Anda di halaman 1dari 67

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

BAB I

PENDAHULUAN
Perkerasan jalan raya adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas di atasnya ke tanah dasar secara aman yang
diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu yang mempunyai ketebalan, kekuatan, dan
kekakuan serta kestabilan tertentu.
Lapis perkerasan jalan raya terdiri dari :

Lapis permukaan (surface course)

Lapis pondasi (subbase course dan base course)

Lapis tanah dasar (subgrade)


Pada lapis permukaan dikenal istilah aspal beton yang merupakan lapisan pada
konstruksi jalan raya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi (filler), dan
aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu.
Dalam hal ini akan dibahas lebih lengkap mengenai Lapis Permukaan (Surface
Course) sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan. Lapis permukaan harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Stiff (kaku).

Flexible (lentur).

Durable (awet).

Stable (tahan terhadap tekanan).

Impermeable (kedap air).

Skid Resisten (kekesatan)

Roughness (kekasaran).

Work ability (mudah dikerjakan).


Material yang dipakai dalam pencampuran aspal beton adalah:

Aspal

Agregat Kasar

Agregat Halus

Filler

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Material tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan dan pengujiannya
sesuai dengan prosedur yang benar dan tata cara yang benar, adapun persyaratan dan
macam pengujian bahan campuran aspal beton adalah sebagai berikut :
1. Aspal
Persyaratan

: aspal yang berasal dari minyak bumi, mempunyai sifat sejenis,


dengan kadar paraffin dalam aspal tidak melebihi 2%, tidak
mengandung air, dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu
75C.

Fungsi

: aspal dalam campuran adalah sebagai bahan perekat dan


sekaligus sebagai lapisan kedap air.

Jenis/ tipe

: ada dua jenis aspal yaitu aspal alam dan aspal buatan, aspal
alam diperoleh dari pulau Buton dan biasa disebut Asbuton.
Sedangkan aspal buatan diperoleh dari hasil penyaringan
minyak ( aspal + paraffine ).

Untuk aspal buatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu :


1. Aspal Semen ( AC ), aspal ini biasa digunakan

untuk membuat

campuran aspal.
2. Aspal Cair, aspal ini biasa digunakan untuk take coat ( pelapis ) dan
prime coat ( perekat ).
3. Aspal Emulsi, aspal ini dapat digunakan untuk cold mix dan take coat
( pelapis ).
Untuk Aspal Semen sendiri ada beberapa tipe yaitu :
1. AC 40-50
2. AC 60-70
3. AC 85-100
4. AC 120-150
5. AC 200-300
Angka diatas menunjukkan nilai penetrasi aspal, semakin tinggi nilai
penetrasi maka semakin lembek aspal tersebut. AC dengan penetrasi rendah digunakan di
daerah bercuaca panas atau lalu lintas volume tinggi sedangkan yang berpenetrasi tinggi
digunakan di pada daerah bercuaca dingin atau berlalu lintas rendah
Untuk Aspal Cair juga ada tiga jenis :
2

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


1. Rapid Curing (RC)

AC + Gasoline cepat kering

2. Medium Curing (MC) AC + minyak tanah kering sedang


3. Sort Curing (SC) AC + solar lambat mengering
Untuk Aspal Emulsi ada dua jenis yaitu :
1.Aspal emulsi kationik ( + )
2.Aspal emulsi anionik ( - )
Pengujian

: 1. Uji penetrasi
2. Titik lembek
3. Titik nyala dan titik bakar
4. Daktilitas
5. Kelarutan dalam CCL4
6. Berat jenis aspal.

2. Agregat Kasar ( tertahan #8 )


Persyaratan

: Untuk agregat kasar harus memenuhi syarat sebagai berikut :


abrasi maksimal 40%, kelekatan terhadap aspal minimal 95%,
bagian yang lunak maksimal 5%, berat jenis semu minimal 2,5,
penyerapan air minimal 3%, kadar lempung maksimal 0,25%,
kadar debu maksimal 1%, indeks kepecahan maksimal 25%,
bidang pecah maksimal 50%, dan gradasi lolos saringan
serta tertahan no. 4.

Fungsi

: Memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci


(interlocking) dari masing-masing agregat kasar dan dari
tahanan gesek terhadap suatu aksi perpindahan. Stabilitas
ditentukan oleh bentuk dan tekstur permukaan agregat kasar
(kubus dan kasar).

Karakter

: 1. Mempunyai kekuatan atau kekerasan (Crusshing Strnght)


2. Mempunyai bentuk yang relatif kotak / kubus.
3. Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar

Pengujian

: 1. Analisa saringan
2. Berat jenis dan penyerapan

3. Kelekatan agregat terhadap aspal.


3. Agregat halus ( lolos #8 dan tertahan #200 )
3

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Persyaratan : Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : berat
semu minimal 2,5, peresapan agregat terhadap air minimal 3%,
kadar debu maksimal 8%, agregat lolos saringan no. 4.
Fungsi

: Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat


saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi
rongga udara agregat kasar. Selain itu dengan semakin kasarnya
tekstur permukaan agregat halus maka dapat menambah
kekasaran permukaan. Agregat halus #30 s/d #200 penting untuk
menaikkan kadar aspal sehingga akan lebih awet.

Karakter

: 1. Mempunyai kekuatan atau kekerasan (Crusshing Strnght)


2. Mempunyai bentuk yang relatif kotak / kubus.
3. Mempunyai bidang permukaan yang relatif kasar

Pengujian

: 1. Analisa saringan
2. Berat jenis dan penyerapan
3. Kelekatan agregat terhadap aspal

4. Filler ( lolos #200 )


Filler merupakan salah satu bahan pengisi rongga campuran aspal,
sebagai bahan pengisi rongga udara pada material sehingga dapat memperkaku
lapisan aspal. Adapun karakternya :
1.

Mengisi ruang kosong

2.

Membuat mix stiff / stable

Campuran aspal beton


Persyaratan

: 1. Total kadar aspal optimum 4-7%


2. Kadar rongga udara (Void In Mix / VIM) 3 5%
3. Stabilitas Marshall minimal 750 kg
4. Kelelehan (flow) 2 4 mm
5. Rongga terisi aspal (Voin Filled Bitumen / VIB) 60
80%.

Pengujian

: 1. Prosentase campuran agregat dengan aspal


2. Uji Marshall
3. Kadar aspal dengan cara ekstraksi

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

BAB II

PENGUJIAN BAHAN ASPAL


2.1

PENETRASI BAHAN BAHAN BITUMEN


Standar spesifikasi :

(AASHTO T-49-68)

( ASTM D-5-71)

(SK. SNI M-08-1989-F)

2.1.1

MAKSUD DAN TUJUAN


Pemeriksaan aspal untuk perkerasan jalan disesuaikan dengan
kebutuhan termasuk juga sifat penetrasi dari aspal yang bersangkutan. Tidak
semua aspal dengan penetrasi yang besar akan baik untuk kondisi, situasi
serta penggunaannya.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan bitumen keras
atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum ukuran,
beban, dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.

2.1.2

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan
Aspal keras yang akan digunakan pada pembuatan campuran aspal panas.

Peralatan
a. Alat penetrasi

yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik

turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram masingmasing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100
gram dan 200 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless stell mutu 44o C, atau HRC 54
sampai 60 dengan bentuk dan ukuran menurut gambar no. 2. Ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
5

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

Tabel 2.1 Ukuran Dasar Cawan Logam atau Gelas


Penetrasi
<200
200 300

Diameter
55 mm
70 mm

Dalam
35 mm
45 mm

f. Bak perendam (waterbath)


Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1o C.
Bejana dilengkapi dengan plat dasar berlubang-lubang, terletak
diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah
permukaan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa gerak.
h. Pengukur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch
dengan skala

pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari

kesalahan tertinggi 0,1 dtk/dtk. Untuk pengukuran penetrasi dengan


alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 dtk.
i. Termometer.
2.1.3

PENYIAPAN BENDA UJI


Panaskan contoh perlahan lahan serta aduklah hingga cukup cair
untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk tidak lebih dari 60oC
diatas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit.
Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh. Setelah
contoh cair merata dituangkan kedalam tempat contoh dan biarkan hingga
dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji (duplo). Tutuplah benda
uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5
jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.

2.1.4

PROSES PENGUJIAN
a. Letakkan benda uji dalam tempar air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut kedalam bak peredam yang telah berada pada
6

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


suhu yang telah ditentukan. Diamkanlah dalam bak tersebut selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk
benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan bersihkanlah jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain
kemudian keringkanlah jarum tersebut dengan lap bersih dan
pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 0,1) gram.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
f. Lepaskanlah pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch
selama jangka waktu (5 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan selanjutnya.
i. Lakukan pekerjaan sampai dengan diatas tidak kurang dari 3 kali
untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik
pemeriksaan berjarak satu sama lain dari tepi dinding lebih dari 1
cm.

2.1.5

PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.2 Pemeriksaan Penetrasi (AASHTO T 49 68 )

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Pembukaan contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan suhu oven

Mulai jam : 12.00

Temperatur 110o

Selesai jam : 13.00


Mendinginkan

Didiamkan pada suhu ruang

Contoh

Mulai jam : 13.00 WIB


Selesai jam : 14.30 WIB

Mencapai

suhu Direndam pada suhu 25oC

pemeriksaan

Pembacaan suhu water

Mulai jam : 14.30 WIB

bath

Selesai jam : 15.45 WIB

Temperatur 25o

Penetrasi pada suhu 25oC

Pemeriksaan

Mulai jam : 15.45 WIB

Pembacaan suhu

Selesai jam : 16.20 WIB

Penetrometer
Temperatur 25o

2.1.6

DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.3 Data Hasil Pengujian Penetrasi
Penetrasi pada suhu 25oC

Penetrasi

100 gram 5 dtk


Pengamatan : 1

I
62

II
67

Pengamatan : 2

65

65

Pengamatan : 3

68

69

Pengamatan : 4

61

70

Pengamatan : 5

70

72

65,2

68,6

Rerata
Rata-rata

2.1.7

66,9

ANALISA/PERHITUNGAN
Untuk mencari rata-rata nilai penetrasi dari percobaan diatas adalah
sebagai berikut :

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


PERCOBAAN

Nilai penetrasi rata-rata

65,2 68,6
2

= 66,9 mm
2.1.8

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai penetrasi
aspal sebesar 66,9 mm yang terletak pada range 60-78 mm spesifikasi
penetrasi aspal 60/70. Hal ini berarti aspal tersebut mempunyai angka
penetrasi yang cukup baik dan ideal digunakan sebagai bahan lapisan aspal
beton.
Aspal dengan penetrasi 60/70 digunakan untuk jalan bervolume
tinggi dan daerah panas sehingga didapatkan stabilitas yang tinggi. Untuk
memperoleh angka penetrasi yang tepat, pembacaan stopwatch harus teliti,
jarum juga perlu dijaga kebersihannya, karena apabila jarum kotor atau
aspal masih tersisa pada jarum dari percobaan sebelumnya maka penurunan
jarum tidak maksimal / menghasilkan angka yang tidak sebenarnya.

2.2

TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER


Standar spesifikasi :

(AASHTO T 53 74 )

(ASTM D 36 70)

(SK. SNI M 08 1989 F )

2.2.1

MAKSUD DAN TUJUAN


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal
dan ter yang berkisar antara 30 200oC. Yang dimaksud dengan titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak turun suatu
lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin dalam ukuran tertentu,
sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di
bawah cincin pada tinggi tertentu sebagai akibat pemanasan tertentu.

2.2.2

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan
Aspal Keras (penetrasi 60/70)
9

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Peralatan

a.

Termometer

b. Cincin kuningan, gambar No. 2a


c. Bola baja, diameter 9,53 mm, berat 3,45 3,55 gram.
d. Arah pengarah bola, gambar No. 2c.
e. Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5
cm dengan tinggi sekurang-sekurangnya 12 cm.
f. Dudukan benda uji, gambar No. 2b.
g. Penjepit.
2.2.3

PENYIAPAN BENDA UJI

a. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil terus diaduk terus-menerus


hingga cair merata. Pemanasan

dan pengadukan dilakukan dengan

perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Setelah


cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan
ter tidak lebih dari 56o C diatas titik lembeknya dan untuk aspal tidak
melebihi

111oC diatas titik lembeknya. Waktu untuk pemanasan ter tidak

melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2 jam.


b. Panaskan cincin sampai mencapai suhu tuang contoh dan letakkan
kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
c. Tuangkan contoh kedalam cincin. Diamkan pada suhu sekurangkurangnya 8oC dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
d. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan.
2.2.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas dudukannya dan letakkan
pengarah bola diatasnya. Kemudian masukkan Seluruh peralatan
tersebut kedalam bejana gelas. Isilah bejana dengan air suling baru,
dengan suhu (51)oC sehingga tinggi permukaan air berkisar antara
101,6 108 mm. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini
diantara kedua benda uji (12,7 mm dari cincin). Periksa dan aturlah

10

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm.
b. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5o C diatas dan ditengah
permukaan benda uji yang bersuhu 5o C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
c. Panaskan baja hingga kenaikan suhu 5oC per menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata
dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama
perbedaan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.
2.2.5

PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.4 Pemeriksaan Titik Lembek

Pembukaan contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan suhu oven

Mulai jam : 11.30 WIB

Temperatur 141oC

Selesai jam : 12.10 WIB


Mendinginkan

Didiamkan pada suhu ruang

Contoh

Mulai jam : 12.10 WIB


Selesai jam : 12.20 WIB

Mencapai suhu

Direndam pada suhu 5oC

Pembacaan

Pemeriksaan

Mulai jam : 12.20 WIB

lemari es

Selesai jam : 12.50 WIB

Temperatur 50oC

Pemeriksaan

Titik Lembek
Mulai jam : 12.50 WIB
Selesai jam : 13.30 WIB

2.2.6

DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.4 Data Hasil Pengujian Titik Lembek
11

suhu

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


No

Suhu
yg diambil
C
F

Titik Lembek ( o C )

Waktu (detik)
I

II

II

Rata-rata
O

Celcius

41

10

50

10

10

10

15

59

15

15

15

20

68

20

20

20

25

77

25

25

25

30

86

30

30

30

35

95

35

35

35

40

104

40

40

40

45

113

45

45

45

10

50

122

53

54

53,5

11

55

131

Titik lembek Rata-rata = 53,5 o C


2.2.7

ANALISIS PERHITUNGAN
Pada percobaan ini diperoleh data titik lembek yaitu 53,5 oC

2.2.8

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari hasil pemeriksaan titik lembek aspal diperoleh titik lembek
53,5 oC berarti aspal tersebut terletak pada penetrasi 60/70 dengan titik
lembek antara 48 58oC. Aspal dengan titik lembek 53,5 oC dapat
digunakan acuan atau kontrol terhadap material aspal yang dipakai di
lapangan. Aspal dengan angka penetrasi rendah mempunyai titik lembek
tinggi sehingga mengakibatkan stabilitas aspal menjadi tinggi.
Pada pelaksanaan sebaiknya digunakan aspal dengan titik lembek
yang tinggi karena saat kondisi panas, aspal akan lebih kuat menahan beban
lalu lintas ( tidak terjadi deformasi ).

2.3

PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR


Standar Spesifikasi :
12

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

(AASHTO D 92 52 )

(ASTM D 92 52)

(SK. SNI M - 08 -1989 -F )

2.3.1

MAKSUD DAN TUJUAN


Pemeriksaan ini untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lain yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79 oC. Titik nyala adalah suhu
pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik
pada suatu titik di permukaan aspal.

2.3.2

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan
Aspal Keras

Peralatan
a. Termometer
b. Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan
ukuran seperti pada gambar No. 2.
c. Pelat Pemanas, terdiri dari logam, untuk melekatkan cawan
Cleveland , Gambar No. 3 dan bagian atas dilapisi seluruhnya asbes
setebal 0.6 cm (1/4)
d. Sumber pemanasan, Pembakaran gas atau tungku listrik, atau
pembakaran alkohol yang tidak menimbulkan asap tau nyala
disekitar bagian atau cawan.
e. Penahan angin, Alat yang menahan aangin apabila digunakan nyala
sebagian pemanas.
f. Nyala penguji, Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan
3.2 sampai 4.8 mm dengan panjang tabung 7.5 cm

2.3.3

PENYIAPAN BENDA UJI


13

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


a. Memanaskan contoh aspal antara 148.9o 176oC sampai cukup air.
b. Kemudian cawan Cleveland diisi sampai garis dan menghilangkan
(pecahkan) pelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
2.3.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Meletakkan cawan diatas pelat pemanas dan mengatur sumber
pemanas sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
b. Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7.5 cm dari titik
tengah cawan.
c. Menempatkan termometer tegak lurus didalam benda uji dengan
jarak 6.4 mm diatas dasar cawan dan terletak pada garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
Kemudian mengatur sehingga poros termometer terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
d. Menempatkan penahan angin didepan nyala penguji.
e. Memyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga
kenaikan suhu menjadi (151)oC permenit sampai benda uji
mencapai 56oC dibawah titik nyala perkiraan.
f. Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5o 6o C permenit pada
suhu 56o dan 28oC dibawah titik nyala perkiraan.
g. Menyalakan lilin penguji agar diameter nyala penguji tersebut
menjadi 3.2 sampai 4.8 mm
h. Memutarkan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari
tepi cawan ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Mengulangi
pekerjaam tersebut kenaikan 2oC.
i. Melanjutkan pekerjaan F dan H sampai terlihat nyala singkat pada
suatu titk diatas permukaan benda uji.
j. Melanjutkan pekerjaan I sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Membaca
suhu pada Termometer dan catat.

2.3.5

PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.5 Pemeriksaan Titik Nyala

14

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Pembukaan contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan waktu

titik

suhu

Mulai jam : 10.30

09.00

oven

Selesai jam : 11.30

09.15

Temperatur 110oC

Penuangan contoh
Menentukan

Pembacaan

Pembacaan

suhu

Mulai jam : 11.30

09.15

menuang

nyala / contoh

Selesai jam : 11.35

09.30

Temperatur 110oC

Kenaikan suhu

Sampai 56oC Dibawah

Contoh

Titik nyala

II
15oC/menit

Mulai jam : 11.35

09.30

09.45

Selesai jam : 12.00

09.45

10.00

5oC-6oC/menit

Antara 56oC - 48oC


Mulai jam : 12.00

10.00

Titik nyala 223oC

Selesai jam : 12.35

10.30

Perkiraan 5oC

2.3.6 DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.6 Data Hasil Pengujian Titik Nyala
o

C dibawah titik nyala

Waktu

56

Titik nyala

10.30

185

51

10.38

190

46

10.45

195

41

10.53

200

36

11.02

205

31

11.12

210

26

11.18

215

21

11.26

220

16

11.34

225

11

11.45

230

11.52

235

12.00

239+1

240

Titik Nyala untuk aspal penetrasi 60/70 adalah 240oC dan untuk
Titik Bakar untuk aspal penetrasi 60/70 adalah 240oC setelah Titik Nyala
terjadi
15

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

2.3.7

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari hasil pemeriksaan diperoleh kesimpulan :
a. Titik nyala aspal penetrasi 60/70 adalah 240 0C berarti telah
memenuhi syarat dimana untuk aspal pen 60/70 minimal 200 0C.
b. Titik bakar aspal penetrasi 60/70 adalah 240 0C.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan
temperatur maximum pemanasan aspal sehingga dalam pemanasan
aspal tidak boleh melampui titik nyalanya. Pemanasan yang
melampui titik nyala atau titik bakarnya akan menyebabkan aspal
terbakar yang berakibat aspal akan menjadi keras dan getas dan jika
digunakan dalam campuran perkerasan, perkerasan tersebut akan
bersifat mudah retak, kurang flexible dan mudah pecah.

2.4

PEMERIKSAAN DAKTILITAS
Standar spesifikasi :

(AASHTO T-54-74)

(ASTM D-113-69)

(SK. SNI M 08 1989 F )

2.4.1

MAKSUD DAN TUJUAN PENGUJIAN


Suhu udara, frekuensi lalu lintas dan beratnya kendaraan
mempengaruhi suhu permukaan perkerasan. Untuk dapat mengikuti
perubahan suhu tersebut aspal harus mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengukur jarak yang
terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras
sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai daktilitas
aspal dimana akan berpengaruh dalam pengikatan terhadap agregat pada
campuran aspal panas. Aspal dengan nilai daktilitas yang tinggi akan
mengikat butir-butir agregat lebih baik tapi akan lebih peka terhadap
perubahan cuaca.

2.4.2

BAHAN DAN PERALATAN


Bahan :

Aspal keras
16

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

Glycerin dan dexarin atau glycerin dan kaolin atau amalgam

Metyl alcohol teknik dan sodium klorida teknik


Peralatan :
a. Termometer
b. Catatan daktilitas kuningan Gambar No.2
c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0.1oC dan benda uji dapat direndam
sekurang kurangnya 10 cm dibawah permukaan air. Bak tersebut
dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari
bak dasar perendam untuk meletakkan benda uji.
d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap
2. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan.
e. Metyl alcohol teknik dan sodium klorida teknik.

2.4.3

PENYIAPAN BENDA UJI


a. Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas
pelat dasar dengan campuran gliserin dan dexarin atau glycerin dan
kaolin atau amalgam.
b. Memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan
dapat

dituang.

Untuk

menghindarkan

pemanasan

setempat,

dilakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu


antara 80oC sampai100 0C diatas titik lembek. Kemudian contoh
disaring dengan saringan No.59 dan setelah diaduk dituang dalam
cetakan.
c. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan.
d. Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit
lalu pindahkan seluruhnya kedalam bak perendam yang telah
disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama
30 menit, kemudian ratakan.

17

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


2.4.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Benda uji didiamkan pada suhu 25oC dalam bak perendam selama
85 sampai 95 menit. Kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar
dan sisi-sisi cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada saat mesin uji dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus.
Perbedaan kecepatan 5% masih diijinkan.
c. Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus
terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25+9,5)o C.

2.4.5

PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.7 Pemeriksaan Daktilitas

Pembukaan contoh

Contoh dipanaskan

oven

Selesai jam :

09.15

Temperatur 110oC

contoh

suhu ruang

pemeriksaan

Pemeriksaan

pada

Mulai jam :

09.20

Selesai jam :

10.30

Direndam

pada

suhu 25 C

Pembacaan

Mulai jam :

10.30

Waterbath

Selesai jam :

13.0

Temp : 25oC

Daktilitas pada suhu

Pembacaan

25 C

2.4.6

suhu

09.00

Didinginkan

suhu

Pembacaan

Mulai jam :
Mendinginkan

Mencapai

Pembacaan waktu

suhu

suhu

alat

Mulai jam :

13.15

Selesai jam :

14.00

Temp : 25oC

DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.8 Data Hasil Pengujian Daktilitas
Daktilitas pada suhu 25oC

Pembacaan pengukuran pada alat


18

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


5 cm per menit

2.4.7

Pengamatan I

109,5 cm

Pengamatan II
Hasil

109,5 cm
109,5 cm

ANALISIS PERHITUNGAN
Dari hasil pengujian diperoleh data-data :
Nilai daktilitas = 109,5 cm

2.4.8

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari pemeriksaan daktilitas aspal diatas diperoleh nilai daktilitas
sebesar 109,5 cm. Hal ini berarti bahwa aspal tersebut memenuhi
persyaratan dimana untuk aspal penetrasi 60/70 harus mempunyai nilai
daktilitas > 100 cm.
Karena berat jenis aspal lebih besar daripada berat jenis media
(dalam hal ini air suling) maka saat pengujian dilakukan aspal menjadi
melengkung ke bawah. Sedangkan prosedur yang benar adalah aspal dalam
kondisi datar saat dilakukan pengujian. Untuk mendapatkan kondisi aspal
yang mendatar maka berat jenis media diusahakan setara dengan berat jenis
aspal. Dengan cara memperbesar berat jenis media yaitu dengan
menambahkan gliserin atau air garam. Aspal dengan daktilitas tinggi baik
digunakan di lapangan, karena setelah mengalami deformasi akibat beban,
permukaan aspal akan kembali ke bentuk semula.

2.5

PEMERIKSAAN KELARUTAN ASPAL DENGAN KARBON TETRA


CLORIDA (CCL 4)
Standar spesifikasi :
(AASHTO T-44-70)
( ASTM D-165-42)
2.5.1

MAKSUD DAN TUJUAN PENGUJIAN


Pengujian ini untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam
karbon tetra klorida (CCL4).

2.5.2

BAHAN DAN PERALATAN


Bahan :

Aspal keras

19

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

Karbon tetra klorida p.a/karbon bisulfida (p.a = pro analisa)


Peralatan :
a. Kertas saring adalah cawan porselin berdiameter atas 4.4 cm,
mengecil kebawah dengan diameter dasar sekurang-kurangnya 3.6
cm dengan tinggi bagian dalam 2.5 cm (gambar 2.10).
b. Alas dari asbes dengan panjang serat kira-kira 1 cm yang telah
dicuci dengan asam.
c. Labu Erlenmeyer berkapasitas 125 ml.
d. Labu penyaring.
e. Tabung penyaring.
f. Tabung karet untuk menahan gooch-crucible.
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai 125oC.
h. Neraca analitik dengan kapasitas (200 0.001) gram.
i. Pembakar gas.
j. Pompa hampa udara (vcuum).
k. Desikator.
l. Batang pembersih (polisman).
m. Cawan porselin.

2.5.3

PENYIAPAN BENDA UJI


a. Mengambil contoh bitumen yang telah dikeringkan dibawah suhu
penguapan air sekurang-kurangnya 2 gram.
b. Apabila contoh bitumen tersebut keras ditumbuk sekurangkurangnya 4 gram sampai halus dan diambil 2 gram sebagai benda
uji.
c. Memanaskan aspal keras pada suhu 110 0C sampai menjadi cair.
d. Didiamkan pada suhu ruang 25 0C.

2.5.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Menimbang Labu Erlenmeyer.

20

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


b. Memasukkan benda uji dan dituangkan 300 cm3 karbon tetra klorida
p.a sedikit demi sedikit sambil diaduk sehingga bitumen larut.
c. Mempersiapkan kertas saring Memasukkan tabung penyaring dalam
mulut labu penyaring dan memasukkan kertas saring ke dalam
tabung penyaring kemudian hubungkan labu penyaring dengan
pompa hampa udara.
Mengisi kertas saring dengan suspensi asbes dalam air, mengisap
dengan menggunakan pompa hampa udara hingga terbentuk lapisan
halus asbes pada dasa kertas saring .
Kemudian mengangkut dan membakar kertas saring dengan
menggunakan pembakar gas dan menimbang setelah didinginkan
dalam desikator. Mengulangi beberapa kali pekerjaan ini sampai
mendapatkan asbes kering sebanyak (0.5 0.1) gram. Selanjutnya
memasukkan kertas saring tersebut kedalam tabung penyaring.
d. Kemudian disimpan dalam lemari sekurang-kurangnya 2 jam.
e. Menuangkan larutan (a) ke dalam kertas saring yang telah
dipersiapkan dan mengisap dengan pompa hampa udara.
Mengatur kran pengisapan sehingga asbes dan endapan tidak ikut
terhisap.
f. Membersihkan dinding labu Erlenmeyer dengan batang pembersih
dan karbon tetra klorida sedikit kemudian pindahkan endapan ini
kedalam kertas saring.
g. Mencuci bagian dalam kertas saring dengan karbon tetra klorida
hingga filtrat menjadi jernih kemudian mengisap dengan pompa
udara hingga kering.
h. Mengeringkan kertas saring didalam oven pada suhu 100oC sampai
125oC selama 20 menit.
i. Mendinginkan dalam desikator dan menimbang.
j. Apabila terdapat sisa-sisa endapan pada dinding labu Erlenmeyer,
maka labu dikeringkan dan ditimbang.
k. Menambahkan hasil perbedaan timbangan labu Erlenmeyer tersebut
(j) sebagai zat yang tidak larut dalam CCL4.
Dalam hal terdapat keragu-raguan mengenai terbawanya mineral
dalam filtrat, filtrat tersebut diucapkan dan dibakar sisa-sisa ini dalam
porselin.
21

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Apabila terdapat mineral karbonat, maka pada labu ditambahkan beberapa
tetes larutan (NH4)2CO3 pekat dan dikeringkan pada suhu 100oC, kemudian
dibakar untuk kedua kalinya hingga warnanya menjadi merah tua dan
didinginkan dalam desikator dan menambahkan berat labu ini pada berat
endapan kertas saring.
2.5.5

PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.9 Pemeriksaan Kelarutan dalam CCL4

Pemanasan contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan waktu

Pembacaan
suhu oven

2.

Mulai jam :

13.00

Pemeriksaan

Selesai jam :

13.15

1. -Penimbangan

Mulai jam :

13.30

-Pelarutan

Selesai jam :

14.00

Menyaring

Mulai jam :

14.30

Selesai jam

15.30

Mulai jam :

15.45

Selesai jam :

16.00

3. Pengeringan
Penimbangan

2.5.6 DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.10 Data Hasil Pengujian Kelarutan dalam CCL4

22

110oC

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B

Berat Erlenmeyer + aspal

115,85

gr

Berat Erlenmeyer kosong

113,85

gr

Berat aspal

2,0

gr

Berat kertas saring + endapan

1,46

gr

Berat kertas Saring kosong

1,45

gr

Berat endapan

0,01

gr

Berat endapan

0,01

gr

Atau

0,01

100 %

2,0
Rata rata

Yang larut

0,5 %
( 100 - 0,5 ) % = 99,5 %

2.5.7 ANALISA PERHITUNGAN


Berat aspal

= (berat Erlenmeyer + aspal) (berat Erlenmeyer kosong)


= 115,85 113,85
= 2,0 gram

Berat endapan = (berat kertas saring + endapan) berat kertas saring


kosong)
= 1,46 1,45
= 0,01
0,01
2,0
Prosentase endapan =

x 100%

= 0,5 %
Prosentase aspal yang larut = 100 % - 0,5 % = 99,5 %

2.5.8

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCL4 diperoleh nilai
kelarutan CCL4 = 99,5 Ini berarti aspal tersebut memenuhi syarat dimana
23

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


untuk aspal pen 60/70 mempunyai nilai kelarutan minimal 99 %. Aspal
tersebut tidak diperbolehkan untuk dipakai karena mengandung bahan lain >
1%, yang akan mengganggu ikatan antara aspal dan agregat, serta
menurunkan nilai daktikitas dan plastisitas.
Data pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCL 4 diperoleh nilai 99,5
% , yang berarti memenuhi spesifikasi dengan kelarutan minimal sebesar 99
%.
2.6

PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL KERAS


Standar spesifikasi :

(AASHTO T-228-68 )

( ASTM D-70-72)

2.6.1

MAKSUD DAN TUJUAN PENGUJIAN


Dalam penggunaan aspal sebagai material campuran aspal panas
harus benar-benar diketahui sifatnya, termasuk di antaranya berat jenis.
Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau
ter dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
Pemeriksaan ini dimasudkan untuk menentukan berat jenis aspal
dengan piknometer.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah berat jenis
aspal memenuhi syarat yang ditentukan untuk digunakan dalam analisa
campuran.

2.6.2

BAHAN DAN PERLATAN


Bahan

Aspal keras

Air Suling sebanyak 1000 cm3


Peralatan
a. Termometer, gambar 2.1

b. Bak

peredam

yang

dilengkapi

(2.5 0.1) 0C
c. Piknometer, gambar 2.11
24

pengatur

suhu

dengan

ketelitian

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


d. Bejana gelas
2.6.3

PENYIAPAN BENDA UJI


a. Memanaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 50 gram,
sampai menjadi cair dan mengaduknya untuk mencegah pemanasan
setempat.
b. Menuangkan contoh tersebut kedalam piknometer yang telah
dikeringkan hingga terisi bagian.

2.6.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Mengisi bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm.
Kemudian merendam dan menjepit bejana dalam bak perendam
sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm.
b. Membersihkan, mengeringkan dan menimbang piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A).
c. Mengangkat bejana dari bak perendam dan mengisi piknometer
dengan air suling kemudian menutup piknometer tanpa ditekan.
d. Meletakkan piknometer kedalam bejana dan menekan penutup
sehingga rapat, kembalikan bejana berisi piknometer kedalam bak
perendam.
Bejana tersebut diamkan didalam bak perendam selama sekurangkurangnya 30 menit, kemudian mengangkat piknometer

dan

mengeringkan dengan lap.


Menimbang piknometer dengan ketelitian 1 mg (B).
e. Menuangkan benda uji tersebut kedalam piknometer yang telah
kering hingga terisi 3/4 bagian.
f. Membiarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40
menit dan menimbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg
(C).
g. Mengisi piknometer yang berisi benda uji dengan air dan menutup
tanpa ditekan, mendiamkannya agar gelembung-gelembung udara
keluar.
h. Mengangkat bejana dari bak perendam dan meletakkan piknometer
didalamnya dan kemudian tekanlah penutupnya hingga rapat.
25

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Memasukkan dan mendiamkan bejana kedalam bak perendam
selama sekurang-kurangnya 30 menit.
i. Mengangkat, mengeringkat dan menimbang piknometer (D).
2.6.5 PRESENTASI DATA HASIL PENGUJIAN
Tabel 2.11 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal
Pembukaan contoh

Dipanaskan

Pembacaan suhu oven

Mulai jam : 09.00

Temperatur 100oC

Selesai jam : 09.15


Mendinginkan contoh

Didiamkan
Mulai jam : 09.30
Selesai jam : 10.00

Mencapai suhu

Direndam

Pembacaan suhu waterbath

Pemeriksaan

Mulai jam : 10.15

Temperatur 25oC

Selesai jam : 12.30


Pemeriksaan

Berat jenis
Mulai jam : 13.00
Selesai jam : 13.30

2.6.6 DATA HASIL PENGUJIAN


Tabel 2.12 Data Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal

26

PERKERASAN JALAN KELOMPOK V B


Sampel

II

Berat piknometer + contoh (A)

25,7 gr

24,4 gr

Berat piknometer kosong (B)

16,3 gr

13,95 gr

9,4 gr

10,45 gr

Berat Picnometer + air (C)

41,1 gr

39,4 gr

Berat Picnometer kosong (B)

16,3 gr

13,95 gr

Berat air (2)

24,8 gr

25,45 gr

Berat Piknometer + contoh + air (D)

42,1 gr

42,3 gr

Berat Piknometer + contoh (A)

25,7 gr

28,2 gr

Isi Air (3)

16,4 gr

14,1 gr

8,4 gr

11,35 gr

Berat contoh (1)

Isi Contoh (2-3)


Berat Jenis I = (1)/(2-3)

1,120 gr/cc

Berat Jenis II = (1)/(2-3)

0,921 gr/cc

Rata-Rata

1,021 gr/cc

27

2.6.7

ANALISA PERHITUNGAN
( A-B )

BJ =

( C-B )-( D-A )

A = Berat piknometer berisi aspal

(gram)

B = Berat piknometer (dengan penutup)

(gram)

C = Berat piknometer berisi air

(gram)

D = Berat piknometer berisi aspal dan air

(gram)

Sampel I
Berat contoh (1) = A-B
= 25,7 16,3 = 9,4 gram
Berat air

(2) = C-B
= 41,1 16,3 = 24,8 gram
( D-A )

Isi air

(3) =
=

Bj Air

42,1 25,7
1

= 16,4 cc
Isi contoh

=(23)
= 24,8 16,4
= 8,4 cc

Berat jenis

= berat contoh
Isi contoh
= 9,4
8,4
= 1,12 gram/cc

Sampel II
Berat contoh (1) = A-B
= 24,4 13,95 = 10,45 gram
Berat air

(2) = C-B
= 39,4 13,95 = 25,45 gram
( D-A )

Isi air

(3) =

Bj Air

= 42,3 28,2
1
= 14,1 cc
Isi contoh

=(23)
= 25,45 14,1
= 11,35 cc

Berat jenis

= berat contoh
Isi contoh
= 10,45
11,35
= 0,921 gram/cc

Berat Jenis Rata-Rata = 1,12 +0,921


2
= 1,021 gram/cc

2.6.8

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh berat jenis rata-rata
1,021 gr/cc sehingga disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi syarat
yang ditentukan untuk aspal penetrasi 60/70 yaitu minimal 1gr / cc. Nilai
berat jenis aspal digunakan untuk menentukan berapa jumlah gliserin yang
harus ditambahkan dalam percobaan daktilitas. Nilai berat jenis aspal juga
digunakan untuk mencari kadar aspal awal dalam percobaan Marshall Test
bersama-sama dengan komposisi agregat dan absorpsi agregat terhadap air.
Aspal

penetrasi

60/70

dengan

berat

jenis

1,021

gr/cc

dapat

direkomendasikan untuk bahan pembuatan campuran aspal laston dan


sebagai alat kontrol terhadap material aspal yang dipakai di lapangan.

BAB III
PEMERIKSAAN BAHAN AGREGAT
3.1

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR


3.1.1

PENDAHULUAN
Bahan utama untuk suatu campuran aspal adalah agregat. Agregat
sangat tergantung pada ukuran serta kekerasan butirnya. Untuk mendapatkan
suatu konstruksi yang kuat namun ekonomis diperlukan suatu agregat yang
mempunyai kekerasan butir yang baik, juga ukuran yang beragam (Well
Grades/Gradasi Menerus) sehingga nantinya akan membentuk suatu
campuran agregat yang massif dan benar-benar padat dengan rongga udara
yang sedikit mungkin.
Selain kekasaran butiran, bentuk butiran serta ukuran gradasi,
besarnya absorsi agregat juga menentukan untuk mendapatkan suatu
campuran aspal yang kuat namun ekonomis. Absorbsi/penyerapan agregat

sangat mempengaruhi jumlah/kadar bahan pengikat aspal yang akan


digunakan untuk membuat campuran aspal tersebut.
Oleh karena itu sangatlah perlu jika sebelum membuat suatu
rancangan campuran aspal, dilakukan beberapa pemeriksaan terhadap agregat
yang akan digunakan, diantaranya adalah:
1. Analisa saringan agregat halus dan agregat kasar.
2. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
3. Berat jenis dan penyerapan agregat halus.
4. Kelekatan agregat terhadap aspal.
3.1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan kasar dengan menggunakan saringan atau ayakan.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan komposisi
perbandingan dalam menyusun bahan campuran perkerasan aspal.

3.1.3 BAHAN DAN PERALATAN


a.Agregat halus :

Agregat lolos saringan No. 4

sebesar 500 gram

Abu batu

sebesar 500 gram

b.

Agregat kasar :

Agregat ukuran maksimum

sebesar 5000 gram

Agregat ukuran maksimum 1/2

sebesar 2500 gram

Peralatan :
a.Timbangan dengan ketelitian 0.2% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan tes 25 mm (1.0), 20 mm ( 3/4), 12.5 mm (1/2), 10
mm (3/8), dan saringan no. 4, 8, 16, 30, 50, 100, 200.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk pemanasan sampai
(1105)oC.
d.

Mesin pengguncang saringan.

e.Talam-talam.

f. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya.


3.1.4 PENYIAPAN BENDA UJI
a. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 5)oC, sampai
berat tetap.
b. Menyaring benda uji dengan saringan dan menimbang benda uji yang
lolos minimum 5 kg (agregat kasar).
c. Menyaring benda uji dengan saringan

1/2

dan menimbang benda uji yang

lolos minimum 2,5 kg (agregat kasar).


d. Menyaring benda uji dengan saringan 4dan menimbang benda uji yang
lolos masing- masing minimum 0,5 kg (pasir dan abu batu).
Bila agregat campuran terdiri dari agregat kasar dan agregat halus,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4,
selanjutnya agregat halus dan kasar disiapkan sejumlah yang tercantum diatas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan PB-0208-78, kecuali apabila butiran yang
melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan syarat-syarat
ketelitian tidak menghendaki pencucian.

3.1.5

PROSEDUR PENGUJIAN
a

Menyaring benda uji yang telah disiapkan lewat susunan saringan dengan
ukuran paling besar ditempatkan paling atas.

Benda uji yang yang tertahan masing-masung saringan ditimbang dan


dihitung prosentasinya terhadap berat sample.
Pekerjaan / proyek : Praktikum Perkerasan Jalan
Jenis material

: Batu Pecah yang lolos saringan 3/4

Konstruksi

: AC (Asphalt Concrete)

Tabel 3.1 Analisa Pembagian Butiran (SK.SNI M-08-1989-F)


BP 3/4
saringan

kumulatif
B
e
r
a
t
t
e
rt

tertahan

% tertahan

%lolos

1"
3/4"
1/2"

3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan

BERAT CONTOH

a
h
a
n
m
s
g
2
0
0
3
2
6
3
8
9
0
8
0
0
2
2
6
3
1
6
8

0
0

0
0

100
100

3263

65,26

34,74

4153

83,06

16,94

4953

99,06

0,94

4975
4981
4984
4985
4991
4999

99,5
99,62
99,68
99,7
99.82
99,98

0,49
0,38
0,32
0,3
0,18
0,02

= 5000 GRAM

% Lolos

#200 #100 #50 #30 #16

#8

#4

No. saringan

Gambar 3.1 Grafik Analisa Saringan

3/8

"

3/4

Berdasarkan PBI 1971, maka grafik tersebut terletak pada daerah 5 (daerah
tidak baik). Disarankan tidak digunakan untuk bahan konstruksi karena terlalu
sulit untuk dikerjakan.
Pekerjaan / proyek

: Praktikum Perkerasan Jalan

Jenis material

: Batu Pecah yang lolos saringan 1/2

Konstruksi

: AC (Asphalt Concrete)

Tabel 3.2 Analisa Pembagian Butiran (SK.SNI M-08-1989-F)


BP 1/2"
B
e
r
a
t
t
e
rt
a
h
a
n
m
s
g
2
s
a
ri
n
g
a
n

saringan

1"
3/4"
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan

BERAT CONTOH

0
0
0
1254
117,5
74
19,5
6
2,5
24
0,5

Kumulatif
tertahan

% tertahan

%lolos

0
0
0
1254
2371,5
2445,5
2465
2471
2473,5
2497,5
2498

0
0
0
50,16
94,84
97,82
98,6
98,84
98,94
99,9
99,91

100
100
100
49,84
5,16
2,84
1,4
1,6
1,06
0,1
0,09

= 2500 GRAM

% Lolos

#200 #100 #50 #30 #16

#8

#4

3/8

"

3/4

No. saringan

Gambar 3.2 Grafik Analisa Saringan


Berdasarkan PBI 1971, maka grafik tersebut terletak pada daerah 2 (daerah aik).
Bisa digunakan untuk bahan konstruksi tapi diperlukan lebih banyak semen dan
air.
Pekerjaan / proyek

: Praktikum Perkerasan Jalan

Jenis material

: Abu batu (Fly Ash)

Konstruksi

: AC (Asphalt Concrete)

Tabel 3.3 Analisa Pembagian Butiran (SK.SNI M-08-1989-F)


ABU BATU
B
e
r
a
t
t
e
rt
a
h
a
n
m
s
g
2
s
a
ri
n
g
a
n

saringan

1"
3/4"

0
0

kumulatif
tertahan

% tertahan

%lolos

0
0

0
0

100
100

1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan

BERAT CONTOH

0
0
0
75
98,5
107,5
50,5
94,5
41,5

0
0
0
75
173,5
281
331,5
426
467,5

0
0
0
15
34,7
56,2
66,3
85,2
93,5

100
100
100
85
65,3
43,8
33,7
14,8
6,5

= 500 GRAM

% Lolos

#200 #100 #50 #30 #16

#8

#4

3/8

"

3/4

No. saringan

Gambar 3.3 Grafik Analisa Saringan


Berdasarkan PBI 1971, maka grafik tersebut terletak pada daerah 1 (daerah tidak
baik). Disarankan tidak digunakan untuk bahan konstruksi karena diperlukan terlalu
banyak semen dan air.
Pekerjaan / proyek

: Praktikum Perkerasan Jalan

Jenis material

: Pasir (Sand)

Konstruksi

: AC (Asphalt Concrete)

Tabel 3.4 Analisa Pembagian Butiran (SK.SNI M-08-1989)

PASIR
B
e
r
a
t
t
e
rt
a
h
a
n
m
s
g
2
s
a
ri
n
g
a
n

saringan

1"
3/4"
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan

BERAT CONTOH

kumulatif
tertahan

% tertahan

%lolos

0
0
0
0
0
79
197,5
297
335
425
464,5

0
0
0
0
0
15,8
39,5
59,4
67
85
92,9

100
100
100
100
100
84,2
60,5
40,6
33
15
7,1

0
0
0
0
0
79
118,5
99,5
38
90
39,5

= 500 GRAM

% Lolos

#200 #100 #50 #30 #16

#8

#4

3/8

"

No. saringan

Gambar 3.4 Grafik Analisa Saringan


Berdasarkan PBI 1971, maka grafik tersebut terletak pada daerah 1
(daerah tidak baik). Disarankan tidak digunakan untuk bahan konstruksi
karena diperlukan terlalu banyak semen dan air.

3.1.6 ANALISA DATA


a

Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan masingmasing terhadap total benda uji.

Hitung kumulatif benda tertahan.

Hitung persen agregat tertahan masing-masing saringan.

Hitung persen lolos dengan rumus =(100%-persen tertahan).

Dari hasil perhitungan diatas didapat bahwa persen lolos dari masingmasing agregat tidak memenuhi yang diharapkan, sehingga agregat
tersebut digabung dulu sebelum digunakan.

Penggabungan diawali dengan mencampuri agregat halus terlebih dahulu


dengan perbandingan 50/50, dari hasil penggabungan tersebut baru

3/4

digabung dengan agregat kasar. Dari penggabungan tersebut dicari


perbandingan antara agregat kasar dan halus.
g

Didapat dari hasil penggabungan antara agregat kasar dan halus dengan
perbandingan 50% : 50% sehingga komposisi campuran agregat adalah :
Agregat kasar

- batu pecah

= 30 %

- batu pecah 1/2 = 30%


Agregat halus

- pasir

= 20 %

- abu batu
h

= 20 %

Dari komposisi campuran tersebut diatas kemudian dicari persen lolos


dari masing-masing agregat dari tiap saringan, kemudian digambar dalam
grafik sehingga tampak bahwa hasil penggabungan kita masuk dalam
spesifikasi atau tidak.

3.1.7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dalam pembuatan Asphalt Concrete (AC) diperlukan aspal dan agregat.
Agregat kasar yang digunakan batu pecah dan 1/2 untuk agregat halus
adalah pasir dan abu batu. Untuk memperoleh AC yang baik maka gradasi
dari agregat harus masuk dalam spesifikasi yang telah ditetapkan.
Dari percobaan ini telah diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan
antara agregat kasar dan agregat halus adalah 50% : 50% dengan perincian :
Agregat kasar

- batu pecah

= 30 %

- batu pecah 1/2 = 30 %


Agregat halus

- pasir

= 20 %

- abu batu

= 20 %

Gradasi tersebut masuk dalam spesifikasi sehingga dapat direkomendasikan


untuk bahan pembuatan Asphalt Concrete.
3.2

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

( AASHTO-T-85-74), (ASTM G-127-68)


3.2.1

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan berat jenis


(Bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
(Apparent) dari agregat kasar.
Sedangkan pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar
penyerapan agregat terhadap aspal dalam campuran, sehingga dapat
digunakan volume aspal yang efisien.

3.2.2

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan :
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan dan 3/8 diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira-kira 5 kg.

Peralatan :
a. Keranjang kawat ukuran 3.55 mm atau 2.36 (no. 6 atau no. 8) dengan
kapasitas 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan.
Tempat air ini harus dilengkapi pipa sehingga permukaan air selalu
tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.1% dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang.
d. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas sampai (1105)oC.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan dan 3/8.

3.2.3

PENYIAPAN BENDA UJI

Ambil benda uji yang tertahan saringan dan 3/8 sebanyak 5 kg.
3.2.4

PROSEDUR PENGUJIAN

a. Benda uji dicuci permukaan bersih


b. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 110oC sampai berat tetap.
c. Benda uji didinginkan dalam suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
ditimbang dengan ketelitian 0.3 gram (BK).
d. Meredam benda uji dalam air dengan suhu kamar selama 24 jam.
e. Benda uji dikeluarkan dari air, pengeringan dilakukan dengan kain
penyerap sampai selaput air pada permukaan air hilang (SSD), untuk
butiran yang kasar dikeringkan satu persatu.
f. Menimbang benda uji kering permukaan jenuh (BJ).
g. Menempatkan benda uji dalam keranjang, kemudian diguncang untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dalam benda uji, lalu ditimbang berat
dalam air (BA). Ukur suhu air untuk menyesuaikan perhitungan terhadap
suhu standar 25oC.

3.2.5

PRESENTASI DATA PENGUJIAN

Tabel 3.5 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar (PB-0202-76)


Jenis material

: Batu Pecah 3/4"

Berat benda uji kering oven


(BK)
Berat benda uji kering permukaan (BJ)
Berat benda uji dalam air
(BA)
Jenis material

: Batu Pecah 1/2

Berat benda uji kering oven


Berat benda uji kering permukaan
Berat benda uji dalam air

3.2.6

ANALISA

Berat

Hasil Percobaan
1663,2 gr
1683 gr
1070 gr

jenis

BK
BJ - BA

(BK)
(BJ)
(BA)

Hasil Percobaan
1428 gr
1447 gr
912 gr

DATA
(Bulk Specific Gravity)

Berat

jenis

Berat

jenis

BJ
BJ - BA

BK
BK - BA

kering permukaan jenuh (SSD)

semu (Apparent Specific Gravity) =

Penyerapan (Absorption)

( Bj Bk )
x100%
Bk

Dimana :
BK = berat benda uji kering oven

(gram)

BJ = berat benda uji kering permukaan jenuh

(gram)

BA = berat benda uji kering permukaan jenuh didalam air (gram)


a.

Batu Pecah 3/4"

Berat Jenis

Bj SSD

1663,2
1683 1070
1683
1683 1070

= 2,713 gr/cm3

= 2,746 gr/cm3

1663,2
1663,2 1070

Bj semu

= 2,804 gr/cm3

=
1683 1663,2
X 100%
1663,2

b.

Penyerapan =

= 1,190 %

Batu Pecah 1/2

Berat Jenis

Bj SSD

Bj semu

1428
1447 912
1447
1447 912

1428
1428 912

= 2,669 gr/cm3

= 2,705 gr/cm3

= 2,767 gr/cm3

Penyerapan =

3.2.7

1447 1428
X 100%
1428

= 1,331 %

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada pemeriksaan berat jenis agregat kasar didapatkan kesimpulan sebagai


berikut :
Tabel 3.6 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat kasar
Keterangan

Batu Pecah

Batu Pecah 1/2

Berat Jenis (Bulk)

2,713 gr/cm

2,669 gr/cm

Berat Jenis SSD

2,746 gr/cm

2,705 gr/cm

Berat Jenis semu

2,804 gr/cm

2,767 gr/cm

Penyerapan

1,190 %

1,331 %

Berdasarkan spesifikasi AASHTO yang mensyaratkan berat jenis semu


minimum adalah 2.50 dan penyerapan maksimum adalah 3%, maka agregat
tersebut memenuhi syarat material campuran aspal.

3.3

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS


3.3.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pemeriksaan ini adalah menentukan berat jenis (Bulk),
berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (Apparent) dari
agregat halus.
Sedangkan pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar
penyerapan agregat terhadap aspal dalam campuran, sehingga dapat
digunakan volume aspal yang efisien.
3.3.2 BAHAN DAN PERALATAN

Bahan :

Abu batu (agregat lolos saringan no. 4) lebih dari 500 gram
Pasir lebih dari 500 gram

Peralatan :

a. Timbangan dengan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0.1 gram.


b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung (cone) diameter atas (403) mm bawah (903)
mm dan tinggi (753) mm.
d. Batang penumbuk dengan mempunyai bidang penumbuk rata diameter
permukaan (255) mm dan berat (34015) mm.
e. Saringan no. 4
f. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas sampai (1105)oC.
g.

Pengatur suhu ketelitian 1oC.

h.

Talam.

i. Bejana tempat air.


j. Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku.
k.

Air suling, desikator.

3.3.3 PENYIAPAN BENDA UJI


Ambil benda uji sesuai dengan bahan yang dibutuhkan.
3.3.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (1105)oC, sampai berat
tetap. Berat tetap adalah berat benda uji selama 3 kali proses
penambangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak mengalami perubahan kadar air lebih besar dari 0.1%.
Mendinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama
(244) jam.
b. Membuang air perendam dengan hati-hati, jangan sampai ada butiran
yang hilang, letakkan agregat diatas talam, mengeringkan diudara panas
dengan cara membalik-balikkan benda uji. Lakukan sampai terjadi kering
permukaan jenuh. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan
mengisikan benda uji kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan

batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan


kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak.
c. Memasukkan segera 500 gram benda uji ke dalam piknometer. Masukkan
air suling sampai tidak mencapai 90% isi piknometer, putar sambil
diguncang sampai tak terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk
mempercepat proses ini dapat digunakan pompa hampa udara, tetapi harus
diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat pula dengan
cara merebus piknometer.
d. Merendam di dalam air dan ukur suhu air penyesuaian perhitungan pada
suhu standart 25oC.
e. Menambahkan air sampai mencapai tanda batas.
f. Menimbang piknometer berisis air dan benda uji sampai ketelitian 0.1
gram (Bt).
g. Mengeluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105)oC
sampai berat tetap, kemudian diinginkan benda uji dalam desikator.
h. Sesudah benda uji dingin kemudian ditimbang (Bk). Timbang pula
piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan
suhu standart 25oC (B).
3.3.5 PRESENTASI DATA PENGUJIAN
Tabel 3.7 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus (PB-0202-76)
Jenis material

: Abu batu (Fly Ash)


A (gram)

Berat benda uji kering permukaan jenuh

(SSD)
500

Berat benda uji kering oven

(Bk)
488
o

Berat piknometer diisi air 25 C

(B)
675
o

Berat Picnometer +benda uji SSD+air 25 C (Bt)


1000
Jenis material

: Pasir (Sand)
A (gram)

Berat benda uji kering permukaan jenuh

(SSD)
500

Berat benda uji kering oven

(Bk)
487
678
1002

Berat piknometer diisi air 25oC


(B)
o
Berat Picnometer +benda uji SSD+air 25 C (Bt)
3.3.6 ANALISA DATA

Berat jenis (Bulk Specific Gravity)

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)

Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity)

Penyerap (Absorbtion)

Bk
B 500 Bt

500
B 500 Bt
Bk
B Bk Bt

(500 Bk )
x100%
Bk

Di mana :
Bk

= berat benda uji kering oven

(gram)

= berat piknometer berisi air

(gram)

Bt

= berat piknometer berisi air dan benda uji

(gram)

500

= berat benda uji SSD

(gram)

a.

Abu batu (Fly ash)

Berat Jenis

Bj SSD

Bj Semu

Penyerapan
b.

488
675 500 1000
500
675 500 1000
488
675 488 1000
500 488
x100%
488

= 2,789 gr/cm

= 2,857 gr/cm

= 2,994 gr/cm

= 2,459 %

Pasir (Sand)

Berat Jenis

487
678 500 1002

= 2,767 gr/cm

Bj SSD

Bj Semu

Penyerapan

500
678 500 1002
487
678 487 1002
500 487
x100%
487

= 2,841 gr/cm

= 2,988 gr/cm

= 2,669 %

3.3.7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Pada pemeriksaan berat jenis agregat halus didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
Tabel 3.8 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus
Keterangan
Berat Jenis (Bulk)

Abu batu
2,789 gr/cm

Pasir
2,767 gr/cm

Berat Jenis SSD

2,857 gr/cm

2,841 gr/cm

Berat Jenis Semu

2,994 gr/cm

2,988 gr/cm

2,459 %

2,669 %

Penyerapan

Berdasarkan spesifikasi AASHTO yang mensyaratkan berat jenis semu


minimum adalah 2,50 gr/cm dan penyerapan maksimum 3%, maka agregat
tersebut diatas memenuhi syarat material campuran aspal.

3.4 KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL


3.4.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kelekatan
agregat terhadap aspal.
3.4.2 BAHAN DAN PERALATAN

Bahan :
Agregat yang lolos saringan 9.5 mm ( 3/8) dan tertahan saringan 6.3 mm
(1/4) sebanyak kira-kira 100 gram.

Peralatan :

a. Wadah untuk mengaduk/memanaskan minimal kapasitas 500 ml.


b. Timbangan dengan kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0.1 gram.
c. Pisau pengaduk baja (spatula) lebar 1 dan panjang 4
d. Tabung gelas kimia (beker) berkapasitas 600 ml.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(1501)oC.
f. Saringan 6.3 mm (1/4) dan 9.5 mm (3/8)
g. Termometer logam 200oC dan 100oC
h. Air suling dengan pH 6.0 sampai 7.0
3.4.3 PENYIAPAN BENDA UJI
Cuci benda uji dengan air suling, keringkan pada suhu 135oC sampai
149oC hingga berat tetap. Simpan di tempat tertutup rapat dan siap untuk
diperiksa.
3.4.4 PROSEDUR PENGUJIAN
a.

Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal dingin (cut-back) dan

ter
1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan ke dalam wadah, isilah aspal
sebanyak 5.50.2 gram yang telah dipanaskan sampai pada suhu yang
diperlukan (tabl 3.4.a). Aduklah aspal dan ter sampai merata dengan
spatula selama 2 menit.
2. Masukkan adukan beserta wadahnya dalam oven pada suhu 6oC
selama 2 jam, selama proses ini lubang angin pada oven harus dibuka.
Setelah 2 jam keluarkan adukkan beserta wadahnya dari oven dan
diaduk lagi sampai dingin (suhu ruang).
3. Pindahkan adukan tersebut ke dalam tabung gelas kimia, isilah air
suling sebanyak 400 ml dan diamakan tabung berisi adukan pada suhu
ruang selama 16 sampai 18 jam.
4. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak
mengganggu agregat didalam tabung. Terangi benda uji dengan lampu
(75 watt) yang dilengkapi kap, dan aturlah tempat lampu sehingga
tidak menyilaukan akibat pantulan cahaya dari permukaan air. Dengan

melihat dari atas menembus air, perkiraan persentase luas permukaan


yang masih terselaput aspal, lebih dari 95% atau kurang permukaan
yang kecoklatan atau buram terselaputi penuh.
b.

Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal emulsi (RS, MS, SS)

1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan kedalam wadah dan isikan
800.2 gram aspal emulsi pada suhu ruang tanpa diaduk. Kemudian
masukkan kedalam oven pada suhu 135oC selama 5 menit.
Keluarkan dari oven, aduk sampai merata sehingga benda uji terlapis
aspal.
2. Kemudian lakukan seperti a.4
c.

Untuk pelapisan agregat basah dengan aspal dingin dan ter

1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan kedalam wadah dan isilah 2 ml
air suling. Aduk pada suhu ruang sampai benda uji menjadi basah
secara merata. Tambahkan 5.50.2 gram aspal yang telah dipanaskan
sampai suhu yang diperlukan (Tabel 3.4.a). Aduk sampai merata
sehingga benda uji terlapiskan aspal. Pengadukan tidak boleh lebih
dari 5 menit.
2. Kemudian lakukan seperti pada a.3 dan a.4
d.

Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal panas dan ter

(RT-10, RT-11, dan RT-12)


1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan kedalam wadah, jika digunakan
aspal panas, panaskan wadah benda uji selama 1 jam dalam oven pada
suhu tetap antara 135o-149oC, sementara itu Panaskan aspal secara
terpisah pada suhu 135o-149oC.
Jika digunakan ter, Panaskan wadah benda uji selama 1 jam dalam
oven pada suhu tetap antara 79oC sampai 107oC dan ter pada suhu
93o-121oC secara terpisah.
2. Masukkan aspal yang sudah dipanaskan

5.50.2 gram ke dalam

benda uji yang telah dipanaskan pula. Aduklah sampai merata dengan
menggunakan spatula yang sudah dipanasi selama 2-3 menit sampai
benda uji terselaput aspal.
Adukkan didiamkan sampai mencapai suhu ruang.

3. Pindahkan benda uji yang terselaput aspal kedalam tabung gelas kimia
600 ml. Segera tambahkan air suling sebanyak 400 ml dan biarkan
pada suhu ruang 16-18 jam.
4. Periksa luas permukaan benda uji yang masih terselaput aspal seperti
pada a.4
3.4.5 DATA HASIL PENGUJIAN
Prosentase benda uji yang masih terselimuti aspal adalah 97%
3.4.6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan luas permukaan agregat yang diselimuti
aspal adalah 97% (menurut spesifikasi bina marga, aspal pen 60-70 minimum
95%) sehingga memenuhi standard / syarat spesifikasi bina marga. Maka
aspal pen 60-70 tersebut dapat direkomendasikan sebagai bahan untuk
pembuatan aspal AC.

BAB IV

PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN


4.1

PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL


4.1.1

MAKSUD DAN TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan


(stabilitas) terhadap kelelahan plastis (flow) dari campuran aspal. Ketahanan
(stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban
sampai terjadi kelelahan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau
puond. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm atau 0.01.
4.1.2

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan :

Batu pecah

Abu batu

Pasir

Aspal

Peralatan :
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan tinggi
7.5 cm (3) lengkap dengan pelat alas dan leher tabung.
b. Alat pengeluaran benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah ejector.
c. Penumbukan yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk
silinder dengan berat 4.536 kg (10 pound) dan tinggi bebas 45.7 cm
(18).
d. Landasan pemadat yang terdiri dari sebuah balok kayu (jati atau
sejenisnya) berukuran kira-kira 20x20x45 cm (8x8x18).
e. Silinder cetakan benda uji.
f. Mesin tekan lengkap.

1. Kepala penekan berbentuk lengkung (Breaking Head).


2. Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound) dengan
ketelitian 12.5 kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan
ketelitian 0.0025 mm (0.0001).
3. Arloji kelelahan dengan ketelitian 0.25 mm (0.01) dengan
kelengkapannya.

g. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai


(2003)oC.
h. Bak perendam (water bath) yang dilengkapi dengan pengatur suhu
20C.
i. Perlengkapan lain :
1. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
aspal.
2. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas
250C dengan ketelitian 0.5 atau 1% dari kapasitas.
3. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas
2 kg dengan ketelitian 0.4 gr dan timbangan berkapasitas 5 kg
dengan ketelitian1 gr.
4. Kompor.
5. Dongkrak hidrolik, untuk mengeluarkan agregat dari cetakan.
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
4.1.3

PENYIAPAN BENDA UJI

a. Persiapan benda uji.


Mengeringkan agregat, sampai beratnya tetap pada suhu (1055)oC.
Memisah-misahkan agregat dengan cara penyaringan kering kedalam fraksifraksi yang dikehendaki atau seperti ini :

1 sampai , sampai 3/8.

sampai no. 4 (5.00mm)

Lewat no. 6 (3.35mm)


b. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan.
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga bahan
pengikat yang dipakai menghasilkan viscositas seperti Daftar no. 1.
Tabel 4.1 Viscositas Penentu Suhu
Bahan

Campura

Pengikat

Kinematik

n
Saybolt

Aspal panas

C.St
17020

Furol
Det.S.F
8510

Pemadatan
Engler

Kinematik

Saybolt

Engler

C.St
28030

Furol
Det.S.F
14015

Aspal dingin T
Ter

17020
-

8510
-

253

28030
-

14015
-

405

c. Persiapan campuran.
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram,
sehingga akan menghasilkan benda uji kira-kira 6.25 cm 0.125 cm
(2.5 0.5). Memanaskan panci pencampur beserta agregat kirakira 28C diatas suhu pencampur untuk aspal panas dan ter dan aduk
sampai rata, untuk aspal dingin pemanasan sampai 14C diatas suhu
pencampuran. Sementara itu aspal dipanaskan sampai suhu
pencampuran. Menuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke
dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian mengaduk
dengan cepat pada suhu sesuai 3.b sampai agregat terlapis merata.
d. Pemadatan benda uji.
Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan saksama dan memanaskan sampai suhu antara
93.3 dan 148.9oC. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas
hisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan kedalam
cetakan dan menusuk-nusuk campuran keras-keras dengan spatula
yang dipanaskan atau mengaduk dengan sendok semen 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali dalamnya. Melepaskan lehernya
dan meratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok
semen menjadi bentuk sedikit cembung.
Waktu akan dipadatkan suhu campuran dalam batas-batas suhu
pemadatan seperti yang disebutkan pada 4.1.3 b.
Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, dalam memegang
cetakan, Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75,
50 dan 35 sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm (18) selama
pemadatan menahan agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus
pada alas cetakan.
Melepaskan keping alas dari lehernya balikkan alat cetak berisi
benda uji dan memasang kembali perlenkapannya.
Terhadap permukaan benda uji yang mudah dibalik ini ditumbuk
dengan jumlah pengeluar benda benda uji pada permukaan ujung ini.

Dengan hati-hati mengeluarkan dan meletakkan benda uji yang


masih dalam cetakan keatas kain yang telah diberi bongkahan es
batu, sehingga proses pendinginan benda uji tersebut dapat
berlangsung dengan cepat.
e. Mengeluarkan benda uji tersebut dari cetakannya dengan hati-hati
menggunakan alat penahan ctakan dan dongkrak hidrolis.
4.1.4

PROSEDUR PENGUJIAN
a. Membersihakan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Mengukur tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
c. Mengukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0.1 mm.
d. Menimbang benda uji.
e. Merendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
f. Menimbang dalam air untuk mendapatkan isi.
g. Menimbanglah benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
h. Meredam benda uji aspal panas atau benda uji ter dalam bak
perendam selama 30 menit sampai 40 menit atau memanaskan dalam
oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap (251)oC.
Sebelum mengadakan pengujian membersihkan batang penuntun
(guide rod) dan permukaan dari kepala penekan (test head).
Melumasi batang penuntun sehingga batang penekan yang atas dapat
meluncur bebas, bila dikehendaki kepala penekan direndam
bersama-sama benda uji pada suhu 21oC sampai 38oC.
Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau oven atau dari
pemanas udara danmeletakkan kedalam segmen bawah kepala
penekan. Memasang arloji kelelahan (flow meter) pada kedudukan
diatas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum
penunjuk-angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleever)
dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking
head). Menekan selubung tangkai arloji kelelahan tersebut pada
segmen atas dari kepala penekan selama pembebanan berlangsung.
i. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda
ujinya dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji. Mengatur
kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Memberikan
pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50

mm/menit

sampai

pembebanan

maksimum

tercapai,

atau

pembebanan menurun seperti yang dicapai. Melepas selubung


tangkai arloji kelelahan (sleeve) pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum
arloji kelelehan. Waktu yang diperlukan dan saat diangkat benda uji
dari rendaman air sampai tercapai beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
4.1.5 ANALISA DATA
Analisis Perhitungan Marshall
Gsb =

100
% BP /4" + % BP /2" + % Pasir + % Abu batu
BJ Bulk
BJ Bulk
BJ Bulk
BJ Bulk
3

100
30 % + 30 % + 20 % + 20 %
2,710 2,670 2,767
2,789

= 2,724
Gsa =

100
% BP 3/4" + % BP 1/2" + % Pasir + % Abu batu
BJ APP
BJ APP
BJ APP
BJ APP
100
30 % + 30 % + 20 % + 20 %
2,80
2,77
2,988 2,994

= 2,864
Gse = Gsb + Gsa = 2,724 + 2,864
2
2

= 2,794

Percobaan I (kadar aspal = 4,5 %


Prosentase Aspal (A)

= 4,5 %

Berat jenis Aspal (T)

= 1,021 gr/cc

Berat di udara

(D)

= 1093 gram

Berat dalam air

(E)

Berat SSD

(F)

= 1135,2 gram

649 gram

*Keterangan : B = BJ Maks Campuran

H = Rongga Udara

C = Isi Benda Uji

I = Rongga Dalam Mineral

D = Berat di Udara

J = Rongga Terisi Aspal

E = Berat Dalam Air

M = Kelelehan Plastis

F = Berat SSD

N = Hasil Bagi Marshall

G = BJ Bulk Campuran
B

100
100 A + A

Gse
=

100

100 4,5 +
2,794

4,5
1,021

= 2,591
C

= volume benda uji


= berat SSD berat di dalam air
= FE
= 1135,2 - 649
= 486,2 gram

= berat di udara

= 1093 gram
E

= berat di dalam air = 649 gram

= berat SSD
= 1135,2 gram

= unit atau kepadatan (density)


=

D
FE

1093
1135,2 - 649

= 2,248
H

= porsentase rongga udara mineral agregat

.
.

= B G 100 %
B
= 2,591 2,248 100 %
2,591
= 13,253 %
I

= prosentase rongga dalam mineral agregat


= 100 G (100 A)
Gsb
= 100 2,248 (100 4,5)
2,724
= 21,186 %

= prosentase rongga terisi aspal


A G
T
=
A G + H
T

100%

4,5 x 2,248
1,021
x 100 %
4,5 x 2,248
13,253
1,021
=
= 42,780 %
Sesuai hasil tabel kalibrasi Proviring Marshall
M

= kelelehan plastis
= flow strip 0.01 mm
= 152 0.01
= 1,52 mm

= Hasil bagi Marshall


=

L
102 x M

662,984
102 1,52

= 3,137 KN/mm

Untuk percobaan 2 sampai dengan 5, cara perhitungannya sama dengan


langkah di atas. Dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel data. Dari
perhitungan tersebut maka didapat hasil percobaan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Percobaan
URAI

SP

MEME

MEME

AN

ESI

NUHI/

NUHI

FI

TDK

PD KDR

KA

MEME

ASPAL

Kadar

SI
3

NUHI
Memenu

6,5 %

rongga

5%

hi

udara
Stabilit

>

Memenu

4,5 % -

as

600

hi

6,5 %

Marsha

kg

ll
Kelele

Memenu

6,0 % -

hi

6,5 %

mm
Ma

Memenu

4,5 % -

isi (Bj

x.

hi

6,5 %

Bulk)

2,5

75

Memenu

6,5 %

terisi

82

hi

aspal
Rongg

%
>15

Memenu

4,5 % -

hi

6,5 %

han
Berat

T/m
3

Ruang

dlm

min
Hasil

200

Memenu

6,0 % -

Bagi

hi

6,5 %

Marsha

350

kg/
mm

Dari tabel di atas diperoleh kadar aspal optimum 6,45 % di mana dengan kadar
aspal tersebut akan diperoleh parameter Marshall sebagai berikut :
Tabel 4.3 Parameter Marshall
URAIAN

HAS

SPESI

PEMERIKSAA

IL

FIKA

SI

U
A
Kadar

6,45

47

N
%

Rongga

4,80

35

820

> 600

24

g
m

Total
Aspal
Kadar
Udara
Stabilitas
Kelelehan
Rongga
Aspal
Berat

Isi

2,10
Terisi

76,0

75

m
%

(BJ

0
2,40

82
Max.

2,5

Bulk)

m
3

4.1.6 KESIMPULAN DAN SARAN


4.1.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan di atas di dapat kadar aspal awal dengan parameter
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Kadar Aspal
URAIAN

HAS

SPESI

PEMERIKSAA

IL

FIKA

SI

U
A

N
Total

Kadar

6,45

47

Rongga

4,80

35

Udara
Stabilitas

820

> 600

Kelelehan

2,10

24

g
m

Terisi

76,0

75

m
%

(BJ

0
2,40

82
Max.

2,5

Aspal
Kadar

Rongga
Aspal
Berat

Isi

Bulk)

m
3

Apabila kadar aspal awal (4,5 %) dibandingkan dengan kadar aspal


optimum ( 6,45 %) maka semua parameter spesifikasi terpenuhi.
4.1.6.2 Saran

Benda uji yang dipersiapkan harus bersih dari kotoran sehingga tidak
mempengaruhi berat penimbangan.

4.2

Penimbangan dan pengukuran benda uji harus dilakukan dengan baik dan
teliti.

KADAR BITUMEN DENGAN CARA EKSTRASI


(AASHTO T-164-74)
4.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pemeriksaan ini untuk menentukan kadar bitumen dalam asbuton
dengan jalan melarutkan bagian-bagian yang terlarut, sehingga diketahui kadar
mineral (tak larut) yang terdapat di dalam asbuton tersebut.
4.2.2

Peralatan dan Benda Uji

Peralatan
a. Labu ekstraksi berkapasitas 1000 ml yang dilengkapi dengan ekstrator
500 ml dan labu pendingin.
b. Kertas saring (Whatman No.1)
c. Tali rami.

d. Silinder kayu dengan diameter sesuai dengan diameter tabung akstrator.


e. Timbangan.
f. Oven dengan temperatur (100 5)oC.
g. Pelarut CCl4 teknis.
Benda Uji

Asbuton ditumbuk, diayak dengan saringan ukuran 12.5 mm atau


dilakukan quartering ambil sebanyak-banyaknya 1000 sampai 2500 gram
sebagai benda uji.
4.2.3 Prosedur Pengujian
a. Masukkan benda uji ke dalam tabung. Tambahkan pelarut CCl4, kemudian
tabung berisi benda uji + pelarut ditempatkan pada alat ekstraksi.
b. Lakukan contrifuge mulai dengan pelan-pelan semakin lama kecepatan
bertambah sampai 3600 rpm atau sampai pelarut mengalir, kemudian
hentikan.
c. Tambahkan 200 ml CCl4 dan ulangi pekerjaan (b) sampai pelarut menjadi
jernih.
d. Keluarkan kertas saring yang berisi mineral dan panaskan oven pada
(1005)oC, sampai kering dan berat tetap.
e. Saring larutan bitumen dalam labu dengan alat contrifuge, kemudian
keringkan kertas saring tersebut dalam oven hingga berat tetap.
4.2.4 Hasil Pengujian
A.

Berat campuran aspal sebelum diekstraksi

= 1000 gram

B.

Berat sesudah diekstraksi (sample+cawan+kertas saring)

= 1047 gram

C.

Berat Kertas Saring

= 19,5 gram

D.

Berat Cawan

= 70,05 gram

4.2.5

Analisa Data

Berat sampel setelah diekstraksi (E) = B C D


= 1047 19,5 70,05 = 957,45 gram
Berat aspal

= A E
= 1000 957,45 = 42,55 gram

Kadar Aspal
4.2.6

A E
A

100% =

42,55
x100% 4,26%
1000

Kesimpulan dan saran

4.2.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan ekstraksi tersebut diatas diperoleh kesimpulan bahwa kadar
aspal dari benda uji adalah 4,26 %. Besar toleransi yang diberikan untuk standar
deviasi (%) adalah 0,12 dan kadar bitumen (%) adalah 0,34. sehingga didapat
gambar seperti di bawah ini :

Karena
4,26 % masih dalam range di atas, maka
4.2.6.2 Saran
Dalam melakukan ekstraksi sebaiknya dilakukan dengan kecepatan yang
stabil dan tidak terlalu kencang yang mengakibatkan benda uji tumpah atau
keluar dari tabung ekstraktor, yang mengakibatkan berkurangnya berat benda uji
setelah ekstraksi.

BAB V
PE N UTU P
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap bahan-bahan dasar campuran aspal
beton itu sendiri di dapat dari hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 Kesimpulan Hasil Pengujian
PENGU

JIAN

HASIL

SPE

SIFI

KAS

R
U
J
I
ASPAL
Penetras

66,9

60

79

4
Titik

9
T

Lembek

5
3

53,5

48

58

Titik

240

Nyala

200

min

99

4
Kelaruta

8
T

98,5

n CCl4

min

Daktilita

4
T

109,5

100

min

min

5
Berat

1
T

1,021

Jenis

AGREG
AT
KASAR

Berat

Jenis
(Bulk)

U
ku
ra
n
M
ak
s

"
2,

U
ku
ra
n
M
ak
s
1
/
"
2,

2.5

71

66

min

2,

2,

2.5

74

70

min

8
Berat

5
T

Jenis
SSD

Berat

5
T

2,

2,

2.5

80

76

min

1,

1,

3.0

19

33

max

AGREG

AT

HALUS

SI

Jenis
Semu

8
5

Peresapa
n

Agregat
Terhada

p Air

8
5

A
T
Berat

Jenis
(Bulk)

U
2,

2,

2.5

78

76

min

2,

2,

2.5

85

84

min

2,

2,

2.5

99

98

min

2,

2,

3.0

45

66

max

8
Berat

4
T

Jenis
SSD

Berat

4
T

Jenis
Semu

8
4

Peresapa
n
Agregat

Terhada

p Air

Tabel 5.2 Kesimpulan Hasil Pemeriksaan


URAIAN

HAS

SPESI

PEMERIKSAA

IL

FIKA

SI

U
A
Kadar

6,45

47

N
%

Rongga

4,80

35

820

> 600

24

g
m

Total
Aspal
Kadar
Udara
Stabilitas
Kelelehan
Rongga
Aspal
Berat

Isi

2,10
Terisi

76,0

75

m
%

(BJ

0
2,40

82
Max.

2,5

Bulk)

m
3

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dasar dan bahan


campuran aspal tersebut telah memenuhi persyaratan atau spesifikasi untuk
membuat campuran aspal beton dengan proporsi sebagai berikut:

Agregat Kasar (batu pecah 3/4")

= 30 %

Agregat Kasar (batu pecah 3/8")

= 30 %

Agregat Halus (abu batu)

= 20 %

Agregat Halus (pasir)

= 20 %

Berdasarkan hasil pemeriksaan luas permukaan agregat yang diselimuti


aspal adalah 97 % yaitu lebih dari 95 % (menurut spesifikasi Bina Marga, aspal
pen 60 70 minimum 95 %), sehingga memenuhi standart atau syarat
spesifikasi Bina Marga. Maka aspal pen 60 70 tersebut dapat
direkomendasikan sebagai bahan untuk pembuatan aspal AC. Dapat
disimpulkan bahwa percobaan campuran aspal dengan menggunakan alat
MARSHALL telah memenuhi persyaratan atau spesifikasi
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil pengujian material dan campuran aspal beton yang sesuai
dengan standar yang ditentukan, sebaiknya pengujian dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagi berikut:
1. Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan tata cara dan prosedur yang benar.
Alat bantu yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
Pengujian dilaksanakan dengan teliti.
Hindari penggunaan alat bantu yang sudah tidak layak pakai.

Bahan
Cut back aspal, grades 30
dan 70

Suhu
Room
temperature

Cut back aspal, grades 250

(35 2)oC

Cut back aspal, grades 800

(52 2)oC

Cut back aspal, grades 3000

(68 2)oC

Tar, grades RT-1, RT-2, dan


RT-3
Tar, grades RTCB-5, dan
RTCB-6
Tar, grades RT-7, RT-8, dan
RT-9

(60 2)oC
(71 2)oC
(93 2)oC

Anda mungkin juga menyukai