Anda di halaman 1dari 4

Tata Laku Ritual UpacaraUlur-Ulur

Tata laku ritual upacara ulur-ulur tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahapan, tata
siyaga, tata laksana, dan tata wasana.

1) Tata Siyaga
Tata Siyaga tersebut meliputi persiapan untuk memilai acara upacara Ulur-ulur.
Dalam tata siyaga tersebut ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya yaitu :

Membersihkan Telaga Buret


Acara ritual upacara Ulur-ulur diadakan di bulan Sela hari Jumat Legi/Pon. Untuk
persiapan acara di hari Jjumat tersebut, pada hari kamisnya para warga sekitar telaga Buret
mendakan kegiatan gotong royong membersihkan telaga Buret. Selain itu juga memasang
panggung untuk acara hari jumatnya dan menyiapkan tempat untuk acara melekan malamnya
yang berada di joglo telaga Buret.

Menyiapkan Jajanan Pasar


Bagi para ibu-ibu yang berada dirumah menyiapakan dan membuat jajanan pasar dan
tumpeng kecil untuk diarak pada hari Jumat besoknya. Jika jaman dulu para ibu-ibu membuat
jajanan sendiri dirumah. Jajanan dan makanan tersebut mewujudkan sebagai asilnya bumi
dari olah tani dan tanaman. Bab tersebut dimaksudkan sebagi tanda syukur atas pemberian
hasil bumi yang melimpah dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan tiap harinya para
warga sekitar telaga Buret. Bila di jaman sekarang para ibu-ibu tersebut memilih membeli
dan memasan jajanan supaya lebih efektif, tetapi juga masih ada yang tetap membuat sendiri
dirumah.

Macapat dan Melekan


Berada di malam Jumat para panita dan sesepuh desa menyiapkan acara untuk hari
besoknya. Para warga mengadakan rapat supaya lancar acara ritual upacara Ulur-ulur, setelah
rapat untuk pelipur dan belajar para warga megadakan macapatan dan bercerita asal-usul
ritual upacara Ulur-ulur. Bab tersebut diharapkan untuk para panitia supaya bisa lebih
mengerti tentang ritual upacara Ulur-ulur.

Memetik Dewi Sri atau Padi Baru


Padi yang berada di sawah sebagai wujudnya Dewi Tanaman atau Dewi Padi yang
sering disebut Dewi Sri. Padi tersebut dipetik oleh tetua desa di hari Jumat ketika selesainya
Subuh atau dihari kamisnya.
2) Tata Laksana
Tata laksana tersebut sebagai tata acara inti ritual upacara Ulur-ulur. Dalam tata
laksana tersebut ada bagian kegiatan yang dilakukan, diantaranya yaitu :

Tetua atau Juru Kunci Menyuguhkan Cok Bakal


Acara ritual upacara Ulur-ulur dimulai pagi pada pukul tujuh. Pakaian yang
digunakan yaiktu pakaian adat Jawa. Untuk juru kunci sebelum berangkat arak-arakan
menyuguhkan dan memasang cok bakal terlebih dahulu yang berada di telaga Buret. Cok
bakal tersebut dipasang untuk mengugemi empat kiblat lima arah. Yaitu cok bakal dipasang
dan ditaruh di empat kiblat timur, selatan, barat, utara telaga Buret. Bila yang satunya lagi
yaitu dipasang berada di tempat persembahan yaitu di depanya telaga Buret. Setelah
memasang cok bakal tersebut, juru kunci pergi ke start (SMAN 1 Campurdarat) untuk
memberangkatkan rombongan arak-arakan.

Arak-Arakan
Aacara arak-arakan dimulai dari start (SMAN 1 Campurdarat) sampai telaga Buret.
Arak-arakan diikuti semua masyarakat, pakaian yang digunakan yaitu pakaian adat Jawa.
Selain itu juga ada yang menyuguhkan tarian reyog kendang dan tayuban untuk meramaikan
arak-arakan ke telaga Buret. Untuk para masyarakat membawa ambeng/jajanan pasar untuk
diarak ke telaga. Jika jaman dulu ambeng dan jajanan pasar tersebut dibawa jalan ke telaga,
tetapi dijaman sekarang dijadikan satu di mobil pick-up.
Urutan arak-arakan yaitu dimulai dari para pemuda yang membawa banner tulisan
ritual upacara Ulur-ulur dan disusul dengan jakaa bagus dan perawan ayu sebagai yang
membawa padi Dewi Sri dan Jaka Sedana. Selanjutnya para perangkat/lurah desa (Desa
Sawo, Gedhanagan, Gamping, Ngentrong) yang dipayungi oleh carik desa atau yang
mewakili disusul dengan para tetua desa yang membawa dupa. Para tetua dan pembawa acara
biasanya berada di samping para perangkat desa, tetapi bab tersebut fleksibel bisa pindah-
pindah dimana saja. Di bagian belakang ada para warga yang kebagian menggotong jodang.
Yaitu papak kotak seperti peti yang isinya ubarampe dan sesaji upacara. Di selanjutnya
disusul oleh para prajurit dan warga yang membawa ambeng dan jajanan pasar yang diselingi
dengan adanya reyog kendang dan tayuban. Urutan para warga yang membawa ambeg
tersebut mengelompok sesuai desanya sendiri-sendiri supaya tidak kecampur.
Sebelum diarak ke telaga Buret, tetua telaga Buret membakar dupa dan membacakan
doa untuk memberangkatkan arak-arakan tersebut. Dupa yang dibakar ada dua dan ikut
diarak dibelakangnya para perangkat desa, serta yang membawa dupa tersebut yaitu tetua
desa. Setelah dupa dibakar, dupa tersebut diberikan oleh tetua desa. Dan salah satu tetua desa
tersebut membacakan doa ritual upacara Ulur-ulur dan diamini oleh para warga.

Siraman
Setelah rombongan arak-arakan sampai di telaga. Peserta arak-arakan menyiapkan apa
yang telah dibawa. Yaitu ada di pelataran depannya telaga. Semua ubarampe ditata di meja
yang sudah disiapkan dan salah satu tetua desa mengambil air telaga dan diisi bunga telon.
Bokor yang isinya air telaga dan bunga telon tersebut disiramkat ke patung Dewi Sri dan Jaka
Sedana. Tetapi patung yang ada sekarang adalah patung replik dan disimpam dengan juru
kunci telaga. Patung yang asli berada didalam telaga Buret. Setelah menyirami patung, tetua
desa tersebut lalu memercikan air telaga yang sudah dicampur bunga telon kepada para
peserta upacara, dengan tujuan sesuci diri lan harapan berkah dari Tuhan Yang Membuat
Jagad.

Nglarung
Nglarung yang dimaksudan yaitu melarungkan sesaji ke telaga. Tetapi sesaji yang
dilarungkan tidak semua, hanya beberapa saja yang mewakil dari semua sesaji yang
dirungkan ke telaga Buret. Sesaji yang dilarungkan tersebut melambangkan rasa puji syukur
adanya telaga Buret yang sudah memberi sumber air untuk olah tani para warga Buret dan
sekitarnya.

Nglampet
Nglampet tersebut sebagai kegiatan utama selain mengaturkan puji syukur adanya
telaga Buret. Nglampet yaitu kegiatan membendung telaga dan ditujukan atau dialirkan ke
sawah warga. Suapaya air dari telaga tersebut bisa dimanfaatkan untuk olah tani. Khususnya
yaitu sesaji yang dilarungkan di air telaga tersebut dupercaya bisa memberi kesuburan dan
kemakmuran untuk sawah-sawah yang menjadi punjernya pekerjaan para warga Buret dan
sekitarnya.

Kenduri dan Kembul Bujana


Selametan kenduri tersebut mewujudkan mendoakan padi yang melambangkan Dewi
Sri dan Jaka Sedana. Selain itu juga sebagai wujud rasa syukur adanya telaga yang
dilambangkan dengan kembul dujana dari semua wujdu makanan yang dibuat dari hasilnya
olah tani warga Buret dan sekitarnya.

Mencari Kidang Kencana Tracak Waja


Kegiatan ini sebagai wujud tayuban hip-hip. Yaitu rasa bagya mulya warga
masyarakat sebagai Dewi Sri dan Jaka Sedana yang pernah pergi tersebut dan mau kembali
dengan sarana kidang kencana tracak waja. Berada diacara ini bisa diadakan acara hiburan, di
antaranya yaitu reog kendang, rema dan biasanya ada suguhan dari anak-anak sekolah.

Andrawira
Andrawira tersebut adalah acara terakhir. Yaitu para warga masyarakat yang sudah
bersedia mengikuti acara ritual upacara Ulur-ulur kembali ke desanya sendiri-sendiri. Dalam
mengumpulkan warga supaya mengetahui dan menemukan desanya setiap lurah menjunjung
lambang desanya sendiri-sendiri. Lambang tersebut diantaranya daun pisang untuk desa
Gedhangan, daun sawo untuk desa Sawo, kendi untuk desa Gamping dan Jombang untuk
desa Ngentrong.

3) Tata Wasana
Dalam tata wasana tersebut setelah para warga kembali ke desanya sendiri-sendiri,
panitia dan para tetua desa tinggal dahulu di telaga dan membersihkan telaga Buret supaya
tetap lestari dan untuk para leluhur danyang-danyang telaga tidak memberikan duka krana
sudah membuat kotor di telaga uret.

Anda mungkin juga menyukai