Anda di halaman 1dari 22

MANEKA WARNA UPACARA ADAT JAWA TIMUR

Upacara adat sendiri mempunyai arti sebuah upacara atau kebiasaan yang telah diwariskan oleh
nenek moyang pada suatu daerah, pada hal ini khusus upacara adat yang ada pada daerah Jawa
Timur. Upacara adat biasanya dilakukan oleh suatu suku atau masyarakat daerah tertentu.
Upacara adat pada suatu daerah biasanya tidak lepas dari peristiwa yang terjadi pada zaman
dahulu. Oleh karena itu upacara adat suatu daerah umumnya berbeda-beda, disebabkan sejarah
pada setiap daerah pasti berbeda.

1. Upacara Adat Jawa Timur Kematian


a. Tahlilan
b. Geblakan/Surtanah
c. Nelung Dina
d. Mitung Dina
e. Matang Puluh
f. Nyatus Dina
g. Mendak Sepisan
h. Mendak Pindo
i. Mungguhan

2. Upacara Adat Jawa Timur Tradisi/Ritual


a. Ruwatan
b. Kebo-keboan
c. Skaten
d. Muludan
e. Labuh Sesaji
f. Larung Sesaji
g. Kasada
h. Unan-Unan
i. Ruwah Desa
j. Likuran
k. Mudunan/Lebaran
l. Kasodo
m. Grebegan
n. Weton
o. Nakokake
p. Piningsetan
q. Slametan Kenduren
r. Ngurit
s. Seblang

3. Upacara Adat Jawa Timur Kelahiran


a. Tingkeban
b. Babaran
c. Brokohan
d. Lurung Ari-Ari
e. Sepasaran
f. Tedhak Sinten
g. Sunatan

4. Upacara Adat Jawa Timur Mantenan


a. Pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhan
b. Sungkeman
c. Siraman
d. Dodol dawet
e. Midodareni
f. Srah-srahan di malam midodareni
g. Balang gantal
h. Ngidak endok
i. Sindur
j. Kacar-kucur
k. Dulangan
l. Bukak kawah
KEMATIAN

Tahlilan
Tahlilan adalah prosesi kirim doa kepada orang yang sudah meninggal agar arwahnya bisa
mendapatkan ketenangan dan tempat yang terbaik di sisi Tuhan (Allah Swt).
Tradisi ini awalnya sudah ada pada zaman Hindu-Budha dengan bacaan yang sesuai agama
mereka. Sehingga ketika Islam datang di Jawa, bacaan-bacaan itu diganti dengan cara Islami.
Kebiasaan tahlilan umumnya dilakukan pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000,
juga istilah mendak kematian setelah 1 tahun kematian pada hari saat meninggalnya.
Geblakan/Surtanah
Geblakan adalah tradisi berupa tahlilan dengan cara mendo’akan seseorang yang telah wafat
pada saat hari kematiannya.
Nelung Dina
Nelung dina adalah tradisi atau kebiasaan berupa tahlilan dengan cara mendoakan pada saat
hari ke-3 setelah kematian.
Mitung Dina
Mitung dina adalah mendo’akan seseorang yang sudah meninggal pada saat hari ke-7 setelah
kematian.
Matang Puluh
Matang puluh sama dengan tradisi sebelumnya hanya saja dilakukan pada hari ke-40 setelah
kematian seseorang.
Nyatus Dina
Nyatus dina adalah do’a tahlil yang dilakukan pada hari ke-100 setelah kematian seseorang.
Mendak Sepisan
Mendak Sepisan adalah tradisi mendoakan yang dilakukan pada 1 tahun dari kematian
seseorang.
Mendak Pindo
Mendak Pindo sama seperti mendak sapisan hanya saja dilakukan pada saat 1000 hari setelah
hari kematian seseorang.
Mungguhan
Sa’banan atau munggahan, adalah kebiasaan masyarakat Jawa Timur yang dilaksanakan pada
bulan sya’ban yang bertujuan untuk mendo’akan arwah para leluhur mereka yang telah
meninggal
UPACARA ADAT
1. Ruwatan

Ruwatan adalah suatu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan dengan mengharapkan agar
dijauhkan dari nasib buruk atau kesialan.
Ruwatan mengandung makna atau filosofi mensucikan diri dari segala sesuatu hal yang buruk
(yang tidak diinginkan)

2. Kebo-keboan

Pada setiap tahun masyarakat daerah Banyuwangi berusaha menjaga tradisi kemurnian dan
kesakralan budaya mereka. Asal-usul tradisi kebo-keboan berasal karena banyaknya musibah
pageblok.
Pada waktu itu masyarakat terkena wabah penyakit dan tanaman yang dapat merugikan warga
daerah tersebut. Banyak warga yang meninggal dan kelaparan akibat penyakit misterius.
Nah, pada saat terjadi musibah wabah itu, salah satu sesepuh bernama mbah Karti mendapat
wangsit atau mimpi dari semedinya di bukit untuk melakukan ritual kebo-keboan dan
mengagungkan Dewi Sri.
Singkat cerita ada keajaiban yang tidak disangka muncul ketika warga melaksanakan ritual
Kebo-Keboan. Banyak warga yang sakit menjadi sehat mendadak, juga hama yang menyerang
tanaman warga hilang tidak tau kemana.
Akhirnya mulai saat itu ritual Kebo-Keboan dilestarikan oleh masyarakat daerah itu, muncul
perasaan resah dan takut jika tidak melakukan tradisi ini.
3. Sekaten

Skaten merupakan upacara adat yang dilakukan masyarakat Jawa yang berpegang teguh
terhadap agam Islam.
Tradisi sekaten oleh masyarakat Jawa Timur untuk memperingati bulan kelahiran Nabi
Muhammad Saw.

5. Muludan

Muludan merupakan tradisi atau kebiasan yang di lakukan masyarakat Jawa Timur, biasanya
dilakukan pada tanggal 12 bulan maulud, beda dengan sekaten tradisi ini dilakukan hanya pada
tanggal khusus pada bulan maulud.
Pada dasranya maulidan dan skaten itu sama, yang membedakan adalah tata cara
memperingatinya dan tanggal-tanggalnya.
6. Labuh sesaji

Labuh sesaji merupakan salah satu kebiasaan tahunan yang digelar di Telaga Sarangan, Magetan.
Waktu untuk melaksanakan tradisi ini pada bulan Ruwah, hari Jum’at Pon.
Tujuan dari upacara labuh sesaji sebagai tanda terima kasih dari masyarakat kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Masyarakat menganggap bahwa Telaga Sarangan merupakan hadiah dari Tuhan,
Telaga Sarangan dianggap bisa mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat Magetan dan juga
Masyarakat Indoneisa.

7. Larung sesaji
Larung sesaji beda dengan tradisi labuh sesaji. Larung sesaji merupakan tradisi upacara yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang berada pada daerah pesisir pantai utara dan
selatan.
Upacara ini dilakukan dengan cara menghanyutkan sesajen ke laut dalam rangka sebagai tanda
rasa syukur dari hasil tangkapan ikan selama mereka melaut.

8. Kasada

Upacara adat kasada adalah salah satu upacara yang berasal dari masyarakat Suku Tengger.
Tujuan dari upacara ini adalah sebagai salah satu rasa syukur masyarakat Tengger kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Asal mula tradisi ini adalah upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Reden Kusuma
anak dari Jaka Seger dan Lara Anteng. Umumnya upacara ini dilakukan pada tanggal 14 sampai
16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit secara setahun sekali.
Kasodo merupakan upacara adat Jawa Timur yang dilakukan setiap tahun pada bulan purnama.
Tujuan dari upacara ini adalah Masyarakat Suku Tengger meminta panen yang berlimpah atau
meminta tolak balak dan kesembuhan atas berbagai macam penyakit.
Tradisi ini dilakukan dengan cara melemparkan sesaji ke kawah Gunung Bromo. Masyarakat
Tengger yang lain harus berada pada tebing kawah dan meraih untuk menangkap sesaji yang
telah dilemparkan kedalam kawah.

9. Unan-unan

Upacara adat ini dilakukan oleh Suku Tengger yang tinggal di kaki gunung bromo yang biasa
dilakukan agar makhluk halus, dan malapetaka di jauhkan dari wilayah perdesaan mereka.
10. Ruwah desa

Ruwah Desa merupakan salah satu upacara adat Jawa Timur yang dilaksanakan pada bulan
Ruwah sebelum masuk bulan Ramadhan. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mendoakan nenek
moyang mereka yang telah mendirikan (Babad) desa tersebut.
Selain untuk tujuan mendo’akan nenek moyang, tradisi Ruwahan juga bertujuan untuk meminta
agar selalu di beri keselamatan bagi penduduk desa.
11. Likuran
Kebiasaan masyarakat Jawa Timur yang satu ini adalah tradisi yang dilakukan pada hari ke-21
bulan puasa.
Tujuannya adalah sama seperti peringatan Nuzulul Qur’an atau turunnya Al-Qur’an, hanya saja
caranya yang berbeda.
12. Mudunan/Lebaran
Untuk tradisi likuran dilakukan pada tanggal ke 21 bulan Ramadahn pada tradisi Mudunan
dilakukan pada hari raya Iedul Fitri lebih tepatnya 1 Syawal.
Mudunan dijalankan masyarakat Jawa Timur dalam rangka sebagai rasa bentuk syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sebelum melakukan tradisi ini bisanya melakukan nyekar ke makam para
leluhur mereka.
13. Upacara Adat Jawa Timur Grebegan
Grebegan merupakan tradisi upacara adat yang bersifat kesyukuran, dilakukan bersama-sama
oleh masyarakat suku Jawa dengan tokoh utamanya seorang raja.
Upacara adat grebegan dilaksanakan selama tiga kali dalam sati tahun, diantaranya pada tanggal
12 Mulud, 1 Syawal, dan tanggal 10 bulan ke-12 Masehi.
Pada upacara ini raja mengeluarkan sedekahnya berupa hasil alam seperti sayuran dan
sejenisnya, biasanya sedekahnya dibentuk seperti bidang kerucut seperti gunung, yang akan
direbutkan oleh masyarakat.
14. Upacara Adat Jawa Timur Weton
Wetonan merupakan hari kelahiran, wetonan sebagai sebutan orang jawa terhadap hari
kelahiran.
Upacara adat pada hal ini berbeda dengan ulang tahun, kalau wetonan menggunakan
penanggalan Jawa. Tujuannya adalah meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
15. Upacara Adat Jawa Timur Nakokake
Nakokake merupakan prosesi dimana seorang laki-laki yang ingin melamar seorang wanita
pujaannya dengan cara menanyakan (Nakokake) kepada orang tua, sama dengan meminta restu.
Dalam proses nakokake yang ditanyakan adalah kondisi status dari sang gadis pujaanya apakah
dirinya sudah memiliki pasangan, pendamping atau masih single.
16. Upacara Adat Jawa Timur Piningsetan
Piningsetan merupakan upacara adat melamar gadis yang umumnya dilakukan. Setelah
melaksanakan tradisi nakokake dan hasilnya sang pujaan masih single, maka prosesi selanjutnya
pingsetan ini. Keluarga laki-laki akan datang kepada pihak keluarga wanita.
Tradisi piningsetan bisa dikatakan sebagai proses ramah tamah yang disertai dengan acara
makanan bersama antara rombongan pihak laki-laki dan pihak perempuan. Hal ini wajib
dilakukan sebelum pernikahan digelar. Namun prosesi ini menjadi momen serius bagi pihak laki-
laki dan wanita.
17. Slametan Kenduren
Slametan merupakan acara tradisi adat Jawa Timur yang dilakukan sebagai rasa syukur atas
mendapatkan suatu kebaikan.
Selain dari tujuan utama, slametan juga bertujuan yang bersifat memperingati hal yang bersifat
suka atau duka.
18. Upacara Adat Jawa Timur Ngurit
Ngurit merupakan upacara adat Jawa Timur yang dilakukan oleh suku Jawa yang berprofesi
sebagai petani.
Upacara ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur dan berdo’a agar benih padi para petani dapat
tumbuh dengan baik. Setelah upacara Ngurit selesai, para petani menunggu beberapa hari,
hingga musim tandur (menanam).
19. Upacara Adat Jawa Timur Seblang

Seblang merupakan tradisi adat yang dilakukan oleh masyarakat suku Using di daerah
Banyuwangi. Istilah seblang merupakan singkatan dari sabele ilang (sialnya hilang).
Tujuan dari upacara seblang dilakukan dalam rangka untuk tolak balak agar aman, tenteram,
dan berbagai kesialan hilang dari desa suku Using. Waktu pelaksanaan upacara using pada hari
ke tujuh setelah hari raya Idul Fitri.
Upacara Adat Jawa Timur Kelahiran

Warga masyarakat Jawa Timur mempunyai berbagai kebiasaan pada saat seorang ibu sebelum
melahirkan dan sesudah melakukan lahiran.
Banyak prosesi atau kebiasaan yang harus dijalani saat prosesi lahiran antara lain sebagai
berikut.
1. Tingkeban

bridestory.com
Pitonan adalah tradisi upacara selamatan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa
Timur. Tujuan dari pitonan adalah menunjukan rasa syukur atas umur anak yang di dalam
kandungan berusia menginjak 7 bulan.
Pitonan juga dilakukan untuk meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kelancaran saat
prosesi lahiran.
Acara ini dilakukan dengan cara selametan dengan cara berkumpul bersama orang-orang
terdekat dan terdapat berbagai suguhan yang diberikan oleh keluarga yang punya hajat.
Selain cara seperti tadi, terdapat juga sebagian masyarakat pada saat mitoni dengan cara
memandikan calon ibu yang sedang hamil dengan air dari tujuh sumur yang berbeda. Ada juga
yang membuat rujakan pada acara mitoni.
2. Babaran
Babaran merupakan upacara sebagai respon dari kelahiran bayi yang sudah selamat. Babaran
sendiri ditujukan sebagai tanda rasa syukur kepada sang pencipta bahwa ibu dan anak yang
diberikan keselamatan selama dalam proses melahirkan sang anak.
Babaran berarti melahirkan.
Seiring berjalannya waktu, sebagian masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan ini, mereka
menganggap bahwa kegiatan ini tidak terlalu penting untuk dilakukan.
3. Brokohan
hipwee.com
Brokohan merupakan tradisi yang dilakukan saat bayi sudah lahir. Acara ini dilakukan biasanya
turut mengundang warga sekitar, sanak dan saudara terdekat untuk tujuan ikut mensyukuri
kedatangan bayi yang lahir.
Pada umumnya brokohan disediakan nasi tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya yang di
tujukan kepada para tamu undangan.
4. Lurung Ari-Ari

tumpi.id
Lurung ari-ari adalah prosesi upacara adat yang melarung atau menghanyutkan si jabang bayi.
Pada prosesi ini ari-ari dari jabang bayi dihanyutkan ke laut bersama dengan bunga 7 rupa,
kendi, kain putih, dan jarum.
Pada saat ini lurung ari-ari dilakukan dengan cara memasukan ari-ari didalam kendi dan
dibungkus kain putih (mori), dan jarum, lalu dimasukan kedalam tanah didalam rumah atau
depan rumah. Intinya masih dekat dengan sang jabang bayi yang baru lahir.
5. Sepasaran

hipwee.com
Sepasaran merupakan tradisi yang dilakukan oleh keluarga yang telah diberikan momongan
(anak). Untuk tradisi sepasaran ini dilakukan pada saat si jabang bayi berusia 5 hari.
Pada sepasaran ini keluarga melakukan tasyakuran sebagai ungkapan tanda syukur telah
diberikan momongan.
Sepasaran juga terdapat pada daerah Jawa Barat, Jawa tengah. Memang tradisi ini asli dari Pulau
Jawa.
6. Tedhak Sinten

budayajawa.id
Tedhak sinten merupakan tradisi yang dilakukan dengan adanya kepercayaan sebagian warga
setempat bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib. Ada juga kepercayaan bahwa tanah dijaga
oleh Bethara Kala. Oleh sebab itu si anak perlu dikenalkan kepada Bethara Kala sipenjaga tanah,
melalui tradisi Tedhak Sinten.
Tujuanya agar Bethara Kala tidak marah, maka dilaksanakan tradisi adat ini selama bertahun-
tahun oleh masyarakat setempat.
7. Sunatan
Sunatan sendiri merupakan adat asli dari agama Islam. Karena pada umumnya perkembangan
Agama Islam berkembang baik di daerah Jawa Timur.
Ketika si anak sudah menginjak usia remaja, maka si anak akan melewati proses sunatan atau
lebih dikenal dengan khitanan.
Dengan prosesi memotong ujung kuncup kemaluan pada laki-laki, bertujuan agar tidak
menyisakan najis pada bagian kemaluan saat buang air kecil.
Biasanya masyarakat Jawa Timur melakukan selametan sebelum melakukan prosesi sunatan,
tujuanya agar diberi kelancaran saat sunatan dan agar dijadikan oleh Allah SWT sebagai anak
yang soleh.
MANTENAN

1. Prosesi pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhan

Image:
Okozone
Sebelum memulai segala prosesi adat orang Jawa yang ingin mengadakan acara pernikahan
harus melewati prosesi pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhuan. Upacara adat ini lah yang
mengawali setiap pernikahan adat Jawa.
Setiap prosesi ini tentu saja sangat penuh makna. Tarub yang dipasang di pagar atau pintu
masuk memiliki arti sebagai atap sementara atau peneduh rumah. Pemasangan tarub ini
dibarengi dengan pemasang bleketepe ini sebagai penanda rumahh sedang melakukan acara
pernikahan.
Bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini juga jadi simbol tolak bala. Bleketepe yang terbuat dari
anyaman daun kelapa ini akan dipasangkan dengan tuwuhan. Tuwuhan dipasang di kiri dan
kanan gerbang biasanya isinya adalah tumbuh-tumbuhan. Salah satu yang wajib ada adalah
pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan janur. Pemasangan bleketepe, tarub, dan tuwuhan ini
berisi harapan pasangan yang akan segera menikah. Diharapakan calon pengantin memperoleh
keturuan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan dan selalu bahagi.
2. Sungkeman

Image:
Bondan Photoworks
Sungkeman mungkin jadi hal yang sudah sering kamu dengar karena prosesi ini bukan hanya
ada di prosesi pernikahan saja. Sungekeman ini bukti penghormatan kepada orang tua dan
sesepuh. Prosesi ini biasanya terasa lebih intim karena sang calon mempelai akan meminta maaf
dan meminta izin untuk segera menjalani kehidupan baru.
3. Siraman

Image:
thebridedept
Sebelum menjalani prosesi adat Jawa lainnya, calon pengantin harus menjalani ritual siraman.
Siraman dimaknai sebagai penyucian diri atau membersihkan diri sebelum upacara sakral.
Ritual siraman ini akan dilakukan oleh kedua orang tua dilanjutkan dengan kerabat dekat seperti
kakek-nenek, pakde-bude, dan orang yang dituakan. Biasanya ada 7 orang yang akan
menyiramkan air kepada calon pengantin. Orang-orang ini diwajibkan sudah menikah hal ini
bertujuan meminta berkah dan doa pada pernikahan.
4. Dodol dawet

Image: https://ayurianna.com
Setelah acara siraman berakhir, kedua orang tua mempelai berjualan dawet atau disebut dengan
dodol dawet. Ibu dari calon pengantin akan berjualan sambil dipayungi sang suami. Dodol
dawet ini mempunyai arti kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan atau melepaskan
anaknya.

Tamu yang ingin membeli dawet atau cendol ini harus membayar dengan uang kreweng yang
terbuat dari tanah liat. Kreweng ini menunjukan kehidupan manusia yang berasal dari tanah.
Selama prosesi berlangsung ibu akan melayani pembeli dan ayah akan menerima
pembayarannya. Ini memiliki arti mengajarkan calon pengantin untuk mencari nafkah dan saling
membantu.
5. Midodareni

Image:
le motion
Salah satu acara yang paling dinanti pada acara pranikah adat Jawa adalah ritual midodareni.
Prosesi ini dilakukan oleh calon mempelai wanita. Ia diharuskan berdiam diri di dalam kamar
sejak pukul 18.00-24.00 biasanya sang mempelai dirias dengan riasan sederhana.
Calon pengantin wanita ini akan ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya wanita. Pada
malam hari ada prosesi tantingan yang dilakukan oleh ayah calon pengantin wanita. Ayah akan
menanyakan bagaimana kesiapan dan kamantapan hati sang putri untuk berumah tangga.
Pada prosesi midodareni ini calon pengantin pria akan datang ke rumah sang calon pengantin
wanita. Tapi kedua calon pengantin ini tidak boleh bertemu sama sekali. Calon pengantin pria
yang datang ke rumah ini mempunyai makna kesiapan pernikahan.
6. Srah-srahan di malam midodareni

Image: ://www.seputarpernikahan.com
Di malam yang sama calon pengantin pria akan membawa srah-srahan ke rumah calon
pengantin wanita. Srah-srahan ini biasanya berisi perhiasan, pakaian, alat mandi, alat sholat,
make up, dan berbagai makanan tradisional. Biasanya di dalam srah-srahan ini juga ada setanda
pisang raja yang memiliki arti berkah dan rasa syukur.
7. Balang gantal

Image: weddingku
Setelah ijab kabul dilaksanakan prosesi pernikahan adat Jawa masih berlanjut. Prosesi setelah
ijab kabul ini disebut dengan upacara panggih. Prosesi yang paling pertama dilakukan dalam
panggih adalah balang gantal. Jika kamu pernah melihat pengantin saling melempar sirih inilah
yang disebut dengan balang gantal.
Gantal dibuat dengan daun sirih yang diisi dengan bunga pisang, kapur sirih, gambir dan
tembakau hitam. Prosesi ini dilangsungkan dengan cara pengantin berdiri di arah berlawan dan
saring melempar gantal. Ritial ini melambangkan kedua mempelai saling melempar kasih
sayang.
8. Ngindak endhog

Image: http://ukiepuspita.blogspot.co.id
Ngindak endhong dalam bahasa Indonesia mempunyai arti injak telur. Prosesi ini memiliki arti
pengharapan kedua pasangan baru untuk mendapatkan keturunan yang merupakan tanda cinta
kasih. Selain itu ini juga dilambangkan sebagai kesetiaan istri kepada suaminya.
9. Sindur

Image:
weddingku
Setelah prosesi injak telur selesai, pengantin akan melanjutkan dengan prosesi sindur. Kain
sindur akan dibentakan kepada pengantin oleh ibu dan bersama-sama dituntun sang ayah
berjalan menuju pekaminan. Hal ini adalah pengharapan agar pengantin baru ini siap
menghadapi segala kesukaran dalam hidup.
10. Kacar kucur

Image:
Thebridedept
Sebelum prosesi kacar kucur dilangsungkan ada prosesi timbangan dimana pasangan baru ini
duduk di pangkuan ayah mempelai wanita. Setelahnya baru dilangsungkan proses adat kacar
kucur, mempelai pria akan mengucurkan biji-bijian dan uang receh yang disimbolkan sebagai
penghasilan. Ini menunjukkan pria bertanggung jawab untuk memberi nafkah kepada
keluarganya.
11. Dulangan atau suap-suapan

Image: http://deklarasi17.blogspot.co.id
Proses suap-suapan atau dulang-dulangan juga ada di prosesi pernikahan adat Jawa. Dulangan
ini mengandung arti kiasan kalau pasangan pria dan wanita diharapkan selalu rukun dan
pengertian.
12. Bubak kawah

Image:
detik.com
Prosesi terkahir ini biasanya akan berlangsung sangat meriah dan paling ditunggu. Bubak kawah
ini biasanya dilakukan saat mantu pertama. Ungkapan rasa syukur kedua orang tua karena
anaknya pertama kali menikah.
Keluarga menyiapakan peraatan dapur yang dipasang pada pikulan yang kemudian diarak
keliling tamu oleh ayah. Para tamu biasanya ramai-ramai berbeut peralatan dapur ini karena
mitosnya siapa yang mendapatkan alat dapur ini bisa enteng jodoh.
Prosesi perniakahn adat Jawa ini memang sangat rumit dan memerlukan waktu yang cukup
panjang. Makanya sekarang ini ada beberapa pernikahan Jawa yang hanya menggunakan
sebagian prosesi saja. Walaupun terkesan ribet seluruh prosesi ini memiliki arti yang sangat baik
yaitu mendoakan kehidupan pengantin baru selalu dilimpahi keberkahan dan kemudahan.

Anda mungkin juga menyukai