Anda di halaman 1dari 10

LAPANGAN TERBANG

TUGAS MENYUSUN BAGAN/SKEMA ALIR


PERENCANAAN BANDARA
Dosen Pengampuh : Iif Ahmad Syarif, ST,. MT

Disusun Oleh :
Desrianingsih 1840301053

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
PERENCANAAN BANDARA

Sebelum melakukan sebuah perancangan pada perencanaan bandara dibutuhkannya


sebuah pengetahuan. Maka langkah utama yang dilakukan yaitu dengan membuat Bagan Alir
Perencanaan. Bagan alir perencanaan dipergunakan sebagai gambaran langkah-langkah yang
akan diambil dalam proses perencanaan bandara, dimana didalamnya terdapat beberapa
proses dan diawali oleh proses pengumpulan data. Perencanaan difokuskan pada perencanaan
geometris dan perencanaan terhadap struktural perkerasan landasan pacu.

ICAO (International Civil Aviation Organzation) dan FAA (Federal Aviation


Administration) telah membuat persyaratan bagi sebuah bandar udara baru dengan tujuan
agar terdapat keseragaman dalam hal kriteria perencanaan bandar udara

ICAO mengklasifikasikan lapangan terbang dengan kode yang disebut Aerodrome


Reference Code dengan mengkategorikan dalam dua elemen. Kode nomor 1 - 4
mengklasifikasikan panjang landas pacu minimum atau Aerodrome Reference Field
Length(ARFL). Sedangkan kode huruf A - F mengklasifikasikan lebar sayap pesawat
(wingspan) dan jarak terluar pada roda pendaratan dengan ujung sayap.

FAA membagi klasifikasi lapangan terbang menjadi dua kategori yaitu: 1.


Pengangkutan udara (Air Carrier) Perencanaan didasarkan pada karakteristik fisik dari
pesawat. Klasifikasi ini didasarkan pada wingspan dan wheelbase. 2. Pengangkutan umum
(General Aviation).
BAGAN ALIR PERENCANAAN BANDARA (ICAO)

Karakteristik
Tentukan Panjang
Pesawat Runway Rencana
Rencana

MULAI

Temperatur

Tentukan
Hitung Panjang
Pengumpulan Kode Konfigurasi
Elevasi Runway Berdasarkan Lebar Runway SELESAI
Data Perencan Runway
ARFL
aan
Menurut
ARC

Faktor Koreksi :
Kemiringan - Elevasi - Kemiringan runway
Runway
-Temperatur - Angin Permukaan

Arah Angin
Angin
Dominan
KETERANGAN DARI BAGAN ALIR PERENCANAAN METODE ICAO :

 Tahap Mulai
Tahap dimana kita akan mengawali perencanaan dari suatu pengumpulan data
hingga konfigurasi runway.

 Pengumpulan Data

Pada tahap ini, metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

a. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode dimana pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengamatan langsung dilapangan mengenai permasalahan yang
ditinjau.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode dimana pengumpulan data dilakukan
dengan cara tanya jawab (wawancara) dengan pihak-pihak terkait.
c. Metode Literatur
Metode literature adalah pembahasan masalah dengan cara mengadakan
studi banding dengan literatur-literatur yang berkaitan.

 Karakteristik Pesawat Rencana

Sebelum merancang pengembangan sebuah lapangan terbang rencana,


dibutuhkan pengetahuan karakteristik pesawat terbang secara umum untuk
merencanakan prasarananya. Karakteristik pesawat terbang antara lain :
• Berat (Weight) : Berat pesawat diperlukan untuk merencanakan
tebal perkerasan dan kekuatan landasan pacu.
• Ukuran (Size) : Lebar dan panjang pesawat (Fuselag)
mempengaruhi dimensi landasan pacu.

• Kapasitas Penumpang : Kapasitas penumpang berpengaruh


terhadap perhitungan perencanaan kapasitas landasan pacu.
• Panjang Landasan Pacu : Berpengaruh terhadap luas tanah yang
dibutuhkan suatu bandar udara.
Anggapan bahwa makin besar pesawat terbang, makin panjang landasan tidak
selalu benar. Bagi pesawat besar, yang sangat menentukan kebutuhan panjang
landasan adalah jarak yang akan ditempuh sehingga menentukan berat lepas landas
(Take Off Weight). Karakteristik dari beberapa pesawat terbang dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini :
Tabel Karakteristik Pesawat Terbang
Berat
Berat Panjang
Panjan Berat Koson Berat Muatan
Pesawat Bentan Lepas Landasa
g Pendarata g Bahan Maximum
Terban g Landa n
Pesawa n Operas Bakar Penumpan
g Sayap s Pacu
t (Pon) i (Pon) g
(Pon) (Kaki)
(Pon)
132’00’ 120.00
DC9-50 93’04’’ 110.000 63.328 98.000 130 7.100
’ 0
DC10- 155’04’ 182’03’ 430.00 234.66 335.00
363.500 270-345 9.000
10 ’ ’ 0 4 0
B73720 100’00’ 100.50
93’00’’ 98.000 59.958 85.000 86-125 5.600
0 ’ 0
195’09’ 229’02’ 775.00 365.80 526.00
B747-B 564.000 211-230 6.700
’ ’ 0 0 0
147’01’ 175’11’ 302.00 186.81 256.83
A-300 281.000 225-345 6.500
’ ’ 0 0 0
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara ( Horonjeff,1998 )

 TEMPERATUR
Pada temperatur yang lebih tinggi, dibutuhkan landasan yang lebih panjang,
sebab pada temperatur yang tinggi tingkat density udara akan rendah, dengan
menghasilkan output daya dorong pesawat terbang yang rendah. Sebagai standar
temperatur dipilih temperatur di atas muka laut sebesar 59˚ F = 15˚ C, dengan
perhitungan sebagai berikut :

F t=1+¿
Dimana : Ft = Faktor koreksi temperatur
T = Aerodrome reference temperatur (°C)
h = Ketinggian (m)

 ELEVASI
Rekomendasi dari ICAO, menyatakan bahwa harga ARFL bertambah sebesar 7 %
setiap kenaikan 300 m (1.000 ft) dihitung dari ketinggian muka air laut, dengan
perhitungan:

Fe=1+ ¿

Dimana : Fe = Faktor koreksi elevasi


h = Ketinggian (m)

 KEMIRINGAN RUNWAY
Kemiringan keatas memerlukan landasan yang lebih panjang jika dibanding
terhadap landasan yang datar atau yang menurun. Kriteria perencanaan lapangan terbang
membatasi kemiringan landasan sebesar 1,5 %.
Faktor koreksi kemiringan (Fs) sebesar 10 % setiap kemiringan 1 %, berlaku
untuk kondisi lepas landas.

F s=1+(0,1 x S)

Dimana : Fs = Faktor koreksi elevasi

S = Kemiringan landasan (%)

 ANGIN
Pengaruh angin pada permukaan, landasan akan lebih pendek bila bertiup
anginan haluan (head wind) sebaliknya bila angin bertiup anginan buritan (tail wind)
landasan yang diperlukan akan lebih panjang. Angin buritan maksimum yang diijinkan
10 knot.
Tabel Perkiraan Pengaruh Angin Terhadap Landasan

Presentase Pertambahan /
Kekuatan Angin (Knot) Pengurangan Landasan
Tanpa Angin
+5 -3
+ 10 max -5
-5 +7
Sumber : Heru Basuki (1990) : 37

Untuk perencanaan landasan pacu diusahakan tidak ada angin, tetapi kalau angin
lemah masih diijinkan.

 ARAH ANGIN DOMINAN


Berdasarkan rekomendasi dari ICAO, arah landas pacu sebuah bandar udara
secara prinsip diupayakan sedapat mungkin harus searah dengan arah angin yang
dominan. Pada saat pesawat udara mendarat atau lepas landas, pesawat udara dapat
melakukan pergerakan di atas landasan pacu sepanjang komponen angin yang bertiup
tegak lurus dengan bergeraknya pesawat udara (cross wind) tidak berlebihan.
Penentuan arah landas pacu yang dipersyaratkan oleh ICAO adalah bahwa arah
landas pacu sebuah bandar udara harus diorientasikan sehingga pesawat udara dapat
mendarat dan lepas landas paling sedikit 95% dari seluruh komponen angin yang bertiup.
Adapun besarnya batas kecepatan komponen angin silang (cross wind) yang diijinkan
adalah 10 knot untuk bandar udara dengan panjang landas pacu kurang dari 1200 m,
sebesar 13 86 knot untuk bandara dengan panjang landas pacu 1200 – 1500 m, dan
kecepatan angin silang 20 knot diijinkan untuk bandara dengan panjang landas pacu
lebih dari atau sama dengan 1500 m. Landas pacu (Runway) adalah jalur perkerasan
yang dipergunakan oleh pesawat
 HITUNG PANJANG RUNWAY BERDASARKAN ARFL
ARFL (Aeroplane Reference Field Length) menurut ICAO adalah landas pacu
minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas, pada maximum sertifikated take off
weight, elevasi muka air laut, kondisi standart atmosfir, keadaan tanpa ada angin bertiup,
dan landas pacu tanpa kemiringan. Setiap pesawat mempunyai ARFL berlainan yang
dikeluarkan pabrik pembuatnya. Untuk mengetahui panjang landas pacu bila pesawat
take off di ARFL, dipergunakan rumus :

PanjangLandasanPacu Rencana
ARFL =

Fe.Ft.Fs

Dimana : Fe = Ketinggian Altitude (m)

Ft = Faktor Koreksi Temperatur

Fs = Faktor Koreksi Kemiringan

 KODE PERENCANAAN MENURUT ARC (AERODROME REFERENCE


CODE)
Reference code dipakai oleh ICAO, untuk mempermudah membaca antar
beberapa spesifikasi pesawat, dengan berbagai karakteristik fisik lapangan terbang. Code
bisa dibaca untuk elemen yang berhubungan dengan karakteristik kemampuan pesawat
terbang dan ukuran-ukuran pesawat terbang.
Klasifikasi landasan pacu didasarkan pada amandemen ke-36 ICAO hasil
konferensi ke IX yang mulai efektif berlaku sejak 23 Maret 1983 (ICAO, 1990), maka
dibuat tabel Aerodrome Reference Code untuk menentukan kelas landasan pacu seperti
pada Tabel berikut :

Tabel Aerodrome Reference Code (Kode Angka)

Kode Aerodrome Reference Field


Angka Length ( ARFL )
1 < 800 m
2 800 - 1200 m
3 1200 - 1800 m
4 > 1800 m
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara ( Horonjeff,1998 ), ICAO

Tabel Aerodrome Reference Code (Kode Huruf)

Jarak Terluar Roda


Lebar Sayap
Kode Huruf Pendaratan (Outer Main
(Wing Span)
Gear Wheel Span)
A 4.5 - 15 m < 4.5 m
B 15 - 24 m 4.5 - 6 m
C 24 - 36 m 6-9m
D 36 - 52 m 9 - 14 m
E 52 - 60 m 9 - 14 m
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara ( Horonjeff,1998 ), ICAO

Kode tersebut berupa kode huruf dan kode angka yang didapat dari ARFL,
wing span, dan outer main gear wheel span masing-masing pesawat rencana.

 LEBAR RUNWAY
Ukuran pesawat juga menentukan lebar runway, taxiway dan jarak antara
keduanya, serta mempengaruhi jari-jari putar yang dibutuhkan pada kurva-kurva
perkerasan.
 Lebar Perkerasan Landasan Pacu
Lebar landasan pacu sudah ditentukan dengan standar ICAO seperti
dalam tabel berikut :

Tabel Lebar Minimal Perkerasan Struktural Berdasar Kode Landasan


Pacu

No A B C D E
1 18 m 18 m 23 m - -
2 23 m 23 m 30 m - -
3 30 m 30 m 30 m 45 m -
4 - - 45 m 45 m 45 m
Sumber : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
( Horonjeff,1998), ICAO
 KONFIGURASI RUNWAY
Konfigurasi dari landasan pacu ada bermacam-macam yang merupakan
kombinasi dari konfigurasi dasar (Basuki, 1986) yakni :
 Landasan Tunggal : Adalah konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas
dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) antara 45 – 100 gerakan tiap jam.
 Landasan Pararel : Kapasitas landasan sejajar terutama tergantung kepada
jumlah landasan dan pemisahan antara dua landasan, yang biasa adalah dua
landasan sejajar.
 Landasan Dua Jalur : Landasan dua jalur terdiri dari dua landasan sejajar
dipisahkan berdekatan (700 ft – 2499 ft).
 Landasan Bersilangan : Landasan ini mempunyai dua atau tiga landasan
dengan arah berlainan, berpotongan satu sama lain.
 Landasan V Terbuka : Landasan dengan arah divergen, tetapi tidak saling
berpotongan.

 TAHAP SELESAI
Setelah semua dilakukan tahap demi tahap, maka alir atu proses dalam
perencanaan bandara selesai.

Anda mungkin juga menyukai