Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Transportasi
Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau
mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini
objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu
(Miro 2005). Dalam pengertian lain transportasi diartikan sebagai pemindahan
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan (Nasution, 2008) (Nadi,
2018). Khisty dan Lall (2003) menyatakan bahwa ada 4 (empat) elemen utama
transportasi yang terdiri dari :
1. Sarana perhubungan (link) : jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua
titik atau lebih, contohnya :
 Jalur darat,
 Jalur laut, dan
 Jalur udara.
2. Kendaraan: alat yang memindahkan manusia dan barang dari suatu titik ke
titik lainnya di sepanjang sarana perhubungan, contohnya :
 mobil,
 bis,
 kapal, dan
 pesawat terbang.
3. Terminal: titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau
berakhir, contohnya :
 garasi, dan lahan parkir,
 gudang bongkar muat, dan
 bandara udara.
4. Manajemen dan tenaga kerja :
 orang – orang yang membuat,
 mengoperasikan,
 mengatur dan memelihara sarana perhubungan,
 kendaraan dan terminal.
2.2. Jenis Transportasi
Secara umum transportasi dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
Transportasi darat, Transportasi udara dan Transportasi air. Transportasi darat
misalnya dilakukan dengan jendaraan bermotor, kereta api, dan gerobak yang
ditarik oleh binatang atau oleh manusia. Transportasi air dilakukan dengan kapal,
perahu, rakit, dan lain – lain termasuk transportasi air adalah angkutan laut, danau
atau sungai. Melalui air dan atau darat terdapat pula jenis angkutaan yang sangat
khusus yaitu jalur pipa untuk mengangkut benda cair atau gas. Transportasi udara
hanya dilakukan dengan pesawat terbang, merupakan alat angkut terbaru yang
ditemukan pada awal abad 20-an. Namun kemajuannya sangat menakjubkan
dimana alat angkut ini sudah mampu mengarungi dan menjelajahi ruang angkasa,
bahkan sudah mendarat di planet lain (Mukrimaa et al., 2016).

2.2.1. Transportasi Darat


Pengertian transportasi darat seringkali direncanakan dengan transportasi
melalui jalan saja. Sebenarnya transportasi darat mencakup sistem perangkutan
yang lebih luas, yaitu angkutan melalui pipa, melalui rel, kabel dan melalui jalan
raya. Walaupun angkutan melalui pipa dapat pula dilakukan di air yaitu dengan
menempatkan pipa di sungai atau laut (Nadi, 2018).
Dalam transportasi darat sering digunakan istilah sebagai berikut:
1. Transportasi jalan raya yaitu transportasi melalui jalan,
2. Transportasi kereta api, yaitu Transportasi melalui rel,
3. Transportasi pipa, yaitu Transportasi melalui pipa,
4. Transportasi gantung, yaitu Transportasi kereta gantung melalui kabel.

2.2.2. Transportasi Jalan Raya


Dua unsur penting dalam transportasi jalan raya adalah adanya kendaraan
dan jalan raya. Kendaraan yang ditarik binatang pada umumnya telah berganti
dengan kendaraan bermotor yang daya angkut dan daya jelajahnya berlipat ganda.
Peningkatan kedua gaya ini pada kendaraan bermotor mengaibatkan bertambah
luasnya jaringan jalan raya serta meningkatnya mutu jalan raya sesuai dengan
tuntutan teknis dari kendaraan bermotor.Kendaraan bermotor mempunyai sifat
yang luwes, dapat menjangkau seluruh pelosok daratan dengan dibangunnya
jaringan jalan baru, jembatan, dll. Prasarana yang berupa jalan tidak hanya
bermanfaat bagi pergerakan kendaraan melainkan telah memberi kegunaan yang
luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Jangkauan pembangunan bertambah luas
serta berkurangnya daerah terpencil (Nadi, 2018).
Kelebihan pada transportasi (angkutan) jalan raya dibandingkan angkutan
lain adalah kemampuannya melayani angkutan dari pintu ke pintu. Angkutan jalan
raya dapat dikatakan sebagai mata rantai akhir dan awal dari suatu sistem
perangkutan. Adapun jenis angkutan yang dpakai masih membutuhkan sambungan
angkutan jalan raya. Selain itu angkutan jalan raya adalah moda angkutan yang
secara luas dapat dimiliki dan dijalankan oleh perorangan, setiap orang dapat
memiliki dan mengendarai mobil di jalan. Tidak demikian halnya dengan sistem
transportasi kereta api, udara dan di laut (Nadi, 2018).

2.3. Angkutan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 angkutan adalah
pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan (pasal 1 ayat 1). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah
perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan (pasal 1 ayat 3) (Rahmat et al.,
1992).

2.4. Angkutan Umum


Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 2009 (pasal 1) angkutan umum
merupakan sistem pelayanan jasa angkutan yang berfungsi untuk mengumpulkan
dan mendistribusikan penumpang atau barang yang mempunyai kebutuhan
pergerakan dengan memungut bayaran/ongkos. Warpani (1990) mendefinisikan
angkutan umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa
atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah
angkutan kota (bus), minibus, dan sebagainya), kereta api, angkutan air dan
angkutan udara. Menurutnya lagi, tujuan utama dari keberadaan angkutan umum
adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat yaitu aman, cepat, murah dan nyaman, membuka lapangan kerja, serta
pengurangan volume lalu – lintas kendaraan pribadi (Rahmat et al., 1992).
Menurut Nasution (2003) permintaan atau pemilihan jasa angkutan umum
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Sifat - sifat dari muatan;
2. Biaya transport;
3. Tarif transport;
4. Pendapatan pemakai jasa angkutan;
5. Kecepatan angkutan;
6. Kualitas pelayanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, ada
beberapa kriteria yang berhubungan dengan angkutan umum. Kendaraan umum
adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran secara langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah
lintasan kendaraan untuk untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus,
yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap
maupun tidak terjadwal (Whitney G.G. et al., 2008).

2.4.1 Jenis Angkutan Umum


Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (pasal 142), jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan
umum terdiri dari (Putriati, 2019):
a. Angkutan lintas batas;
b. Angkutan antarkota antarprovinsi;
c. Antarkota dalam provinsi;
d. Angkutan perkotaan; atau
e. Angkutan pedesaan.

2.4.2 Angkutan Antarkota


Angkutan antarkota dibagi dalam dua jenis yaitu Angkutan Antarkota
Antar Provinsi (AKAP), yakni angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui
antar daerah kabupaten / kota yang melalui lebih dari satu daerah provinsi dengan
menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek, dan Angkutan Antarkota
Dalam Provinsi (AKDP), yakni angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui
antar daerah kabupaten / kota dalam satu daerah provinsi dengan menggunakan
mobil bus umum yang terikat dalam trayek (Mukrimaa et al., 2016).
Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai angkutan antarkota dalam
provinsi (AKDP). Berdasarkan KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan
(Whitney G.G. et al., 2008)
Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, pelayanan angkutan
antarkota dalam provinsi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan
pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan;
b. Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat atau lambat;
c. Dilayani dengan mobil bus besar atau mobil bus sedang, baik untuk
pelayanan ekomi maupun pelayanan non ekonomi;
d. Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal
pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan;
e. Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antarkota dalam
provinsi sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan.

2.4.4 Tujuan Angkutan Umum


Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan layanan yang aman,
cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya yang semakian
meningkat, terutama bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya. Bagi
angkutan perkotaan, keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum massal
sangat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya
tingkat efesiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan prasarana jalan
(Sipil et al., 2020).
Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan
angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi permintaan
masyarakat yang sanagt beragam. Pada hakekatnya yakni operator harus
memahami pola kebutuhan, dan harus mampu mengerahkan penyediaan untuk
memenuhi kebutuhan secara ekonomis. Jadi, dalam hal ini dapat dikenali adanya
unsur – unsur(Sipil et al., 2020):
1. Sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu
banyaknya orang atau muatan yang dapat diangkut.
2. Biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mrnggerakan operasi
pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
3. Prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan
angkutan.
4. Staf atau sumber daya manusia yang merupakan pelayanan angkutan.

2.4.5 Peranan Angkutan Umum


Pada umumnya kota yang pesat perkembangannya adalah kota yang berada
pada jalur sistem angkutan. Sejarah perkembangan kota besar di dunia menjadi
bukti besarnya peranan angkutan terhadap perkembangan kota yang bersangkutan.
Memang transportasi perkotaan merupakan salah satu faktor kunci peningkatan
produktivitas kota. Dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah
transportasi kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang penting (Henti
et al., 2019), yaitu:
a. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas
masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan sehari-hari yang berjarak
pendek atau menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan angkutan antar kota
dalam provinsi), maupun kegiatan sewaktu-waktu antar propinsi (angkutan antar
kota dalam propinsi dan antar kota antar propinsi). Aspek lain pelayanan angkutan
umum adalah peranannya dalam pengendalian lalu lintas penghematan energi, dan
pengembangan wilayah.
b. Pengendalian lalu lintas
Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan angkutan umum
tidak dapat ditiadakan. Dengan ciri khas yang dimilikinya, yakni lintasan tetap dan
mampu mengangkut banyak orang seketika, maka efisiensi penggunaan jalan
menjadi lebih tinggi karena pada saat yang sama luasan jalan yang sama
dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.
Di samping itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat
dikurangi, sehingga dengan demikian kelancaran arus lalu lintas dapat ditingkatkan.
Oleh karena itu, pengelolaan yang baik, yang mampu menarik orang untuk lebih
menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi, menjadi
salah satu andalan dalam pengelolaan perlalulintasan.
c. Penghematan energy
Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sudah diketahui bahwa cadangan energi
bahan bakar minyak dunia (BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan akan habis
dalam waktu dekat dan sudah ada upaya untuk menggunakan sumber energi non
BBM. Untuk itu, layanan angkutan umum perlu ditingkatkan, sehingga jika layanan
angkutan umum sudah sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan
kendaraan pribadi bagi mobilitas masyarakat, maka sejumlah besar kendaraan dapat
‘dikandangkan’ selama waktu tertentu; misalnya selama hari Senin hingga Jumat.
d. Pengembangan wilayah
Berkaitan dengan perkembangan wilayah, angkutan umum juga sangat
berperan dalam menunjang interaksi sosial budaya masyarakat. Pemanfaatan
sumber daya alam maupun mobilisasi sumber daya manusia serta pemerataan
daerah beserta hasil-hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang memadai dan
sesuai dengan tuntutan kondisi setempat

2.5. Pelayanan Angkutan Umum Penumpang


Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor PM.10
tahun 2012 tentang standar pelayanan minimal angkutan massal berbasis jalan pasal
3 memutuskan (MEIKALYAN, 2016) :
a. Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis Jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal.
b. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
acuan bagi Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis jalan dalam
memberikan pelayanan kepada Pengguna Jasa.
c. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Jenis pelayanan; dan
b. Mutu pelayanan.
d. Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi :
1. Keamanan;
2. Keselamatan;
3. Kenyamanan;
4. Keterjangkauan;
5. Kesetaraan; dan
6. Keteraturan
e. Mutu pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:
a. Indikator; dan
b. Nilai, ukuran atau jumlah

2.6. Standar Standar Karakteristik Oprasional Angkutan Umum


Penumpang
Standar yang dipakai adalah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.SK.687/AJ.206/DRJD/2002. Berikut
adalah standard kinerja pelayanan angkutan umum berdasarkan nilai bobot:
Pembobotan pelayanan terhadap kualitas pelayanan atau pengoperasian
angkutan umum penumpang adalah sebagai berikut (Primasworo et al., 2022):
a) Nilai bobot 1 standar kinerja angkutan dengan kriteria kurang
b) Nilai bobot 2 standar kinerja angkutan dengan kriteria sedang
c) Nilai bobot 3 standar kinerja angkutan dengan kriteria baik
Hasil dari pembobotan kriteria diatas selanjutnya akan dicocokan dengan
indikator standard kinerja angkutan umum penumpang untuk mengetahui kualitas
kinerja angkutan umum tersebut. Untuk standardnya dapat dilihat pada tabel 2.1,
tabel 2.2 dan tabel 2.3 dibawah ini:
Tabel 2 1 Standar Karakteristik Oprasional Angkutan Umum Penumpang
Berdasarkan Nilai
Standar Penilaian
No Indikator Pelayanan Satuan Kurang Sedang Baik
(1) (2) (3)
1 Load faktor jam sibuk % >100 80 - 100 <80
2 Load faktor diluar jam % >100 70 - 100 <70
sibuk
3 Kecepatan perjalanan Km/jam <5 5 - 10 >10
4 Headway Menit >15 10 - 15 <10
5 Waktu pejalanan Menit/km >12 6 - 12 <6
6 Waktu pelayanan jam <13 13 - 15 >15
7 Frekuensi Kend/jam <4 4-6 >6
8 Waktu tunggu menit >30 20 - 30 <20
9 Jumlah Kendaraan Yang Bh <82 82-100 100
Beroperasi
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2002
Nilai bobot standar kinerja angkutan umum terhadap tingkat kenyaman dan
peroperasian dapat diukur dengan kriteria baik nilai bobot 18,00 – 24,000, kriteria
sedang mempunyai nilai bobot 12,00 – 17,99, dan sedangkan kriteria kurang dapat
diukur dengan nilai bobot kurang dari 12. Selengkapnya ada pada Tabel 2.2.
Tabel 2 2 Standar Karakteristik Oprasional Angkutan Umum Penumpang
Berdasarkan Nilai
Total Nilai
No Kriteria Bobot
1 Baik sekali >24
2 Baik 18,00 – 24,00
3 Sedang 12,00 – 17,99
4 Kurang <12
Sumber: Direkur Jenderal Perhubungan Darat 2002
Tabel 2 3 Parameter Karakteristik Oprasional Angkutan Umum Penumpang
NO Parameter Standar
1 Waktu antara (headway) 1 – 12 menit*
2 Waktu menunggu
- Rata – rata - 1 – 10 menit **
- Maksimum - 10 – 20 menit **
3 Faktor muatan (load factor) 70%
4 Waktu perjalanan
- Rata – rata - 1 – 1,5 jam **
- Maksimum - 2 – 3 jam **
5 Kecepatan perjalanan
- Daerah padat - 10 – 15 km/jam**
- Daerah lajur khusus (busway) - 15 – 18 km/jam**
- Daerah kurang padat - 25 km/jam**
6 Jumlah operasi kendaraan 7 Rit/hati **
Sumbe: Proccedings of the eastern Asia for Transportation Studies, vol.5, page
406 dan Manajemen Transportasi (H.M. Nasution 2003)

2.7 Kapasitas Kendaraan


Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan
angkutan umum. Pada tebel berikut ini dapat dilihat kapasitas dari kendaraan
menurut jenisnya (Alwie et al., 2020) :
Tabel 2 4 Indikator Standar Pelayanan Angkutan Umum
Kapasitas Kendaraan Kapasitas
Jenis Angkutan Penumpang
Berdir Tota Perhari/
Duduk i l Kendaraan
Mobil Penumpang
Umum 8 - 8 250 - 300
Bus Kecil 19 - 19 300 - 400
Bus Sedang 20 10 30 500 - 600
Bus Besar Lantai
Tunggal 49 30 79 1000 - 1200
Bus Besar Lantai
Ganda 85 36 120 1500 - 1800
Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
No.SK.687/AJ.206/DRJD/2002
Catatan :
 Angka – angka kapasitas kendaraan brvariasi, tergantung pada susunan
tempat duduk dalam kendaraan.
 Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 m/penumpang.
Penentuan kapasitas kendaraan yang menyatakan kemungkinan penumpang berdiri
adalah kendaraan dengan tinggi lebih dari 1,7 m dari lantai bus bagian dalam dan
ruang berdiri seluas 0,17 m per/penumpang.

2.8. Fasilitas Angkutan Umum


Angkutan umum merupakan sarana yang disediakan pemerintah untuk
mendukung aktivitas masyarakat. Fasilitas memadai merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi agar masyarakat mau menggunakan transportasi umum
(Rahmat et al., 1992).
Berikut fasilitas yang diharapkan ada pada semua transportasi/angkutan
umum (angkot) menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 98 Tahun
2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum dalam Trayek (Rahmat et al., 1992).
1) Peralatan keselamatan
Dipasang di tempat yang mudah dicapai dan dilengkapi dengan keterangan
tata cara penggunaan berbentuk stiker, paling sedikit meliputi alat pemecah kaca;
a) Alat pemadam api ringan; dan
b) Alat penerangan.
2) Fasilitas pegangan penumpang berdiri
Fasilitas pegangan (handgrip) bagi penumpang berdiri untuk bus sedang dan
bus besar.
3) Pintu keluar dan/atau masuk penumpang
4) Pemutar Music
5) Ban pada kendaraan.
Ban depan tidak diperbolehkan menggunakan ban vulkanisir.
6) Rel gorden (gorden) di jendela
7) Sabuk keselamatan minimal 2 (dua) titik (jangkar) pada semua tempat duduk

2.9. Karakteristik Transportasi Dan Karakteristik pengguna Transportasi


Umum(Angkot)
2.9.1 Karakteristik Oprasional Transportasi Umum (angkot)
Yang dimaksud yaitu diperlukannya menganalisis suatu kegiatan tertentu,
baik kegiatan yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan
perbaikan dan penilaian pelaksanaan kegiatan karesteristik oprasional angkutan
umum tersebut.Analisis seperti ini dianggap perlu, dan menjadi bahan pembahasan
mengenai studi karesteristik oprasional angkutan umum dan dibutuhkannya
indikator yang akan dianalisis sebagai dasar penilaian dalam penentuan hasil
analisis tersebut (ABDILLAH, 2021).
Menurut Asikin, 2001 banyaknya armada juga tidak sesuai dengan kebutuhan
permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas), oleh karena itu dapat menimbulkan
persaingan antar supirr - supir angkutan umum, dalam hal ini dengan beralasan
kejar setoran sehingga membuat pengendara angkutan umum tidak mematuhi
peraturan lalu lintas. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan dan kemacetan lalu
lintas. Kuailtas pelayanan angkutan umum dapat dilihat dari kinerja yang dihasilkan
oleh angkutan umum tersebut, parameter yang digunakan, load factor, kecepatan
perjalanan, frekuensi, dan waktu pelayanan (Abdillah, W. M, 2021).
a. Jumlah Pengguna Angkutan Umum (Penumpang)
Jumlah penumpang yang dimaksud adalah jumlah penumpang yang
terangkut oleh suatu angkutan dalam satu hari dengan satuannya adalah
penumpang/angkutan/hari. (Muhammad, Heriyanto, & Pratomo, 2015).
b. Frekuensi Pelayanan
Frekuensi pelayanan adalah banyaknya kendaraan penumpang umum per
satuan waktu, yang besarannya dinyatakan dalam kendaraan/jam atau
kendaraan/hari.
Menurut Morlok (1978) frekuensi adalah jumlah kendaraan yang
lewat per satuan waktu. Frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
F= ……………………………………………………. 2.1
𝐻

Dimana:
F = frekuensi (kend/jam)
H = headway (jam/kend)
c. Headway(Waktu Antara)
Margareth dan Mardiyanti (2013): 247) mengatakan headway adalah
interval waktu antara kendaraan angkutan kota yang satu dengan kendaraan
angkutan kota dibelakangnya untuk melalui satu titik tertentu.
d. Faktor Muat (Load Factor)
Faktor muat atau load factor didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
penumpang dengan kapasitas tempat duduk pada suatu satuan waktu tertentu.
𝐽𝑃
LF = x 100 % …………………………………………........ 2.2
𝐶

Dimana:
LF = Load Factor (%)
JP = Banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang
satu lintasan sekali jalan.
C = kapasitas kendaraan.
Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (2002), nilai load factor dalam
kondisi dinamis 70 %.
e. Kecepatan Perjalanan
Menurut Morlok (1978),menyatakan bahwa kecepatan perjalanan yaitu
kecepatan kendaraan dari awal rute ketitik akhir rute, dan dirumuskan dengan:
𝑠
V = 𝑡 ……………………....……………….………….………....2.3

Dimana:
V = Kecepatan tempuh angkutan umum ( km / jam )
S = Jarak Tempuh (km)
t = Waktu Tempuh (jam)
f. Waktu Tunggu
Waktu tunggu adalah waktu yang dibutuhkan oleh penumpang selama
menunggu angkutan kota sampai penumpang tersebut mendapat kesempatan
untuk menaiki angkutan kota tersebut. Waktu tunggu akan sebesar setengah dari
headway. (Morlok, 1978)
Wt = 0,5 x H (menit)……………………..……………………. 2.4
Dimana:
H = Waktu antara (Headway)
g. Waktu Pelayanan
Menurut (Marsudi, 2006) merupakan waktu selama kendaraan dalam suatu
trayek masih beroperasi. Waktu dihitung dari awal kendaraan beroperasi pada
pagi hari hingga terakhir kendaraan beroperasi pada sore atau malam harinya.
h. Waktu Perjalanan
Margareth dan Mardiyati (2013: 246) waktu perjalanan digunakan untuk
mengukur waktu perjalanansuatu angkutan umum setiap kilometer jarak
tempuhnya. Waktu perjalanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.
𝑇𝑝𝑟
T= ……………………………………………………………… 2.5
𝐿

Keterangan:
T = Waktu Perjalanan (menit / km)
L = Panjang Trayek (km)
Tpr = Lama Perjalanan (menit)
i. Jumlah kendaraan yang beroperasi (%)
Menurut (Marsudi, 2006) jumlah kendaraan yang beroperasi didefinisikan
sebagai perbandingan antara jumlah kendaraan yang beroperasi dengan total
jumlah kendaraan yang tersedia (berizin trayek), jumlah kendaraan yang
beroperasi dinyatakan dama bentuk (%) dan dirumuskan sebagai berikut:
Kendaraan yang beroperasi =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
x 100% ………………….……2.6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
2.9.1 Karakteristik Pengguna Transportasi Umum
Ditinjau dari pemenuhan akan kebutuhan mobilitasnya, masyarakat dapat
dibagi dalam dua segmen yaitu kelompok choice dan kelompok captive.Kelompok
choice, sesuai dengan artinya adalah orang-orang yang mempunyai pilihan (choice)
dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang
dapat menggunakan kendaraan pribadi karena secara finansial, legal dan fisik hal
itu memungkinkan, atau dengan kata lain mereka memenuhi ketiga syaratnya yaitu
secara finansial mampu memiliki kendaraan pribadi, secara legal dengan memiiki
SIM memungkinkan untuk mengemudikan kendaraan tersebut tanpa takut
berurusan dengan penegak hukum, secara fisik cukup sehat dan kuat untuk mampu
mengemudikan kendaraan sendiri. Dengan demikian kelompok ini terdiri dari
orang-orang yang berumur antara 17 tahun sampai 70 tahun dan sehat badan dan
jiwanya. Bagi kelompok choice mereka mempunyai pilihan dalam pemenuhan
kebutuhan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi atau
menggunakan angkutan umum (Sipil et al., 2020) .
Kelompok captive, dilain pihak adalah kelompok orang-orang yang
bergantung (captive) pada angkutan umum untuk pemenuhan kebutuhan
mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak dapat menggunakan
kendaraan pribadi karena tidak memenuhi salah satu diantara tiga syaratnya
(finasial, legal dan fisik). Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang secara
finansial cukup mampu untuk memiliki mobil, tetapi tidak cukup sehat atau tidak
mempunyai SIM untuk mengendarai sendiri. Mayoritas dari kelompok ini terdiri
dari orang-orang yang secara finansial tidak mampu memiliki kendaraan pribadi,
meskipun secara fisik maupun legal mereka dapat memenuhinya. Bagi kelompok
ini tidak ada pilihan tersedia bagi pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, kecuali
menggunakan angkutan umum.Secara umum karakteristik pengguna moda
angkutan meliputi:Jenis kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Kota Asalm, dan
Besar penghasilan(Sibuea, 2019).
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan yang dianggap
memberikan pandangan atau persepsi yang berbeda terhadap kondisi angkutan yang
digunakan. Secara umum laki-laki dan perempuan memiliki persamaan dalam
memilih angkutan yang dikehendaki yaitu angkutan yang cepat, aman, dan nyaman
tetapi dalam pemilihan jenis angkutan tersebut diperkirakan laki-laki akan lebih
mampu menerima kondisi angkutan seperti kecepatan yang tinggi.
2. Berdasarkan Usia
Perbedaan usia diperkirakan akan memberikan pandangan atau persepsi
yang berbeda pada masing-masing karakteristik angkutan. Penumpang dengan
tingkat usia muda relatif dapat menerima kecepatan angkutan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penumpang dengan usia yang relatif tua.
3. Berdasarkan Pekerjaan
Dalam pemilihan moda angkutan yang akan digunakan diperkirakan bahwa
pekerjaan dari pengguna moda angkuan tersebut akan berpengaruh pada cara
pandang atau penilaian terhadap kondisi angkutan yang akan dipergunakannya,
misalnya bahwa para pengusaha swasta/pedagang membutuhkan kecepatan
perjalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karakteristik lain dari angkutan.
4. Berdasarkan Besar Penghasilan
Perbedaan besar penghasilan pengguna moda ngkutan akan mempengaruhi
cara pandang atau penilaian terhadap kondisi angkutan yang
dipergunkana.Penumpang dengan tingkat penghasilan relatif tinggi diperkirakan
menginginkan tingkat pelayanan yang lebih baik dari segi fasilitas, kecepatan,
waktu serta frekuensi pelayanan dari angkutan dibanding degnan penumpang yang
berpenghasilan relatif lebih rendah. Penumpang dengan penghasilan relatif tinggi
cenderung bersedia mengeluarkan ongkos lebih untuk mendapatkan pelayanan
yang maksimal dalam melakukan perjalanan.

2.10. Standar Pelayanan Minimal Angkutan


Sesuai Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa tujuan dari pengangkutan adalah
“terwujudnya lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa
serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.”(Henti et al., 2019)
Pada Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun
2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum dalam Trayek yang meyebutkan “Standar pelayanan minimal
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), meliputi:Keamanan, Keselamatan,
Kenyamanan, Keterjangkauan,Kesetaraan;Dan , Keteraturan.”.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 2012 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Masal Berbasis Jalan juga menjelaskan tentang
standar pelayanan minimal yang diatur dalam Pasal 3 Ayat (3) yang menyebutkan
bahwa;“Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Jenis pelayanan; dan
b. Mutu pelayanan.”
Ayat (4) juga mengokohkan bahwa; “jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada
Ayat (3) huruf a meliputi:
a. Keamanan;
b. Kenyamanan;
c. Kesetaraan;
d. keteraturan
e. Keterjangkauan;

2.11. Kepuasan Pelanggan.


Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya.( Kotler,1997). Dari definisi tersebut maka jika pelanggan
mendapatkan kinerja yang sesuai harapan maka dapat dikatakan puas, namun
sebaliknya jika pelanggan mendapatkan kinerja dibawah harapan maka dapat
dikatakan pelanggan tidak puas maka pelanggan merasa kecewa. Kepuasan dalam
perusahaan sangat penting karena perusahaan memberikan kinerja yang maksimal
dan pelanggan memperoleh sesuai dengan harapann maka perusahaan akan
memperoleh hasil kesetiaan pelanggan tersebut (Robert & Brown, 2004).
Tingkat kepuasan pengguna jasa angkutan merupakan tanggapan (opini)
dari responden yang dirasakan terhadap pelayanan, setelah mereka membandingkan
kualitas jasa yang diterima terhadap harapan pelayanan jasa angkutan tersebut.
Bentuk pertanyaan yang diajukan terhadap responden disiapkan dan masing-
masing variabel mengandung beberapa indikator seperti berikut ini:
Tabel 2 5 Standar Pelayanan Transportasi Umum.

No Pertanyaan

A Keamanan

1 Kondisi fisik angkutan umum yang baik


2 Penampilan pengemudi angkutan umum yang bersih
3 Perilaku pengemudi saat melayani permintaan penumpang
4 Kesesuaian muatan angkutan dengan kondisi kendaraan
5 Keamanan dalam perjalanan
B Kenyamanan
6 Ketersediaan fasilitas ventilasi udara
7 Ketersediaan AC
8 Kondisi tempat duduk yang baik dan nyaman
9 Keramahan pengemudi
10 Kondisi angkutan yang bersih
C Kesetaraan
11 Ketersediaan fasilitas bagi kaum difabel, lansia, dan balita
12 Ketentuan tarif saat penumpang membawah muatan
D Keteraturan
13 Waktu tunggu penumpang 15 menit
14 Informasi yang disampaikan pengemudi pada saat perjalanan
15 Ketepatan angkutan umum menuju lokasi tujuan
16 Keberangkatan angkutan umum sesuai jumlah penumpang
Ketepatan waktu jadwal kedatangan dan keberangkatan setiap
17
angkutan
E Keterjangkauan
18 Ketersediaan tarif yang terjangkau oleh setiap kalangan
19 Kemudahan akses angkutan trayek umum
20 Ketepatan perjalanan menuju lokasi tujuan
21 Ketersediaan angkutan umum pada terminal
Sumber: Jurnal Teknik Sipil Zilhardi Idris (2009), dan Hari Raya Prima (2020).
2.12. Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
Kualitas Pelayanan jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
penumpang. Pada saat penyuluhan untuk pembinaan peningkatan kualitas
pelayanan, tim memberikan pemaparan (Masa & Covid, 2022):
 Memberikan contoh bagaimana seharusnya komunikasi yang baik terhadap
penumpang.
 Memberikan contoh pelayanan sebaik mungkin kepada penumpang.
 Mengajarkan berkata sopan dan santun terhadap penumpang dan
memberikan perhatian kepada penumpang pada saat berada di angkutan
umum. Maka dari itu Angkutan umum dikatakan baik apabila mampu
memberikan pelayanan yang baik.

2.13. Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang penggunaan angkutan umum perkotaan ini sudah pernah
diteliti sebelumnya, akan tetapi dengan menggunakan konteks yang berbeda.
Perbedaan – perbedaan tersebut diuraikan dan diringkas pada tabel 2.5 dibawah ini.
Hal – hal penting yang harus dituangkan yaitu mengenai hasil penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan tentang topik atau penelitian yang akan
dilaksanakan. Adapun penelitian – penelitian tersebut ditunjukan pada tabel 2.5 :
Tabel 2 6 Penelitian Terdahulu

No Nama Variabel yang


peneliti Judul penelitian Tujuan penelitian Hasil penelitian digunakan Manfaat
(tahun)

1 Rudy CC 1. Kajian Kepuasan 1. Mengukur pengaruh 1. Karakteristik 1. Angkutan 1. Memberikan gambaran secara
Napitupulu Masyarakat Kota kualitas pelayanan perjalanan umum kota menyeluruh kondisi pelayanan
(2012) Malang angkutan umum penumpang Malang pada dan tingkat kepuasan
Terhadap terhadap kepuasan 2. Kinerja operasional trayek AG masyarakat terhadap kualitas
Pelayanan pengguna angkutan angkutan umum dan TST pelayanan.
Angkutan Umum umum trayek AG dan 3. Rekomendasi
Dengan trayek TST dengan
Menggunakan menggunakan metode
Metode Structural Equation
Structural Modeling(SEM
Equation
Modeling(SEM)

2 Gary Raya 1. Tingkat 1. Mengetahui tingkat 1. Tingkat pelayanan 1. Variabel 1.Manfaat :


Prima (2020) Kepuasaan pelayanan angkutan angkutan umum yang 2.Mempertahankan penggunaan
Pengguna Jasa umum perkotaan di perkotaan di Kota digunakan : angkutan umum sebagai
2. Terhadap kota Tasikmalaya Tasikmalaya cukup 2. Angkutan sarana transportasi yang akan
Pelayanan memuaskan. umum digunakan dalam waktu yang
Angkutan Umum 2. Pemetaan pada perkotaan di lama
3. Perkotaan Di diagram kartesius Kota
Kota yang diperoleh dari Tasikmalaya
Tasikmalaya Importance
Performance
Analysis (IPA)
3 Zilhardi 1. Kajian”Tingkat 1. Untuk Mengetahui 1. Untuk dapat 1. Pengguna 1. Perlu diperhatikan dan ditata
Idris Kepuasan “ Tingkat Kepuasan memberikan Angkutan kembali bentuk pelayanan
(2009) Pengguna Pengguna Jasa kepuasan terhadap Umum Di berdasarkan skala prioritas,
Angkutan Umum Angkutan Umum (Bus konsumen atau DIY yang berorientasi kepada
Di DIY Kota) Di Perkotaan pengguna jasa kepentingan masyarakat
Jakarta transportasi, maakaa pengguna jasa, sehingga
pemilik pengguna jasa memperoleh
jasa/operator/pengu kepuasan yang diinginkan.
saha harus dapat 2. Keselamatan, keamanan dan
mengetahui dan kenyamanan merupakan
melaksanakan apa tuntutan yang sangat tinggi
yang menjadi bagi pengguna jasa, hal inilah
harapan/keinginan yang harus menjadi prioritas
pengguna jasa an utama untuk diperhatikan oleh
hal ini harus pengusaha jasa angkutan.
dilakukan secara
berkesinambungan
dan terukur.

4 Devi 1. Analisis Mengidentifikasi kualitas 1. Kepuasan responden 1. Masyarakat 1. Manfaat:


Setiawan Perbandingan pelayanan angkutan penumpang kota Mengetahui standar pelayanan
(2019) Kepuasan umum konvensional angkutan 2. Cianjur angkutan umum konvensional
Penumpang (angkot) dan angkutan konvensional Angkutan dan angkutan berbasis aplikasi
Angkutan Umum umum berbasis aplikasi terhadap pelayanan konvensiona yang perlu ditingkatkan dan
Berbasis (Grabcar) angkutan umum Angkutan dipertahankan tingkat
Aplikasi online pelayanannya Di Kota Cianjur
5 Ibnu 1. Analisa 1. Untuk mengetahui 1. Dari hasil 1. Angkutan 1. Mengetahui faktor-faktor
Solichin Kepuasan seberapa besar penelitian, Kota di Kota yang perlu dipertahankan
(2010) Penumpang kepuasan dan harapan menunjukkan Sidoarjo pelaksanaan dan
Angkutan Kota penumpang angkot di bahwa kinerja keberadaannya karena sudah
terhadap Sistem Kota Sidoarjo terhadap angkot di kota sesuai dengan harapan
Pelayanan kinerja angkot di Kota Sidoarjo yang penumpang angkot yaitu:
Angkutan Kota Sidoarjo saat ini berkenaan dengan a) Faktor ketetapan jadwal
di Kota pelayanan angkot waktu dalam menunggu
Sidoarjo berada dalam angkot sebesar 63,71%.
kuadran C dan D b) Faktor muat sebesar
68,75%.
c) Faktor pelayanan angkot
dengan frekuensi yang
tinggi sebesar 77,93%.

Sumber: Jurnal Teknik Sipil


2.14. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berik

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KINERJA TRANSPORTASI


UMUM DI KABUPATEN PASURUAN

Penelitian Terdahulu

Rudy CC Napitapulu (2012)

Gary Raya Prima (2020)

Devi Stiawan (2019)

Zilhardi Idris (2009)

Ibnu Solichin (2010)


Rumusan Masalah

Bagaimana Karateristik Orasional 1. Bagaimana Tingkat Kepuasan Bagaimana Upaya Peningkatan


Angkutan Umum (angkot) Trayek Pengguna Jasa Terhadap Kualitas Kualitas Pelayanan Angkutan
Pandaan – Bangil di Kabupaten Pelayanaan Angkutan Umum (Angkot) Umum Trayek Pandaan – Bangil?
Pasuruan? Pada Trayek Pandaan-Baujeng-Bangil
Di Kabupaten Pasuruan ?
Karateristik Oprasiomal
Transportasi Umum (Angkot)
Warpani (1990) Standar Pelayanan Transportasi Upaya Peningkatan pelangan
a. Jumlah Pengguna Angkutan Umum. ((Permenhub 98/2013) Angkutan Umum (angkot)
Umum (Penumpang) a. Keamanan; 1. Rendahnya kualitas pelayanan.
b. Frekuensi Pelayanan b. Kenyamanan; Kualitas pelayanan telah menjadi
c. Headway(Waktu Antara) c. Kesetaraan; satu tahap faktor dominan
d. Faktor Muat (Load Factor) d. keteraturan terhadap keberhasilan suatu jasa
e. Kecepatan Perjalanan e. Keterjangkauan; ,khususnya jasa angkutan umum.
f. Waktu Tunggu
g. Waktu Pelayanan
h. Waktu Perjalanan
i. Jumlah kendaraan yang
beroperasi (%)

Fasilitas Angkutan Umum (angkot).


(Permenhub 98/2013)
1. Peralatan keselamatan.
2. Informasi tanggapan darurat.
3. Fasilitas pegangan penumpang berdiri.
4. Pintu keluar dan/atau masuk penumpang.
5. Ban pada kendaraan.
6. Rel korden (gorden) di jendela.
7. Sabuk keselamatan minimal 2 (dua) titik
(jangkar) pada semua tempat duduk.

Sumber: Hasil pemikiran 2022


Gambar 2 1 kerangka teori

Anda mungkin juga menyukai