Anda di halaman 1dari 8

Sejarah perkerasan jalan

Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu
sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi
dengan sesama. Pada awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari
kebutuhan hidup atau sumber air. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak
– jejak itu berubah menjadi jalan setapak. Dengan mulai dipergunakannya hewan
sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat rata. Jalan yang diperkeras pertama
kali ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan ditemukannya roda sekitar
Masehi.

Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan Romawi.


Pada saat itu telah mulai dibangun jalan – jalan yang terdiri dari beberapa lapis
perkerasan. Perkembangan konstruksi jalan seakan terhenti dengan mundurnya
kekuasaan Romawi sampai awal abad ke-18. Pada saat itu beberapa ahli dari
Perancis dan Skotlandia menemukan system – system konstruksi perkerasan jalan
yang sebagian sampai saatini masih umum digunakan di berbagai negara di dunia.
John Louden Mac Adam (1756-1836), orang Skotlandia memperkenalkan
konstruksi perkerasan yang terdiri dari batu pecahatau batu kali, pori – pori
diatasnya ditutup dengan batu yang lebih kecil/halus. Perkerasan ini dikenal
dengan Lapis Makadam. Untuk memberika lapisan yang kedap air, maka di atas
lapisan macadam diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat dan ditaburi pasir kasar.

Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) dari Perancis mengembangkan sistem


lapisan batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta
mulai menggunakan pondasi dari batu.
Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia membangun jalan mirip dengan apa
yang dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah
berukuran 15 / 20 sampai 25 / 30 yang disusun tegak. Batu – batu kecil diletakkan
di atasnya untuk menutup pori – pori yang ada dan memberikan permukaan yang
rata.
Sistem ini terkenal dengan nama Sistem Telford. Jalan – jalan di Indonesia yang
dibuat pada jaman dahulu sebagian besar merupakan system jalan Telford,
walaupun di atasnya telah diberikan lapisan aus dengan pengikat aspal.
Perkerasan jalan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah
ditemukan pertama kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi
perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai ditemukannya kendaraan bermotor
bensin oleh Gottlieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920
sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat maju pesat.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah
ditemukan pada tahun 1828 di London, tetapi sama halnya dengan perkerasan
menggunakan aspal, perkerasan ini mulai berkembang pesat sejak awal tahun 1900
an.
Catatan tentang jalan di Indonesia tak dapat banyak ditemukan. Pembangunan
jalan yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan pos
pada jaman pemerintahan Daendels, yang dibangundari Anyer di Banten sampai
Banyuwangi di Jawa Timur, membentang sepanjang pulau Jawa. Pembangunan
tersebut dilakukan dengan kerja paksa padaakhir abad ke-18. Tujuan pembangunan
pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi. Pada masa “tanam paksa” untuk
memudahkan pengangkutan hasil tanaman, dibangunjuga jalan – jalan yang
merupakan cabang dari jalan pos terdahulu. Di luar pulau Jawa pembangunan jalan
hampir tidak berarti, kecuali di sekitar daerah tanaman paksa di Sumatra Tengah
dan Utara. Awal tahun 1970 Indonesia mulai membangun jalan – jalan dengan
klasifikasi yang lebih baik, hal ini ditandai dengan diresmikannya jalan tol pertama
pada tanggal 9 Maret 1978 sepanjang 53 km, yang menghubungkan kota Jakrta –
Bogor – Ciawi dan terkenal dengan nama Jalan Tol Jagorawi

A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.


Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal
artinya jarak jauh dan dekat. Maka dalam membuat jalan mereka berusaha mencari
jarak yang paling dekat dengan mengatasi rintangan – rintangan yang masih dapat
mereka atasi.
Misalnya : bila melewati tempat-tempat berlumpur mereka menaruh batu disana –
sini agar dapat melompat-lompat diatasnya bila melewati tanjakan yang curam
mereka membuat tangga-tangga.

B. Setelah Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.


Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, maka konstruksi jalan sudah
agak maju, ialah :
Bentuk jalan yang bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang
ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih
rapi
dan menutup rapat tempat-tempat yang jelek.

C. Setelah Manusia Mengenal Kendaraan Beroda Sebagai Alat Angkut.


Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM - abad ke 4 , telah membuat jalan dengan
perkerasan ukuran tebal 3 feet — 5 feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 (± 12 m).
Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis.
D. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Akhir Abad Ke — 18.
a). Seorang bangsa Inggris Thomas Telford ahli jembatan Iengkung dari batu,
menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan
Iengkung seperti berikut ini ;
" Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang
berdiri dengan tangan 3
Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut "Sistem Telford".

b). Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 — 1836), memperkenalkan
kontruksi
perkerasan dengan prinsip "tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah
dengan ukuran terbesar (± 3"). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan
merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya
sistem ini disebut "Sistem Mc. Adam".
Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering dipergunakan
di daerah—daerah di Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem
Telford-Mc Adam ialah utk bagian bawah sistem Telford dan bagian atasnya
sistem Mc Adam.

E. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke — 19.


Pada abad 19 Kereta Api ditemukan mulai pada Tahun 1930, jaringjaring rel kereta
api dibuat dimana-mana, maka angkuran lewat jalan raya mulai terdesak, dengan
sendirinya teknik pembuatan jalan tidak berkembang. Tetapi pada akhir abad ke –
19 kendaraan bermotor mulai banyak, sehingga menuntut jalan darat yang balk dan
lancar, teknik pembuatan jalan yang baik timbul lagi.
F. Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke - 20.
Sesudah perang dunia ke I kira-kira tahun 1920 banyak negara - negara mulai
memperhatikan pembangunan jalan raya, karena makin banyaknya angkutan
kendaraan bermotor. Persaingan antara Kereta Api dan kendaraan bermotor mulai
ramai, karena masing-masing memiliki keunggulan sendiri. Untuk angkutan secara
massal jarak jauh Kereta Api unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak
pendek/ dekat kendaraan bermotor lebih unggul dikarenakan kendaraan bermotor
dapat melayani dari pintu ke pintu (door to door), dan bahan bakar yang
dibutuhkan lebih rendah.
Disamping itu pula orang mulai membuat jalan, sehingga perkembangan
pembuatan jalan menjadi menjadi lebih cepat dengan kemudahan pembuatan dan
kualitas yang lebih balk. Selama perang dunia ke II untuk keperluan militer yang
mendesak telah dibuat beribui-ribu kilometer jalan secara masinal sistem modern
dibanyak negara. Hal ini mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai
jalan raya.

PERKERASAN JALAN
Pengertian perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak diatas tanah dasar
yang telah mendapatkan pemadatan, yang berfungsi untuk memikul beban lalu
lintas kemudian menyebarkan beban, baik kearah horisontal maupun vertikal dan
akhirnya meneruskan beban ketanah dasar (Subgrade) sehingga beban pada tanah
dasar tidak melampaui daya dukung tanah yang diijinkan. Lapis perkerasan suatu
jalan terdlri dari satu ataupun beberapa lapis material batuan dan bahan ikat. Bahan
batuan dapat terdiri dari berbagai fraksi batuan yang direncanakan sedemikian
sehingga memenuhi persyaratan yang dituntut. Secara umum konstruksi perkerasan
Jalan dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

3.1.1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


Perkerasan lentur terbuat dari bahan batuan dari berbagai fraksi membentuk
gradasi batuan yang sesuai dengan persyaratan dan diikat oleh bahan pengikat
aspal. Perkerasan lentur umumnya mempunyai kelenturan yang cukup tinggi kalau
dibandingkan dengan lapis keras kaku, sehingga sangat baik digunakan pada
konstruksi Jalan yang mengalami lendutan yang relatif besar akibat beban lalu
lintas.

3.1.2. Perkerasan Tegar (Rigid Pavement)


Perkerasan tegar adalah perkerasan yang terdiri dari komponen batuan (Agregate)
kerikil dan pasir yang dicampur dan diikat oleh bahan pengikat Semen Portland
(PC). Perkerasan ini terdiri dari plat beton semen yang diletakkan langsung ditanah
dasar yang telah dipersiapkan ataupun diatas pondasi (Base) agregat klas A / B.

dari
Perbedaan Utama lentur dan
perkerasan
perkerasan kaku adalah
bagaimana cara struktur
tersebut
melimpahkan
Beban lalu lintas ke tanah dasar
(Subgrade).
Perkerasan kaku mampu
menyebarkan beban
pada
tanah dasar dengan Sehingga
daerah penyebaran yang
luas,

tekanan yang diterima tanah dasar persatuan luas akibat beban beban lalu lintas
menjadi sangat kecil. Kekakuan yang dimiliki oleh perkerasan tegar dapat
ditingkatkan dengan memperbaiki mutu bahan penyusunnya yang berarti
menaikkan mutu beton semennya. Berbeda dengan perkerasan kaku, pada
perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis, sehingga kemampuan untuk
melimpahkan beban lalu lintas ketanah dasar tergantung dari sifat - sifat
penyebaran beban oleh masing - masing lapisan. Berdasarkan kenyataan diatas
maka kekuatan dari Jenis perkerasan lentur ini ditentukan oleh kekuatan bahan
penyusunnya, tebal masing - masing lapisan dan kekuatan tanah dasarnya. Dalam
penelitian tugas akhir ini hanya akan dibahas untuk perkerasan lentur saja,
khususnya beton aspal. Ditinjau dari kualitas konstruksi, lapis keras beton aspal
15 merupakan konstruksi lapis keras paling bagus. Untuk mendapatkan kualitas
ini, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada pembuatan konstruksi beton
aspal Juga paling ketat.
Fungsi dari lapis permukaan adalah :
1- Sebagai pendukung beban lalu lintas
2. Sebagai pelindung konstruksi dibawahnya dari
kerusakan akibat pengaruh air dan cuaca
3. Sebagai lapis aus
4. Menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak
licin
Pada prinsipnya lapis perkerasan lentur (Flexible
Pavement) tersusun atas 3 (Tiga) bagian,yaitu :
1. Lapis pondasi bawah (Sub-base Course)
2. Lapis pondasi atas (Base Course)
3. Lapis Permukaan (Surface Course)
•Lapisan penutup/aspalan (Surface)
^Jalur lalu lintas
Dundak jalan
atas (Base)
» Perkerasan bawah (Sub-Base)
>Tanah Dasar (Sub-Grade)
Lapis perkerasan bawah (Sub-base) terletak langsung diatas permukaan tanah dasar
(Sub-grade) yang telah dipersiapkan, kemudlan diantaranya adalah lapis
perkerasan atas (Base). Lapisan yang langsung berhubungan dengan roda
kendaraan dan terletak paling atas adalah lapis permukaan (Surface) yang berupa
campuran aspal dan agregat dengan ketebalan yang relatif tipis.

Anda mungkin juga menyukai