PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan Raya Merupakan suatu jalur yang diperuntukan bagi kendaraan untuk
melintas sebagai penghubung suatu kawan kekawasan lainnya. Berdasarkan
UU RI No. 38 Tahun 2004 ,jalan merupakan prasarana yang menunjang moda
transportasi daat yang terdiri dari seluru bagian dari jalan ,berikut bangunan
serta perlengkapannya berupa pelengkap lalu lintas , berada di atas , di bawah
, serta pada permukaan tanah , dan diatas permukaaan air , kecuali jalan bahi
kereta api , loro dan jalan untuk kabel . untuk menunjang Pembangunan
nasional , jalan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian ,
sosial budaya , pengembangan wilayah pariwisata dan pertahanan keamanan (
pangerapan dkk , 2018 ) Dalam Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2010,
dijelaskan bahwa jalan rayaterdiri dari beberapa bagian:
1. Ruang manfaat jalan (rumaja) terdiri dari badan jalan, saluran di tepi
jalan, serta ambang pengaman berupa bahu jalan
2. Ruang milik jalan (rumija) ialah sebidang tanah di sisi jalan atau ruang
tertentu yang direncanakan untuk dapat digunakan sebagai pelebaran
jalan, penambahan lajur, atau ruang tertentu yang dapat digunakan
untuk ruang pengaman jalan
3. Ruang pengawasan jalan (ruwasja) ialah ruang yang terletak diluar
rumija, berfungsi sebagai pandangan bebas bagi pengemudi, untuk
pengamanan konstruksi jalan, serta pengamanan fungsi jalan
2.2 Persimpangan
1) Sudut persimpangan harus mendekati 90°, dan sudut yang lain dihindari
demi keamanan lalu lintas
2) Fasilitas untuk gerakan blokir kiri harus disediakan sebagai antisipasi
terhadap pergerakan kendaraan dengan konflik minimum yang lain
3) Lajur yang dekat dengan kerb harus memiliki ruang lebih lebar untuk
kendaraan tak bermotor
4) Jalur belok terpisah perlu direncanakan jauh dari jalur lalu lintas utama,
dengan panjang jalur untuk belok harus cukup untuk menghindari
antrean pada kondisi tertinggi yang dapat menghalangi jalur
5) Jalur tersebut harus disediakan pulau lalu lintas di tengah jalan ketika
lebar jalan lebih besar dari 10 meter untuk memudahkan pejalan kaki
menyebrang
6) Apabila jalan utama memiliki median, sebaiknya memiliki lebar 3–4 meter,
supaya kendaraan dari jalan kedua mudah untuk menyebrang dalam dua
langkah (tahap)
7) Daerah konflik simpang sebaiknya kecil dan dengan lintasan yang jelas
bagi gerakan yang berkonflik.
Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda dengan panjang ≤ 2,5
meter dan lebar ≤ 1,2 meter meliputi motor, skuter, bemo, dan bentor.
e. Kendaraan Tak Bermotor (KTB)
Dimana:
Kapasitas jalan (C) ditetapkan dari kapasitas jalan (C 0) yang dikoreksi oleh faktor-
faktor koreksi yang merepresentasikan deviasi geometri jalan dan lalu lintas terhadap
kondisi idealnya. Perhitungan dan analisis kapasitas dilakukan untuk setiap arah
berdasarkan arus lalu lintas setiap arah dan dilakukan untuk periode satu jam, baik
jam desain maupun jam arus puncak. Suatu segmen jalan harus dipisahkan menjadi 2
(dua) atau lebih segmen, jika terdapathal-hal sebagai berikut:
a. karakteristik segmen jalan berubah secara signifikan, misalnya lebar jalur lalu
lintas dan bahu, tipe jalan, jarak pandang;
b. tipe alinemen jalan berubah;
Kinerja lalu lintas menyatakan kualitas pelayanan suatu segmen jalan terhadap arus
lalu lintas yang dilayaninya yang dinyatakan oleh nilai-nilai derajat kejenuhan (DJ) dan
kecepatan tempuh (vT). Nilai DJ mencerminkan kuantitas pelayanan jalan berkaitan
dengan kemampuan jalan mengalirkan arus lalu lintas, apakah segmen jalan yang
ada memberikan pelayanan yang baik atau dimensi jalan yang ada mengalami
masalah. Nilai vT merupakan ukuran kinerja kualitas pelayanan yang dapat dikonversi
untuk menyatakan waktu tempuh (wT). Kualitas pelayanan jalan berkaitan dengan
keinginan pengguna jalan untuk mencapai tujuan sehingga dapat digunakan untuk
menilai kelayakan ekonomis dari segmen jalan yang bersangkutan. vT yang umumnya
dipakai untuk penilaian kinerja adalah vMP, tetapi dapat juga dipakai untuk jenis
kendaraan lain sesuai dengan kebutuhan analisis, misalnya waktu tempuh truk besar
(atau vTB) dalam kajian ekonomi angkutan barang. Nilai D J dengan vT yang tinggi
mencerminkan kualitas pelayanan jalan yang sangat baik, tetapi sebaiknya, nilai D J
yang kecil tetapi memiliki vT yang kecil menunjukkan kualitas pelayanan jalan yang
rendah.
Nilai DJ sebesar 0,85 sering digunakan sebagai batasan Jika suatu segmen jalan
memiliki nilai DJ ≤0,85, maka segmen tersebut dianggap memiliki kinerja yang masih
baik. Nilai DJ >0,85 menunjukkan bahwa segmen jalan tersebut sudah menunjukkan
kinerja yang perlu mempertimbangkan peningkatan kapasitas segmen, misalnya
penambahan lajur atau menerapkan manajemen lalu lintas agar arus lalu lintas yang
ada tidak menyebabkan nilai DJ yang lebih besar dari 0,85.
DJ adalah ukuran utama yang digunakan untuk menentukan tingkat kinerja segmen
jalan. Nilai DJ menunjukkan kualitas kinerja lalu lintas dan bervariasi antara nol
sampai dengan satu. Nilai yang mendekati nol menunjukkan arus yang tidak jenuh
yaitu kondisi arus yang lengang dimana kehadiran kendaraan lain tidak
mempengaruhi kendaraan yang lainnya. Nilai yang mendekati 1 (satu)
menunjukkan kondisi arus pada kondisi kapasitas. Untuk suatu nilai D J, kepadatan
arus dengan kecepatan arusnya dapat bertahan atau dianggap terjadi selama satu
jam. DJ dihitung :
𝑞
DJ =
𝑐
Keterangan:
q adalah volume lalu lintas, dalam SMP/jam, yang dalam analisis kapasitas terdiri
dari 2 (dua) jenis, yaitu qeksisting hasil perhitungan lalu lintas dan qJP hasil
prediksi atau hasil perancangan.
Untuk menilai kondisi pelayanan suatu simpang APILL, apakah simpang masih
memiliki pelayanan yang masih laik, atau dalam kondisi kapasitasnya, atau sudah
memiliki pelayanan yang tidak laik maka dapat diukur dengan 3 (tiga) parameter
tambahan, yaitu panjang antrian (PA), rasio kendaraan terhenti (NKH), dan tundaan
(T). Untuk simpang dan bagian jalinan tunggal, kriteria lainnya dapat terdiri salah
satu atau lebih dari pembatasan nilai peluang antrian (Pa) dan tundaan (T) dengan
nilai yang bervariasi. Misalnya Pa dibatasi karena ruang jalan yang ada terbatas,
dikehendaki kendaraan melintas simpang tidak lebih dari suatu waktu tertentu,
dan/atau lainnya. Kriteria desain dapat beragam, tergantung dari kebutuhan.
Sementara pada bagian jalinan tunggal kinerja lalu lintas selain DJ, kriteria lain yang
digunakan adalah vT dan wT.
2.10 Arus Lalu Lintas
Data masukan lalu lintas dibedakan untuk 2 (dua) hal, yaitu data arus lalu lintas
eksisting dan data arus lalu lintas rencana. Data lalu lintas eksisting digunakan untuk
melakukan evaluasi kinerja lalu lintas, berupa arus lalu lintas per jam eksisting yang
dihitung pada jam-jam tertentu, misalnya arus lalu lintas pada jam sibuk pagi atau
arus lalu lintas pada jam sibuk sore. Data arus lalu lintas rencana digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan lebar jalur lalu lintas atau jumlah lajur lalu lintas, berupa arus
lalu lintas jam perencanaan (qJP) yang ditetapkan dari LHRT, faktor K, dan faktor jam
sibuk (FJS) yang merepresentasikan fluktuasi selama jam sibuk. Secara ideal, LHRT
didasarkan atas perhitungan lalu lintas menerus selama 1 (satu) tahun. Jika
diprediksi, maka caranya harus didasarkan atas perhitungan lalu lintas yang
mengacu kepada ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh validitas dan akurasi
data yang memadai. LHRT dapat diprediksi menggunakan data survei perhitungan
lalu lintas selama beberapa hari tertentu sesuai dengan pedoman survei perhitungan
volume lalu lintas yang berlaku (DJBM, 1992). Misal perhitungan lalu lintas selama 7
(tujuh) hari menerus atau 40 (empat puluh) jam yang dilakukan 4 (empat) kali dalam
setahun yang perlu mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
Untuk menetapkan qJP, dasarnya adalah hubungan antara arus jam puncak atau
arus jamperencanaan (qJP) dengan LHRT seperti pada Persamaan 1-1.
𝐿𝐻𝑅𝑇 𝑋 𝐾
𝐪𝑗𝑝 =
𝐹𝑗𝑠
Keterangan:
LHRT adalah volume lalu lintas rata-rata tahunan yang ditetapkan dari survei
perhitungan lalu lintas selama 1 (satu) tahun penuh dibagi jumlah hari dalam
tahun tersebut, dinyatakan dalam SMP/hari. LHRT dapat juga diperoleh dari
data survei terbatas (misal 7 hari x 24 jam) dengan mengikuti tata cara
perhitungan LHRT yang berlaku.
K adalah faktor jam desain, ditetapkan dari kajian fluktuasi volume jam sibuk jam-
jaman selama 1 (satu) tahun. Nilai K yang dapat digunakan untuk JBH berkisar
antara 0,08–0,11; JLK berkisar antara 0,08–0,12 dan JK berkisar antara 0,07–
0,12. Nilai lain dapat digunakan jika didasarkan pada kajian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Misalkan untuk daerah wisata dapat digunakan nilai
0,08 –0,15.
FJS adalah faktor jam sibuk, nilainya berkisar antara 0,80–0,95; nilai yang rendah
untuk kondisi arus yang masih lengang dan yang tinggi untuk kondisi arus yang
padat.
C untuk tipe jalan tak terbagi, 2/2-TT, ditentukan untuk volume lalu
lintas total 2 (dua) arah. C untuk tipe jalan terbagi 4/2-T, 6/2-T, dan 8/2-
T, ditentukan secara terpisah per arah dan per lajur. C segmen jalan
secara umum dapat dihitung menggunakan
Keterangan:
Jika kondisi segmen jalan yang sedang diamati sama dengan kondisi
ideal, maka semua faktor koreksi kapasitas menjadi 1,0 sehingga C =
C0.
C0
Tipe jalan Catatan
(SMP/jam)
4/2-T, 6/2-T, 8/2-T
atau 1700 Per lajur (satu
arah)
Jalan satu arah
2/2-TT 2800 Per dua arah
Tabel 4-2 Kondisi segmen jalan ideal untuk menetapkan
kecepatan arus bebas dasar
(vBD) dan kapasitas dasar (C0)
Spesifikasi penyediaan
prasarana jalan
No. Ur Jalan Jalan
aia Jalan Jalan
n Sedang Satu
Raya Raya
tipe arah
tipe tipe
2/2-TT tipe
4/2-T 6/2-T
1/1, 2/1,
3/1
Lebar Jalur
1 lalu 7,0 4×3,5 6×3,5 2×3,5
lintas, m
Lebar Bahu Tanpa bahu, tetapi
2 efektif 1,5 dilengkapi 2,0
di kedua sisi, m kereb di kedua sisinya
Jarak terdekat
3 Kereb penghal- ke - 2,0 2,0 2,0
Ng
Ada, tanpa Ada,
4 Median Tidak ada tanpa -
bukaan
bukaan
Pemisahanarah,
5 50-50 50-50 50-50 -
%
6 KHS Rendah Rendah Rendah Rendah
Ukuran kota,
7 Juta Jiwa 1,0-3,0 1,0-3,0 1,0-3,0 1,0-3,0
Faktor
Ukuran Kelas kota/kategori kota koreksi
kota(Juta
ukuran kota,
jiwa)
(FCUK)
<0,1 Sangat Kecil Kota kecil 0,86
0,1–0,5 Kecil Kota kecil 0,90
0,5–1,0 Sedang Kota menengah 0,94
1,0–3,0 Besar Kota besar 1,00
>3,0 Sangat Besar Kota metropolitan 1,04
Keterangan:
LHRT adalah volume lalu lintas rata-rata tahunan, dapat diperoleh
dari perhitungan lalu lintas atau prediksi, dinyatakan dalam
SMP/hari.
K adalah faktor jam perencanaan, ditetapkan dari kajian fluktuasi
arus lalu lintas jam-jaman selama satu tahun. Nilai K yang dapat
digunakan untuk jalan perkotaan berkisar antara 7% sampai
dengan 12%.
2.13.2 Penghitungan Kapasitas Simpang
Keterangan:
Dimana:
RMi2 - 8,6 ×
RMi + 1,95
324 dan 344 1,11 × RMi2 – 1,11 × RMi + 1,11 0,3 – 0,5
0,5 – 0,9
-0,555 × RMi2 + 0,555 × RMi3 + 0,69
Dimana:
Dimana:
DJ = Derajat Kejenuhan
Q = Total Arus Lalu Lintas (skr/jam)
C = Kapasitas Persimpangan
(skr/jam)
Jika nilai Ds < 0,85, maka simpang tersebut masih layak, tetapi
jika Ds > 0,85, maka diperlukan penanganan pada simpang tersebut untuk
mengurangi kepadatan atau kemacetan.
2.15 Tundaan
Tundaan (T) terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu tundaan lalu lintas
(TLL) dan tundaan geometri (TG). TLL adalah tundaan yang disebabkan
oleh interaksi antara kendaraan dalam arus lalu lintas. Bedakan TLL dari
seluruh simpang, dari jalan mayor saja atau jalan minor saja. TG adalah
tundaan yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan yang
terganggu saat kendaraan- kendaraan membelok pada suatu simpang
dan/atau terhenti. T dihitung menggunakan Persamaan 6-12.
T = TLL + TG T = TLL + TG
Keterangan:
TLL = Tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor
yang masuk Simpang dari semua arah, dapat dihitung menggunakan
persamaan atau ditentukan dari kurva empiris sebagai fungsi dari DJ
Untuk
DJ ≤ 0,60: TLL = 2 + 8,2078 DJ – (1 – DJ)
DJ > 0,60: TLL = 1,0504 (0,2742−0,2042 DJ) – (1 - DJ)
Gambar 2.12 Tundaan Lalu Lintas Simpang (T) (Sumber : PKJI
2014)
Tundaan lalu lintas untuk jalan Mayor (TLLma) adalah tundaan lalu
lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk Simpang
dari jalan Mayor, dapat dihitung menggunakan persamaan ditentukan dari
kurva empiris sebagai fungsi dari DJ Untuk DJ ≤ 0,60: TLLma = 1,8 +
5,8234 DJ – (1 – DJ)1,8 Untuk DJ > 0,60: TLLma = 1,0503
(0,346−0,246𝐷𝐽) – (1 - DJ)1,8
Dimana :
TG = tundaan geometric
simpang
Dj = derajat kejenuhan
RB = rasio belok total Tundaan Simpang
(T) = Tundaan simpang dihitung sebagai berikut :
D = TG + TLL (dtk/smp)
Dimana :
TG = tundaan geometrik simpang
TLL = tundaan lalu lintas simpang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Mulai
Pengumpulan Data
Data Primer
Geometrik Jalan Data Sekunder
Kondisi Lingkungan Yes
Volume Arus Lalu Lintas Jumlah Penduduk
Kinerja Simpang
Analisa
1. Kapasitas Simpang
2. Tundaan Lalu Lintas
3. Peluang Antrian
4. Derajat Kejenuhan
Selesai