Tata laku ritual upacara ulur-ulur tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahapan, tata
siyaga, tata laksana, dan tata wasana.
1) Tata Siyaga
Tata Siyaga tersebut meliputi persiapan untuk memilai acara upacara Ulur-ulur.
Dalam tata siyaga tersebut ada beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya yaitu :
Arak-Arakan
Aacara arak-arakan dimulai dari start (SMAN 1 Campurdarat) sampai telaga Buret.
Arak-arakan diikuti semua masyarakat, pakaian yang digunakan yaitu pakaian adat Jawa.
Selain itu juga ada yang menyuguhkan tarian reyog kendang dan tayuban untuk meramaikan
arak-arakan ke telaga Buret. Untuk para masyarakat membawa ambeng/jajanan pasar untuk
diarak ke telaga. Jika jaman dulu ambeng dan jajanan pasar tersebut dibawa jalan ke telaga,
tetapi dijaman sekarang dijadikan satu di mobil pick-up.
Urutan arak-arakan yaitu dimulai dari para pemuda yang membawa banner tulisan
ritual upacara Ulur-ulur dan disusul dengan jakaa bagus dan perawan ayu sebagai yang
membawa padi Dewi Sri dan Jaka Sedana. Selanjutnya para perangkat/lurah desa (Desa
Sawo, Gedhanagan, Gamping, Ngentrong) yang dipayungi oleh carik desa atau yang
mewakili disusul dengan para tetua desa yang membawa dupa. Para tetua dan pembawa acara
biasanya berada di samping para perangkat desa, tetapi bab tersebut fleksibel bisa pindah-
pindah dimana saja. Di bagian belakang ada para warga yang kebagian menggotong jodang.
Yaitu papak kotak seperti peti yang isinya ubarampe dan sesaji upacara. Di selanjutnya
disusul oleh para prajurit dan warga yang membawa ambeng dan jajanan pasar yang diselingi
dengan adanya reyog kendang dan tayuban. Urutan para warga yang membawa ambeg
tersebut mengelompok sesuai desanya sendiri-sendiri supaya tidak kecampur.
Sebelum diarak ke telaga Buret, tetua telaga Buret membakar dupa dan membacakan
doa untuk memberangkatkan arak-arakan tersebut. Dupa yang dibakar ada dua dan ikut
diarak dibelakangnya para perangkat desa, serta yang membawa dupa tersebut yaitu tetua
desa. Setelah dupa dibakar, dupa tersebut diberikan oleh tetua desa. Dan salah satu tetua desa
tersebut membacakan doa ritual upacara Ulur-ulur dan diamini oleh para warga.
Siraman
Setelah rombongan arak-arakan sampai di telaga. Peserta arak-arakan menyiapkan apa
yang telah dibawa. Yaitu ada di pelataran depannya telaga. Semua ubarampe ditata di meja
yang sudah disiapkan dan salah satu tetua desa mengambil air telaga dan diisi bunga telon.
Bokor yang isinya air telaga dan bunga telon tersebut disiramkat ke patung Dewi Sri dan Jaka
Sedana. Tetapi patung yang ada sekarang adalah patung replik dan disimpam dengan juru
kunci telaga. Patung yang asli berada didalam telaga Buret. Setelah menyirami patung, tetua
desa tersebut lalu memercikan air telaga yang sudah dicampur bunga telon kepada para
peserta upacara, dengan tujuan sesuci diri lan harapan berkah dari Tuhan Yang Membuat
Jagad.
Nglarung
Nglarung yang dimaksudan yaitu melarungkan sesaji ke telaga. Tetapi sesaji yang
dilarungkan tidak semua, hanya beberapa saja yang mewakil dari semua sesaji yang
dirungkan ke telaga Buret. Sesaji yang dilarungkan tersebut melambangkan rasa puji syukur
adanya telaga Buret yang sudah memberi sumber air untuk olah tani para warga Buret dan
sekitarnya.
Nglampet
Nglampet tersebut sebagai kegiatan utama selain mengaturkan puji syukur adanya
telaga Buret. Nglampet yaitu kegiatan membendung telaga dan ditujukan atau dialirkan ke
sawah warga. Suapaya air dari telaga tersebut bisa dimanfaatkan untuk olah tani. Khususnya
yaitu sesaji yang dilarungkan di air telaga tersebut dupercaya bisa memberi kesuburan dan
kemakmuran untuk sawah-sawah yang menjadi punjernya pekerjaan para warga Buret dan
sekitarnya.
Andrawira
Andrawira tersebut adalah acara terakhir. Yaitu para warga masyarakat yang sudah
bersedia mengikuti acara ritual upacara Ulur-ulur kembali ke desanya sendiri-sendiri. Dalam
mengumpulkan warga supaya mengetahui dan menemukan desanya setiap lurah menjunjung
lambang desanya sendiri-sendiri. Lambang tersebut diantaranya daun pisang untuk desa
Gedhangan, daun sawo untuk desa Sawo, kendi untuk desa Gamping dan Jombang untuk
desa Ngentrong.
3) Tata Wasana
Dalam tata wasana tersebut setelah para warga kembali ke desanya sendiri-sendiri,
panitia dan para tetua desa tinggal dahulu di telaga dan membersihkan telaga Buret supaya
tetap lestari dan untuk para leluhur danyang-danyang telaga tidak memberikan duka krana
sudah membuat kotor di telaga uret.