Anda di halaman 1dari 45

BAB 6

DINDING TURAP

6.1 UMUM
Di dalam konstruksi dinting penahan tanah, dikenal konstruksi dinding
penahan tanah kaku (seperti yang telah diuraikan pada bagian pertama, terdiri
dari dinding penahan tanah pasangan batu kali/.gravity walls. dan dinding
penahan tanah beton/counterfort walls) dan konstruksi dinding penahan
tanah lentur atau biasa disebut konstruksi dinding turap atau dinding turap
saja.

Di dalam bagian ini dicoba terang jelaskan tentang dinding turap tersebut.
Perlu dicatat, sehubungan dengan konstruksi dinding turap, maka
perhitungan mobilisasi gaya lateral
menggunakan kondisi Rankine, khusus dimana Li = Lo = 0

6.1.1 Penggunaan dinding turap

Beberapa penggunaan dinding turap antara Jain adalah

a. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing
sungai
b. Dinding dermaga
c. Dinding penahan galian misalnya pada pembuatan fundasi langsung
atau fundasi menerus, pembuatan basement dan lain-lainnya.

6.1.2 Tlpe dari dinding turap

Berdasarkan material yang digunakan dikenal beberapa jenis dinding rurap,


seperti turap kayu, turap beton atau turap baja.
Penentuan jenis material dinding turap tergantung dari penggunaannya.
Pertimbangan untuk menggunakan jenis material tertentu pada dinding turap
antara lain adalah

a. Dinding turap kayu

Biasa digunaka pada bangunan yang tidak permanen, seperti bangunan perancah
penggalian pondasi dan sebagainya. Untuk bangunan permanen, pengawetan bahan
dan perlindungan bahan terhadap pelapukan harus benar-benar diperhatikan.

Penggunaan material kayu untuk dinding turap mempunyai keuntungan dan


kerugian. Keuntungannya adalah bahan ini mudah dicari. Sedangkan kerugiannya
adalah masa dari material ini relatif pendek, serta diperlukannya teknik
pengawetan.

b. Dinding turap beton

Biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada detail-detail konstruksi yang
sulit. Keuntungan pemakaian jenis dinding turap ini adalah dinding bisa dibuat di tempat,
sedangkan waktu pelaksanaan lebih cepat karena tanpa tenggang waktu pemesanan dan
pengangabungan. Sedangkan kerugiannya adalah sulitnya pelaksanaan di lapangan
karena sering terjadi kebocoran-kebocoran.

c. Dinding Turap Baja

Biasa digunakan pada bangunan permanen. Konstruksi dinding turap ini lebih
mudah pelaksanaannya di lapangan serta hasilnya lebih baik. Sedangkan kerugianya adalah
adanya tenggang waktu pemesanan serta adanya bahaya korosi.

Bahaya korosi pada konstruksi ini dapat dicegah dengan memberikan catodic protec o
.Variasi konstruksi baja sangat tergantung pada pabrik pembuatan. Beberapa variasi
antara lain :

- variasi di daerah Eropa seperti Laarsen, Krupp dan De Wendell


DPF.
- variasi di daerah Amerika seperti DP type dan ZP type.
Gambar 1.1 Beberapa variasi konstruksi kayu
Biasanya pada setiap pabrik akan disediakan bentuk penampang tipe-tipe di bawah:

- tipe penampang U (U type sections)


- tipe penampang Z (Z type sections)
- tipe penampang F (F type sections)
- tipe penampang kotak/boks (Box
type sections)
- tipe penampang straight web
- tipe penampang tabung pipa (Pipa
tube section)

Jika tidak berdasarkan faktor ekonomi ataupun keterpaksaan pengadaan jenis


hn maka pada pemakaian konstruksi dinding turap (sheet pile) dianjurkan untuk
memilih konstruksi baja dengan alasan :

- lebih tahan driving stresses misal pemancangan pada tanah dengan lapisan
tanah keras atau batuan.
- lebih tipis penampangnya
- bisa digunakan berkali-kali panjang pile bisa ditambah atau dikurangi dengan
mudah.
- bisa digunakan baik dibawah ataupun di alas air
- penyambungan yang mudah memungk:inkan untuk mendapatkan dinding yang
menerus dan lurus pada waktu pemancangan.

6.1.3 Pengertian angka keamanan (safety factor) dan perlunya perancangan


dinding turap

A. Pengertian angka keamanan (safety factor)

Pengertian angka keamanan pada dinding turap selama ini tidaklah begitu jelas
contoh dari suatu perhitungan diperoleh suatu harga dalamnya pemancangan. Bila
pelaksanaan diperdalam 30% dari dalam pemancangan semula, belum berarti akan
ada angka keamanan 1.3. Karena belum tentu angka keamanan dari struktur yang
baru.

Selama ini anggapan angka keamanan (safety factor) untuk sheet pile
berdasarkan konvensional yaitu dengan meperpanjang dalamnya pemancangan.
Misalnya didapat dalam pemancangan adalah 'D' dari dredge line kemudian
untuk mendapatkan safety factor, harga 'D' tersebut dikalikan dengan suatu
angka tertentu.

Atau dengan cara membagi harga coeffisien pasif KP dan cohesi c dengan
suatu n maka keamanan tertentu.

Anggapan yang disebutkan pertama tidak benar. Seperti yang diterangkan di


depan yang diperlukan sebetulnya menghitung kembali gaya-gaya yang bekerja
sesuai dengan angka pertama. Dari hasil perhitungan ini akan diperoleh angka
keamanan yang sebenarnya.

Sedangkan anggapan kedua, pada umumnya memberikan angka keamanan


yang dianggap memadai.

Lebih dianjurkan untuk menghitung pertambahan dalamnya pemancangan


yang diabaikan oleh kriteria-kriteria antara lain sebagai berikut :

- bertambahnya gaya horisontal yang disebabkan oleh karena naiknya harga


berat isi tanah atau adanya pembebanan
- menurunnya dredge line akibat pelaksanaan misal pada perhitungan cara
perletakan sendi (Free Earth Method)
B. Lingkup Perancangan Dinding Turap

Perencanaan dinding turap mencakup:

I. Penentuan karakteristik dari dinding turap (sheet pile) dengan mengetahui

- panjang dinding turapyang diperlukan untuk konstruksi statistik. Panjang


yang ada dipasaran 27 meter. sedangkan jika dipesan di pabrik dapat
mencapai 37 meter.
- profil sheet pile terutama yang mudah dipasaran
- karakteristik rnekanik dari baja yang dapat digunakan, komposisi kimia,
dan harga limit elastiknya.

2. Penentuan sistem jangkar (anchor) yaitu dengan menentukan

- daerah penjangkaran, kemiringan dan luas penampang tali jangkar.


- panjang tali jangkar yang menjamin stabilitas bersama turap.
- sistim penjangkaran, dapat berupa jangkar pasif, jangkar aktif, dan lain-lain.

3. Dan kemungkinan penentuan stabilitas lebih umum, yaitu stabilitas


terhadap gelincir, bersama-sama dalam satu sistem dari dinding turap dan
tali jangkar.

6.2 DINDING TURAP KANTILEVER

Yang dinamakan dinding turap kantilever adalah dinding penahan tanah yang tidak
menggunakan jangkar.

Dinding turap kantilever diperoleh dengan memancangkan turap tersebut pada suatu
kedalaman tertentu. Kestabilan dari dinding ini hanya merupakan hasil mobilisasi tekanan
tanah lateral pasif sebagai antisipasi dari tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding
tersebut antara lain tekanan aktif dan tekanan residu air.
.2.1 Gaya-gaya yang bekerja pada dinding turap

Tekanan aktif berusaha untuk mendorong sheet pile menjauh dari tanahti mbunannya

(bac fill). Tekanan pasif didepan dan dibelakang dinding turap (sheet pile) berusaha
menahan pergerakan. Kedua gaya inilah yang diperhitungkan dalam perancangan
dinding turap kantilever

Untuk memperhitungkan hitungan lateral tanah, kondisi yang cocok untuk dinding turap

adalah kondisi Rankine ,

Gambar 6.2 Gaya gaya yang berkerja pada dinding turap


Akibat beban tanah isian,dinding turap akan berotasi pada titik O’, dengan gaya g a yang bekerja
adalah.

Pa1 = Total tekanan aktif diatastitik 0’

Pp1 = Total tekanan pasif diatas titik 0’

Pa2 = Total tekanan aktif dibawah titik 0’

Pp2 = Total tekanan pasif dibawah titik 0’

6.2.2 Dinding turap kantilever pada tanah berbulir kasar (a-soils)

Gambar 6.3 Mobilisasi tekanan tanah e-soils pada dinding turap kantilever

Dengan melihat lendutan dari didndingturap didapat 4 zone tekanan aktif dan pasif

di alas titik 0’

- Terdapat tekananpasif pada kedalaman D tegangan yang berkerja adalah

𝜎𝐷 = γ D 𝐾𝑝
- Terdapat tekanan aktif yang besarnya pada kedalaman D tegangannya adalah

𝜎𝐷 = γ (H+D) 𝐾𝑎

Apabila tekanan aktif dikurangi dengan tekanan pasif didapat tekanan aktif (AOF) dan

tekanan pasif (OHB)

Di bawahtitik 0’

- Terdapat tekanan aktif pada kedalaman D tegangan yang terjadi adalah

𝜎𝐷 = γ D 𝐾𝐴

- Terdapat pula tekananpasif. Pada kedalaman tegangan D, yang berkerja adalah

𝜎𝐷 = γ (H+D) 𝐾𝑝

Apabila tekanan aktif yang berkerja disuperposisikan dengan tekanan pasif maka akan

diperoleh tekanan pasif (0’IB). Super posisi ini diperoleh dengan menghubungkan titik Id g n 0’

sehingga memotong garis FH di G.

Maka tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding turap kantilever hasil super posisi adalah

AFO = Diagram tegangan aktif dengan resultan tetekanan aktif Pa.

0GO’ = Diagram tekanan pasif dengan resultan tetekanan pasif Pp1

0’BT = Diagram tegangan pasif dengan resultan tetekanan pasif Pp2


Mencari besarnya Yo

Titik 0 adalah titik dimana tegangan aktif sama dengan tegangan pasif sehingga besarnya Yo

diperoleh dengan menyamakan kedua tegangan tersebut.

𝜎 aktif = 𝜎 pasif

γ 𝑌𝑜 𝐾𝑝 = γ ( H + 𝑌𝑜 ) 𝐾𝑎

𝑌𝑜 𝐾𝑝 - 𝑌𝑜 𝐾𝑎 = H 𝐾𝑎

𝐾𝑎
𝑌𝑜 = 𝐻……………………………………………………………………………(6.1)
𝐾𝑃− 𝐾𝑎

Mencari besaran h

Dari persamaan keseimbangan

∑H = 0

PA − Pp1 + Pp2 = 0………………………………………………………..………….…(6.2)

Pp1 = Luas segitiga OHB – Luas segiempat O’GHB

Pp2 = Luas segitiga 0’BI

Pp1 − Pp2 = Luas segitiga OHB – Luas segiempat O’GHI

1 1
(𝐷 − 𝑌𝑜 ) − (P̅p h
P̅p 𝑥 2 + P̅p ′ ) 2

Persaman ( 6.2 ) menjadi

1 1
PA = P̅p 𝐷𝑜 2 h (P̅p + P̅p ′ ) = 0
2
Pp 𝐷𝑜 −2 PA
̅̅̅̅
ℎ= ………………………………………………............................……………..(6.3)
̅̅̅̅
P p +̅̅̅̅
Pp ′

Ambil momen terhadap ujung sheet pile

∑MB = 0

1 Do 1 1
PA (Do + y̅) - 2 P̅ Do + 2 h ( P̅ P̅ ) 2 = 0
p 3 p+ p

6 PA (Do + ) . ̅ Do2 + (Pp + Pp’) h2 = 0 ………………………………………..…(6.4)


y̅ Pp

Perhatikan Δ OHB dan Δ GHI

Pp = γ k Do

Pp’ = Pp’’ + γ k Do………………………………………………………..…………(6.5)

Persamaan (6.3) dan (6.5) dimasukan dalam persamaan (6.4) akan didapat persamaan,

2
̅̅̅̅ 𝐷𝑜 −2 PA
6 PA (Do + y̅ ) . P̅ Do2 + (Pp + Pp’) ( Pp ) =0
p ̅̅̅̅
P p +̅̅̅̅
Pp ′

2
̅̅̅̅ 𝐷𝑜 −2 PA
6 PA (Do + y̅ ) . P̅ Do2 + ( Pp ) =0
p ̅̅̅̅
Pp +̅̅̅̅
Pp ′

Dimana,

+ ’ = ” + 2 γ k Do
P̅p P̅p P̅p

Maka akan diperoleh

6 PA (Do + y̅ ) ( P̅ ” + 2 γ k Do) - 2 γ k Do Do2 (P̅ ” + 2 γ k Do) + (γ k Do2 – 2 PA )


p p

(γ k Do2 – 2 PA )2 = 0
Jika persamaan tersebut diselesaikan dan dibagi dengan(-"(k)2maka akan ada diperoleh

Persamaan pangkat empat dalam Do dengan bentuk umum persamaan sebagai berikut :

Do4 + CI Do3 + C2 Do2 + C3 Do + C4= 0…………………………………………………...(6.6)

Dimana :

P̅p ”
𝑐1 = −
γk

8 PA
𝑐2 = +
γk

6 PA
𝑐3 = +( (P̅ ” +2 y̅ γ k )
γ2 k2 p

2
6 PA ̅̅̅̅
P ” γ +4 PA
𝑐4 = +( p )
γ2 k 2

Dengan cara coba – coba akan diperoleh harga Do. Sedangkan dalam pemancangan

adalah (Yo = Do) , yang merupakan dalam pemancangan dengan angka keamanan (SF) 1.0

6.2.3. Metode penyederhanaan (sim plifiedmethod )

Persamaan pangkat empat dalam Do ini agak susah penyelesaiannya.

Analisis disederhanakan dengan mengambilasumsi sebagai berikut

- Titik rotasi (inflection point) O’ terletak pada dasar dinding turap.

- Terdapat gaya pasif R pada ujung dasar dinding turap sebagai resultante dari

tekanan aktif dan pasif yang berkerja pada bagian bawah dinding.
Gambar 6.4 Tegangan-tegangan yang berkerja pada dinding menurut Metoda
penyederhanaan.

Ambil ∑M terhadap dasar dinding turap


∑M = 0
D (H + D)
Pp - PA =0
3 3

Diamana
1
Pp = - γ Do2 K p
2

1
PA = - γ (H + D)2 K p
2

Jika harga Pp dan PA di atas dimasukan pada persamaan ∑M di atas, kemudian dibagi
1
dengan ( 6 γ) akan diperoleh :

Kp D3 - K A (H + D)3 = 0…………………………………………………………….(6.6)

Dengan cara coba-coba harga D dapat ditentukan, dan untuk dalamnya pemancangan
didapat minimal (1,2 D). Untuk mendapatkan faktor keamanan yang sebenarnya, dapat dihitung
kembali tekanan-tekanan yang bekerja dengan dalamnya pemancangan (1,2 D) tersebut diatas.

Untuk tanah tak berkohesi (tanah berbutir kasar) dan tanpa adanya tekanan residu atau
tekanan hidrostatik, Henry memberikan suatu relasi antara n dan D sebagai berikut :
o D
20’’ 2.0 H
25’’ 1.5 H
30’’ 1.2 H
35’’ 0.9 H
jQ-‘ 0.7 H

Tabel 6.5 hubungan σ dan D menurut Henry

A dinding Turap Kantilever pada tanah berbutir halus (c-soils)

Gambar 6.7 Tekanan lateral tanah berbutir halus pada dinding tutap
Untuk tanah berbutir halus , akan berlaku Ka = Kp = I
Tegangan aktif pada titik A (pada dredge line) adalah :
PA = γ H K a – 2 c √K a = γ H – 2c
PA = γ H q u : q u = 2c
Diaman q, adalah hasil dari unconfined compression test. Tegangan pasif pada titik A
(pada dredge line), adalah :

P̅p - P
̅̅̅
A
= q u – (γ H - q u )

P̅p - P
̅̅̅
A
= q u – (γ H - q u )………………………...…………………………………………….(6.8)
Resultan gaya aktif dan pasif untuk setiap kedalaman y dari dredge line (lihat titik A)
Tekanan aktif = Pa = γ (H + y) - q u
q, tekanan pasif = Pp = γ y + q u
resultannya = 2 q v . γ H………………………………………………………………………(6.9)
Ternyata diperoleh harga pada persamaan (6.8) sama dengan persamaan (6.9), artinya
Bahwa tegangan resultan pada setiap kedalaman y dari dredge line adalah sama.
Tetapi hal ini akan terjadi bila titik rotasi 0’ berada pada dasar dinding turap . Padahal
Kenyataannya tidak begitu (lihat pula rotasi pada dinding turap pada lapisan tanah berbutir
kasar). Seperti digambarkan di bawah ini , rotasi yang terjadi (titik 0’) terdapat di bawah
permukaan tanah ada

Gambar 6.8 Rotasi pada titik 0’ dinding turap


Pada titik B akan berlaku

PPB = γ (H + D) + 2c (bergerak kekiri)

PPB = γ D - q u (bergerak kekanan)

PPB −PAB = 𝑔 H + 2 q u (bergerak kekiri)

Sehingga kalau dihubungkan akan memotong 0’E di D.

Mencari Besarannya h.

∑H=0

1
PA – ( 2 q u - γ H) D + ( 2 qu - γ H + 2 qu) h = 0
2

PA + 2 q u h – 2 q u D + γ H D = 0
D (2 qu +γ H)− PA
h 2 qu

Mencari besarnya D
∑ MB = 0
1 h h
PA (γ + D) – (2 q u - y H) D 2 D + 4 q u = 0
2 3

Jika persamaan di atas diselesaikan serta dibagi dengan factor;


2 qu − γ H
( ) akan diperoleh :
6 qu

𝐶12 𝐷 + C2 D + C3 = 0 ………………………………………………………………………..(2.10)

Dimana :

C1 = (2 q u - γ H)

C2 = - 2 PA
PA (6 qu y
̅+PA )
C3 = - qu + γ H

Dari persamaan (6.9) jika 2 qu = y H, berarti resultan tegangan aktif-pasif dibawah dredge
line selalu sama dengan nol. Akibatnya dinding menjadi tidak stabil. Agar stabil maka harus
diperoleh :

2 qu
≥ γ H …………………………………………………….…………………………….(6.11)
SF

Dengan melihat contoh anilisis mendapatkan dalamnya pemancangan D seperti uraian


sebelumnya ini, maka menurut Suhardjito Pradono, didalam mencari dalamnya pemangannya
dinding turap kantilever,untuk setiap macam jenis tanah,lebih dianjurkan untuk menggunakan cara
penyerderhanaan,Karena pengontrolan diagram lengandan jarak-jarak gaya ke referensi yang
ditinjau lebih akurat.

B. Perencanaan Dinding Turap Kantilver Berdasarkan Nippon Steel Corporation


Perencanaan dinding turap kantilever berdasarkan Nippon Steel Corporation,Khususnya
untuk kontruksi dermaga, diasumsikan dinding turap sebagai tiang pancang yang mendaptkan
gaya latelan.

Gambar 6.9 Dindinh turap Kantilever berdasarkan asumsi dari Nippon Steel Corporation
Langkah pertama perencaan dengan cara ini adalah melakukan fictitious sea bed pada
titik tertentu yaitu :
- Untun tanah kepasiran diletakan pada actual sea bed atau actual dredge line.
- Pada tanah yang lain diletakan pada titik dimanan jumlah tekanan tanah aktif
dengan tekanan residual air sama dengan tekanan pasif.

Tekanan pasif yang dimobilisasi Sama dengan free head, hanya saja
dianggap tak terhingga dalamnya pada fixed head terjadi dua patahan
(panjangnya), sehingga yang terjadi karena bagian atas juga dipegang
bukan rotasi tetapi patah tiang
(b)
(a)
Gambar 5.10 Mekanisme keruntuhan pada tiang pancang a. tiang bebas b. tiang jepit

Kalau dilihat sebelumnya factor yang paling dominan pada beban lateral yang bekerja pada
tiang adalah kekakuan dari tiang, meskipun masih ada factor-faktor lainnya seperti :

a. Tiang pembebanan yang mempengaruhi derajat keruntuhan tanah ,apakah berupa


- Sustained : seperti pada dinding penahan tanah
- Alternating : seperti pada fondasi mesin
- Pulsating : akibat beban lalu lintas
b. Khusunya untuk short pile kekuatan tahanan tanah sangat dipengaruhi :
- Scouring effek disekitar tiang atau
- Penyusunan pada tanah liat (untuk tiang yang diletakan pada lapis tanah liat)
menyebabkan tanah menjauh dari dinding tiang ( terutama dibagian atas).
(1+2 𝐵 ℎ)2 +1 −1 1
Mmaks = -Ph √ 𝑒 − tan I+2 𝐵 ℎ
2 𝐵ℎ

Mmax = maximum bending moment per unit lebar (tm/m') atau (KNm/m') P total tekanan
yang bekerja (t/m/m) atau (KN/m/m')
H = jarak dari fictition sea bed/dredge line (Dasar laut fiktif) sampai titik dimana
resultante gaya bekerja (m)
Es = modulus elastisitas tanah (t/m2) atau (KPa) atau KN/m2

E = Modulus young (t/m2) atau (KPa) atau KN/m2


I = Momen inersia dari dinding turap ( m4)
4 𝐸
𝐵 = √4 𝐸𝑧 𝐼
= Jarak dimana terjadi momen maksimum
1 1
= 𝐵 tan 1 + 2𝐵ℎ
Section modulus yang diperlukan dari dinding turap
𝑀𝑚𝑎𝑥
Z= 𝑥 105 (6.12)
𝜎𝑎
Dimana

Z = modulus penampang dari sheet piling (cm3/m')

𝑀𝑚𝑎𝑥 = bonding momen maksimum persatuan lebar (tm/m’) atau (KNm/m’)

𝜎𝑎 = tegangan yang diizinkan ( allowable stress ) dari shet pile (kg/cm2). Atau [ KPa ] atau

[ KN/m2]

0,6 𝜎𝑦 [ untuk kondisi biasa]

0,9 𝜎𝑦 [ untuk kondisi ada gempa]

𝜎𝑦 = tegangan leleh ( yiled stress ) dari sheet pile [ kg/cm2 ] atau [ KPa ] atau [ KN/m2]

Lendutan ( deflection ) dari bagaian atas dinding turap dapat dihitung dengan persamaan,

𝛿 = 𝛿1 + 𝛿2 + 𝛿3 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.14 )

dimana,

𝛿1 = delfeection pada fictitious sea bed/dredge line.

𝛿2 = delfeecation diseababkan oleh tekanan aktif dan tekanan akibat beda tinggi muka air di
atas fictitious sea bed.
𝛿3 =( sudut delfection pada fictition sea bed ) x ( tinggi dinding ) sedangkan harga 𝛿1 dan
𝛿2 adalah :
( 1+ ß ℎ )𝑝
𝛿1 = …………………………………………………………………………( 6.15 )
2 𝐸 𝐼 ß³

( 1+ 2 ß ℎ )ℎ
𝛿2 = P………………………………………………………………………..( 6.16 )
2 𝐸 𝐼 ß²

Dalamnya pemacangan yang diperluhkan :


3
^ = ß untuk E I ≤ 1012 kg cm2/m2 ……………………………………………….. ( 6.17 )

2,5
^ = untuk E I > 1012 kg cm2/m2 ……………………………………………… ( 6.18 )
ß

Cara Nippon Steel Corporation adalah salah satu cara perhitungan perancangan yang
dikeluarkan oleh produsen baja Nippon Stell Corporation. Banyak cara lainnya yang dikeluarkan
oleh produsen baja lainya. Pada prinsip kesemua cara yang dianjurkan dipakai menghasilkan
perancangan baja yang over design ( sangat malam ). Cara-cara yang dikeluarkan oleh produsen
baja biasanya diperbaruhi setiapwaktu tertentu.

6.3 DINDING TURAP BERJANGKAR

Pada dinding berjangkar, dikenal adanya sistem penjangkar yang ikut menahan tekanan-
tekanan yang bekerja pada dinding. Sehingga terdapat dua analisis yaitu analisis dindingnya
sendiri serta analisis penjangkarnya. Tetapi dalam perancangan, analisis secara keseluruhan
harus pula dilakukan.

Untuk analisis dinding turapnya sendiri, dikenal adanya dua metode, yaitu :

- Dinding turap dengan perletakanya bebas ( free support method )


- Dinding turap dengan perletakanya jepit ( fixed support method )

6.3.1 Analisis dinding turap berjangkar

a. Dinding turap berjangkar dengan perletakan bebas

Anggap- anggap yang diambil dalam perancangan dinding turap dengan bebas adalah :

1. Dinding turap mempunyai kekuatan yang cukup baik dibandingkan dengan tanah
disekelilingnya.
2. Tekanan tanah yang bekerja pada dinding turap dihitung berdasarkan kondisi Rankine
atau Coulomb.
3. Dinding turap bebas berotasi pada jangkar, tetapi tidak diperkenankan terjadi pegerakan
lateral.
4. Perletakan pada kedalaman D mempunyai momen = 0, hal ini berarti bahwa penetrasi
dari dinding tidak cukup dalam.

Metedo ini dapat digunakan baik untuk tanah berbutir kasar ( ø-soils ) maupun tanah
berbutir halus ( c-soils). Sedangkan hubunganya dengan angka keamnan, dengan berdasarkan
cara konvesional, dapat diambil sebagai berikut :

Untuk tanah berbutir kasar,

Kedalaman Kedalaman angka


hasil perhitungan Pelakanaan keamanan
𝐷
D √2 1,7
D Didapat dengan mereduksi nilai 2 samapai 3
Kp dengan angka keamanan 2 2 samapi 3
sampai 3 D ( 1,5 samapai 2 )

D Didapat dengan mereduksi nilai c 1,5 sampai 2


tanah dengan angka keamnan 1,5 1,5 samapi 2
s/d 2. 1,5 s/d 2

Dinding turap berjangkar dengan perletakan bebas pada tanah berbutir kasar.

Cara 1. Mencari dalamnya pemancangan dengan mencari dalamnya pemancanagan minimum


Gambar 6.11 Tekanan- tekanan yang bekerja pada dinding terap berjangkar dengan perletakan
bebas pada tanah berbutir kasar.

Mencari besarnya gaya jangkar TA

ƩH=0

TA + Pp…………………………………………….………………………… ( 6,19 )

Untuk mengetahui dalamnya pemancangan D, diambil :

Ʃ MA = 0

PA ȳ𝐴 – Pp ȳp = 0

akan diperoleh persamaan pangkat tiga dalam D,

α1 D3 + α2 D2 + α3 D + α4 = 0……………………………………………. (6,20 )

dengan cara coba-coba diperoleh harga D

Diagram tegangan di atas dapat juga dibut diagramnya sebagai berikut : ( Dengan
melakukan super posisi )
Gambar 6.12 Tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding turap berjangkar dengan perletakan
bebas pada tanah berbutir kasar.

Seperti cara didepan, akan diperoleh pula :

- Gaya jangkar
ƩH=0
TA = PA – Pp

- Dalamnya pemancangan D diperoleh dari


Ʃ MA = 0
Pp h4 = PA ȳa
1 2
PA y = 2 γ’ Do2 ( Kp – KA ) ( h2 + yo + 3 Do

Persamaan ini akan menghasilkan persamaan pangkat tiga dalam Do, umum persamaan
sebagai berikut :

C1 Do3 + C3 Do + C4 = 0 ………………………………………………………… (6,21 )

dimana,

𝛾′ ( 𝐾𝑝−𝐾𝐴 )
C1 = 3
𝛾′ ( 𝐾𝑝−𝐾𝐴 )
C2 = ( h + yo )
2

C3 = -PA ȳ

Dengan cara coba-coba pula akan didapat harag Do.

Cara 2, mencari dalamnya pemancangan dengan memberikan faktor keamanan pada Kp

Gambar 6.13 Distribusi tegangan dengan factor keamnan pada Kp

Misalnya tegangan pasif yang diperhitungkan diwakili dengan setiap segi empat ABFE,
biasanya dalam perhitungan, tidak diperhitungkan kinerja fisik mobilisasi tegangan. Jadi diagram
tegangan tetap segitiga ABG, dengan luas diagram tetap dan tidak tangkap gaya juga kan tetap,
yang berada hanya mobilisasi tekanan dengan besar mobilisasi tergantung angka keamnan SF
yang diambil.

Sehingga gaya pasif beserta dengan titik tangkapnya diketahui. Dengan cara yang sama,
besarnya gaya angket ( TA ) diketahui dari persamaan gaya horizontal ƩH= 0 dan dalamnya
pemancangan (Do) diperoleh dengan mengetahui ƩMA = 0. Harga Do juga didapat dengan coba-
coba dari permasalahan ƩMA = 0 yang merupakan persamaan pangkat tiga dalam Do.

Dinding turap berjangkar dengan perletakan bebas pada tanah berbutir halus.
Gambar 6.14 tekanan-tekanan yang bekerja untuk tanah berbutir halus.

Pada gambar di atas terlihat adanya dua lapis tanah, yaitu lapisan di atas dredge line
adalah tanah berbutir kasar ( ø-soils ) sedangkan di bawah dredge line adalah tanah berbutir
halus ( c-soils ). Untuk kasusu ini, tanah di atas dredge dapat dipandang sebagai beban

q = γ h1 + 𝛾 ′ ℎ3 = γe H …………………………………………………........... ( 6.22 )

Tegangan tanah aktif yang bekerja pada tanah di bawah dredge line adalah :

Pa = q Ka2 – 2 c √𝑘𝑎2

Pa = q – 2 c = q - qu …………………………………………………………. (6,23 )

Tegangan tanah aktif yang bekerja pada tanah di bawah dradge line, Pp = qu

Resultan tegangan aktif dan pasif,

P = 2 qu - q …………………………………………………………………...( 6,24 )

Haraga ini konstan untuk setiap kedalaman.

Untuk mendapatkan dalamnya pemancangan, diambil momen terhadap G, yaitu :

Ʃ MG = 0
𝐷
PA . ȳ - D ( 2 qu - q ) ( h2 + 2 ) = 0

Jika permaslahan ini diselesaikan, akan diperoleh persamaan pangkat dua dalam D,

D2 + C1 D + C2 = 0 …………………………………………………………….( 6,25 )

dimana,

C1 =2 h2
2ȳ𝑃𝐴
C2 = 2𝑞𝑢−𝑞

Sedangkan gaya jangkar didapat dengan mengambil ƩH = ).

TA = PA – Pp

Dari persamaan ( 6.13 ) bisa dilihat bahwa turap akan mulai labil bila,

2 qu – q = 0

4c - q = 0

Dimana q = γe H atau bisa dituliskan γ H, sehingga persamaan diatas menjadi,

4c–𝛾H=0

4c=γH
c 1
= Nz = stability number = angka stabilitas
γH 4

Ini berarti dinding turap akan mulai tidak stabil bila,


c
Ns = γ = 0,25 ………………………………………………………………. ( 6,26 )
H

Jadi stabilitas disini merupakan fungsi dari tinggi turap H dan harga adhesi dari dinding
diperhitungkan ca, maka stability number menjadi,

c ca
Nz = γ √1 + ………………………………………….. ( 6,27 )
H c

ca
Pada keruntuhan pasif, harga √1 + = 1.25
c

Maka Ns menjadi,
c
Ns = γ H 1.25 ………………………………………………………………….. ( 6,28 )

Untuk angka keamanan FS = 1,


c
= 0,25
γH

Ns = 0.25 x 1.25 – 0,30

jadi Ns = 0.30 FS
B. Dinding turap berjangkar denagan perletakan bebas serta reduksi momen dari Rowe

Untuk tanah berbutir kasar ( ø-soils )

Metode ini mempunyai urutan-urutan sebagai berikut :

1. Cari momen mkasimum ( Mmax= Mo ) dengan cara perletakan bebas.


2. Tentukan relative density dari tanah.

Misalnya ,

Untuk kondisi loose = 0.00 – 0.15

Untuk kondisi medium = 0.15 – 0.35

Untuyk kondis dense = 0.35 – 0.65

3. Hitung koefesien kekuatan relatif,


𝐻4
P = EI
dimana,
H = total dari seluruh panjang turap
E = modulus elastisitas dari dinding turap
I = momen inersia dari penampang dinding turap.
4. Dari tabel- tabel mengenai tipe dinding turap yang ada, ambil beberapa jenis dinding
turap.
5. Hasil dari ( 4 ) ini dapat diplotkan pada kurva antara ( M/Mo ) dengan log(p).
Sehingga diperoleh jenis dinding turap yang paling optimum.

Gambar 6.15 Grafik momen reduksi dair Rowe


a. Untuk tanah berbutir kasar (ø-soils)
b. Untuk tanah berbutir halus (c-soils)

Untuk tanah berbutir halus (c-soils)

Urutan-urutanya adalah sebagai berikut :

1. Cari Mmax dengan cara perletakan bebas.


2. Cari angak stabilitas ( stability number ) Ns

c 𝑐𝑎
Nz = q
√1 + 𝑐

3. Cari angaka fleksibilitas ( dalam satuan fps )

𝐻4
ρ= E I
4. Cari tinggi relatif dari dinding turap α dan ß.
Dengan hasil di atas, serta kurva hubungan antara ( M/Mo ) dengan log (ρ), akan
diperoleh momen setelah direduksi

C. Dinding turap berjangkar denga perletakan jepit

Anggapan-anggpan yang diambil dalam metode ini adalah penetrasi dari dinding turap
cukup dalam sehinggap perletakan yag terjadi berfungsi sebagai jepit ( lihat gambar 6.16 )

Gambar 6.16 asumsi- asumsi lendutan dari bidang momen pada dinding turap

Dinding turap melendut sedemikian rupa sehingga mempunyai titik balik ( inflection
point) I, titik dimana Momen lentur = 0. Sedangkan titik b adalah titik dimana dinding turap
terjepit.
Dikenal dua cara perhitungan untuk metode ini :

- Metode garis elastis ( Elasstic line method )


- Metedo beam ekuivalen ( equivalent bean method ) dari Bloem.

Dari kedua metode ini, yang sering dipakai dalam perhitungan adalah metedo beam
ekuivalen yang sebenarnya merupakan penyederhanaan dari metode garis elastis.

Metedo beam ekuivalen dari Bloem … lihat gambar 6.16.

Dari anggapan-anggapan yang telah disebutkan di depan diperoleh diagram tegangan


seperti pada gambar.

Gambar 6.17 Distribusi tegangan menurut Bloem dan Andreson

Teori Bloem memberikan hubungan antara y1 degan sudut geser dalam, seperti di bawah
ini :

40
Ø ( ……. ) 0
20 30

y1 0.25 H 0.08 H -0.07 H

Metode Anderson, lihat gambar 6.17c

Pada cara ini dianggap bahwa titik dimana gaya lintang nol adalah sama dengan titik
dimana momen dengan nol jadi titik I sama dengan ttik 0

Untuk kedua metode, yaitu metode dari Adreson dan Bloem mempunyai urutan-urutan
pengerjaan yang sma hanya beberapa hal yang berbeda. Urutan-urutan tersebut adalah :
1. Menentukan panjangnya y1, pada cara Bloem sebagai fungsi ø pada daerah di bawah
dradge line.
2. Untuk cara Andreson, ambil y1 = yo
3. Ambil ƩMc = 0, diperoleh harga R1.
4. Mecari gaya jangkar TA dengan mengambil ƩH=0 untuk free body bagian atasnya.
5. Untuk mendaptkan dalamnya perancangan, dilihat free body bawah, kenudian diambil
ƩMB = 0. Akan diperoleh :
- besarnya do pada cara Bloem
- besarnya db pada cara Andreson

Cara untuk Anderson


1 𝑑𝑏
-2 𝛾 ( 𝐾𝑝 − 𝐾𝐴 ) 𝑑𝑏 − = 𝑅1 𝑑𝑏
2

1
𝛾 ′ 𝑘 𝑑𝑏 2 = 𝑅1
6

6 𝑅1
𝑑𝑏 = √𝛾 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.29)
ℎ 𝐾

D = 𝑑𝑏 + 𝑦𝑜

Dalam pemancangan pelaksanaan adalah : 1,2 sampai 1,5 D

D. Metode Elemen hingga ( finite element method)

Metode ini terutama dilaksanakam apabila konstrukski dinding turap memerlukan lebih
dari satu jangkar (multiple anchorage devices), karan dengan cara-cara elastis akan sangat susah
untuk mendapatkan gaya-gaya pada jangkar, deformasi dan momen lentur dari dinding turap.

Keuntungan, cara ini dapat juga memberikan momen reduksi dari Rowe, sehingga
keluarannya memberikan momen perencanaan, estimasi deformasi lateral, dan juga tekanan laterl
tanah yang diakibatkan oleh tekanan psif di bawah dredge line.

Menurut Suhardjito Pradoto di didalam merancang 𝛾 dinding turap berjangkar


sebaiknya menggunakan perletakan sendi ( free earth method ) yang disederhanakan dengan
urut-urutan pekerjaan sebagai berikut : ( lihat juga gambar 6.18 )

1. Buat diagram tegangan yang bekerja pada dinding turap berjangkar seperti apa adanya
jangan dilakukan seperposisi diagram tegangan. Dengan tanpa seperposisi diagram
tegangan, akan lebih mudah memeriksa luas diagram tegangannya dan juga titik tangkap
gaya sampai suatu referensi tertentu, terutama bila jarak profil tanah terdiri dari tanah
yang berlapis-lapis.
2. Ambil Ʃ MA = 0 akan diperoleh persamaan pangkat tiga dalam D
3. Dengan cara coba-coba didapat nilai D kemudian perpanjag dalam pemancangan
perhitungan D dengan factor pengali 1,2 D x 1,5 haknya menjadi 1,2 Da’ 15D yang
disebut dalam pemancangan pelaksanaan.
4. Ambil Ʃ H = 0 didapat besar gaya juga jangkar YA.
5. Hitung besar angka keamanan SF dengan mengambil titik pemeriksaan di A, B, dan C
dan disembarang titik

Ʃ 𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑃𝑃 𝑥 𝑝)


𝑆𝐹 = > 1,2 𝑎 1.5
Ʃ 𝑀𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙𝑢𝑛𝑔 (𝑃𝑎 𝑥 𝑎)

Pp = mobilisasi tekanan pasif total

Pa = mobilisasi tekanan aktif total

‘P = jarak PP ke lokasi titik dimana momen diambil

‘Ø = jarak PA ke lokasi tidak dimana momen diambil

6. Dengan menganggap dinding turap sebagai balok yang tertumpu di A dan C cari besar
Mmax
7. Dengan M maks yang ada dan dengan melihat katalog dinding turap dari produsen pabrik
baja tertentu dapat diketahui dimensi dari dinding turap.
Gambar 6.18 Diagram tegangan yang dibiarkan seperti apa adanya, pad acara sendi
menurut Suhardjito Pradono (Free Earth Method).

Meskipun demikian seandainya terpaksa ingain menggunakan cara perletakan


jepit (fixed earth method) yang disederhanakan sesuai anjuran Anderson, maka harus
dilihat betul kondisi tanah dimana dinding turap itu akan dilaksanakan.

Biasanya kondisi profil bawah yang sesuai adalah diman lapisan tanah secara
perlahan dedngan kedalaman tanah mempunyai kekuatan geser yang baik (graddully
inecased shearing sheng) sehingga konveksi dinnding turap seolah-olah terjepit sebagian
bawahnya dapat bergerak bebas (perletakan sendi)

Sehubungan merancang dengan perletkan sendi yang disederhanakan Suhardjito


Pradono menganjurkan cara tersebut dapat digunakan apabila kondisi lapisan tanah secara
tiba-tiba dengan kedalaman tanah mempunyai lapisan bawah keras atau lapisan tanag
dengan kekuatan geser yang tinggi sehingga konstruksi dinding turap seolah-olah
dibagian bawah dapat bergerak bebas (perletakan sendi).
Gambar 6.19 Denag tegangan yang dibiarkan seperti apa adanya (Fixed Earth method)
menurut Suhardjito Pradono

Menurut Suhardjito Pradito seandainya terpaksa dilakukan perhitungan dengan


menggunakan cara perletakan jepit maka urut-urutan pekerjaan perancangan
dilaksanakan sebagai berikut

1. Buat diagram tegangan yang bekerja pada dinding turap seperti apa adanya, tindakan
pengerjaan ini persis sama dengan tindakan pekerjaan pad acara perletakan sendi (lihat
gambar 6.19)
2. Pada cara perletakan jepit setelah diagram tegangan digambarkan perlu digambarkan juga
lokasi yo yaitu lokasi dimana mobilisasi tegangan aktif = mobilisasi tegangan pasif, dan
gaya pasif Rc ( searah dengan arah pergerakan konstruksi dinding turap) yang diletakan
pada ujung bawah dari konstruksi dinding turap.
3. Mencari jarak yo (lihat free body dan gambar 6.17)
Dengan melihat diagram tegangan yang ada (6.19)
′ ′ℎ1 ′ℎ
𝛾 3 𝑌𝑜 𝐾𝑝3 + 2𝐶3 √𝐾𝑝3 = 𝑞 𝐾𝐴3 − 2𝐶3 √𝐾𝐴3 + (𝛾𝐼 ℎ𝑜 + 𝛾1 + 𝛾2 2 )𝐾𝐴3 + 𝛾3′ 𝑦𝑜 𝐾𝐴3 +
𝛾3′ 𝑦𝑜 𝐾𝐴3 + 𝛾𝑤 ℎ1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (6.30)

Dari persamaan (6.30) bias didapat jarak yo

4. Masih dilihat free body atas, maka pada titik yo bekerja gaya Ri dengan arah seperti pada
gambar 6.17 mencari besaran R1 dengan mengambil Ʃ Mo= , didapat sebesar Ri.
5. Sekarang dilihat free body bawah untuk mencari db = D𝛾O dengan mengambil ƩMc = 0
didapat persamaan pangkat tiga
6. Dicari dasar dalamnya pemancangan D = db + yo sedangkan dalam pemancangan
pelaksanaan m = 1,2 L 1,5 D
7. Ambil ƩM H = 0 untuk free body aus didapat gaya jangkar TA (digunakan untuk
merancang jangkar)
8. Ambil ƩM𝛾O = 0
9. Dilakukan tindakan seperti nomor 5 seperti pad acara perletakan sendi mengecek hasil
angka keamanan SF untuk panjang pemancangan pelaksanaan.
10. dengan menganggap dinding turap sebagai tolok tolok yang tertumpu di A dan O cari
besar M maks
11. Dengan Mmax yang ada dan dengan melihat katalog dinding turap dari produsen pabrik
baja tertentu dapat diketahui dimensi dari dinding turap.

6.4 Penjangkaran

6.4.1 Macam-macam jangkar

Macam-macam jangkar, bila dilihat dari bentuk konstruksinya, dibedakan sebagai berikut :

1. Blok beton menerus atau setempat(deadmen anchorage), tahanan yang diperoleh


merupakan hasil mobilisasi tekanan pasif tanah
2. Tiang pancang (braced piles) yang digunakan apabila ditemukan adanya lapisan tanah
lunak yang cukup tebal
3. Dijangkarkan padalapisan tanah (soil anchor) atau pada lapisan batuan (rock anchor)
4. Dinding turap berdungsi sebagai deadman
5. Dijangkarkan pada existing structure.

6.4.2 Analisis system perjangkaran

6.4.2.1 jangkar blok beton (Deadman anchorage)

Letak jangkar harus cukup jauh sehingga segitiga longsor pasif yang terbentuk dari
jangkar tidak mengganggu segitiga longsor aktif dari dinding turap.

Terdapat dua jenis jangkar blok beton :

- Blok beton menerus (continuous deadman)


- Blok beton setempat (short deadman)

6.4.2.1 jangkar blok beton (Deadman anchorage)

Terbentuk dari suatu blok beton yang menerus sepanjang dinding turap yang ada letak
jangkar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

𝑑1 < 0,5 𝑑2 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 0,7 𝑑2

𝑑2 1 1
< 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖
𝐻 3 2
Gambar 6.18 blok beton menerus dengan mobilisasi tekanan aktif dan pasif yang bekerja

Dari gambar di atas akan dapat dihitung :

Untuk tanag butir kasar


1
Tekanan pasif, 𝑃𝑝 = 𝛾 𝑑2 𝐾𝑝 𝑑2
2

1
Tekanan aktif, 𝑃𝐴 = 𝛾 𝑑2 𝐾𝐴 𝑑2
2

Untu tanah berbutir halus,


1
Tekanan pasif, 𝑃𝑝 = 𝛾 𝑑2 𝐾𝑃 𝑑2 + 2 𝑐 𝑑2 √𝐾𝑝
2

1
Tekanan aktif, PA = ( 𝛾 𝑑2 𝐾𝐴 − 2 𝑐 √𝐾𝑎) (𝑑2 − 𝑧𝑜)
2

Gaya jangkar,
𝐿
Ap 𝑎11 =( Pp – PA)𝑆𝐹 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.30)

Dimana : 𝐴 𝑃 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑧𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑃𝑝 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑓

𝑃𝐴 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓

𝐿 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑟ak antar jangkar

Blok beton setempat (short deadman)


Untuk jenis beton setempat ini dikenal dua macam dilihat dari kedalamanya

- Yang dekat permukaan (near surface) dengan syarat.


d1 < 0,5 sampai 0,7 d2
𝑑1 1 1
< 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖
𝐻 2 2

- Yang jauh dari permukaan (depth surface) dengan syarat


H<<< d2
d1 > H

b. yang jauh dari


a. yang dekat dari
permukaan tanah
permukaan tanah
Gambar 6.19 jangkar blok beton setempat

Dalam mencari gaya jangkar yang diijinkan, dibedakan beberapa kasus sebagai berikut :

Untuk yang dekat dengan permukaan pada tanah berbutir kasar

1
𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝐿 (𝑃𝑝 − 𝑃𝐴 ) + 𝐾𝑜 𝛾 (√𝐾𝑝 + √𝐾𝐴 ) 𝑑23 tan ∅
3
Dimana.

𝑇𝑢𝑙𝑡
𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒, 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑗𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ( )
𝑆𝐹

𝐾𝑜 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 = (1 − sin ∅) √𝑂𝐶𝑅

Untuk yang dekat dengan permukaan pada tanah berbutir halus,

𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝐿 (𝑃𝑝 − 𝑃𝐴 ) + qu 𝑑22 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (6.32)

𝑇𝑢𝑙𝑡
𝑇𝑢𝑙𝑡 =
𝑆𝐹
Dimana,

𝑞𝑢 = hasil yang didapat dari unconfined compressive strength test.

Untuk yang jauh dari permukaan, perhitungan gaya jangkar ultimate dapat dihitungkan sebagai
kapasitas daya dukung pondasi dangkal.

𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝑞𝑢𝑙𝑡 𝑥 A pondasi

𝑞𝑢𝑙𝑡 = 1,3 𝑐 𝑁𝑐 + 𝑞 𝑁𝑞 + 0,4 𝛾 𝐵 𝑁𝛾 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.33)

Dimana 𝑞𝑢𝑙𝑡 merupakan kapasitas daya dukung Terzaghi.

Tiang pancang sebagai jangkar ( braced piles)

Dipakai kalua ada lapisan tanah yang jelek yang terletak di sekitar dredge line yang tidak bias
diambil.

Gambar 6.20 Tiang sebagai jangkar

Besarnya gaya jangkar (𝑇𝑢 = 𝐴𝑃 )diperoleh dari polygon gaya sebagai berikut :

Gambar 6.22 poligon gaya yang terbentuk


𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝜋 𝐷 𝛾 𝑑2 𝐿 𝐾 tan ∅ + 𝑐𝑎 𝜋 𝐷 𝐿 … … … … … … … … … … … … … … … … . . (6.34)

Dimana,

Ca = 0,3 sampai 0,9 c

6.4.4 lokasi jangkar dan panjang jangkar

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi dan panjang penjangkaran
adalah :

1. Segitiga gelincir aktif (active sliding wedge) tidak berpotongan dengan helincir pasif.
2. Deadman harus diletakan di dalam bidang kelongsoran maksimum yang mungkin terjadi.

Gambar 6.23 lokasi penjangkaran

Untuk lokasi tanah yang berlapis, yang paling pokok adalah mencari bidang longsor masing-
masing lapisan. Method ini diusulkan dan dikembangkan oleh Suhardjito Pradono sejak tahun
1975. Dengan cara yang dikembangkan Suhardjito Pradon, maka cara penjangkaran jauh lebih
pendek dibandingkan dengan cara yang dikembangkan pada gambar 6.23

Gambar 6.24 lokasi penjangkaran pada tanah berlapis yang dikembangkan Suhardjito Pradono
Bidang longsor dicari tiap lapis, untuk lapis di bawah dianggap lapis tanah di atasnya
sebagai beban merata, dan seterusnya sehingga akan diperoleh suatu lokasi
penjangkaran seperti pada gambar.

Urutan-urutan pekerjaan lebih rinci untuk mencari panjang penjangkaran cara


Suhardjito Pradono atau lokasi dari kepala jangkar sebagai berikut :

1. Missal suatu dinding turap yang menahan lapisan tanah seperti pada gambar 6.24
2. Mencari bidang longsor lapis terbawah dengan cara grafis culman, missal didapat A (AB)
beban yang bekerja pada lapis ketiga adalah qb = 𝛾1ℎ1 + 𝛾2ℎ2
3. Lapis diatasnya yaitu lapisan kedua dicari juga bidang longsornya. Tanah yang akan
mengalami longsor adalah tanah disebelah kanan (B’c) dengan cara culman didapat
⃑⃑⃑⃑⃑
bidang longsor 𝐵𝐶
4. Ulang tindakan ke 3 untuk tanah lapis 1 seandainya ada beban beban yang lain yang
bekerja, juga harus dimasukan pada waktu mencari berat dari masing-masing segitiga
coba
Dari titik CD sebagai bidang longsor lapis 1
5. Dari titik D Tarik garis ‘A
6. Perpanjang tali jangkar EF sedemikian rupa sehingga titik F terletak disebelah kanan ‘d
7. Tali jangkar EF adalah panjang penjangkaran yang dicari.

6.5. diagram tegangan lateral tanah


Didalam memperhitungkan tegangan tanah beban, selalu digunakan pendekatan dengan kondisi
Rankine. Untuk ∠𝑖 = ∠𝜹 = 0,maka akan berlaku :

𝐾𝐴 = 𝑡𝑔2 (45° − 2)


𝐾𝑝 = 𝑡𝑔2 (45° + 2)

Untuk menggambarkan diagram tegangan lateral tanah, yang terpenting adalah


menentukan besarnya tegangan pada tiap batas dari kondisi lapisan tanah yang ada.

Cara yang ditempuh ini dalam istilah Suhardjito Pradono disebut cara superposrsi ada
beberapa keuntungan dan kelemahan cara ini yaitu :

Keuntungan :

- Diagram tegangan dari seluruh beban dan komponen tanah yag bekerja dapat
digambarkan dengan cepat
Kerugian :

- Tidak dapat dicheck penggambaran tegangan yang benar dari beban dan komponen tanah
yang bekerja, terutaman tanah yang terdiri dari berlapis-lapis tanah

Meksipun demikian terganntung tegangan dari kebiasaan mahasiawa di dalam menggunakan


diagram tegangan.

6.5.1 diagram tegangan lateral tanah


Yaitu tidak terdapat air di kedua sisi dinding turap. Distribusi tegangan lateralnya adalah :

Tegangan aktif :

𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑡√𝐾𝐴1

𝜎1 = 𝜎1 + 𝛾𝐼 𝐻1 𝐾𝐴1

=(𝑞1 + 𝛾1 𝐻1 ) 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

Gambra 6.25 tegangan lateral tanah pada kondisi tidak ada air

𝜎3 = (𝑞1 + 𝛾1 𝐻1 ) 𝐾𝐴2 − 2 𝑐2 √𝐾𝐴2

𝜎4 = (𝜎3 + 𝛾2 𝑦) 𝐾𝐴2
= (𝑞1 + 𝛾1 𝐻1 + 𝛾2 𝑦) 𝐾𝐴2 − 2 𝑐2 √𝐾𝐴2
Tehangan pasif :

𝜎5 = 2 𝑐2 √𝐾𝑃2

𝜎6 = 𝛾2 𝑦 𝐾𝑃2 + 2 𝑐2 √𝐾𝑃2

6.5.2 Kondisi ada air sama tinggi


Karena muka air pada kedua sisi dinding turap sama tinggi maka tekanan hidrostati akan
saling menghilangkan.

Sedang tegangan tanah dibawah muka air pada tanah isian diperhitungkan sebagai
tegangan efektif tanah dengan menggunakan 𝛾𝑡 ′ = 𝛾𝑠𝑢𝑏 = 𝛾𝑡 − 𝛾𝑤

Gambar 6.26 tegangan tanah pada kondisi ad air sama tiggi

Tegangan aktif :

𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎2 = 𝜎1 + 𝛾1 ℎ1 𝐾𝐴1

= 𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎3 = 𝜎2 + 𝛾1 ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 ) 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1


𝜎4 = (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 ) 𝐾𝐴2 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎5 = 𝛾4 + 𝛾2𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝑎2

= 𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝐾𝐴1 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 ) 𝐾𝑎2 − 2 𝐶2 √𝐾𝐴2

Tegangan pasif :

𝜎5 = 2 𝐶2 √𝐾𝑃2
𝜎6 = 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝑃2 + 2 𝐶2 √𝐾𝑃2

Dimana :

− 𝛾1 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾1 − 𝛾𝑤 = 𝛾1 ′

− 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾2 − 𝛾𝑤 = 𝛾2 ′

6.5.3 Kondisi ada air tidak sama tinggi


Kondisi ini ditandai dengan adanya tegangan hidostatis akibat beda tinggi muka air. Untuk tidak
menimbulkan kerancuan, sebaliknya dalam perhitunan tegangan hidrostatis ini dipisahkan dengan
tegangan lainnya.

Gambar 6.27 Tegangan tanah pada kondisi ada air tidak sama tinggi
Teganga aktif :

𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎2 = 𝜎1 + 𝛾1 ℎ1 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 ) − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎3 = 𝜎2 + 𝛾1 ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 ) 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎4 = 𝜎3 + 𝛾1 ℎ3 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ3 ) 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1

𝜎5 = 𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 ℎ3 ) 𝐾𝑎2 − 2 𝐶2 √𝐾𝐴2

= 𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝐾𝐴1 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 ) 𝐾𝑎2 − 2 𝐶2 √𝐾𝐴2

𝜎6 = 𝜎5 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝐴2

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾1 𝑠𝑢𝑏 ℎ3 + 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 ) 𝐾𝑎2 − 2 𝐶2 √𝐾𝐴2

Tegangan aktif beda tinggi muka air :

𝜎7 = 𝛾𝑤 ℎ2

Tegangan pasif

𝜎8 = 2 𝐶2 √𝐾𝑃2

𝜎9 = 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝑃2 + 2 𝐶2 √𝐾𝑃2

Dimana :
− 𝛾1 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾1 − 𝛾𝑤 = 𝛾1

− 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾2 − 𝛾𝑤 = 𝛾2 ′

Kondisi terdapat muka air tanah pada daerah material tibunan.

Terdapatnya muka air tanah menimbulkan tegangan hidrostatis satu sisi


Gambar 6.28 Tegangan lateral tambah pada kondisi terdapat muka air.

Tegangan aktif :

∝1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2𝐶1 √𝐾𝐴1

∝2 = 𝑎1 + 𝛾1ℎ𝑙 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 )𝐾𝐴1 − 2𝐶1 √𝐾𝐴1

∝3 = 𝑎2 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 )𝐾𝐴1 − 2𝐶1 √𝐾𝐴1

∝4 = (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 )𝐾𝐴2 − 2𝐶2 √𝐾𝐴2

∝5 = 𝑎4 + 𝛾2𝑠𝑢𝑏 𝐾𝐴2

= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 + 𝛾2𝑠𝑢𝑏 𝑦)𝐾𝐴2 − 𝑅𝐶2 √𝐾𝐴2

Teganan hidrostatis

∝6 = (ℎ2 + 𝑦)𝛾𝑤

Tegangan pasif

∝7 = 2𝐶𝑧 √𝐾𝑃𝑧

∝8 = 𝜎𝑎 + 𝛾2 𝑦 𝐾𝑃2

= 𝑦2 𝑦 𝐾𝑝2 + 2𝐶𝑧 √𝐾𝑃𝑧


Disarankan oleh Suhardjito Pradono sekali lagi bahwa perhitungan tegangan tanah lateral tidak di
perposisi, tetapi berdasarkan masing-masing tegangan tanah lateral yang terjadi. Hal ini
mengingat :

1. Kondisi tanah di Indonesia secara umum lebih dari satu lapis


2. Kemudahan dalam penggambaran diagram tanah yang bekerja
3. Memperkecil resiko kesalahan perhitungan
Sebagai contoh bias dilihat di Bab IV

KONSTRUKSI DINDING PERANCANG

Tujuan Instruksi Umum

Setelah membaca/mengikuti kuliah bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
mengerti tentang :

1. Konstruksi dinding penahan

Tujuan Instruksi Khusus

1. Mahasiswa dapat menghitungkan tekanan tanah aktif yang bekerja pada konstruksi
perancah
2. Dapat menghitung dimensi dan konstruksi dinding perancah

Anda mungkin juga menyukai