gaya
eksperimental maupun gaya terobosan para seniman dan
perintis konsep desain.

Banyak kecenderungan atau konsep gerakan modernisasi yang


muncul lagi secara lebih terkristal pada masa Modernisme
Akhir. Perkembangan pada masa ini memang tidak se-
dramatis dan tidak sebanyak pada masa sebelumnya. Daerah
konsepsual tealh dicoba dan arah-arah serta terobosan baru
telah dibuka. Pada masa Modernisme lanjut, para desainer
menyempurnakan, mengembangkan dan mengaplikasikan
ke realita industri yang mulai lebih menghargai profesi Desain
Grafis. Profesi desain grafis sendiri berkembang dengan
marak bersamaan dengan perkembangan industri peiklanan,
kemasan dan penerbitan.

117
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Bersamaan dengan perkembangan, industri dan
pemasaran, terjadi perkembangan yang sangat cepat pada
teknologi cetak, teknologi pra-cetak, teknologi packaging
visualisasi fotografi. Penemuan komputer telah membantu
perkembangan dunia cetak dan penerbitan secara drastis
namun eksploitasi kemungkinan komputer untuk visualisasi
dan lay-out kreatif baru dimulai pad tahun 70-an. Pada
masa ini, terjadi dua arah yang menarik yaitu yang pertama
dimulainya internasionalisme (yang sudah mulai lebih awal
pada bidang desain lain) serta rasionalisme desain grafis, dan
yang kedua adalah terbentuknya sikap-sikap nasionalisme
atau regionalisme pada negara tertentu.

Keterlibatan desainer grafis pada puncak industrialisme


sudah semakin mantap dan berbagai spesialisme profesi
mulai bermunculan. Pada masa inilah desain grafis mendapat
tempat khusus di dalam perkembangan seni dan desain
serta mempunyai kelembagaan yang lebih profesional.
Hal ini terlihat dari bermunculannya pendidikan khusus
desain grafis di perguruan tinggi dan lembaga independen
lain serta makin banyaknya penerbitan buku dan majalah
mengenai desain grafis dan komunikasi visual. Desain grafis
juga sudah melembaga dalam perusahaan-perusahaan
besar serta perencanaan lingkungan melalui program

118
‘Corporate Communication’, ‘Corporate Identity Program’ dan
‘Environmental Graphics’ atau ‘Archigraphia’.

Pada masa ini, program ‘inter-disipliner’ makin menjadi


kenyataan profesional Desainer Grafis. Mereka bekerja sama
dengan arsitek, Interior-displayer, Perancang Bangunan
Umum dan Museum, Desainer Produk serta Produser Film dan
Televisi. Pada tahun 70-an desainer grafis sudah mulai masuk
ke media yang paling dinamik ‘Computer Graphic’. Maka
istilah ‘Komunikasi-Grafis’ mulai sering dipakai karena istilah
ini memayungi berbagai bentuk media dan disiplin terkait.

gbr. 60
LUDWIG HOLWEIN,
Poster Lufthansa,1939
Pada tahun 1930-an
muncul tren heroisme,
yang di buat dalam
teknik ilustrasi
realistik. Gaya seperti
ini dibuat terutama
untuk kampanye
atau promosi yang
bersifat menggugah
rasa nasionalisme,
patriotisme dan
kebanggan warganya.
Jenis ini sering disebut
seni propaganda
(Propaganda Art atau
‘Pop-Art’). (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

119
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
SWISS-INTERNATIONAL

Gaya ini muncul sebagai usaha beberapa tokoh desainer


Swiss, menerapkan dasar konsepsual yang logis, sistematis
dan metodologis pada profesi desain grafis. Dalam hal
tata letak, konsep ‘Swiss-international’ banyak mendapat
inspirasi dari gagasan arsitek Prancis Le’Corbusier yang
menyusun teori tentang tata letak, tata ruang, proporsi dan
ukuran dalam bukunya ‘MODULOR’. Sistim ini menekankan
perlunya ‘module’ yang merupakan suatu satuan komponen
desain dan ‘grid’ yang merupakan landasan logis tata letak
dan tata ruang.

Maka desainer modern Swiss, segera menerapkan sistem


‘grid’ dan ‘module’, dan menekankan suatu solusi yang logis,
langsung dan bersih, tanpa dekorasi atau usaha sensasi
dramatik dan romantik yang berlebihan. Mashab ini segera
populer dan menyebar di Eropa dan Amerika, kemudian
ke seluruh dunia karena sistim ini sangat membantu solusi
grafis yang rumit dan kompleks terutama pada desain buku,
majalah dan surat kabar. Tokoh terpenting gaya ini adalah
Max Bill, Josef Muller Brockman dan Armin Hofmann. Gaya
Swiss International segera diterapkan secara sistimatis pada
berbagai publikasi, baik yang berhalaman tunggal maupun
yang berhalaman banyak. Sistim Grid pada gaya ini memang

120
sangat praktis untuk menangani berbagai jenis informasi grafis
baik yang padat-informasi maupun yang sederhana. Gaya
ini juga diterapkan dalam program yang disebut ‘Corporate
Identity’, yang merupakan pedoman aplikasi desain logo dan
logotype ke dalam berbagai media.

Selanjutnya sisten ‘grid’ menjadi sangat penting dalam


‘Environmental Design’. Yaitu sistim informasi lingkungan
menggunakan petunjuk tempat, petunjuk arah dan papan
informasi. Meluasnya gaya ini, dan implementasinya pada
berbagai media dan keperluan menjadikan gaya ini dikenal
sebagai internasionalisme pertama pada bidang Desain Grafis.
Gaya ‘Swiss International’ dapat dikenali, dari tata letak yang
didasarkan atas grid. Penggunaan gird ini bisa bebas seperti
dalam poster, bisa juga lebih teratur seperti pada media cetak
berhalaman banyak. Gaya ini juga jelas dari penggunaan huruf
sanserif, terutama Helvetica yang dipakai secara efisien dan
metodologis. Tampilan gaya ini selalu bersih dan tegas, tanpa
kecenderungan genit dan romantik. Dalam rancangan, terlhat
suatu kesadaran tentang proporsi dan ukuran yang sistematik,
dan pola-pola gemetrik murni yang kuat.

Josef Muller-Brockman, Max Bill, Carlo L. Vivarelli, Karl


Gerstner dan Armin Hofmann.

121
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 61
KARL GERSTNER,
Poster Pameran,
1960 bergaya Swiss
International (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

CORPORATE STYLE DAN GAYA AMERIKA

Sejak tahun 50-an muncul kebutuhan pada perusahaan-


perusahaan besar untuk lebih banyak menerbitkan bahan-
bahan promosi dan publikasi usaha mereka yang telah meluas
dan mendunia. Mereka sadar akan perlunya rancangan grafis
yang ‘integrated’ yang menciptakan citra positif bagi usaha dan
perusahaan. Mereka membutuhkan suatu penampilan grafis
yang punya citra bisnis yang mantap namun tetap menarik
dan hangat. Maka berkembanglah suatu jenis gaya yang
mendukung usaha ‘Corporate Communication’ mereka serta
program ‘corporate identity’ yang makin banyak diterapkan
sejak tahun 60-an. Desainer grafis di Amerika menjawab
kebutuhan ini dengan suatu gaya yang apik dan jernih namun
lebih bebas dan imajinatif dari pada gaya ‘Swiss International’.
Gaya ini banyak diterapkan pada brosur, katalog, publikasi dan
iklan-iklan perusahaan Amerika.

122
Berbeda dengan ‘Swis International’, gaya ini tidak didasarkan
pada sistem grid dan modul, sehingga desiner bebas mengatur
tata-letak dan sudut komposisi. Gaya ini juga tidak memakai
huruf san-serif helvetica yang khas pada gaya ‘Swis’. Walaupun
demikian, suatu kesan apik dan efisien tetap terpelihara. Pada
gaya Amerika/ ‘Corporate Style’ terlihat kebebasan bermain
huruf dan terlihat konsep bahwa jenis huruf dan pesan
komunikasi harus satu nafas. Secara lebih khusus, pada masa
itu diciptakan berbagai jenis huruf baik huruf kontemporer
maupun jenis revival atau ‘redesign’ huruf lama. Gaya ini juga
memanfaatkan ilustrasi modern dan visualisasi efek fotografy
yang eksploratif dan segar. Desainernya antara lain Saul
Bass, Lou Dorfsman, Rudolf de Harak, Paul Rand dan Louis
Silverstein.

gbr. 62
BROWJOHN,
CHERMAYEF,G
FREDRICO, RUDOLF DE
HARAK, Sampul, brosur
dan iklan. New York –
1960, 1953, 1963 Gaya
“Corporate” Amerika
lebih hangat dan terasa
“komersial” walaupun
tetap rasional dan tegas
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

123
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
ECLECTICAL & REVIVAL

Eklektikisme adalah suatu konsep seni yang mencampurkan


beberapa gaya di dalam suatu karya. Pada konsep ini,
perpaduan beberapa disiplin dan komponen bisa menimbulkan
ketegangan atau sensasi yang menarik. Sedangkan Revivalisme
adalah suatu konsep seni yang menggali kembali suatu gaya
lama, tetapi kemudian diberi konteks dan penampilan yang
sesuai dengan zaman. Kedua konsep ini menghasilkan desain-
desain yang segar dan berpenampilan ‘baru’, namun akrab dan
mengingatkan kita pada sesuatu yang lama dan konvensional.
Pada tahuan 60-an di Amerika muncul desainer-desainer
inovatif yang mencoba melepaskan diri dari dominasi gaya
‘Swiss International’, ‘American/Corporate Style’ maupun
gaya-gaya komersial yang lain. Mereka kemudian menggali
gagasan dari khazanah ‘seni ilustrasi Amerika’, ‘Art Nouveau’
dan ‘Art Deco’, kemudian memberi wajah baru sesuai dengan
konteks. Selain itu, mereka juga bereksperimen dengan unsur
desain modern dan tipografis yang kontemporer. Hasilnya
memberi arah baru yang unik pada perkembangan Desain
Grafis Modern, dan sekaligus memberi dasar yang baru yang
kemudian dikembangkan dalam gaya ‘Post Modern’.

Gaya eklektik dan revival menampilkan gagasan yang segar,


berangkat dari suatu ikon atau metafor yang lama yang diberi

124
greget baru. Gaya ini punya kesan main-main dan tidak formal,
tetapi tetap dengan tata-letak dan ‘treatment’ yang apik dan
bersih. Banyak hal atau gaya lama yang diangkat lagi misalnya
huruf ‘Art Nouveau’, komik dan wajah-wajah tokoh populer.
Mereka menciptakan skema warna yang baru dan suatu
aturan yang memungkinkan kebebasan mencampur tipografi
serta elemen desain yang lain. Gaya ini juga mengetengahkan
kembali kekuatan ilustrasi sebagai elemen utama komunikasi.
Ilustrasi yang diciptakan sangat inovatif dan karya dengan
interpretasi serta metafor yang baru. Studio yang paling
terkenal memakai gaya ini adalah ‘Push-pin’ di New York.

Desainernya antara lain Paul Davis, Milton Glaser, Seymour


Chwast, Henry Wolf, Herb Lubalin, James Mc Mullan dan Paul
Davis.

125
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
126
Gaya
Pasca
7
Modernisme

Seperti istilah Modernisme, Pasca-Modernisme yang dimulai


sekitar 1980 juga menjadi istilah yang penuh dengan konflik
dan perbedaan interpretasi. Istilah ini dapat dipakai dalam
banyak aspek di bidang seni – budaya dan filsafat, dan pada
setiap bidang, istilah ini punya arti dan konteks yang khusus,
sehingga sering menyesatkan bila dipakai secara umum.

Mungkin, persamaan mendasar yang ada pada semua bidang


adalah bahwa paham Pasca Modernisme adalah paham yang
mempertanyakan dan mencari alternatif baru untuk mengkaji
berbagai masalah yang tidak bisa tuntas didalam paham dan
standar sistematika Modernisme.

127
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Masalah yang dihadapi masyarakat industri, dipaparkan secara
baik oleh Alvin Toffller dalam bukunya Future Shock (1075) The
Third Wave (1980) dan The Power Shift (1990) serta oleh John
Naisbit dan Patricia Aburdune dalam buku Megatrend 2000
(1990) dan Global Paradox (1994).

Nilai-nilai Modernisme dianggap telah terlalu mapan sehingga


tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini yang penuh dengan
paradigma baru. Sementara, Modernisme itu sendiri dianggap
telah melunturkan atau menyebabkan de-gradasi nilai -nilai
kemanusiaan.

Industrialisme dan Kapitalisme, yang merupakan sebab dan


penyebab modernisme, telah banyak menciptakan bencana
pada berbagai segi kehidupan. Masyarakat Paska – Industri
harus bisa meninggalkan aspek sistem tata nilai dan struktur
berpikir masyarakat modern dan menetapkan sistem tata nilai
dari filosofi baru.

Bagi yang tertarik pada masalah dan konflik Pos Modernisme


dalam bidang Seni-Budaya, Ilmu Bahasa dan Filsafat dapat
mempelajari jalan pikiran para pakarnya yaitu Michael
Foucault, Jean baudrillard, Jean Francois Lyotard, Jacques
Derrida (Perancis), Edward Said (Palestina), Craig Owens
(Amerika) dan lain-lainnya.

128
Dalam bidang Arsitektur dan Design. Paham Post Modern
diawali oleh Charles Jencks yang mengamati sikap kritis para
arsitek muda yang tidak mau lagi menciptakan desain dengan
pendekatan para pionir modernisme Eropa dan Amerika seperti
Walter Gropius dan Miess Van de Rohe. Gagasan alternatif ini
disampaikan oleh Robert Venturi dalam bukunya Complexity
and Contradiction in Architecture (1966). Modernisme
dianggap telah sampai pada titik jenuh karena formalisme dan
fungsionalisme tidak lagi memberi ruang untuk imajinasi dan
kreasi individual yang unik dan penuh makna.

Internasionalisme, Rasionalisme, Puritanisme formal,


Intelektualisme dan Standarisasi sistem dan prosedur
penciptaan telah mengakibatkan gedung dan lingkungan
menjadi monoton dan sama di seluruh dunia, sementara
kebutuhan dan tuntutan masyarakat sangat beragam di
berbagai tempat.

Arsitek Robert Venturi, merancang gedung, mebel dan asesoris


interior yang menjadi panutan dan referensi karya Post
Modern. Karya arsitek John Qutram dan arsitek Philip Johnson
(gedung AT & T di New York) dianggap salah satu contoh awal
Post Modernisme. Di bidang desain produk, Michael Graves,
Aldo Rossi, Phillipe Starck, dan Etorre Sottsass menciptakan
berbagai ragam karya yang jauh dari formalisme Jerman

129
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
yang kaku atau sensitivitas Skandinavia yang elegan. Sotsass
dan kelompok MEMPHIS dianggap pelopor penciptaan
mebel post-mo. Studio lain yang terkenal adalah ALLESSI
dan STUDIO ALCHIMIA dengan desainer Alessandro Mendini
dan Bruno Gregori. Desainer gelas dan keramik yang cukup
menonjol adalah du Pas Quier, Borek Sipek, dan Michele de
Lucchi.

Di bidang desain grafis, Pasca-Modernisme tidak dapat


dicirikan secara jelas karena karya komunikasi grafis sangat
dinamik dan sangat berkaitan dengan pesan. Namun,
gejala Pos Modernisme dapat ditandai dengan munculnya
berbagai gaya alternatif baru karena kecanggihan teknologi
komputer, serta ditinggalkannya mashab rasionalisme desain
‘Swiss International’ dan Bauhaus. Walaupun demikian,
sulit memastikan seorang desainer grafis yang dapat secara
konsekuen disebut Post Modernis. Yang dianggap model
post – modernisme adalah kelompok Basel dan Zurich yaitu
Odernatt, Tissi dan Weingart. Di Amerika terdapat kelompok
‘New Wave’ dan ‘Punk’ yaitu Daniel Friedman, April Greiman
dan Inge Druckery. Di Belanda, desainer Gert Dumbar dan di
Inggris tipografer Neville Brody.

Karya Interior dan produk desain yang dianggap Pasca-


Modernisme mempunyai ciri antara lain :

130
• Menghindari puritanisme formal dan material serta berani
menggunakan campuran berbagai material yang terasa
paradox.
• Menganggap bahwa karya desain harus memungkinkan
kebebasan imajinasi dan fantasi serta punya ‘surprise’
dan ‘intrik’ tertentu.
• Menghidupkan kembali symbol arkaik dan tradisional,
serta mengungkapkannya melalui idiom baru.
• Menghargai keunikan ekspresi individual, regional
maupun tribal (etnik), yang memperkaya kemajemukan
seni dan desain.
• Menghindari berbagai macam standar ukuran, konvensi
bentuk dan keseragaman prosedur penciptaan.
• Menghidupkan sikap experimental dalam penciptaan
desain.

Para desainer konvensional mencemooh karya-karya Pasca-


Modern sebagai “Banci” (Berthold Luberkin, Arsitek RIBA,
London), “Kegilaan Narkisus” dan “Gejala kecil coba-coba “
(Bruno Zevi, Arsitek, Italia), Namun gejala kecil ini ternyata
meluas, memperkaya perkembangan desain serta memberikan
kesegaran baru pada desainer – desainer di seluruh dunia.

Pasca-Modernisme adalah istilah yang punya banyak arti dan


makna dan dipakai berbagai bidang seni budaya secara luas.

131
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Arti harafiahnya adalah ‘sesudah modernisme’ artinya, pikiran
dan konsep-konsep baru yang muncul sesudah, dan sebagai
reaksi atas akibat dan ekses modernisme. Karena cakupan yang
sangat luas itu, maka dalam setiap bidang muncul interpretasi
yang spesifik, misalnya bidang sastra, filsafat, sosial, musik dsb.
Di bidang seni rupa dan desain, juga muncul teori yang khas.

Di bidang Arsitektur, ‘Post Modernime’ dipelopori oleh Charles


Jenck dan Robert Venturi. Di bidang desain produk dan di
Interior diwakili oleh Michael Graves. Baik dalam Arsitektur
maupun desain produk dan interior, konsep ‘Post Modernisme’
melahirkan perwujudan yang khas yang bisa dikenali ciri dan
gaya visualnya. Konsep ‘Post Modern’ menekankan perlunya
perombakan suatu struktur berpikir modern yang kaku dan
tidak bisa lagi memecahkan masalah-masalah baru zaman
ini. Konsep ini juga menekankan perlu dipakainya kembali
simbol dan idiom-idiom budaya asli dalam suatu ekspresi baru.
Paham ‘Post modern’ tidak percaya pada internasionalisme
dan menganjurkan pluralisme sebagai bentuk budaya masa
depan yang paling tepat.

Di bidang desain grafis situasinya agak khas. Di sini, istilah


Post Modern dipakai untuk memayungi berbagai gejala dan
trend yang terjadi sesudah para desainer jenuh dengan aturan,
prosedur, dan pendekatan visual yang menjadi konvendi

132
‘modernisme akhir’. Puncak Modernisme akhir antara lain
adalah ‘Swiss International’, suatu gaya bersih, tertib dan
berlandaskan sistem grid yang secara rasional dan sistematik
berorientasi pada ‘prblem soving’. Kemudian gaya corporate
style yang terlihat profesional dan mantap namun kurang
sentuhan personal. Dari semua gaya modernisme akhir, gaya-
gaya yang menarik adalah yang tidak terlalu besar scopenya
yaitu antara lain ‘Revival’, ‘Eclectic’, ‘Psychedelic’ dan gaya-
gaya Nasiional/Regional. Gaya-gaya terakhir inilah yang sering
dianggap sebagai jembatan ke gaya-gaya ‘post modernisme’.

Secara umum, desainer-desainer muda merasa bahwa gaya


Modernisme Akhir mulai kekurangan ‘sentuhan seni’ serta sikap
imajinatif, eksperimental dan exploratif. Gaya Modernisme
Akhir juga dianggap terlalu monoton dan membatasi keinginan
ekspresi yang sifatnya pluralistik. Karena itu muncul berbagai
sikap dialektik yang semua mencoba mencari kembali akar
seni serta budaya dan jati diri desainer dalam bidang Desain
grafis. Sementara itu, perkembangan teknologi elektronik
dan komputer pada proses pracetak, proses cetak maupun
proses manipulasi huruf dan foto telah sangat maju. Banyak
sekali program-program komputer yang sangat membantu
kreativitas desainer grafis baik untuk promosi, corporate
design, packaging maupun bidang penerbitan. Kedua faktor
ini berperan membentuk gaya-gaya ‘post modern’.

133
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Perkembangan lain yang menarik adalah di bidang multi-
media dan internet yang langsung menjadi tantangan baru
para desainer. Profesi desain grafis telah meluas, tidak lagi
hanya pada benda cetak, film dan video tetapi masuk ke suatu
jaringan informasi yang lebih canggih, lebih luas cakrawalanya
serta penuh kemungkinan. Maka-desainer grafis kontemporer
dihadapkan pada pilihan yang jauh lebih banyak dari
sebelumnya.

Dalam perkembangan desain grafis, tantangan kreativitas


dan kejenuhan ini dijawab melalui berbagai sikap dan konsep
yang beragam. Tak ada persamaan ciri visual yang khas pada
gaya-gaya ini, namun semuanya punya semangat inovatif
dan experimental, serta banyak memanfaatkan kemungkinan
teknologi komputer yang makin berkembang. Dari berbagai
kecenderungan yang muncul sejak tahun 80-an beberapa
dapat diketengahkan sebagai gaya ‘post modern’ dalam
Desain Grafis.

‘NEW WAVE’ AMERICA

Banyak desainer Amerika yang belajar si Swiss pada akhir 60-


an dan tahun 70-an. Mereka segera tertarik pada pendekatan
baru Basel dan Zurich. Di Amerika, mereka menerapkan

134
konsep baru ini dengan bentuan program-program grafis-
komputer yang juga berkembang pesat pada masa itu.

Dengan komputer, mereka memperkaya dan memperluas


eksperimen inovatif dengan citra foto, ilustrasi, efek grafis dan
tipografi yang telah dilakukan di Swiss. Hasilnya adalah suatu
gelombang baru yang disebut ‘American New Wave’.

Gaya ‘American New Wave’ atau ‘American Post Modernism’


ini sangat bervariasi perwujudannya. Pada gelombang baru ini
terlihat eksplorasi visual melanjutkan perintis gaya ‘Eklektik &
Revival’. Selain itu terlhat juga konsep main-main seperti pada
grup ‘Memphis’ dan konsep tipografi, visualisasi yang segar
seperti gaya Basel dan Zurich serta adaptasi karya arsitektur
Robert Venturi dan Michael Graves ke dalam bentuk grafis.
Terlihatlah berbagai pendekatan yang baru dan segar yang
dilakukan oleh desainer-desainer muda Amerika di awal 70-
an. Pendekatan-pendekatan ini sangat bervariasi sehingga
sukar dicari satu ciri yang bisa mengikatnya. Suatu hal yang
sama adalah suatu ketegangan dan dilema antara keinginan
untuk menciptakan desain yang bersih, terkontrol dan efektif
dengan keinginan untuk lebih ekspresif dan eksperimental. Hal
lainnya adalah semangat kreatif dan inovatif yang juga sangat
bervariasi.

135
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Berbeda dengan gaya-gaya sebelumnya dimana ciri visual
suatu gaya dapat dikenali, pada ‘American New Wave/Post
Modernism’ terjadi variasi pendekatan yang sangat individual.
Hal yang paling umum adalah ekslporasi dan manipulasi efek-
efek komputer dalam visualisasi dan tipografi.

Desainernya antara lain April Greiman, Inge Druckrey, Dan


Friedman, Hans U Alleman, Nancy Skolos, John Jay, Rudy
Vanderlans, Warren Leherer, Jane Kosstrin & David Sterling,
Woody Pirtle dan Alan Calvin.

gbr. 63
JOHN JAY, Tas Tahun
Baru, Bloomingdale,
USA, 1983 Wujud lain
dari penerapan Post-
Modern, yang diilhami
oleh tren desainer
interior dan desain
produk ‘Post-Mo’. Gaya
apik, tertib, bersih dan
segar ini juga menjadi
tren yang digemari
sampai sekarang dan
diberi label “American
New Wave”. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

136
PUNK AMERIKA

American Punk adalah nama yang diberikan pada gaya baru


Desain Grafis Amerika yang mencerminkan gejolak selera
dan semangat muda yang dinamik, nakal, tidak serius dan
urakan. Semangat urakan dan anti-mapan ini dikemas secara
lincah oleh desainer yang berhasil mewujudkannya kembali
secara segar. ‘Punk’ sendiri adalah istilah yang dipakai untuk
memberi nama pada gaya hidup ‘Pink’ yang anti kemapanan
masyarakat dan selanjutnya secara frontal mengkonfrontir
segala nilai estetik dan etika yang dinggap mapan. G

ejala ini kemudian dipakai secara komersial dalam desain-


grafis oleh beberapa exponen yang menginginkan adanya
kejutan-kejutan baru dalam desain sesudah masa modernisme.
Trend dan gaya hidup baru ini dimanfaatkan oleh Fiorucci,
perusahaan yang mengkhususkan diri pada pakaian dan
asesoris yang ‘nyentrik’.

Gaya ‘American Punk’ juga punya ciri visual atau tematik yang
bisa disama-ratakan. Seperti gaya ‘New Wave’ yang lain, variasi
pendekatan visualnya juga sangat beragam. Kesamaannya
adalah pada gagasan dan visualisasi yang aneh dan provokatif
dan warna-warna cerah yang bertabrakan. Gaya ini juga
memakai komposisi dan tata letak yang bebas, tanpa aturan

137
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
tertentu. Terlihat juga kesengajaan memilih citra visual yang
‘tidak enak’ dan cenderung ‘tidak wara’.

Desainernya antara lain Art Chantry, Christopher Garland,


Louis Fishauf, Gary Panter serta Sue Huntley dan Donna Muir.

gbr. 64
GARY PANTER ,
ART SPIEGELMAN ,
Sampul muka majalah
“Raw” #3”, USA, 1981.
“American –punk”
adalah nama yang
diberikan untuk
menggambarkan gaya-
gaya desain dan ilustrasi
yang ‘mbeling’ atau ‘tak
ikut aturan’ Hasilnya
bisa berupa kesan aneh
melalui eksperimen
artistik dan teknik.
Sengaja mencari efek
yang ‘tidak nyaman’,
namun mudah diingat.
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

‘NEW WAVE’ EROPA

Gejala yang dimulai oleh grup Memphis, Basel dan Zurich,


dikembangkan secara kreatif oleh desainer-desainer lain di
Eropa. Mereka juga mengembangkan eksperimen kreatif
dalam mencari kemungkinan-kemungkinan ekspresi baru
pada visualisasi, tata letak, tipografi dan tema-tema ciptaan
mereka. Desainer Eropa juga memanfaatkan komputer untuk

138
menciptakan manipulasi huruf, citra visual dan komposisi
yang lebih bebas. Di Perancis, Studio Grapus sangat terkenal
sebagai grup yang banyak menciptakan desain-desain ynag
penuh intrik dan kejutan. Di Belanda, Studio Dumbar terkenal
sebagai penganjur ‘Total Design’ yang selalu menciptakan
gagasan inovatif dan berhasil menerapkan gagasan-gagasan
baru pada program identitas visual kantor pemerintahan yang
biasanya kaku dan formal.

Gejala ‘New Wave’ Amerika dan Eropa punya banyak


persamaan, sukar dipastikan suatu ciri umum yang sama
pada setiap karya. Hal yang sama adalah gairah bermain
dengan elemen grafis, ikon dan persepsi. Kemudian secara
khas, desainer Eropa lebih memperlihatkan suatu pendekatan
simbolik dan puitik. Studio Grapus sangat terkenal karena
poster-poster yang jail dan penuh intrik, sedangkan Studio
Dumbar terkenal karena memberikan nafas baru dan ‘bahasa’
yang baru pada desain grafis. Ia meletakkan dasar baru pada
pendekatan tipografi sehingga lebih hidup dan kaya akan
kemungkinan.

Di Studio Grapus dikenal Alexander Jordan, Gerald Paris Clavel


dan Pierre Bernard. Selain itu di Prancis dikenal Alain Le
Quernec. Di Belanda selain Gert Dumbar, dikenal juga Joost
Swarte.

139
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
gbr. 65
GRAPUS, Poster
Pameran, Paris,
1982. Grup GRAPUS
( Alexander Jordan,
Gerald Paris Clavel dan
Pierre Bernard) adalah
grup desainer radikal di
Paris . Mereka banyak
membuat poster
teater dan pameran
dan terkenal karena
gagasan-gagasan yang
‘mengganggu’ pemirsa,
dan menimbulkan rasa
penasaran. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

gbr. 66
ALAN LE QUERNEC,
Poster Theatre, Paris,
1986 , mempunyai ciri
yang sama dengan grup
Grapus, karya-karyanya
penuh gagasan
metaforik yang kuat
dan mengesankan. Ia
juga banyak membuat
poster teater. (Heller,
Steven dan Chwast
Seymor: 1988.)

IDENTITAS NASIONAL DAN REGIONAL


DALAM DESAIN

Kalau pada pertengahan abad ke-20 terjadi perluasan


gelombang besar ‘international style’ maka pada waktu yang

140
sama terjadi juga suatu gerakan yang menarik, yaitu semakin
jelasnya identitas nasional pada karya – karya desainer dari
negara – negara tertentu.

Di Swiss, kekhasan gaya nasionalnya sudah dimulai ketika


para desainernya mulai mengadaptasi ‘New Tippography’
dari ‘Bauhaus’ menjadi ‘Swiss International’. Tren nasional
yang tertib, bersih dan sistematis ini menyebar keseluruh
dunia. Sifat ini diteruskan oleh kelompok Basel (Wolfgang
Weinger) dan Zurich (Sigfried Odermatt dan Rosmarie Tissi)
yang menciptakan gaya lebih bebas memanfaatkan teknologi
komputer. Kelompok ini punya pengaruh terhadap gejala
paska – modern di Swiss (terlihat pada jam Swatch) dan pada
gaya Memphis Italia dengan tokoh utamanya Ettore Sottsas.

Di Jepang; kita melihat gaya nasional yang sangat kuat. Karya


desainernya memperlihatkan mistik timur yang aneh, dalam
warna-warna cerah dan kombinasi warna yang tidak ‘rasional’.
Selain desainer grafis Ikko Tanaka, Kazumasa Nagai, Yusaku
Kamekura dan Tadanoori Yoko, Jepang juga terkenal karena
desainer industri dan fashion yang inovatif. Kenji Ekuan
(L. 1929) menciptakan desain untuk Yamaha dan Yaschica
Elektroniks. Shiro Kuramata (L. 1939) dan seniman – desainer
– pematung Isamu Noguchi (1904 – 1988) menciptakan mebel
dalam berbagai bentuk aneh. Issey Miyake (L. 1939). Hanae

141
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Mori (L. 1926) dan Kenzo Takuda pelopor desain busana yang
terkenal. Mereka berhasil mengangkat industri dan desain
Jepang menjadi salah satu yang terkemuka di dunia dengan
tetap mempertahankan ciri nasional.

Gaya Scandinavia sangat terkenal karena interpretasi


fungsionalisme mereka tetap sensitif terhadap pemakaian
bentuk dan bahan, serta tetap memperhatikan ‘craftmaship’
yang terpelihara. Mereka juga sudah dapat menemukan teknik
mekanisasi yang tepat, sehingga bentuknya tetap ‘natural’.
Gaya desain Denmark dan Finlandia sederhana, jernih, tulus
namun anggun.

Di Finlandia, pelopornya adalah Alvar Aaalto (1898 – 1976), dan


Gunnar Asplund (1885 – 1940) . setelah itu menyusul generasi
berikutnya, Yro Kukkapuro (1933), Timo Sarpaneva dan Tapio
Wirkkala yang terkenal dalam desain ‘glass-ware’.

Di Denmark, pelopornya adalah Arne Jacobsen (1902 – 1971)


desainer yang terkemuka lainnya adalah Finn Juhl (L. 1912),
Mogens Koch, Borge Mogensen, Hans Wegner, Nana Ditzel (L.
1923) dan George Jensen (1866 – 1935) yang sangat terkenal
karya logam perhiasan dan ‘flatware’nya.

142
Gaya Italia lebih bebas dan provokatif. Mereka secara sadar
mencoba mencari alternatif bentuk serta warna yang berani
dan mengejutkan. Pelopornya adalah Cesare Cassina (L. 1909)
dan desainer terkenal yang lain adalah Achille Castiglioni
(1918), Joe Colombo (1930 – 1971), Paolo Deganello (L. 1940)
dan kelompok Memphis yang dipelopori oleh Ettore Sotsass
(L. 1917) dengan desainer Michele de Lucchi, Elio Fiorucci,
Aldo Cibic, Andrea Branci dan Marco Zanini. Dalam bidang
busana dan perlengkapan pribadi, Gugio Gucci berhasil
mengembangkan gaya Italia menjadi mendunia.

Gejala gaya regional ini makin dirasakan perlu oleh para


desainer yang mencoba mencari suatu identitas kelompok
baru yang berbeda dengan kelompok internasional dan
regional lain.

gbr. 67
TADANORI YOKOO,
poster teater ‘John
Silver’, 1967 (Jepang).
Tadanori Yokoo juga
desainer poster modern
Jepang yang punya
reputasi internasional
tinggi karena karya-
karyanya juga istimewa.
Ia memakai suasana
ikon dan metafora
Jepang dalam poster-
poster kontemporernya.
Hasilnya suatu
perpaduan suasana
yang kaya dan menarik
(Heller, Steven dan
Chwast Seymor: 1988.)

143
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
GERAKAN MORAL DAN ETIKA DESAIN

Kebanyakan masalah desain dan estetika desain pada abad


20 berkisar pada masalah bentuk dan fungsi, serta teknologi
dan pemasaran dan perangkat ilmiah lain untuk menunjang
keberhasilan desain. Dibalik itu semua ada kepentingan yang
lebih besar, yaitu kelangsungan industri itu sendiri yang pada
dasarnya bersifat kepitalistik.

Pada perpindahan abad ke-19 dan ke-20, pemikir etika desain


mulai menekankan perlunya produk industri mendapat
perhatian segi ‘estetika’nya. Pada awal abad ke-20,
permasalahan etika dan moral desain masih pada masalah
dilema antara bentuk fungsional – rasional atau stylish –
ornamentik. Pada pertengahan abad 20, para desainer mulai
melihat suatu misi lain. Mereka melihat bahwa desainer bisa
berperan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia
dan lingkungan.

Pada tahun 60-an designer dan arsitek Eropa dan Amerika mulai
menyadari bahwa mereka harus lebih banyak memperhatikan
kepentingan orang cacat. Pada tahun 1969, sepanjang tahun
majalah DESIGN membahas perlunya perhatian kepada
para penderita cacat, setelah itu pada bengunan umum,

144
ram untuk kursi roda sudah menjadi persyaratan. Berbagai
desain peralatan makan dibuat secara khusus agar mudah
dioperasikan. Pada tahun 1980 Ergonomy Desain Grupen di
Swedia menciptakan antara lain Maria Benktzon dan Sven –
Eric Juhlin.

Selain desain bagi penderita cacat, desain di negara


berkembang punya masalah yang jauh berbeda dari pada di
Negara industri. Karena itu seorang pemikir desain terkemuka
Victor Papanek menulis buku Design for the Real World of
1973 di mana ia menekankan perlunya para desainer berhenti
bermain-main dengan gagasan-gagasan untuk dunia industri
yang tidak menyentuh kenyataan hidup di dunia lain. Ia
melihat bahwa pemecahan desain di negara berkembang perlu
mendapat perhatian yang khusus, berbeda dengan formula
yang berlaku pada masyarakat industri. Ia sependapat dengan
Buckminster Fuller bahwa desainer sekarang kurang memakai
hati-nuraninya. Fuller menganggap bahwa tujuan desain
adalah untuk ‘meningkatkan kemampuan efektif survival
manusia’. Pikirannya sejalan dengan gagasan Richard Neutra
dalam tulisannya Survival through Design (1954). Papanek
juga menulis The Green Imperative (1995) tentang perlunya
landasan etik baru bagi desainer untuk mengatasi masalah
manusia dan lingkungan.

145
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Isu moral lain yang menonjol adalah masalah lingkungan.
Dunia menghadapi krisis energi karena tidak akan
mencukupi kerakusan dunia industri akan bahan bakar.
Dunia juga menghadapi krisis karena pemborosan sumber
daya alam yang dipakai sebagai bahan baku industri. Di
atas itu, dunia menghadapi masalah pencemaran yang
luar biasa. Plastik yang tidak dapat dihancurkan oleh
alam, deterjen dan limbah industri yang merusak ekologi
dan biota laut, pencemaran udara oleh asap pabrik, asap
mobil serta sampah, limbah beracun dan radio aktif yang
tak dapat diolah kembali sangat membahayakan dan
menurunkan kualitas hidup manusia.

Maka timbullah kesadaran bahwa sudah waktunya desainer


ikut memikirkan penciptaan produk yang ramah lingkungan
(Green Design). Hal yang harus dilakukan antara lain (a)
Pengereman nafsu konsumerisme dan pemborosan yang
berlebihan pada negara makmur (b) penghematan air, enersi
dan sumber alam lain (c) penciptaan alat yang hemat enersi
atau menggunakan enersi alternatif (d) penciptaan alat yang
sangat minim emisi-gas buang berbahayanya (e) penciptaan
kemasan yang dapat dihancurkan secara alamiah (f)
penghentian pemakaian gas yang merusak ozon (g) pencarian
bahan alternatif kayu lapis (h) pembuatan desain tata kota
yang lebih hijau (i) melakukan ‘reinforcement’ untuk menindak

146
pelanggaran masalah lingkungan (j) perubahan gaya hidup,
sehingga lebih efisien memanfaatkan sumber daya alam
(k) meluaskan sistem produksi recycle dan sistem distribusi
refilling dan sebagainya.

Di dalam mengatasi hal tersebut, peranan arsitek dan desainer


akan makin besar di masa mendatang.

147
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
148
Tinjauan
Sejarah
8
GayaIndonesia
Desain

Desain Gaya Indonesia selalu menjadi pertanyaan dalam


berbagai media dan forum seni atau desain. Berbeda dengan
sejarah perkembangan seni rupa, khususnya seni lukis yang
lebih banyak diteliti dan diterbitkan, perkembangannya
telah cukup baik terekam. Dari masa pelukis Eropa yang
melukis di Indonesia, Raden Saleh dan seni rupa modern serta
kontemporer banyak dibahas sejak abad ke-19. Begitu juga
seni kriya Nusantara yang punye kesinambungan sejarah
karena hasil ciptaan kriya menjadi perhatian budaya dan
arkeologi yang menggali dan mengumpulkan berbagai artifak
prasejarah dan sejarah. Artifak ini berupa keramik, tekstil,
perhiasan, pelengkap upacara adat, busana dan asesoris, yang

149
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
menjadi koleksi berbagai museum, dan yang menjadi landasan
pemahaman akan seni kriya baru. Konsep desain lahir bersama
dengan konsep industri pada masa Revolusi Industri di Inggris
dan Eropa di abad ke-18. Dengan lahirnya pabrik-pabrik
serta kota-kota industri dan berkembangnya kemajuan alat
transportasi ke semua penjuru dunia, maka industrialisasi
menjadi tahap pengembangan akhir kemajuan di banyak
negara. Revolusi Industri mengawali konsep produksi massal
dn konsumsi massal bagi berbagai benda pakai yang tadinya
dibuat secara manual satu persatu. Prinsip ini juga melahirkan
media komunikasi massal baik melalui media cetak, media
film, maupun media radio.

Perjalanan gaya desain Eropa, dari Abad Pertengahan,


Klasikisme, Renaisans, Gotik, Barok, Romantik sampai
Pra-Modern dan Modern melewati suatu perkembangan
peradaban yang lambat dan bertahap. Transformasi gaya-gaya
ini menyerap berbagai aspek seni yang berkembang, termasuk
seni-seni berbasis tradisi. Semua infrastruktur dan landasan
sosial yang terbentuk pada perkembangan peradaban ini
memberi warna pada perkembangan gaya desain di setiap
wilayah kekuasaan di Eropa. Perkembangan ini menjadi model
ketika bangsa Inggris dan Eropa melakukan kolonisasi ke
berbagai bagian dunia yang lain.

150
Oleh bangsa Inggris dan Amerika, industrialisasi, yang
menjadi landasan modernisasi, dibawa ke koloni-koloninya
dan dikembangkan untuk meningkatkan produksi sumber
daya alam. Industri-industri atau lebih tepatnya pabrik-pabrik
besar yang dibangun oleh bangsa Inggris dan Eropa terutama
adalah yang berkaitan dengan hasil perkebunan, pertanian,
hutan, tambang, mineral, dan bahan baku industri. Melalui
proses ini konsep modernisasi diserap oleh bangsa-bangsa lain
di luar Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat (yang merupakan
kelanjutan peradaban Inggris-Eropa di benua Amerika).
Di negara-negara yang kemudian merdeka ini, terjadi dua
polarisasi dua konsep gaya yang besar, yaitu pola-pola dan
idiom desain berbasis gaya hidup tradisional setempat, dan
desain yang berbasis media dan kebutuhan hidup modern.
Sintesa bentuk yang di Barat terjadi secara lambat, di daerah-
daerah koloni berlangsung lebih singkat. Hal ini terlihat pada
perkembangan sejarah gaya desain barat yang di tempat
asalnya terjadi akibat reformasi- reformasi berkelanjutan
sebagai hasil pewacanaan linier oleh para ahli, yang kemudian
menjadi landasan konsep desain selanjutnya. Di daerah lain,
karena perkembangan komunikasi dan transportasi modern
yang cepat, suatu konsep dan bentuk desain yang baru bisa
segera menjadi acuan di tempat yang berbeda. Transisi bentuk
yang bersifat progresif dan melalui perubahan gaya hidup
setempat jarang terjadi.

151
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Di dalam desain, seharusnya bentuk terjadi akibat pemecahan
masalah desain, bentuk adalah solusi terhadab masalah lain
yang substantif. Bentuk menjawab banyak masalah yang
berkait dengan fungsi sosial-budaya, teknologi dan ekonomi.
Namun dalam masyarakat global yang multi-kultur, berbagai
fenomena desain bisa berpindah atau diadaptasi dari satu
tempat ke tempat lain, mengakibatkan internasionalisme gaya
yang tidak terkait lagi dengan akar sosio-kultural setempat.
Kita perlu melihat dengan cara kritis perkembangan seni dan
desain di Indonesia melalui sudut pandang ini.

Pemahaman desain modern di Indonesia diperkenalkan oleh


desainer atau seniman Belanda yang berpraktik di Indonesia
(Hindia Belanda). Para planolog, arsitek, desainer interior
dan mebel, rumah mode, ilustrator, biro iklan, penerbit,
percetakan, dan perusahaan kemasan mempekerjakan ahli
Belanda yang dibantu oleh drafter, teknisi, operator, dan
asisten pribumi. Secara berangsur, melalui sekolah teknik
dan perguruan tinggi yang ada (antara lain di Bandung dan
di Yogya) prinsip dan teknik desain ini diambil alih oleh Putra
Bangsa. Dalam proses itulah perkembangan gaya modern
Eropa mulai di adaptas, yang tampak pada gaya Deco, dan
kemudian Bauhaus. Selanjutnya, setiap gaya baru yang
terjadi di Eropa dan Amerika akan menjadi sumber dari
referensi bentuk desain di Indonesia. Pada Desain Grafis, kita

152
melihat progresi gaya dari Dutch-Victorian, jadi Dutch Deco,
American Commercial Art, Futurisme, Bauhaus, dan kemudian
gaya Post-Modern yang didasarkan pada kemajuan ICT dan
perkembangan Media Digital.

Di Indonesia terjadi perkembangan menarik di mana pengaruh


konsep bentuk desain modern, bertemu dengan konsep
gaya bersumber pola hias masyarakat tradisional. Bentuk
pendekatan yang terjadi adalah pembaruan desain dan fungsi
produk-produk tradisi, atau membuat karya desain modern
yang terinspirasi pola dan idiom tradisional, atau menangkap
spirit tradisi dan menciptakan desain modern atau berbagai
kemungkinan sintesa lain. Penulisan sejarah desain Indonesia
sukar dilakukan karena tidak dimulai sejk awal, namun sintesa
antara gaya tradisional dan pendekatan modern ini terus
menerus muncul sebagai fenomena yang menarik. Masalah
desain di Indonesia, antara lain adalah pergulatan mencari
identitas, yang terjadi dalam semua bentuk desain. Tantangan
untuk menjadi desainer global tetapi berakar pada masalah
lokal (glokal) sudah menjadi jargon umum.

Masalah lain yang relevan adalah isu lingkungan hidup, yang


menjadi salah satu prasyarat desain masa kini. Isu internasional
ini dapat diwujudkan melalui berbagai pendekatan desain, baik
di tahap pra-produksi, produksi, distribusi, pemakaian maupun

153
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
pemusnahan setelah pemakaian. Pada setiap tahap ini selalu
ada masalah besar dalam hal limbah. Masalah lingkungan
hidup ini terkait langsung dengan isu konsumerisme dan
komersialisme yang telah mendapat penolakan sejak
masa Art&Craft di awal Revolusi Industri sampai sekarang.
Konsumerisme dan komersialisme terjadi karena produsen
yang terus mencari untung, dan konsumen yang terbius untuk
terus membeli barang yang baru. Mekanisme ini dihidupkan
oleh mekanisme industri media. Berbagai masalah nyata ini
menjadi latar berlakang perkembangan desain di Indonesia,
dan selalu menjadi tantangan bagi desainer Indonesia.

gbr. 68
N.Indie-Moderne ;
Unknown ; Java Bier ;
Enamel 121 x 60 (30’s)

154
gbr. 69
Indonesia, Garuda
Guide Book, 1951

155
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
156
Penutup

Tulisan ini adalah garis besar yang sangat ringkas mengenai


perkembangan desain selama 200 tahun yang dimulai
dengan revolusi industri. Sampai di sini, terlihat bahwa dalam
membahas desain tidak terlalu mudah menarik garis yang
tegas antar periode, antar negara maupun antara kelompok
mashab desainer. Berbeda dengan sejarah seni – rupa murni,
desain tidak ditentukan oleh desainernya saja, namun juga
oleh pasar, dan oleh klien atau produsennya. Karena itu,
contoh-contoh yang ada dalam tinjauan desain dapat dianggap
sebagai pilihan yang terbaik untuk menerangkan situasi
‘problem solving’ yang khas, dimana disitu tercermin kualitas
desainernya, kondisi, situasi dan gaya hidup konsumennya,

157
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
komitmen produsennya, serta taraf kemajuan teknologi yang
ada. Setiap masa, periode mashab, tempat dan desainer,
punya masalah-masalah spesifik dalam penciptaan desain.
Hal ini tidak seluruhnya dapat dituangkan di dalam tulisan ini.
Karena itu, bagi yang tertarik dapat mendalami dari sumber
lain dan menemukan berbagai nama desainer dan contoh
karya desain yang tidak disebutkan di sini. Yang dapat terlihat
disini, adalah perkembangan desain sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi dan seni-budaya, terutama seni
rupa. Itulah sebabnya, ada desainer yang cenderung bekerja
seperti teknisi (engineering) dan ada desainer yang cenderung
bekerja seperti seniman.

Kita telah memulai polemik ini dengan pilihan antara struktur


(bentuk) atau ornamen (hiasan). Kemudian pilihan dilematik
antara bentuk dan fungsi, rasional atau emosional, abstrak –
formal atau simbolik, fungsional atau stylistic, objektif atau
subjektif, akademik – sistematik atau intuitif – mistik dan
polemik sejenisnnya.

Semua ini adalah cermin dari dilema pilihan sikap para desainer
yang harus ditentukan sendiri, berdasarkan situasi desain yang
khas yang dihadapi setiap hari. Dilema lainnya adalah peran
desainer sebagai bagian dari roda industri kapitalistik yang
harus bersikap profesional, dihadapkan pada pertanyaan etika

158
dan moral bila tujuan desain tidak sesuai dengan nuraninya.
Banyak contoh desain yang baik yang dapat memadukan
tujuan desainer dan produsen/klien menjadi sinergi kreatif
yang berhasil, namun contoh yang sebaliknya juga sangat
banyak. Sejarah Perkembangan Desain oleh konflik, polemik,
dan dilema seperti ini.

159
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
Daftar Pustaka
Bayley, Stephen. The Conran Directory of Design. Villard Books,
New York, 1985

Brunt, Andrew. Phaidon Guide to Furniture. Phaidon , Oxford,


1983.

Burns, Edward Mc.Nall. Western Civilizations, Their History and


Culture. W.W. Norton & Company. Inc, New York, 1958.

Feldman, Edmund Burke. Art as Image and Idea. Prentice Hall,


New Jersey, 1967.

Hardy, William. A Guide to Art Nouveau Style. The Apple Press,


1988.

Heller, Steven dan Chwast Seymor. Graphic Style. Thames and


Hudson, New York, 1988.

Hiesinger. Philadelphia Museum of Art. Rizzoli New York, 1983.

Kathryn B dan Marcus, George H. Design Since 1945.

x
Hollis, Richard. Graphic Design, A Concise Hystory. Thames and
Hudson, New York, 1994.

Janson, H.W. History of Art. Volume Two, Prentice Hall &


Abrams, New York, 1986.

Jervis, Simon. Design and Designers’, The Penguin Dictionary.


Penguin Book Ltd, London, 1984

Julier, Guy. 20th Century Design and Designers’ Encyclopaedia.


The Thames and Hudson, New York 1993.

Lemme, Arie van de. Guide to Art Deco Style. The Apple Press,
New York 1988.

Livingstone Alan dan Isabella. Graphic Design + Designers


Encyclopaedia. The Thames and Hudson, New York 1992.

Papanek, Victor. The Green Imperative. Thames and Hudson,


New York, 1995.

Pearche, Chris. Twentieth Century Design Classics. H.C.


Blossom. London 1991.

Pevsner, Nikolaus. Pioneers of Modern Design. Penguin Books


Ltd, London, 1982.

Sottsass, Etore. 80’s Style, Designs of the Decade. Thames and


Hudson, New York, 1990.

Sparke, Penny. Design & Culture in the Twentieth Century.


Harper & Raw Publisher, New York 1986.

xi
GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah
xii

Anda mungkin juga menyukai