LAHAN - TRANSPORTASI
DAN PEMODELANNYA
Sistem Pergerakan
(Traffic)
Konsep pemodelan transportasi 4 tahap
Hubungan dasar antara sistem transportasi mikro
dapat disatukan dalam beberapa urutan tahapan,
sebagai berikut:
❑ Aksesibilitas dan mobilitas
❑ Bangkitan pergerakan
❑ Sebaran pergerakan Pemodelan transportasi
❑ Pemilihan moda empat tahap
❑ Pembebanan jaringan
❑ Arus lalu lintas dinamis
Aksesibilitas dan Mobilitas
Aksesibilitas Aksesibilitas
Jauh
rendah menengah
JARAK
Aksesibilitas Aksesibilitas
Dekat
menengah tinggi
Kondisi Prasarana Jelek Bagus
Mobilitas
◻ Ukuran kemampuan/kemudahan seseorang
melakukan perjalanan
◻ Biasanya dinyatakan dari kemampuannya
membayar biaya transportasi
Hubungan aksesibilitas - mobilitas
i j
◻ Trip Generation dipengaruhi oleh:
� Jenis tata guna lahan
� Intensitas tata guna lahan
i j
Contoh Sebaran Pergerakan
(trip distribution)
i j
(200 75 (150
) )
◻ Trip Distribution dipengaruhi oleh:
� Pemisahan ruang: semakin dekat jarak/semakin pendek
waktu tempuh, sebaran pergerakan yang terjadi akan
semakin besar
� Intensitas tata guna lahan: semakin besar intensitas tata
guna lahan, sebaran pergerakan yang terjadi akan semakin
besar
45
i j
(200 (150
) )
30
Kendaraan pribadi
Angkutan umum
Pembebanan Jaringan/Pemilihan Rute
(Trip Assignment/Route Choice)
i j
(200 (150
20
) )
Rute I
Rute II
Arus Lalu Lintas Dinamis
◻ Hasil akhir dari tahapan yang dilakukan terdahulu
adalah terlihatnya arus lalu lintas pada suatu
jaringan transportasi, misalnya pada ruas jalan A
terdapat pergerakan sbb:
SM 100 kend/jam
MP 50 kend/jam
Angkot 20 kend/jam
Model sederhana
Model sederhana hubungan TGL (transport demand)
dan sistem jaringan transportasi (transport supply)
◻ Tujuan:
� Memahami cara kerja sistem transportasi
� Meramalkan perubahan arus lalu lintas bila ada
perubahan tata guna lahan dan/atau sistem prasarana
transportasi
◻ Peubah:
� Sistem TGL: jumlah penduduk dan lapangan kerja
� Sistem prasarana transportasi: jarak, waktu tempuh
� Sistem pergerakan lalu lintas
◻ Notasi:
� LA,B = TGL di zona A, B
PA = bangkitan pergerakan dari zona A
AB = tarikan pergerakan menuju zona B
QAB(1) = arus lalu lintas dari zona A ke B yang
menggunakan rute 1
TQAB(1) = waktu tempuh dari zona A ke B yang
menggunakan rute 1 pada kondisi arus Q
T0 = waktu tempuh pada kondisi arus bebas = 0
C = kapasitas jaringan transportasi
a = indeks tingkat pelayanan jaringan
transportasi
◻ Aksesibilitas
◻ Bangkitan Pergerakan
PA = f (LA)
AB = f (LB)
▪ Sistem Prasarana:
Rute Panjang To Indeks tingkat Kapasitas
(km) (menit) pelayanan (a) (kend/jam)
1 17 25 0,4 3.000
2 20 40 1,0 2.000
3 14 20 0,25 4.000
Hubungan waktu tempuh dan arus lalin diasumsikan mengikuti rumus davidson
▪ Sebaran Pergerakan
QAB = PA.AB.0,001
TQAB
Pers. Demand – Pers. Supply
Demand:
… Teori Gravitasi
Supply:
… Rumus Davidson
Catt:
a (tkt pelayanan jalan), a >>> makin jelek
1. Jika hanya rute 1 yang beroperasi, berapa arus
lalu lintas dari A ke B?
2. Jika hanya rute 2 yang beroperasi, berapa arus
lalu lintas dari A ke B?
3. Jika rute 1 dan rute 2 beroperasi bersama-
sama, berapa arus lalu lintas dari A ke B?
4. Jika dibangun rute 3 dan ketiga rute beroperasi
bersama-sama, berapa arus lalu lintas dari A ke
B?
5. Jika terdapat perubahan populasi pemukiman
menjadi 40.000 dan populasi lapangan kerja
menjadi 20.000, berapa arus lalu lintas dari A
ke B?
Penyelesaian
◻ Persamaan ‘demand’:
458.000QAB(2) + 756.000.000 = 0
QAB(2) = 1.651 kend/jam 🡪 TQAB(2) = 229 menit
Jika rute 1+2 beroperasi bersama:
▪ Syarat batas 1: QAB = QAB(1) + QAB(2)
▪ Syarat batas 2: TQAB = TQAB(1) = TQAB(2)
Syarat batas 1:
TQAB = TQAB(2)
378.000 = 80.000
QAB(1) +QAB(2) 2.000 – QAB(2)
75.000QAB(2) = 90.000.000
85,875QAB(2) 2 + 219.500 QAB(2) – 382.500.000 = 0 (3
)
Diperoleh:
QAB(2) = 1.189 QAB(2) = -3.745(-, tidak mungkin)
Maka
QAB(2) = 1.189 kend/jam 🡪 TQAB(2) = 98,675 menit