Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai sekarang teknologi konstruksi
perkerasan dengan menggunakan aslap sebagai bahan pengikat maju pesat.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan
pada tahun 1828 di London, tetapi sama halnya dengan perkerasan menggunakan aspal,
perkerasan ini mulia berkembang sejak awal tahun 1990 an.
Catatan tentang jalan di indonesia tak banyak dapat ditemukan. Pembangunan jalan
yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembanguna jalan pos pada zaman
pemerintahan Deandels, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai Banyuwangi di Jawa
Timur, membentang sepanjang pulau Jawa. Pembangunan tersebut dilakukan dengan
kerja paksa pada akhir abad ke 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk
kepentingan strategi. Dimasa tanaman paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil
tanaman, dibangun juga jalan-jalan yang merukapan cabang dari jalan pos terdahulu.
Diluar pulau Jawa pembanguna hampir tidak berarti, kecuali disekitar daerah tanaman
paksa di Sumatera Tengah dan Utara.
Awal tahun 1970 Indonesia mulai membangun jalan-jalan dengan klasifikasi yang
lebiih baik, hal ini ditandai dengan diresmikannya jalan tol pertama pada tanggal 9 maret
1978 sepanjang 53.0 km, yang menghubungkan kota Jakarta Bogor Ciawi dan
terkenal dengan nama Jalan Tol Jagorawi.
1.2 JENIS KONSTRUKSI PERKERASAN
Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas :
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalulintas ke dasar tanah.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasa komposit ( composive pavement), yaitu perkerasan kaku
yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur
diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Guna dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada sipemakai jalan, maka
konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat
dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu :
SYARAT-SYARAT BERLAKU LALU LINTAS
Konstruksiperkerasan lentur dipandang dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas
haruslah memenuhi syarat-syarat sbb:
a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang
b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang
bekerja di atasnya.
c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan
jalan sehingga tak mudah selip.
d. Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.
SYARAT-SYARAT KEKUATAN/STRUKTURAL
Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan
beban, haruslah memenuhi syarat-syarat :
a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke
tanah dasar
b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya.
c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat
cepat dialirkan.
d. Kekuatan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang
berarti.
Untuk dapat memnuhi hal-hal tersebut di atas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi lentur
jalan haruslah mencakup:
1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan.
Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan
dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal
masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metoda yang ada.
2. Analisa campuran bahan.
Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia,
derencanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari
jenis yang dipilih
3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat,
belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang
diingingkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari
tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan
dan akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan.
Disamping itu tak dapat dilupakan sistim pemeliharaan yang terancana dan tepat semala umur
pelayanan, termasuk di dalamnya sistim drainase jalan tersebut.