Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DALAM CERPEN “PLESIR SING

PUNGKASAN” KARYA DYAN D.

Dosen Pengampu : Dr. Mudiyanto, M.Hum.

Disusun Oleh :

Kharisma Maulida Kurniasari

2017-A/17020114004

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah Analisis Kohesi Gramatikal Dalam Cerpen ‘Plesir
Sing Pungkasan” Karya Dyan D.
Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat
memperbaikinya.
Akhir kata, saya berharap makalah Analisis Kohesi Gramatikal Dalam Cerpen
‘Plesir Sing Pungkasan” Karya Dyan D. dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii

ABSTRAK ……………………………………………………………… iii

BAB I PEMBUKA

1. Latar Belakang….…………………………………………......... 1

2. Rumusan Masalah …….……………………………………….. 2

3. Tujuan ………………………………………………………….. 2

4. Manfaat ………………………………………………………… 2

BAB II KAJIAN TEORI

1. Wacana lan Analisis Wacana …………………………………... 3

2. Hakikat Cerpen …………………………………………………. 4

3. Pengertian Kohesi ……………………………………………… 4

4. Kohesi gramatikal ……………………………………………… 5

BAB III PEMBAHASAN

1. Pengacuan (Referensi) ……………………………………. ...... 9

2. Penyulihan (Subtitusi) …………………………………………. 11

3. Pelepasan (Elipsis) …………………………………………….... 11

4. Perangakaian (Konjungsi) ……………………………………… 12

BAB IV PENUTUP

1. Simpulan ……………………………………………………... 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 15

ii
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DALAM CERPEN ‘PLESIR SING
PUNGKASAN” KARYA DYAN D.

Kharisma Maulida Kurniasari


17020114004
Jurusan Pendhidhikan basa lan sastra jawi,Universitas Negeri Surabaya’17
kharisma.17020114004@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK

Analisis Wacana adalah sebuah kajian yang meneliti atau menganalisis


bahasa yang digunakan secara alamiah,baik dalam bentuk tulis maupun lisan
terhadap para pengguna sebagai suatu elemen masyarakat. Wacana yang
baik pasti memiliki kohesi. Kohesi mengacu pada keterkaitan makna yang
menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya dalam teks apabila
interpretasi sejumlah unsur dalam sebuah teks tergantung pada unsur
lainnya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peran kohesi gramatikal dalam
membangun wacana narasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskrisikan
penanda kohesi gramatikal dalam Cerpen “Plesir sing Pungkasan” Karya
Dyan D. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Berdasarkan dari
analisis data ditemukan bahwa cerpen “Plesir sing Pungkasan” Karya Dyan
D mengandung bentuk kohesi gramatikal berupa, referensi (pengacuan),
subtitusi, ellipsis dan konjungsi. Berdasarkan data yeng ditemukan, bentuk-
bentuk kohesi gramatikal dalam cerpen “Plesir sing Pungkasan” Karya Dyan
D berperan dalam menciptakan wacana yang kohesif.

Kata Kunci : wacana, cerpen, kohesi gramatikal

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu wacana dapat menarik para pembaca apabila penggunaan Bahasa
mudah dimengerti dan dipahami oleh pembacanya. Karena diksi (pilihan kata)
yang digunakan dalam isi wacana dapat menarik dan mempengaruhi para
membaca untuk membaca isinya. Dalam wacana dituntut untuk memiliki
keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun olek komponen-komoponen
yang terjalin di dalam suatu organisasi sebuah kewacanaan. Organisasi inilah yang
disebut dengan struktur wacana.
Berdasarkan hal diatas, salah satu struktur kewacanaan yang penting
adalah kohesi. Menurut Haliday dan Hassan (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:121)
mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat sumber-sumber kebahasaan yang
dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafunhsi tekstual untuk mengkaitkan
satu bagian dengan bagian lainnya. Menurut Haliday dan Hassan (1976), unsur
kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Kohesi
gramatikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedang kohesi
leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Pembahasan kali ini akan mengkaji tentang analisis kohesi gramatikal
dalam cerita pendek. Cerita pendek adalah dalah jenis karya sastra yang berbentuk
prosa naratif fiktif/ fiksi dimana isinya menceritakan/ menggambarkan kisah suatu
tokoh beserta segala konflik dan penyelesaiannya, yang ditulis secara ringkas dan
padat. Pada umumnya, isi cerita pendek berpusat pada satu tokoh dan situasi
tertentu dimana ada puncak masalah (klimaks) dan penyelesaiannya. Selain itu, di
dalam cerita pendek atau cerpen terdapat kurang dari 10.000 kata saja, sehingga
cenderung singkat dan padat.
Judul cerpen yang akan di kaji dalam makalah ini adalah cerpen judul
“Plesir Sing Pungkasan” karya Dyan D yang di muat dalam majalah Jayabaya 02
September 2019 halaman 28-29. Cerpen ini mengandung sarat makna yang bagus
sehingga cerpen ini menarik untuk dikaji. Cerpen yang mengisahkan tentang
kehidupan tentang perjuangan seorang ibu dalam mendidik ketiga putranya
setelah adanya perpisahan. Kajian cerpen “Plesir Sing Pungkasan” difokuskan
pada analisis penanda kohesi gramatikal agar apa yang dimaksudkan pengarang
dapat diterima oleh pembaca.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana penanda kohesi gramatikal dalam cerpen “Plesir Sing
Pungkasan” karya Dyan D. ?

3. Tujuan
Untuk menjelaskan penanda kohesi gramatikal dalam cerpen “Plesir Sing
Pungkasan” karya Dyan D.

4. Manfaat
Supaya mengetahui dengan jelas tentang penanda kohesi gramatikal dalam
cerpen “Plesir Sing Pungkasan” karya Dyan D.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Wacana dan Analisis Wacana
Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan
mulai dari ilmu Bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Namun demikian secara spesifik pengertian, definisi, dan Batasan
istilah wacana sangat beragam. Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai
terjemahan dari perkataan Bahasa inggris discourse. Dalam salah satu kamus
bahasa Inggris terkemuka, mengenai wacana atau discourse ini kita dapat
diartikan: Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari
kian-kemari (yang diturunkan dari dis-‘dari, dalam yang berbeda’, dan currere
‘lari’). Membahas tentang wacana, berikut beberapa pengertian dari wacana
menurut para ahli. (1) Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa
wacana adalah rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi
yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai
isi konsep ang masih kasar yang akan melahirkan statement atau pernyataan
dalam bentuk wacana atau kalimat (2) I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31)
mengemukakan bahwa Wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat
yang lengkap. (3) Hasan Alwi dan Kawan-Kawan (2000:41) mengemukakan
bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berhubungan sehingga terbentuklah
makna yang serasi diantara kalimat-kalimat tersebut. Dengan begitu sebuah
rentetan kalimat tidak dapat disebut dengan wacana jika tidak ada keserasian
makna, dan sebaliknya, jika rentetan kalimat membentuk sebuah wacana karena
dari rentetan tersewbut akan terbentuk makna yang serasi. (4) Sumarlam, dkk
(2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan
bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah,
dan dialog atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen
tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling
terkait dan dari struktur batinya (dari segi makna) bersifat koheren terpadu).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai wacana di atas pengertian wacana
adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau

3
keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna
(meaningful ), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.
Analisis Wacana adalah sebuah kajian yang meneliti atau menganalisis
bahasa yang digunakan secara alamiah,baik dalam bentuk tulis maupun lisan
terhadap para pengguna sebagai suatu elemen masyarakat. Kajian terhadap suatu
wacana dapat dilakukan secara struktural dengan menghubungkan antara teks dan
konteks. Data yang digunakan dalam analisis wacana yaitu dengan cara berfokus
kepada pengkontruksian secara kewacanaan yang meliputi teks tulis yang berupa
ragam tulisan, dan teks lisan yang berupa ragam tuturan.

2. Hakikat Cerpen
Sebuah karya fiksi merupakan bangunan cerita dan menampilkan sebuah
dunia yang sengaja dikreasikan pengarang. Wujud formal fiksi hanya berupa kata,
dan kata-kata. Dengan demikian, karya fiksi menampilkan dunia dalam
kemungkinan. Kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita. Selain itu,
merupakan sarana pengucapan sastra. Sebuah cerpen merupakan cerita fiksibentuk
prosa yang singkat, padat, unsur-unsur ceritanya terpusat pada satuperistiwa
pokok, sehingga jumlah pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhancerita
memberikan kesan tunggal. Selanjutnya, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 5)
menyatakan bahwa sesuaidengan namanya, cerpen secara harfiah novellaberarti
„sebuah barang baru yang kecil‟ kemudian diartikan sebagai cerita pendek. Jika
dibaca, jalan peristiwanya lebih padat, sedangkan latar maupun kilas baliknya
disinggung sambil lalusaja. Di dalam cerpen hanya ditemukan sebuah peristiwa
yang didukung olehperistiwa-peristiwa kecil lainnya. Cerita pendek juga
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri padasatu tokoh
dalam satusituasi

3. Pengertian Kohesi
Salah satu unsur penting dalam wacana ialah kohesi. Pengertian kohesi
ialah keserasian hubungan antar posisi dalam menyatakan unsur unsur semantik
dan gramatikal secara eksplisit dalam kalimat kalimat wacana. Keserasian tersebut
membuat sebuah wacana bersifat kohesif. Menurut Halliday dan Hassan (dalam
Sarwiji Suwandi, 2008:121) mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat

4
sumber-sumber kebahasaan yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari
metafungsi tekstual untuk mengkaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya.
Gutwinski (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:121) menyatakan bahwa kohesi ialah
hubungan antarkalimat dan antar klausa dalam sebuah teks, baik dalam strata
gramatikal maupun dalam strata leksikal. Menurut Moeliono (1988:343)
menjelaskan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik
atau koheren. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kohesi
adalah hubungan antar klausa ataupun antar kalimat yang dapat menyerasikan
unsur yang satu dengan unsur yang lain.

4. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antarunsur yang markahi alat
gramatikal atau alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa
(Yuwono,2005:96). Kohesi gramatikal merupakan segi bentuk atau struktur lahir
wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi Penunjukan (reference), Pengantian
(subtitution), Pelesapan (ellypsis), dan Perangkaian (conjungtion) (Sumarlan,
2008:23). Menurut Hallyday kohesi gramatikal dibagi menjadi empat meliputi, 1)
pengacuan, 2) penyulihan, 3) pelesapan, dan 4) perangkaian.

1) Pengacuan (Referensi)
Pengacuan atau referensi hubungan antara kata dengan benda. Halliday
dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan
endoforis. Eksoforis adalah adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar
teks wacana. Sedangkan endoforis yaitu adalah pengacuan satuan lingual yang
terdapat di dalam teks wacana. Jenis kohesi gramatikal pengacuan diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu
1. Pengacuan persona. Pengacuan persona direalisasikan melalui persona
(kata ganti orang), yang meliputi persona pertama, kedua, ketiga, baik
tunggal maupun jamak.

5
REFERENSI PERSONA
Persona Pertama Persona Kedua Persona Ketiga
Tunggal Jamak Tunggal Jamak Tunggal Jamak
-aku, -kita - kowe - kowe - dheweke -sedaya
kula, - sampeyan kabeh - menika
kawula - kita - panjenen panjenengane
Sedaya gan - - panjenenga
- terikat panjenengan nipun
lekat - terikat sedaya
kiri: - lekat - terikat
tak kiri: lekat
mbok, kiri:-
- terikat kok - terikat
lekat lekat
kanan: - terikat kanan:
- ku lekat -ne, -
kanan: Ipun
- mu
Bagan 1. Pengacuan Persona dalam bahasa Jawa. Sumber
Sumarlan 2008:26

2. Pengacuan demonstratif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina


demonstratif waktu dan demontratif tempat.

Pengacuan DEMONSTRATIF
Waktu Tempat
-sakmenika: saiki, sak menika - caket saking panutur: mrika,
- sampun kalampahan: wingi, menika
kalawa wingi, biyen - radi tebih saking panutur: mriku,
- badhe kalampahan: mbenjang kasebut
- netral: enjing, siang, sonten, dalu - tebih saking panutur: mrika, kono
- eksplisit: Semarang, Boyolali
Bagan 2. Pengacuan Demonstratif dalam bahasa Jawa. Sumber
Sumarlan 2008:26

3. Pengacuan komparatif . Pengacuan komparatif ialah salah satu jenis kohesi


gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang
mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat,

6
watak, perilaku, dan sebagainya. Contoh: kata seperti, bagai, bagaikan,
laksana, dan lain-lain

2) Penyulihan (Subtitusi)
Subtitusi adalah hubungan antar kata dan kata lain yang digantikannya.
Suatu kata dapat digantikan oleh kata lain untuk tujuan tertentu, misalnya untuk
menghindari penyebutan berulang. Hasan, (1979:88) dalam Rani (2004:105)
mengemukakan bahwa Substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan
unsur lain yang acuannya tetap sama dalam hubungan antar bentuk kata atau
bentuk lain yang lebih besar dari pada kata seperti frase dan klausa. Dilihat dari
segi satuan lingualnya, subtitusi dapat dibedakan sebgai berikut :
1. Subtitusi Nominal Subtitusi nominal adalah penggantian satuan lingual
yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga
berkategori nomina.
2. Subtitusi verbal Subtitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga
berkategori verba.
3. Subtitusi Frasal Subtitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu
yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa
frasa.
4. Subtitusi Klausal Subtitusi klausal adalah penggantian satuan lingual
tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya
yang berupa kata atau frasa.

3) Pelesapan (Elipsis)
Elipsis berasal dari bahasa Yunani yaitu Elleipen yang berarti
meninggalkan (Salkie 1995:57) . Elipsis adalah Kata yang disebutkan atau
dituliskan secara berulang mungkin dapat menggangu pemahaman. Dalam hal
itu, ellipsis atau pelesapan dapat dilakukan untuk menciptakan kepaduan wancana.

4) Perangkaian (Konjungsi)
Sumarlan (2003:32) mengemukakan bahwa Konjungsi merupakan salah
satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan suatu
unsur satu dengan yang lainnya dalam sebuah kalimat, paragraf atau sebuah

7
wacana. Jadi bias dikatakan bahwa konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang
digunakan untuk menghubungkan kalimat. Contoh kata dari konjungsi yaitu
setelah itu, atau, meskipun dan lainya.

8
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut ini akan dijelaskan aspek-aspek kohesi gramatikal yang terdapat
dalam cerpen “Plesir sing Pungkasan” karya Dyan D.

1. Pengacuan (Referensi)
1) Pengacuan Pesona
Pengacuan Pesona yang terdapat dalam cerpen “Plesir Sing
Pungkasan” adalah sebagai berikut.

(1) “Bisa ta, Ma, aku nyetir. Olehku blajar mung sedhela loh,
diajari Pardi sopire Papah. Slamet ta ? Ngono maeng Mama
olehe mbingungngi…, ”
‘Bisa kan Ma, aku menengemudikanya. Belajarku hanya
sebentar loh, diajari Pardi sopirnya Papah. Selamat kan? Tadi
Mama kok bingung aja’ (JYB 02. September 2019.Cerkak
Plesir Sing Pungkasan hal.28)

(2) “….Mama nyuwun tulung kowe bisa momong adhimu ya…”

‘… Mama minta tolong kamu bisa menjaga adikmu ya..’ (JYB


02. September 2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)

(3) “Cen dheke wis meling marang asistene nek dheke lan anak-
anake mung gelem lelungan sing terjamin, ya fasilitas,
akomodasi lan keamanane.”
‘Memang dia sudah mengigatkan pada asistennya, jika dia dan
anak-anaknya hanya mau sesuatu yang terjamin, ya fasilitas,
akomodasi dan keamannaya’ (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)

Pengacuan persona mencakup tiga kelas kata ganti diri (pronomina).


Pronomina yang terdapat dalam cerpen “Plesir Sing Pungkasan” yaitu kata
ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang pertama jamak, kata ganti
orang kedua tunggal, kata ganti orang ketiga tunggal, dan kata ganti orang
ketiga jamak.
Kata ganti orang pertama tunggal terdapat pada data (1). Kata “aku”
‘aku’ dan “ku” ‘ku’ mengacu pada si mbarep, “aku” ‘aku’ merupakan kata
ganti orang pertama tunggal bentuk bebas, sedangkan “ku” ‘ku’ kata ganti
orang pertama tunggal bentuk terikat.

9
Kata ganti orang kedua tunggal terdapat pada data (2) Kata “kowe”
‘kamu’ dan “mu” ‘mu’. mengacu pada si mbarep. “kowe” ‘kowe’
merupakan kata ganti orang kedua tunggal bentuk bebas, sedangkan ‘mu’
kata ganti orang kedua tunggal bentuk terikat.
Kata ganti orang ketiga tunggal terdapat pada pada data (3). “dheke”
‘dia’ dan “-e” ‘-e’ mengacu pada Asti. “dheke” ‘dia’ merupakan kata ganti
orang ketiga tunggal bentuk bebas, sedangkan “-e” ‘-e’ merupakan kata
ganti orang ketiga terikat lekat kanan.

2) Pengacuan Demonstratif
Pengacuan Demonstratif yang terdapat dalam cerpen “Plesir Sing
Pungkasan” adalah sebagai berikut.
(4) “Asti ngguyu kelingan bab kuwi”
‘Asti ketawa teringat tentang itu’ (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
Referensi petunjuk, ditunjukkan pada data (4) yaitu pada kata “kuwi”
‘itu’. Kata “kuwi” ‘itu’ merujuk pada kenangan dan merupakan
demonstratif waktu.
3) Pengacuan Komparatif
Pengacuan Komparatif yang terdapat dalam cerpen “Plesir Sing
Pungkasan” adalah sebagai berikut.
(5) “Mubeng-Mubeng kutha nuli sing dijujug, sawijnig deretan
bakul jajanan, Kawitan dikira mung dodol gorengan kaya
padatan sing ana ing pinggir dalanan Indonesia.“
‘Berkelilinng kota, lalu yang dituju, suatu deretan penjual
jajanan, dari mulai hanya jualan gorengan seperti padatan yang
ada di pinnggir jalanan Indonesia.’ (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
Komparatif adalah membandingkan dua hal atau lebih yang
memiliki kemiripan. Seperti yang terlihat pada data (5) bahwa kata “kaya”
‘seperti’ bermakna bahwa “dodol gorengan” ‘jualan gorengan’ sama
seperti “padatan sing ana ing pinggir dalanan Indonesia” ‘padatan yang
ada di pinngir jalanan indonesia’.

10
2. Penyulihan (Subtitusi)
(6) “Mengko, Ma. Tak pilih-pilih dhisik. Aku wis ngesir ana mobil loro
sing tak pingini. Mengko nek aku wis sreg tak kandha Mama,” ujare
mbarep. Asti manthuk. Nyatane anake lanang iki isih njawa, isih
gelem milih, ora njaluk kabeh.
‘nanti, Ma. Aku pilih-pilih dulu. Aku sudah menyukai ada mobil dua
yang aku inginkan. Asti mengangguk. Ternyata anaknya laki-laki ini
masih mengerti, masih mau memilih, tidak meminta sesuanya. (JYB
02. September 2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)

(7) “Sinambi mlaku-mlaku ngubengi kutha London sing nalika kuwi


ngepasi musim semi. Si tengah kandha nek dheweke pengin nerusne
sekolahe ana negarane Ratu Elizabeth. “
‘sambil jalan-jalan mengitari kota London yang ketika itu bertepatan
musim semi. Si tengah bilang jika dirinya ingin menerukan
sekolahnya di Negara Ratu Elizabeth’ . (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
Penyulihan (subtitusi) dalam cerkak “Plesir Sing Pungkasan terdapat
pada data (6) dan (7). Data diatas menunjukkan subtitusi nominal, yaitu pada
data (6), yaitu “mbarep” ‘pertama’ yang merupakan unsur terganti, sedangkan
“anake lanang” ‘anaknya laki-laki’ merupakan unsur pengganti. Sama halnya
dengan data (7), “kutha London” ‘kota London’ merupakan unsur terganti
sedang “negarane Ratu Elizabeth” ‘negaranya Ratu Elizabeth’ merupakan
unsur pengganti.

3. Pelepasan (Elipsis)
(8) “Dhasare bocah isih remaja, isih gedhe rasa penasarane, mula
kewan garing kuwi dijajal.”
‘Dasarnya anak masih remaja, masih besar rasa penasarannya, karena
itu hewan kering itu dicoba’ (JYB 02. September 2019.Cerkak
Plesir Sing Pungkasan hal.28)
(9) “Endhog bebek kuwi diakon mbuwak, duduk panganan ora kena
dipangan nadyan jare wong kana kalebu panganan.”
‘Telur bebek itu disuruh buang, bukan makanan tidak bisa dimakan
walaupun katanya orang termasuk makanan.’ (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
Pelepasan (Elipsisis) pada dasarnya merupakan bentuk penyulihan
dengan cara menyulih butir pokok dengan sifat atau zero. Pada data (8)
terdapat pelepasan satuan lingual berupa kata “bocah” ‘anak’ . Kalimat
tersebut apabila ditulis lengkap berbentuk “Dhasare bocah isih remaja,

11
(bocah) isih gedhe rasa penasarane, mula kewan goring kuwi dijajal”
‘Dasarnya anak masih remaja, anak masih besar rasa penasarannya, karena itu
hewan kering itu dicoba’
Pada data (9) terdapat pelepasan satuan lingual berupa frasa “Endhog
bebek kuwi”. ‘telur bebek itu’ Kalimat tersebut apabila ditulis lengkap
berbentuk “Endhog bebek kuwi diakon mbuwak, (Endhog bebek kuwi) duduk
panganan ora kena dipangan nadyan jare wong kana kalebu panganan”
‘Telur bebek itu disuruh buang, (telur bebek itu) bukan makanan tidak bisa
dimakan walaupun katanya orang termasuk makanan’.

4. Perangkaian (Konjungsi)
(10) “Endhog bebek kuwi diakon mbuwak, duduk panganan ora kena
dipangan nadyan jare wong kana kalebu panganan.”
‘‘Telur bebek itu disuruh buang, bukan makanan tidak bisa dimakan
walaupun katanya orang sana termasuk makanan.’ (JYB 02.
September 2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
(11) “Si mbarep sing mentas bisa nyetir, nyatane pancen wis wasis. Njaluk
nyeteri dhewe mobil jeep sing disewa. Wis Tegen lan Wani banter.”
‘Si sulung yang baru saja bisa mengemudi, ternyata memang sudah
pintar. Minta mengemudikan sendiri mobil Jeep yang disewa. Sudah
lancer dan berani melaju dengan kencang’ (JYB 02. September
2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan hal.28)
(12) “Ora oleh gono gini merga Asti sing njaluk dipegat, ora oleh nemoni
anake merga jare hak asuh anak kena Arga.”
‘tidak mendapatkan gono-gini karena Asti yang meminta cerai.
Tidak boleh menemui anaknya karena katanya hak asuh anak kena
Arga.’ (JYB 02. September 2019.Cerkak Plesir Sing Pungkasan
hal.28)
Perangkaian (Konjungsi) yang terdapat pada data (10) adalah
konjungsi adversatif. Konjungsi yang bersifat mempertentangkan atau saling
berlawanan antar unsur saling berlawanan antarunsur yang dihubungkan. Dari
data (10) yang merupakan penanda berupa konjungsi adversatif yaitu,
“nadyan” ‘walau’ menghubungkan dua klausa yang saling bertentangan antara
“panganan ora kena dipangan” ‘makanan yang tidak bisa dimakan’ dan “jare
wong kana kalebu panganan” ‘katanya orang sana termasuk makanan”
Perangkaian (Konjungsi) yang terdapat pada data (11) adalah
konjungsi koordinatif. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan

12
kesetaraan atau kesejajaran antara dua proposisi, dalam hal ini di dalam
wacana. Dari data (11) yang merupakan penanda berupa konjungsi koordinatif
yaitu, “lan” ‘dan’ menghubungkan dua frasa yang menyatakan kesejajaran
antara ‘Wis Tegen’ ‘sudah lancar’ dan “Wani banter” ‘berani cepat’.
Perangkaian (Konjungsi) yang terdapat pada data (12) adalah konjungsi
kausal. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan sebab-akibat
(kausal) antara dua preposisi yang dihubungkan tersebut. Dari data (12) yang
merupakan penanda berupa konjungsi kausal yaitu, “merga” ‘karena’
menghubungkan dua klausa yang menyatakan sebab-akibat (kausal) antara
“Ora oleh gono gini” ‘tidak mendapatkan gono gini’ dan “Asti sing njaluk
dipegat” ‘Asti yang minta cerai’. “ora oleh nemoni anake” ‘tidak boleh
menemui anaknya’ dan “jare hak asuh anak kena Arga” ‘katanya hak asuh
anak kena Arga’.

13
BAB IV
PENUTUP
1. Simpulan

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran kohesi


sangat penting untuk sebuah wacana. Wacana yang baik pasti memiliki kohesi.
Kohesi mengacu pada keterkaitan makna yang menghubungkan suatu unsur
dengan unsur sebelumnya dalam teks apabila interpretasi sejumlah unsur dalam
sebuah teks tergantung pada unsur lainnya. Dengan adanya kohesi wacana akan
terlihat kepaduannya, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami wacana
tersebut.
Cerpen “Plesir sing Pungkasan” karya Dyand D. terdapat kohesi
gramatikal yang dapat ditemukan diantaranya yaitu pengacuan terdapat 5 data,
penyulihan terdapat 2 data, pelesapan 2 data, dan konjungsi 3 data. Masing-
masing aspek dari kohesi gramatikal, memiliki peran dalam pembentukan teks
dalam wacana, sehingga cerpen “Plesir sing Pungkasan” dapat tersusun secara
koheren. Dengan adanya kohesi wacana akan terlihat kepaduannya, sehingga
pembaca akan lebih mudah memahami wacana tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa


Cendekia.

Badara. Aris. 2014. Analisis Wacana. Teori, Metode dan Penerapannya


Pada Wacana Media. Surabaya: Prenada Media.

Surastina. 2018. Pengkajian Wacana: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:


Elmatera Publishing.

Sobur, Alex. 2015. Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

D, Dyan. 2019. Plesir Sing Pungkasan. Jaya Baya. September 02.


Surabaya.

Hutagalung, Trisnawati. Analisis Wacana Tulis Cerita Pendek “Di Dusun


Lembah Krakatau” Karya St. Fatimah. Jurnal Bahas Unimed, 2015.

Nurhidayati. 2013. Kohesi dan Kohorensi Wacana. Dalam


http://dandelionidha.blogspot.com/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html

Zakky. 2018 8 Unsur Intrinsik Cerpen Beserta Pengertian dan Contohnya


[Lengkap]. Dalam https://www.zonareferensi.com/unsur-intrinsik-cerpen/

15

Anda mungkin juga menyukai