DINDING TURAP
6.1 UMUM
Di dalam konstruksi dinting penahan tanah, dikenal konstruksi dinding
penahan tanah kaku (seperti yang telah diuraikan pada bagian pertama, terdiri
dari dinding penahan tanah pasangan batu kali/.gravity walls. dan dinding
penahan tanah beton/counterfort walls) dan konstruksi dinding penahan
tanah lentur atau biasa disebut konstruksi dinding turap atau dinding turap
saja.
Di dalam bagian ini dicoba terang jelaskan tentang dinding turap tersebut.
Perlu dicatat, sehubungan dengan konstruksi dinding turap, maka
perhitungan mobilisasi gaya lateral
menggunakan kondisi Rankine, khusus dimana Li = Lo = 0
a. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing
sungai
b. Dinding dermaga
c. Dinding penahan galian misalnya pada pembuatan fundasi langsung
atau fundasi menerus, pembuatan basement dan lain-lainnya.
Biasa digunaka pada bangunan yang tidak permanen, seperti bangunan perancah
penggalian pondasi dan sebagainya. Untuk bangunan permanen, pengawetan bahan
dan perlindungan bahan terhadap pelapukan harus benar-benar diperhatikan.
Biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada detail-detail konstruksi yang
sulit. Keuntungan pemakaian jenis dinding turap ini adalah dinding bisa dibuat di tempat,
sedangkan waktu pelaksanaan lebih cepat karena tanpa tenggang waktu pemesanan dan
pengangabungan. Sedangkan kerugiannya adalah sulitnya pelaksanaan di lapangan
karena sering terjadi kebocoran-kebocoran.
Biasa digunakan pada bangunan permanen. Konstruksi dinding turap ini lebih
mudah pelaksanaannya di lapangan serta hasilnya lebih baik. Sedangkan kerugianya adalah
adanya tenggang waktu pemesanan serta adanya bahaya korosi.
Bahaya korosi pada konstruksi ini dapat dicegah dengan memberikan catodic protec o
.Variasi konstruksi baja sangat tergantung pada pabrik pembuatan. Beberapa variasi
antara lain :
- lebih tahan driving stresses misal pemancangan pada tanah dengan lapisan
tanah keras atau batuan.
- lebih tipis penampangnya
- bisa digunakan berkali-kali panjang pile bisa ditambah atau dikurangi dengan
mudah.
- bisa digunakan baik dibawah ataupun di alas air
- penyambungan yang mudah memungk:inkan untuk mendapatkan dinding yang
menerus dan lurus pada waktu pemancangan.
Pengertian angka keamanan pada dinding turap selama ini tidaklah begitu jelas
contoh dari suatu perhitungan diperoleh suatu harga dalamnya pemancangan. Bila
pelaksanaan diperdalam 30% dari dalam pemancangan semula, belum berarti akan
ada angka keamanan 1.3. Karena belum tentu angka keamanan dari struktur yang
baru.
Selama ini anggapan angka keamanan (safety factor) untuk sheet pile
berdasarkan konvensional yaitu dengan meperpanjang dalamnya pemancangan.
Misalnya didapat dalam pemancangan adalah 'D' dari dredge line kemudian
untuk mendapatkan safety factor, harga 'D' tersebut dikalikan dengan suatu
angka tertentu.
Atau dengan cara membagi harga coeffisien pasif KP dan cohesi c dengan
suatu n maka keamanan tertentu.
Yang dinamakan dinding turap kantilever adalah dinding penahan tanah yang tidak
menggunakan jangkar.
Dinding turap kantilever diperoleh dengan memancangkan turap tersebut pada suatu
kedalaman tertentu. Kestabilan dari dinding ini hanya merupakan hasil mobilisasi tekanan
tanah lateral pasif sebagai antisipasi dari tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding
tersebut antara lain tekanan aktif dan tekanan residu air.
.2.1 Gaya-gaya yang bekerja pada dinding turap
Tekanan aktif berusaha untuk mendorong sheet pile menjauh dari tanahti mbunannya
(bac fill). Tekanan pasif didepan dan dibelakang dinding turap (sheet pile) berusaha
menahan pergerakan. Kedua gaya inilah yang diperhitungkan dalam perancangan
dinding turap kantilever
Untuk memperhitungkan hitungan lateral tanah, kondisi yang cocok untuk dinding turap
Gambar 6.3 Mobilisasi tekanan tanah e-soils pada dinding turap kantilever
Dengan melihat lendutan dari didndingturap didapat 4 zone tekanan aktif dan pasif
di alas titik 0’
𝜎𝐷 = γ D 𝐾𝑝
- Terdapat tekanan aktif yang besarnya pada kedalaman D tegangannya adalah
𝜎𝐷 = γ (H+D) 𝐾𝑎
Apabila tekanan aktif dikurangi dengan tekanan pasif didapat tekanan aktif (AOF) dan
Di bawahtitik 0’
𝜎𝐷 = γ D 𝐾𝐴
𝜎𝐷 = γ (H+D) 𝐾𝑝
Apabila tekanan aktif yang berkerja disuperposisikan dengan tekanan pasif maka akan
diperoleh tekanan pasif (0’IB). Super posisi ini diperoleh dengan menghubungkan titik Id g n 0’
Maka tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding turap kantilever hasil super posisi adalah
Titik 0 adalah titik dimana tegangan aktif sama dengan tegangan pasif sehingga besarnya Yo
𝜎 aktif = 𝜎 pasif
γ 𝑌𝑜 𝐾𝑝 = γ ( H + 𝑌𝑜 ) 𝐾𝑎
𝑌𝑜 𝐾𝑝 - 𝑌𝑜 𝐾𝑎 = H 𝐾𝑎
𝐾𝑎
𝑌𝑜 = 𝐻……………………………………………………………………………(6.1)
𝐾𝑃− 𝐾𝑎
Mencari besaran h
∑H = 0
1 1
(𝐷 − 𝑌𝑜 ) − (P̅p h
P̅p 𝑥 2 + P̅p ′ ) 2
1 1
PA = P̅p 𝐷𝑜 2 h (P̅p + P̅p ′ ) = 0
2
Pp 𝐷𝑜 −2 PA
̅̅̅̅
ℎ= ………………………………………………............................……………..(6.3)
̅̅̅̅
P p +̅̅̅̅
Pp ′
∑MB = 0
1 Do 1 1
PA (Do + y̅) - 2 P̅ Do + 2 h ( P̅ P̅ ) 2 = 0
p 3 p+ p
Pp = γ k Do
Persamaan (6.3) dan (6.5) dimasukan dalam persamaan (6.4) akan didapat persamaan,
2
̅̅̅̅ 𝐷𝑜 −2 PA
6 PA (Do + y̅ ) . P̅ Do2 + (Pp + Pp’) ( Pp ) =0
p ̅̅̅̅
P p +̅̅̅̅
Pp ′
2
̅̅̅̅ 𝐷𝑜 −2 PA
6 PA (Do + y̅ ) . P̅ Do2 + ( Pp ) =0
p ̅̅̅̅
Pp +̅̅̅̅
Pp ′
Dimana,
+ ’ = ” + 2 γ k Do
P̅p P̅p P̅p
(γ k Do2 – 2 PA )2 = 0
Jika persamaan tersebut diselesaikan dan dibagi dengan(-"(k)2maka akan ada diperoleh
Persamaan pangkat empat dalam Do dengan bentuk umum persamaan sebagai berikut :
Dimana :
P̅p ”
𝑐1 = −
γk
8 PA
𝑐2 = +
γk
6 PA
𝑐3 = +( (P̅ ” +2 y̅ γ k )
γ2 k2 p
2
6 PA ̅̅̅̅
P ” γ +4 PA
𝑐4 = +( p )
γ2 k 2
Dengan cara coba – coba akan diperoleh harga Do. Sedangkan dalam pemancangan
adalah (Yo = Do) , yang merupakan dalam pemancangan dengan angka keamanan (SF) 1.0
- Terdapat gaya pasif R pada ujung dasar dinding turap sebagai resultante dari
tekanan aktif dan pasif yang berkerja pada bagian bawah dinding.
Gambar 6.4 Tegangan-tegangan yang berkerja pada dinding menurut Metoda
penyederhanaan.
Diamana
1
Pp = - γ Do2 K p
2
1
PA = - γ (H + D)2 K p
2
Jika harga Pp dan PA di atas dimasukan pada persamaan ∑M di atas, kemudian dibagi
1
dengan ( 6 γ) akan diperoleh :
Kp D3 - K A (H + D)3 = 0…………………………………………………………….(6.6)
Dengan cara coba-coba harga D dapat ditentukan, dan untuk dalamnya pemancangan
didapat minimal (1,2 D). Untuk mendapatkan faktor keamanan yang sebenarnya, dapat dihitung
kembali tekanan-tekanan yang bekerja dengan dalamnya pemancangan (1,2 D) tersebut diatas.
Untuk tanah tak berkohesi (tanah berbutir kasar) dan tanpa adanya tekanan residu atau
tekanan hidrostatik, Henry memberikan suatu relasi antara n dan D sebagai berikut :
o D
20’’ 2.0 H
25’’ 1.5 H
30’’ 1.2 H
35’’ 0.9 H
jQ-‘ 0.7 H
Gambar 6.7 Tekanan lateral tanah berbutir halus pada dinding tutap
Untuk tanah berbutir halus , akan berlaku Ka = Kp = I
Tegangan aktif pada titik A (pada dredge line) adalah :
PA = γ H K a – 2 c √K a = γ H – 2c
PA = γ H q u : q u = 2c
Diaman q, adalah hasil dari unconfined compression test. Tegangan pasif pada titik A
(pada dredge line), adalah :
P̅p - P
̅̅̅
A
= q u – (γ H - q u )
P̅p - P
̅̅̅
A
= q u – (γ H - q u )………………………...…………………………………………….(6.8)
Resultan gaya aktif dan pasif untuk setiap kedalaman y dari dredge line (lihat titik A)
Tekanan aktif = Pa = γ (H + y) - q u
q, tekanan pasif = Pp = γ y + q u
resultannya = 2 q v . γ H………………………………………………………………………(6.9)
Ternyata diperoleh harga pada persamaan (6.8) sama dengan persamaan (6.9), artinya
Bahwa tegangan resultan pada setiap kedalaman y dari dredge line adalah sama.
Tetapi hal ini akan terjadi bila titik rotasi 0’ berada pada dasar dinding turap . Padahal
Kenyataannya tidak begitu (lihat pula rotasi pada dinding turap pada lapisan tanah berbutir
kasar). Seperti digambarkan di bawah ini , rotasi yang terjadi (titik 0’) terdapat di bawah
permukaan tanah ada
Mencari Besarannya h.
∑H=0
1
PA – ( 2 q u - γ H) D + ( 2 qu - γ H + 2 qu) h = 0
2
PA + 2 q u h – 2 q u D + γ H D = 0
D (2 qu +γ H)− PA
h 2 qu
Mencari besarnya D
∑ MB = 0
1 h h
PA (γ + D) – (2 q u - y H) D 2 D + 4 q u = 0
2 3
𝐶12 𝐷 + C2 D + C3 = 0 ………………………………………………………………………..(2.10)
Dimana :
C1 = (2 q u - γ H)
C2 = - 2 PA
PA (6 qu y
̅+PA )
C3 = - qu + γ H
Dari persamaan (6.9) jika 2 qu = y H, berarti resultan tegangan aktif-pasif dibawah dredge
line selalu sama dengan nol. Akibatnya dinding menjadi tidak stabil. Agar stabil maka harus
diperoleh :
2 qu
≥ γ H …………………………………………………….…………………………….(6.11)
SF
Gambar 6.9 Dindinh turap Kantilever berdasarkan asumsi dari Nippon Steel Corporation
Langkah pertama perencaan dengan cara ini adalah melakukan fictitious sea bed pada
titik tertentu yaitu :
- Untun tanah kepasiran diletakan pada actual sea bed atau actual dredge line.
- Pada tanah yang lain diletakan pada titik dimanan jumlah tekanan tanah aktif
dengan tekanan residual air sama dengan tekanan pasif.
Tekanan pasif yang dimobilisasi Sama dengan free head, hanya saja
dianggap tak terhingga dalamnya pada fixed head terjadi dua patahan
(panjangnya), sehingga yang terjadi karena bagian atas juga dipegang
bukan rotasi tetapi patah tiang
(b)
(a)
Gambar 5.10 Mekanisme keruntuhan pada tiang pancang a. tiang bebas b. tiang jepit
Kalau dilihat sebelumnya factor yang paling dominan pada beban lateral yang bekerja pada
tiang adalah kekakuan dari tiang, meskipun masih ada factor-faktor lainnya seperti :
Mmax = maximum bending moment per unit lebar (tm/m') atau (KNm/m') P total tekanan
yang bekerja (t/m/m) atau (KN/m/m')
H = jarak dari fictition sea bed/dredge line (Dasar laut fiktif) sampai titik dimana
resultante gaya bekerja (m)
Es = modulus elastisitas tanah (t/m2) atau (KPa) atau KN/m2
𝜎𝑎 = tegangan yang diizinkan ( allowable stress ) dari shet pile (kg/cm2). Atau [ KPa ] atau
[ KN/m2]
𝜎𝑦 = tegangan leleh ( yiled stress ) dari sheet pile [ kg/cm2 ] atau [ KPa ] atau [ KN/m2]
Lendutan ( deflection ) dari bagaian atas dinding turap dapat dihitung dengan persamaan,
𝛿 = 𝛿1 + 𝛿2 + 𝛿3 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.14 )
dimana,
𝛿2 = delfeecation diseababkan oleh tekanan aktif dan tekanan akibat beda tinggi muka air di
atas fictitious sea bed.
𝛿3 =( sudut delfection pada fictition sea bed ) x ( tinggi dinding ) sedangkan harga 𝛿1 dan
𝛿2 adalah :
( 1+ ß ℎ )𝑝
𝛿1 = …………………………………………………………………………( 6.15 )
2 𝐸 𝐼 ß³
( 1+ 2 ß ℎ )ℎ
𝛿2 = P………………………………………………………………………..( 6.16 )
2 𝐸 𝐼 ß²
2,5
^ = untuk E I > 1012 kg cm2/m2 ……………………………………………… ( 6.18 )
ß
Cara Nippon Steel Corporation adalah salah satu cara perhitungan perancangan yang
dikeluarkan oleh produsen baja Nippon Stell Corporation. Banyak cara lainnya yang dikeluarkan
oleh produsen baja lainya. Pada prinsip kesemua cara yang dianjurkan dipakai menghasilkan
perancangan baja yang over design ( sangat malam ). Cara-cara yang dikeluarkan oleh produsen
baja biasanya diperbaruhi setiapwaktu tertentu.
Pada dinding berjangkar, dikenal adanya sistem penjangkar yang ikut menahan tekanan-
tekanan yang bekerja pada dinding. Sehingga terdapat dua analisis yaitu analisis dindingnya
sendiri serta analisis penjangkarnya. Tetapi dalam perancangan, analisis secara keseluruhan
harus pula dilakukan.
Untuk analisis dinding turapnya sendiri, dikenal adanya dua metode, yaitu :
Anggap- anggap yang diambil dalam perancangan dinding turap dengan bebas adalah :
1. Dinding turap mempunyai kekuatan yang cukup baik dibandingkan dengan tanah
disekelilingnya.
2. Tekanan tanah yang bekerja pada dinding turap dihitung berdasarkan kondisi Rankine
atau Coulomb.
3. Dinding turap bebas berotasi pada jangkar, tetapi tidak diperkenankan terjadi pegerakan
lateral.
4. Perletakan pada kedalaman D mempunyai momen = 0, hal ini berarti bahwa penetrasi
dari dinding tidak cukup dalam.
Metedo ini dapat digunakan baik untuk tanah berbutir kasar ( ø-soils ) maupun tanah
berbutir halus ( c-soils). Sedangkan hubunganya dengan angka keamnan, dengan berdasarkan
cara konvesional, dapat diambil sebagai berikut :
Dinding turap berjangkar dengan perletakan bebas pada tanah berbutir kasar.
ƩH=0
TA + Pp…………………………………………….………………………… ( 6,19 )
Ʃ MA = 0
PA ȳ𝐴 – Pp ȳp = 0
α1 D3 + α2 D2 + α3 D + α4 = 0……………………………………………. (6,20 )
Diagram tegangan di atas dapat juga dibut diagramnya sebagai berikut : ( Dengan
melakukan super posisi )
Gambar 6.12 Tekanan-tekanan yang bekerja pada dinding turap berjangkar dengan perletakan
bebas pada tanah berbutir kasar.
- Gaya jangkar
ƩH=0
TA = PA – Pp
Persamaan ini akan menghasilkan persamaan pangkat tiga dalam Do, umum persamaan
sebagai berikut :
dimana,
𝛾′ ( 𝐾𝑝−𝐾𝐴 )
C1 = 3
𝛾′ ( 𝐾𝑝−𝐾𝐴 )
C2 = ( h + yo )
2
C3 = -PA ȳ
Misalnya tegangan pasif yang diperhitungkan diwakili dengan setiap segi empat ABFE,
biasanya dalam perhitungan, tidak diperhitungkan kinerja fisik mobilisasi tegangan. Jadi diagram
tegangan tetap segitiga ABG, dengan luas diagram tetap dan tidak tangkap gaya juga kan tetap,
yang berada hanya mobilisasi tekanan dengan besar mobilisasi tergantung angka keamnan SF
yang diambil.
Sehingga gaya pasif beserta dengan titik tangkapnya diketahui. Dengan cara yang sama,
besarnya gaya angket ( TA ) diketahui dari persamaan gaya horizontal ƩH= 0 dan dalamnya
pemancangan (Do) diperoleh dengan mengetahui ƩMA = 0. Harga Do juga didapat dengan coba-
coba dari permasalahan ƩMA = 0 yang merupakan persamaan pangkat tiga dalam Do.
Dinding turap berjangkar dengan perletakan bebas pada tanah berbutir halus.
Gambar 6.14 tekanan-tekanan yang bekerja untuk tanah berbutir halus.
Pada gambar di atas terlihat adanya dua lapis tanah, yaitu lapisan di atas dredge line
adalah tanah berbutir kasar ( ø-soils ) sedangkan di bawah dredge line adalah tanah berbutir
halus ( c-soils ). Untuk kasusu ini, tanah di atas dredge dapat dipandang sebagai beban
q = γ h1 + 𝛾 ′ ℎ3 = γe H …………………………………………………........... ( 6.22 )
Tegangan tanah aktif yang bekerja pada tanah di bawah dredge line adalah :
Pa = q Ka2 – 2 c √𝑘𝑎2
Pa = q – 2 c = q - qu …………………………………………………………. (6,23 )
Tegangan tanah aktif yang bekerja pada tanah di bawah dradge line, Pp = qu
P = 2 qu - q …………………………………………………………………...( 6,24 )
Ʃ MG = 0
𝐷
PA . ȳ - D ( 2 qu - q ) ( h2 + 2 ) = 0
Jika permaslahan ini diselesaikan, akan diperoleh persamaan pangkat dua dalam D,
D2 + C1 D + C2 = 0 …………………………………………………………….( 6,25 )
dimana,
C1 =2 h2
2ȳ𝑃𝐴
C2 = 2𝑞𝑢−𝑞
TA = PA – Pp
Dari persamaan ( 6.13 ) bisa dilihat bahwa turap akan mulai labil bila,
2 qu – q = 0
4c - q = 0
4c–𝛾H=0
4c=γH
c 1
= Nz = stability number = angka stabilitas
γH 4
Jadi stabilitas disini merupakan fungsi dari tinggi turap H dan harga adhesi dari dinding
diperhitungkan ca, maka stability number menjadi,
c ca
Nz = γ √1 + ………………………………………….. ( 6,27 )
H c
ca
Pada keruntuhan pasif, harga √1 + = 1.25
c
Maka Ns menjadi,
c
Ns = γ H 1.25 ………………………………………………………………….. ( 6,28 )
jadi Ns = 0.30 FS
B. Dinding turap berjangkar denagan perletakan bebas serta reduksi momen dari Rowe
Misalnya ,
c 𝑐𝑎
Nz = q
√1 + 𝑐
𝐻4
ρ= E I
4. Cari tinggi relatif dari dinding turap α dan ß.
Dengan hasil di atas, serta kurva hubungan antara ( M/Mo ) dengan log (ρ), akan
diperoleh momen setelah direduksi
Anggapan-anggpan yang diambil dalam metode ini adalah penetrasi dari dinding turap
cukup dalam sehinggap perletakan yag terjadi berfungsi sebagai jepit ( lihat gambar 6.16 )
Gambar 6.16 asumsi- asumsi lendutan dari bidang momen pada dinding turap
Dinding turap melendut sedemikian rupa sehingga mempunyai titik balik ( inflection
point) I, titik dimana Momen lentur = 0. Sedangkan titik b adalah titik dimana dinding turap
terjepit.
Dikenal dua cara perhitungan untuk metode ini :
Dari kedua metode ini, yang sering dipakai dalam perhitungan adalah metedo beam
ekuivalen yang sebenarnya merupakan penyederhanaan dari metode garis elastis.
Teori Bloem memberikan hubungan antara y1 degan sudut geser dalam, seperti di bawah
ini :
40
Ø ( ……. ) 0
20 30
Pada cara ini dianggap bahwa titik dimana gaya lintang nol adalah sama dengan titik
dimana momen dengan nol jadi titik I sama dengan ttik 0
Untuk kedua metode, yaitu metode dari Adreson dan Bloem mempunyai urutan-urutan
pengerjaan yang sma hanya beberapa hal yang berbeda. Urutan-urutan tersebut adalah :
1. Menentukan panjangnya y1, pada cara Bloem sebagai fungsi ø pada daerah di bawah
dradge line.
2. Untuk cara Andreson, ambil y1 = yo
3. Ambil ƩMc = 0, diperoleh harga R1.
4. Mecari gaya jangkar TA dengan mengambil ƩH=0 untuk free body bagian atasnya.
5. Untuk mendaptkan dalamnya perancangan, dilihat free body bawah, kenudian diambil
ƩMB = 0. Akan diperoleh :
- besarnya do pada cara Bloem
- besarnya db pada cara Andreson
1
𝛾 ′ 𝑘 𝑑𝑏 2 = 𝑅1
6
6 𝑅1
𝑑𝑏 = √𝛾 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.29)
ℎ 𝐾
D = 𝑑𝑏 + 𝑦𝑜
Metode ini terutama dilaksanakam apabila konstrukski dinding turap memerlukan lebih
dari satu jangkar (multiple anchorage devices), karan dengan cara-cara elastis akan sangat susah
untuk mendapatkan gaya-gaya pada jangkar, deformasi dan momen lentur dari dinding turap.
Keuntungan, cara ini dapat juga memberikan momen reduksi dari Rowe, sehingga
keluarannya memberikan momen perencanaan, estimasi deformasi lateral, dan juga tekanan laterl
tanah yang diakibatkan oleh tekanan psif di bawah dredge line.
1. Buat diagram tegangan yang bekerja pada dinding turap berjangkar seperti apa adanya
jangan dilakukan seperposisi diagram tegangan. Dengan tanpa seperposisi diagram
tegangan, akan lebih mudah memeriksa luas diagram tegangannya dan juga titik tangkap
gaya sampai suatu referensi tertentu, terutama bila jarak profil tanah terdiri dari tanah
yang berlapis-lapis.
2. Ambil Ʃ MA = 0 akan diperoleh persamaan pangkat tiga dalam D
3. Dengan cara coba-coba didapat nilai D kemudian perpanjag dalam pemancangan
perhitungan D dengan factor pengali 1,2 D x 1,5 haknya menjadi 1,2 Da’ 15D yang
disebut dalam pemancangan pelaksanaan.
4. Ambil Ʃ H = 0 didapat besar gaya juga jangkar YA.
5. Hitung besar angka keamanan SF dengan mengambil titik pemeriksaan di A, B, dan C
dan disembarang titik
6. Dengan menganggap dinding turap sebagai balok yang tertumpu di A dan C cari besar
Mmax
7. Dengan M maks yang ada dan dengan melihat katalog dinding turap dari produsen pabrik
baja tertentu dapat diketahui dimensi dari dinding turap.
Gambar 6.18 Diagram tegangan yang dibiarkan seperti apa adanya, pad acara sendi
menurut Suhardjito Pradono (Free Earth Method).
Biasanya kondisi profil bawah yang sesuai adalah diman lapisan tanah secara
perlahan dedngan kedalaman tanah mempunyai kekuatan geser yang baik (graddully
inecased shearing sheng) sehingga konveksi dinnding turap seolah-olah terjepit sebagian
bawahnya dapat bergerak bebas (perletakan sendi)
1. Buat diagram tegangan yang bekerja pada dinding turap seperti apa adanya, tindakan
pengerjaan ini persis sama dengan tindakan pekerjaan pad acara perletakan sendi (lihat
gambar 6.19)
2. Pada cara perletakan jepit setelah diagram tegangan digambarkan perlu digambarkan juga
lokasi yo yaitu lokasi dimana mobilisasi tegangan aktif = mobilisasi tegangan pasif, dan
gaya pasif Rc ( searah dengan arah pergerakan konstruksi dinding turap) yang diletakan
pada ujung bawah dari konstruksi dinding turap.
3. Mencari jarak yo (lihat free body dan gambar 6.17)
Dengan melihat diagram tegangan yang ada (6.19)
′ ′ℎ1 ′ℎ
𝛾 3 𝑌𝑜 𝐾𝑝3 + 2𝐶3 √𝐾𝑝3 = 𝑞 𝐾𝐴3 − 2𝐶3 √𝐾𝐴3 + (𝛾𝐼 ℎ𝑜 + 𝛾1 + 𝛾2 2 )𝐾𝐴3 + 𝛾3′ 𝑦𝑜 𝐾𝐴3 +
𝛾3′ 𝑦𝑜 𝐾𝐴3 + 𝛾𝑤 ℎ1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (6.30)
4. Masih dilihat free body atas, maka pada titik yo bekerja gaya Ri dengan arah seperti pada
gambar 6.17 mencari besaran R1 dengan mengambil Ʃ Mo= , didapat sebesar Ri.
5. Sekarang dilihat free body bawah untuk mencari db = D𝛾O dengan mengambil ƩMc = 0
didapat persamaan pangkat tiga
6. Dicari dasar dalamnya pemancangan D = db + yo sedangkan dalam pemancangan
pelaksanaan m = 1,2 L 1,5 D
7. Ambil ƩM H = 0 untuk free body aus didapat gaya jangkar TA (digunakan untuk
merancang jangkar)
8. Ambil ƩM𝛾O = 0
9. Dilakukan tindakan seperti nomor 5 seperti pad acara perletakan sendi mengecek hasil
angka keamanan SF untuk panjang pemancangan pelaksanaan.
10. dengan menganggap dinding turap sebagai tolok tolok yang tertumpu di A dan O cari
besar M maks
11. Dengan Mmax yang ada dan dengan melihat katalog dinding turap dari produsen pabrik
baja tertentu dapat diketahui dimensi dari dinding turap.
6.4 Penjangkaran
Macam-macam jangkar, bila dilihat dari bentuk konstruksinya, dibedakan sebagai berikut :
Letak jangkar harus cukup jauh sehingga segitiga longsor pasif yang terbentuk dari
jangkar tidak mengganggu segitiga longsor aktif dari dinding turap.
Terbentuk dari suatu blok beton yang menerus sepanjang dinding turap yang ada letak
jangkar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
𝑑2 1 1
< 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖
𝐻 3 2
Gambar 6.18 blok beton menerus dengan mobilisasi tekanan aktif dan pasif yang bekerja
1
Tekanan aktif, 𝑃𝐴 = 𝛾 𝑑2 𝐾𝐴 𝑑2
2
1
Tekanan aktif, PA = ( 𝛾 𝑑2 𝐾𝐴 − 2 𝑐 √𝐾𝑎) (𝑑2 − 𝑧𝑜)
2
Gaya jangkar,
𝐿
Ap 𝑎11 =( Pp – PA)𝑆𝐹 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.30)
Dalam mencari gaya jangkar yang diijinkan, dibedakan beberapa kasus sebagai berikut :
1
𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝐿 (𝑃𝑝 − 𝑃𝐴 ) + 𝐾𝑜 𝛾 (√𝐾𝑝 + √𝐾𝐴 ) 𝑑23 tan ∅
3
Dimana.
𝑇𝑢𝑙𝑡
𝑇𝑢𝑙𝑡 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒, 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑗𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ ( )
𝑆𝐹
𝑇𝑢𝑙𝑡
𝑇𝑢𝑙𝑡 =
𝑆𝐹
Dimana,
Untuk yang jauh dari permukaan, perhitungan gaya jangkar ultimate dapat dihitungkan sebagai
kapasitas daya dukung pondasi dangkal.
Dipakai kalua ada lapisan tanah yang jelek yang terletak di sekitar dredge line yang tidak bias
diambil.
Besarnya gaya jangkar (𝑇𝑢 = 𝐴𝑃 )diperoleh dari polygon gaya sebagai berikut :
Dimana,
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi dan panjang penjangkaran
adalah :
1. Segitiga gelincir aktif (active sliding wedge) tidak berpotongan dengan helincir pasif.
2. Deadman harus diletakan di dalam bidang kelongsoran maksimum yang mungkin terjadi.
Untuk lokasi tanah yang berlapis, yang paling pokok adalah mencari bidang longsor masing-
masing lapisan. Method ini diusulkan dan dikembangkan oleh Suhardjito Pradono sejak tahun
1975. Dengan cara yang dikembangkan Suhardjito Pradon, maka cara penjangkaran jauh lebih
pendek dibandingkan dengan cara yang dikembangkan pada gambar 6.23
Gambar 6.24 lokasi penjangkaran pada tanah berlapis yang dikembangkan Suhardjito Pradono
Bidang longsor dicari tiap lapis, untuk lapis di bawah dianggap lapis tanah di atasnya
sebagai beban merata, dan seterusnya sehingga akan diperoleh suatu lokasi
penjangkaran seperti pada gambar.
1. Missal suatu dinding turap yang menahan lapisan tanah seperti pada gambar 6.24
2. Mencari bidang longsor lapis terbawah dengan cara grafis culman, missal didapat A (AB)
beban yang bekerja pada lapis ketiga adalah qb = 𝛾1ℎ1 + 𝛾2ℎ2
3. Lapis diatasnya yaitu lapisan kedua dicari juga bidang longsornya. Tanah yang akan
mengalami longsor adalah tanah disebelah kanan (B’c) dengan cara culman didapat
⃑⃑⃑⃑⃑
bidang longsor 𝐵𝐶
4. Ulang tindakan ke 3 untuk tanah lapis 1 seandainya ada beban beban yang lain yang
bekerja, juga harus dimasukan pada waktu mencari berat dari masing-masing segitiga
coba
Dari titik CD sebagai bidang longsor lapis 1
5. Dari titik D Tarik garis ‘A
6. Perpanjang tali jangkar EF sedemikian rupa sehingga titik F terletak disebelah kanan ‘d
7. Tali jangkar EF adalah panjang penjangkaran yang dicari.
∅
𝐾𝑝 = 𝑡𝑔2 (45° + 2)
Cara yang ditempuh ini dalam istilah Suhardjito Pradono disebut cara superposrsi ada
beberapa keuntungan dan kelemahan cara ini yaitu :
Keuntungan :
- Diagram tegangan dari seluruh beban dan komponen tanah yag bekerja dapat
digambarkan dengan cepat
Kerugian :
- Tidak dapat dicheck penggambaran tegangan yang benar dari beban dan komponen tanah
yang bekerja, terutaman tanah yang terdiri dari berlapis-lapis tanah
Tegangan aktif :
𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑡√𝐾𝐴1
𝜎1 = 𝜎1 + 𝛾𝐼 𝐻1 𝐾𝐴1
Gambra 6.25 tegangan lateral tanah pada kondisi tidak ada air
𝜎4 = (𝜎3 + 𝛾2 𝑦) 𝐾𝐴2
= (𝑞1 + 𝛾1 𝐻1 + 𝛾2 𝑦) 𝐾𝐴2 − 2 𝑐2 √𝐾𝐴2
Tehangan pasif :
𝜎5 = 2 𝑐2 √𝐾𝑃2
𝜎6 = 𝛾2 𝑦 𝐾𝑃2 + 2 𝑐2 √𝐾𝑃2
Sedang tegangan tanah dibawah muka air pada tanah isian diperhitungkan sebagai
tegangan efektif tanah dengan menggunakan 𝛾𝑡 ′ = 𝛾𝑠𝑢𝑏 = 𝛾𝑡 − 𝛾𝑤
Tegangan aktif :
𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2𝑙 √𝐾𝐴1
𝜎2 = 𝜎1 + 𝛾1 ℎ1 𝐾𝐴1
= 𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1
𝜎3 = 𝜎2 + 𝛾1 ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1
𝜎5 = 𝛾4 + 𝛾2𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝑎2
Tegangan pasif :
𝜎5 = 2 𝐶2 √𝐾𝑃2
𝜎6 = 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝑃2 + 2 𝐶2 √𝐾𝑃2
Dimana :
− 𝛾1 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾1 − 𝛾𝑤 = 𝛾1 ′
− 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾2 − 𝛾𝑤 = 𝛾2 ′
Gambar 6.27 Tegangan tanah pada kondisi ada air tidak sama tinggi
Teganga aktif :
𝜎1 = 𝑞1 𝐾𝐴1 − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1
𝜎2 = 𝜎1 + 𝛾1 ℎ1 𝐾𝐴1
= (𝑞1 + 𝛾1 ℎ1 ) − 2 𝑐𝑙 √𝐾𝐴1
𝜎3 = 𝜎2 + 𝛾1 ℎ1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1
𝜎4 = 𝜎3 + 𝛾1 ℎ3 𝐾𝐴1
𝜎6 = 𝜎5 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 𝑦 𝐾𝐴2
𝜎7 = 𝛾𝑤 ℎ2
Tegangan pasif
𝜎8 = 2 𝐶2 √𝐾𝑃2
Dimana :
− 𝛾1 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾1 − 𝛾𝑤 = 𝛾1
− 𝛾2 𝑠𝑢𝑏 = 𝛾2 − 𝛾𝑤 = 𝛾2 ′
Tegangan aktif :
∝2 = 𝑎1 + 𝛾1ℎ𝑙 𝐾𝐴1
∝3 = 𝑎2 + 𝛾1𝑠𝑢𝑏 ℎ2 𝐾𝐴1
∝5 = 𝑎4 + 𝛾2𝑠𝑢𝑏 𝐾𝐴2
Teganan hidrostatis
∝6 = (ℎ2 + 𝑦)𝛾𝑤
Tegangan pasif
∝7 = 2𝐶𝑧 √𝐾𝑃𝑧
∝8 = 𝜎𝑎 + 𝛾2 𝑦 𝐾𝑃2
Setelah membaca/mengikuti kuliah bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
mengerti tentang :
1. Mahasiswa dapat menghitungkan tekanan tanah aktif yang bekerja pada konstruksi
perancah
2. Dapat menghitung dimensi dan konstruksi dinding perancah