Anda di halaman 1dari 42

Pertemuan 3

BAHAN PERKERASAN JALAN

Karakteristik Bitumen
Metode Pengujian Bitumen

By: Faizul Chasanah, S.T., M.Sc.


Diskusikan

Jelaskan karakteristik bitumen berikut:


1. Viskositas
2. Kekakuan (Stiffeness)
3. Kekerasan (Penetration)
4. Kelekatan (Afinity)
5. Daktalitas (Ductility)
6. Kelarutan (Solubility)
7. Lama pembebanan (loading time)
8. Kepekaan bitumen terhadap temperatur
Karakteristik Bitumen
Bitumen memiliki dua rheology properties yaitu thermoplastic
dan visco-elastic. Sifat bitumen yang dapat menjadi lunak/cair
apabila dipanaskan disebut thermoplastic. Bitumen memiliki
bentuk struktur kimia yang kompleks dan memiliki tegangan
permukaan antar molekul yang kemudian mengakibatkan
adanya tahanan geser yang tinggi disebut viscous.

Karakteristik bitumen:
1. Viskositas
2. Kekakuan (Stiffeness)
3. Kekerasan (Penetration)
4. Kelekatan (Afinity)
5. Daktalitas (Ductility)
6. Kelarutan (Solubility)
7. Lama pembebanan (loading time)
8. Kepekaan bitumen terhadap temperatur
(1) Viskositas/Kekentalan

Viskositas aspal dipengaruhi oleh:


1. Temperature/suhu
2. Lama pembebanan
3. Waktu

Viskositas (kekentalan) aspal berubah-ubah


sesuai perubahan suhu. Ketika suhu tinggi,
maka viskositas bitumen rendah , dan begitu
sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh energi
termal meningkat dan melarutkan
asphaltenese-nya ke dalam oils.
Semakin lama pembebanan, maka aspal yang
semula bersifat elastik akan bersifat lebih
viscous. Lama pembebanan dipengaruhi oleh
lalulintas dengan kecepatan rendah/sebaliknya.

Perubahan kekentalan sebanding dengan waktu,


dan terjadi pada komposisi kimia yang tetap
(thixotropy). Apabila aspal dibiarkan dalam
keadaan tidak/jarang mendapat beban, maka
kekentalan aspal akan naik.

Viskositas bitumen pada umumnya diukur dengan:


1. Penetrasi
2. Titik lembek
(2) Kekakuan/Stiffeness

Kekakuan aspal ditentukan oleh 4 parameter:


1. Temperature permukaan perkerasan
2. Temperature pada softening point
3. Penetration index (PI)
4. Lama pembebanan

Lama Suhu Sifat


pembebanan

Singkat Rendah Elastik

Sedang Sedang Visko-elastik

Panjang Tinggi Viskus


Tingkat kekakuan bitumen bergantung
pada temperatur. Ketika temperatur tinggi,
aspal akan sangat lembek bahkan cair
sehingga mudah dibentuk, tetapi pada suhu
normal, bitumen memiliki kekakuan yang
tinggi, sehingga tidak mudah berubah
bentuk.
Lama pembebanan dihitung berdasarkan
kecepatan kendaraan dan panjang tapak
kontak kendaraan dengan permukaan jalan
searah laju kendaraan
Menurut hukum Hooke, kekakuan aspal
dinyatakan sebagai berikut:

Menurut Vander Poel, kekakuan bitumen


dinyatakan dalam besarnya nilai modulus
atau disebut dengan modulus kekakuan
bitumen (Sbit).

Sbit diperoleh dari Nomogram Vander poel


dengan menarik garis yang menghubungkan
antara titik lama pembebanan, selisih
temperatur, dan garis penetrasi (PI).
Contoh

Diketahui :
Kecepatan kendaraan = 40 km/jam
Temperatur perkerasan = 45 °C
Panjang tapak kontak ban dengan
perkerasan= 20 cm
PI = 0
TRB = 65 °C
Jawab :

Lama pembebanan = L/V


= 0,2/(40x1000/3600)
= 0,018 detik

Selisih temperatur = 65 – 45 = 20 °C

Berdasarkan Nomogram Vander Poel


diperoleh Sbit = 2 x 106 N/m2
(3) Kekerasan/Penetration

Aspal bersifat thermoplastic, yaitu tingkat


konsistensi kekerasannya akan berubah
seiring dengan perubahan suhu yang
terjadi pada bahan tersebut. Ketika suhu
meningkat hingga suhu tertentu
(tergantung jenis aspal), maka tingkat
kekerasannya akan menurun dan dalam
keadaan dingin, kekerasannya akan
meningkat.
Kekerasan bitumen diukur dengan
parameter penetrasi. Semakin besar nilai
penetrasinya berarti semakin lunak dan
sebaliknya.

Klasifikasi aspal berdasarkan PI


Sumber/asal Jumlah PI Rheological
aromatics (%) properties

- rubbery
1. Blown 15 ≥2
- Low temp. Suscep’y
-Normal
2. Steam refined/
25 + 2 - -2 - medium temp.
solven’t extr’n
Suscep,y
-Brittle
3. Cracked 50 ≤ -2
- high temp. Suscep’y
(4) Kelekatan/Afinity

Aspal yang baik memiliki tingkat kelekatan


yang tinggi, sehingga mampu melekatkan
agregat-agregat yang menjadi bahan
perkerasan dengan baik sehingga tidak
menjadi kerikil lepas.
Untuk mengetahui kekuatan lekatan
bitumen pada batuan dilakukan
pengujian lekatan. Pengujian ini
bertujuan mengetahui kemampuan aspal
untuk melekat dipermukaan batuan,
dengan menggunakan dua jenis agregat
yang berbeda yang berguna sebagai
pembanding.
Kelekatan baik (Hidrophobic) biasanya terjadi pada
jenis batuan:
a. Calcareous
b. Lime stone
c. Dolomit

Kelekatan buruk (Hidrophilic) batuan yang


tergolong pada jenis:
a. Silecious
b. Acidic : 55% silica
(5) Daktilitas/Ductility

Daktilitas merupakan nilai elastisitas bahan


aspal,ataupun kemampuan aspal yang
diukur melalui pengujian daktilitas dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan
berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
putus pada suhu 25oC dan dengan kecepatan
50 mm/menit. Nilai daktilitas aspal yang
terlalu tinggi menyebabkan aspal terlalu
elastis sehingga kurang baik dan sebaliknya
dengan nilai daktilitas terlalu rendah dapat
menyebabkan aspal mudah retak.
(6) Kelarutan/Solubility

kelarutan merupakan perbandingan antara berat zat


terlarut dalam pelarut organik dengan berat total
benda uji yang dinyatakan dalam persen.

Dalam bitumen sendiri kelarutan dimaksudkan untuk


mengetahui kemurnian bitumen atau menentukan
kadar bitumen yang larut dalam karbontetra klorida
(CCL4/bensin). Nilai kelarutan aspal yang tinggi pada
bensin menyebabkan kualitas aspal jelek.

Syarat kemurnian bitumen mengikuti AASHTO T44-81


> 99,5 %
(7) Lama pembebanan (Loading time)

Lama pembebanan (time of loading), yaitu


waktu dimana ban kendaraan menyentuh
permukaan perkerasan saat lewat diatasnya,
dengan demikian tergantung dari kecepatan
kendaraan yang dinyatakan sebagai kecepatan
beban (V).

Semakin lama pembebanan, aspal bersifat


lebih viscous.
(8) Kepekaan terhadap temperature/
Temperature Susceptibility
Aspal adalah bahan yang visco elastis, yaitu
pada temperatur di atas 100oC menunjukkan
bahan yang bersifat viskos, sedangkan pada
temperatur dibawah sekitar -10oC
berperilaku sebagai bahan yang bersifat
elastis dan pada temperatur diantara -10oC
sampai 100oC berperilaku sebagai bahan
yang bersifat kental dan elastis. Dengan
demikian sifat aspal pada suatu waktu
tertentu tergantung pada temperatur
Laju perubahan viskositas atau konsistensi
bitumen oleh perbahan temperature pada
setiap bitumen berbeda-beda, tergantung
pada asal bitumen, tipe bitumen, dan
metode pemrosesan bitumen. Semakin
besar perubahan viskositas bitumen
oleh setiap derajat kenaikan temperatur,
maka semakin peka bitumen tersebut
terhadap temperatur
Pengujian Bitumen

 Pemeriksaan penetrasi
 Pemeriksaan kelekatan terhadap bitumen
 Pemeriksaan titik lembek
 Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar
 Pemeriksaan daktilitas
 Pemeriksaan berat jenis
 Pemeriksaan kelarutan dalam karbon
tetrakolrida (CCL4)
Pemeriksaaan Penetrasi
Pemeriksaan Ductility
Pemeriksaan Titik Lembek
Pemeruksaan Titik Nyala Titik Bakar
Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70

Jenis Pemeriksaan Penetrasi 60/70


Satuan
Min Max
Penetrasi (250 C, 100 gr, 5 det) 60 70 0,1 mm
Titik Lembek (ring ball) 48 58 0C

Titik Nyala, Cleaveland  200  225 0C

Daktilitas (250 C, 5 cm/menit)  100  100 cm


Solubilitas/ Kelarutan dlm CCl4 14 14 %
Kehilangan berat, 1630 C, 5 jam - 0,8 %
Penetrasi setelah kehilangan berat 54 - % semula
Berat Jenis (25 0 C) 1 - gr/cc

Anda mungkin juga menyukai