(PEMILIHAN MODA)
KELOMPOK 3
-ANRI BAYU PERATAMA
-ESTER MAHARANI
-FARHAN FADHLIANSYAH
-MAURIO TAFFAREL ALEXSANRO SILALAHI
-NADHIL ZUL HAZMI
Pendahuluan
G - MS G G G
MS
D D D - MS D
MS
A A A A
2
1
𝑄 𝑖𝑑(1) 𝑄 𝑖𝑑 𝑚 =
1 + exp(−𝑏 𝑡𝑖𝑑 2 − 𝑡𝑖𝑑 1 )
𝑚=1
Model ini dapat dibandingkan dengan model gravity yg menggunakan hambatan eksponensial.
■ Catatan: sebaran pergerakan – pemilihan moda mengasumsikan 2 buah moda (umum dan pribadi)
■ Memakai “selisih” antara hambatan dibanding dgn “nisbahnya”
Model jenis IV
■ Model IV sering digunakan dan model ini menggunakan kurva diversi, persamaan regresi
atau variasi model III.
■ Model ini selalu menggunakan nisbah atau selisih hambatan.
• Kurva ini berdasarkan nisbah waktu tempuh antara
angkutan umum dengan angkutan pribadi (mobil).
Kurva ini berlaku untuk orang dengan ekonomi
menengah ke bawah (status ekonomi 3) dengan
nisbah antara biaya angkutan umum dengan biaya
angkutan pribadi (bahan bakar, oli, dan parkir)
sekitar 0,25. Nisbah tingkat pelayanan adalah
nisbah antara waktu (berjalan, menunggu, dan
pindah) untuk angkutan umum dibandingkan
dengan (berjalan dan parkir) untuk angkutan
pribadi. Pendekatan ini menghilangkan perlunya
perkiraan biaya untuk berjalan, menunggu, dan
waktu transfer (waktu akses) karena dalam model
ini faktor tersebut dilakukan secara empiris. Kurva
ini menggunakan 4 peubah: waktu, biaya,
pendapatan, dan waktu akses.
■ Contoh lain model jenis IV: penggunaan nisbah hambatan antara 2 buah moda dgn formulasi logit
hambatan merupakan biaya gabungan.
1
MSt= 𝐼𝑡 𝑏
1+
𝐼𝑎
■ Model ini menjamin jika nisbah hambatan transportasi antara angkutan umum dengan angkutan
pribadi sama dengan 1 maka peluang memilih masing-masing moda menjadi sama (50%:50%). Hal
ini secara realita mungkin jarang terjadi karena ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
pemilihan moda. Misal, meskipun waktu tempuh kereta api dan mobil sama untuk suatu perjalanan
tertentu tetapi seseorang akan memilih moda tertentu karena ada faktor lainnya yang menyebabkan
orang tersebut akan memilih moda tersebut misalnya tingkat kenyamanan.
Beberapa Komentar Tentang Model
1. Biaya
Pemilihan Moda
■ Biaya dalam pemlilihan moda dibedakan antara biaya perkiraan dengan biaya aktual
■ Biaya perkiraan: biaya yang direncanakan oleh pemakai jalan dan dasar pengambilan
keputusan
■ Biaya aktual: biaya sebenarnya dalam proses pemilihan moda
Tij1
exp Cij1
exp C exp C
1
Pij 1 2
Tij ij ij
Pemilihan Moda
Pilihan Pertama
Moda A Moda C
Pembagian Primer
Moda Komposit
Moda A
Pembagian Sekunder
Moda B Moda C
Model logit-biner
■ Model Logit Biner dalam dibagi dalam 2 model yaitu:
1). Metode Logit Biner Selisih
■ Menurut Tamin (2000), model logit biner selisih diasumsikan dan meupakan
bagian yang diketahui dari biaya gabungan setiap moda dan pasangan asal-
tujuan.dalam permodelan logit biner selisih didapat proporsi pemilihan
setiap moda setiap pasangan ( asal-tujuan), dapat menghitung nilai α dan β
dengan analisis regresi-linier. Menurut Hidayati (2008), untuk mengetahui
proporsi P1 digunakan rumus:
Menurut Tamin (2000), parameter dalam model logit biner
selisih adalah α dan β, maka nilai α dan β dikalibrasikan
dengan analisis regresi linear. Dengan ΔC sebagai peubah
bebas maka β adalah kemiringan garis regresi dan α
adalah intersepnya. Dengan ansumsi
dan Xi = ΔCi didapatkan persamaan linear yaitu:
Yi = A + BXi (3)
Dengan Α = α dan B = β
2). Metode Logit Biner Rasio
Menurut Tamin (2000), Model ini menyatakan bahwa perbandingan
rasio antara dua jenis moda dengan menentukan probabilitas pilihan
moda yang ada. Menurut Tamin (2000), model ini mengasumsikan
bahwa P1 untuk moda 1 dengan rumus sebagai berikut:
rumus diatas dapat di tulis kembali dalam bentuk logaritma seperti berikut :
Menurut Tamin (2000), parameter dalam model logit biner rasio
adalah α dan β, maka nilai α dan β dikalibrasikan dengan analisis
𝐶1
regresi linear. Dengan 𝑙𝑜𝑔 sebagai peubah bebas maka β adalah
𝐶2
kemiringan garis regresi dan log α adalah intersepnya. Dengan
1−𝑃1 𝐶1
ansumsi, 𝑌𝑖 = 𝐿𝑜𝑔 dan 𝑋𝑖 = 𝐿𝑜𝑔 didapatkan persamaan
𝑃1 𝐶2
linear yang nilai A dan B didapat dari α = 10A dan B = β.
Model logit-biner
Terlihat pada tabel 6.1 bahwa pada kedua kejadian pergerakan tersebut
ternyata moda A bergerak 20 menit lebih lama daripada moda B (baik
pergerakan jarak dekat maupun jarak jauh). Akan tetapi, pada pergerakan
jarak dekat, moda A bergerak 1,5 kali lebih lama daripada moda B, sedangkan
pada pergerakan jarak jauh, moda bergerak A hanya 1,03 kali lebih lama
daripada moda B.
Dari kejadian ini terlihat bahwa :
model logit-biner-selisih tidak dapat menunjukkan perbedaan adanya perbedaan
karakteristik dari kedua kejadian pergerakan ini (pada kedua kejadian
pergerakan, moda A bergerak 20 menit lebih lama daripada moda B). Padahal,
pada kenyataannya, pada pergerakan berjarak dekat persentase orang memilih
moda B pasti akan lebih besar daripada moda A, sedangkan pada pergerakan
berjarak jauh, persentase orang memilih moda A akan kira-kira sama dengan
moda B. Inilah kelemahan model logit-biner-selisih dan sekaligus merupakan
kelebihan model logit-biner-nisbah.
Contoh Penerapan Model Logit - Biner
Berikut ini diberikan contoh penggunaan model logit-biner dalam memodel
pemilihan moda antara jalan raya (bus) dengan jalan baja (kereta api).
■ Suatu survei pemilihan moda dilakukan pada beberapa koridor dengan
berbagai zona asal dan tujuan yang dilayani oleh dua buah moda
transportasi (bus dan kereta api). Terdapat 4 zona asal (A, B, C, D) dan 3
zona tujuan (U,V,W), sehingga terdapat 12 pasangan antarzona. Beberapa
data yang dikumpulkan dalam survei koridor tersebut adalah:
– Waktu tempuh selama berada di kendaraan dlm menit (X1)
– Waktu menunggu dlm menit (X2)
– Biaya operasional kendaraan (X3)
– Biaya terminal (X4)
– Nilai waktu X1 (2 satuan uang/menit)
– Nilai waktu X2 (4 satuan uang/menit)
Catatan : Nilai waktu menunggu diasumsikan 2x nilai waktu di kendaraan
manusia pd umumnya tdk suka menunggu
Perhitungan menggunakan analisis regresi - linear untuk model logit – biner - selisih
■ Dengan mendapatkan nilai α dan β, persamaan model logit-biner-selisih dapat dinyatakan
dalam persamaan dan grafik dibawah ini.
■ Dari perhitungan tersebut di dapat bahwa 84% orang memilih jalan raya
(bus), meskipun biaya jalan raya sama dengan biaya jalan baja. Hal ini
membuktikan bahwa bus lebih diminati daripada kereta api. Jika biaya jalan
baja lebih mahal sebanyak 20 satuan uang daripada biaya jalan raya,
persentase orang menggunakan jalan raya adalah sebesar 94%.
■ Jika biaya jalan raya lebih mahal sebesar 31 satuan uang dibandingkan biaya
jalan baja, jumlah pengguna jalan raya hanya 50%. Gambar 6.16 dapat
digunakan oleh para pengambil kebijakan operasi bus dan kereta api untuk
menentukan kebijakan yang harus diambil untuk merebut pangsa pasar
pesaingnya.
Perhitungan menggunakan analisis regresi - linear untuk model logit – biner - nisbah
Dengan mendapatkan nilai α dan β, persamaan model logit-biner-nisbah dapat
dinyatakan dalam persamaan
■ Dari gambar tadi dapat disimpulkan bahwa 84% orang memilih jalan
raya (bus), meskipun biaya jalan raya sama dengan biaya jalan baja
(hal yang sama juga dihasilkan model logit-biner-selisih). Hal ini
membuktikan bahwa bus lebih diminati daripada kereta api. Jika
biaya jalan raya lebih mahal 1,44 kali biaya jalan baja, pengguna jalan
raya hanya 50%. Sekali lagi, gambar 6.18 dapat digunakan oleh para
pengambil kebijakan operator bus dan kereta api untuk menentukan
kebijakan yang harus diambil untuk merebut pangsa pasar
pesaingnya.