BAB I
PENDAHULUAN
Perkerasan jalan raya adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas di atasnya ke tanah dasar secara aman yang
diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu yang mempunyai ketebalan, kekuatan, dan
kekakuan serta kestabilan tertentu.
Lapis perkerasan jalan raya terdiri dari :
Stiff (kaku).
Flexible (lentur).
Durable (awet).
Roughness (kekasaran).
Aspal
Agregat Kasar
Agregat Halus
Filler
Fungsi
Jenis/ tipe
: ada dua jenis aspal yaitu aspal alam dan aspal buatan, aspal
alam diperoleh dari pulau Buton dan biasa disebut Asbuton.
Sedangkan aspal buatan diperoleh dari hasil penyaringan
minyak ( aspal + paraffine ).
untuk membuat
campuran aspal.
2. Aspal Cair, aspal ini biasa digunakan untuk take coat ( pelapis ) dan
prime coat ( perekat ).
3. Aspal Emulsi, aspal ini dapat digunakan untuk cold mix dan take coat
( pelapis ).
Untuk Aspal Semen sendiri ada beberapa tipe yaitu :
1. AC 40-50
2. AC 60-70
3. AC 85-100
4. AC 120-150
5. AC 200-300
Angka diatas menunjukkan nilai penetrasi aspal, semakin tinggi nilai
penetrasi maka semakin lembek aspal tersebut. AC dengan penetrasi rendah digunakan di
daerah bercuaca panas atau lalu lintas volume tinggi sedangkan yang berpenetrasi tinggi
digunakan di pada daerah bercuaca dingin atau berlalu lintas rendah
Untuk Aspal Cair juga ada tiga jenis :
2
: 1. Uji penetrasi
2. Titik lembek
3. Titik nyala dan titik bakar
4. Daktilitas
5. Kelarutan dalam CCL4
6. Berat jenis aspal.
Fungsi
Karakter
Pengujian
: 1. Analisa saringan
2. Berat jenis dan penyerapan
Karakter
Pengujian
: 1. Analisa saringan
2. Berat jenis dan penyerapan
3. Kelekatan agregat terhadap aspal
2.
Pengujian
BAB II
(AASHTO T-49-68)
( ASTM D-5-71)
2.1.1
2.1.2
Bahan
Aspal keras yang akan digunakan pada pembuatan campuran aspal panas.
Peralatan
a. Alat penetrasi
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram masingmasing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100
gram dan 200 gram.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless stell mutu 44o C, atau HRC 54
sampai 60 dengan bentuk dan ukuran menurut gambar no. 2. Ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
5
Diameter
55 mm
70 mm
Dalam
35 mm
45 mm
2.1.4
PROSES PENGUJIAN
a. Letakkan benda uji dalam tempar air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut kedalam bak peredam yang telah berada pada
6
2.1.5
Contoh dipanaskan
Temperatur 110o
Contoh
Mencapai
pemeriksaan
bath
Temperatur 25o
Pemeriksaan
Pembacaan suhu
Penetrometer
Temperatur 25o
2.1.6
Penetrasi
I
62
II
67
Pengamatan : 2
65
65
Pengamatan : 3
68
69
Pengamatan : 4
61
70
Pengamatan : 5
70
72
65,2
68,6
Rerata
Rata-rata
2.1.7
66,9
ANALISA/PERHITUNGAN
Untuk mencari rata-rata nilai penetrasi dari percobaan diatas adalah
sebagai berikut :
65,2 68,6
2
= 66,9 mm
2.1.8
2.2
(AASHTO T 53 74 )
(ASTM D 36 70)
2.2.1
2.2.2
Bahan
Aspal Keras (penetrasi 60/70)
9
a.
Termometer
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas dudukannya dan letakkan
pengarah bola diatasnya. Kemudian masukkan Seluruh peralatan
tersebut kedalam bejana gelas. Isilah bejana dengan air suling baru,
dengan suhu (51)oC sehingga tinggi permukaan air berkisar antara
101,6 108 mm. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini
diantara kedua benda uji (12,7 mm dari cincin). Periksa dan aturlah
10
Pembukaan contoh
Contoh dipanaskan
Temperatur 141oC
Contoh
Mencapai suhu
Pembacaan
Pemeriksaan
lemari es
Temperatur 50oC
Pemeriksaan
Titik Lembek
Mulai jam : 12.50 WIB
Selesai jam : 13.30 WIB
2.2.6
suhu
Suhu
yg diambil
C
F
Titik Lembek ( o C )
Waktu (detik)
I
II
II
Rata-rata
O
Celcius
41
10
50
10
10
10
15
59
15
15
15
20
68
20
20
20
25
77
25
25
25
30
86
30
30
30
35
95
35
35
35
40
104
40
40
40
45
113
45
45
45
10
50
122
53
54
53,5
11
55
131
ANALISIS PERHITUNGAN
Pada percobaan ini diperoleh data titik lembek yaitu 53,5 oC
2.2.8
2.3
(AASHTO D 92 52 )
(ASTM D 92 52)
2.3.1
2.3.2
Bahan
Aspal Keras
Peralatan
a. Termometer
b. Cleveland open cup adalah cawan kuningan dengan bentuk dan
ukuran seperti pada gambar No. 2.
c. Pelat Pemanas, terdiri dari logam, untuk melekatkan cawan
Cleveland , Gambar No. 3 dan bagian atas dilapisi seluruhnya asbes
setebal 0.6 cm (1/4)
d. Sumber pemanasan, Pembakaran gas atau tungku listrik, atau
pembakaran alkohol yang tidak menimbulkan asap tau nyala
disekitar bagian atau cawan.
e. Penahan angin, Alat yang menahan aangin apabila digunakan nyala
sebagian pemanas.
f. Nyala penguji, Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan
3.2 sampai 4.8 mm dengan panjang tabung 7.5 cm
2.3.3
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Meletakkan cawan diatas pelat pemanas dan mengatur sumber
pemanas sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
b. Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7.5 cm dari titik
tengah cawan.
c. Menempatkan termometer tegak lurus didalam benda uji dengan
jarak 6.4 mm diatas dasar cawan dan terletak pada garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
Kemudian mengatur sehingga poros termometer terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
d. Menempatkan penahan angin didepan nyala penguji.
e. Memyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga
kenaikan suhu menjadi (151)oC permenit sampai benda uji
mencapai 56oC dibawah titik nyala perkiraan.
f. Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5o 6o C permenit pada
suhu 56o dan 28oC dibawah titik nyala perkiraan.
g. Menyalakan lilin penguji agar diameter nyala penguji tersebut
menjadi 3.2 sampai 4.8 mm
h. Memutarkan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari
tepi cawan ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Mengulangi
pekerjaam tersebut kenaikan 2oC.
i. Melanjutkan pekerjaan F dan H sampai terlihat nyala singkat pada
suatu titk diatas permukaan benda uji.
j. Melanjutkan pekerjaan I sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Membaca
suhu pada Termometer dan catat.
2.3.5
14
Contoh dipanaskan
Pembacaan waktu
titik
suhu
09.00
oven
09.15
Temperatur 110oC
Penuangan contoh
Menentukan
Pembacaan
Pembacaan
suhu
09.15
menuang
nyala / contoh
09.30
Temperatur 110oC
Kenaikan suhu
Contoh
Titik nyala
II
15oC/menit
09.30
09.45
09.45
10.00
5oC-6oC/menit
10.00
10.30
Perkiraan 5oC
Waktu
56
Titik nyala
10.30
185
51
10.38
190
46
10.45
195
41
10.53
200
36
11.02
205
31
11.12
210
26
11.18
215
21
11.26
220
16
11.34
225
11
11.45
230
11.52
235
12.00
239+1
240
Titik Nyala untuk aspal penetrasi 60/70 adalah 240oC dan untuk
Titik Bakar untuk aspal penetrasi 60/70 adalah 240oC setelah Titik Nyala
terjadi
15
2.3.7
2.4
PEMERIKSAAN DAKTILITAS
Standar spesifikasi :
(AASHTO T-54-74)
(ASTM D-113-69)
2.4.1
2.4.2
Aspal keras
16
2.4.3
dituang.
Untuk
menghindarkan
pemanasan
setempat,
17
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Benda uji didiamkan pada suhu 25oC dalam bak perendam selama
85 sampai 95 menit. Kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar
dan sisi-sisi cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada saat mesin uji dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus.
Perbedaan kecepatan 5% masih diijinkan.
c. Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus
terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25+9,5)o C.
2.4.5
Pembukaan contoh
Contoh dipanaskan
oven
Selesai jam :
09.15
Temperatur 110oC
contoh
suhu ruang
pemeriksaan
Pemeriksaan
pada
Mulai jam :
09.20
Selesai jam :
10.30
Direndam
pada
suhu 25 C
Pembacaan
Mulai jam :
10.30
Waterbath
Selesai jam :
13.0
Temp : 25oC
Pembacaan
25 C
2.4.6
suhu
09.00
Didinginkan
suhu
Pembacaan
Mulai jam :
Mendinginkan
Mencapai
Pembacaan waktu
suhu
suhu
alat
Mulai jam :
13.15
Selesai jam :
14.00
Temp : 25oC
2.4.7
Pengamatan I
109,5 cm
Pengamatan II
Hasil
109,5 cm
109,5 cm
ANALISIS PERHITUNGAN
Dari hasil pengujian diperoleh data-data :
Nilai daktilitas = 109,5 cm
2.4.8
2.5
2.5.2
Aspal keras
19
2.5.3
2.5.4
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Menimbang Labu Erlenmeyer.
20
Pemanasan contoh
Contoh dipanaskan
Pembacaan waktu
Pembacaan
suhu oven
2.
Mulai jam :
13.00
Pemeriksaan
Selesai jam :
13.15
1. -Penimbangan
Mulai jam :
13.30
-Pelarutan
Selesai jam :
14.00
Menyaring
Mulai jam :
14.30
Selesai jam
15.30
Mulai jam :
15.45
Selesai jam :
16.00
3. Pengeringan
Penimbangan
22
110oC
115,85
gr
113,85
gr
Berat aspal
2,0
gr
1,46
gr
1,45
gr
Berat endapan
0,01
gr
Berat endapan
0,01
gr
Atau
0,01
100 %
2,0
Rata rata
Yang larut
0,5 %
( 100 - 0,5 ) % = 99,5 %
x 100%
= 0,5 %
Prosentase aspal yang larut = 100 % - 0,5 % = 99,5 %
2.5.8
(AASHTO T-228-68 )
( ASTM D-70-72)
2.6.1
2.6.2
Aspal keras
b. Bak
peredam
yang
dilengkapi
(2.5 0.1) 0C
c. Piknometer, gambar 2.11
24
pengatur
suhu
dengan
ketelitian
2.6.4
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Mengisi bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm.
Kemudian merendam dan menjepit bejana dalam bak perendam
sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm.
b. Membersihkan, mengeringkan dan menimbang piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A).
c. Mengangkat bejana dari bak perendam dan mengisi piknometer
dengan air suling kemudian menutup piknometer tanpa ditekan.
d. Meletakkan piknometer kedalam bejana dan menekan penutup
sehingga rapat, kembalikan bejana berisi piknometer kedalam bak
perendam.
Bejana tersebut diamkan didalam bak perendam selama sekurangkurangnya 30 menit, kemudian mengangkat piknometer
dan
Dipanaskan
Temperatur 100oC
Didiamkan
Mulai jam : 09.30
Selesai jam : 10.00
Mencapai suhu
Direndam
Pemeriksaan
Temperatur 25oC
Berat jenis
Mulai jam : 13.00
Selesai jam : 13.30
26
II
25,7 gr
24,4 gr
16,3 gr
13,95 gr
9,4 gr
10,45 gr
41,1 gr
39,4 gr
16,3 gr
13,95 gr
24,8 gr
25,45 gr
42,1 gr
42,3 gr
25,7 gr
28,2 gr
16,4 gr
14,1 gr
8,4 gr
11,35 gr
1,120 gr/cc
0,921 gr/cc
Rata-Rata
1,021 gr/cc
27
2.6.7
ANALISA PERHITUNGAN
( A-B )
BJ =
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
Sampel I
Berat contoh (1) = A-B
= 25,7 16,3 = 9,4 gram
Berat air
(2) = C-B
= 41,1 16,3 = 24,8 gram
( D-A )
Isi air
(3) =
=
Bj Air
42,1 25,7
1
= 16,4 cc
Isi contoh
=(23)
= 24,8 16,4
= 8,4 cc
Berat jenis
= berat contoh
Isi contoh
= 9,4
8,4
= 1,12 gram/cc
Sampel II
Berat contoh (1) = A-B
= 24,4 13,95 = 10,45 gram
Berat air
(2) = C-B
= 39,4 13,95 = 25,45 gram
( D-A )
Isi air
(3) =
Bj Air
= 42,3 28,2
1
= 14,1 cc
Isi contoh
=(23)
= 25,45 14,1
= 11,35 cc
Berat jenis
= berat contoh
Isi contoh
= 10,45
11,35
= 0,921 gram/cc
2.6.8
penetrasi
60/70
dengan
berat
jenis
1,021
gr/cc
dapat
BAB III
PEMERIKSAAN BAHAN AGREGAT
3.1
PENDAHULUAN
Bahan utama untuk suatu campuran aspal adalah agregat. Agregat
sangat tergantung pada ukuran serta kekerasan butirnya. Untuk mendapatkan
suatu konstruksi yang kuat namun ekonomis diperlukan suatu agregat yang
mempunyai kekerasan butir yang baik, juga ukuran yang beragam (Well
Grades/Gradasi Menerus) sehingga nantinya akan membentuk suatu
campuran agregat yang massif dan benar-benar padat dengan rongga udara
yang sedikit mungkin.
Selain kekasaran butiran, bentuk butiran serta ukuran gradasi,
besarnya absorsi agregat juga menentukan untuk mendapatkan suatu
campuran aspal yang kuat namun ekonomis. Absorbsi/penyerapan agregat
Abu batu
b.
Agregat kasar :
Peralatan :
a.Timbangan dengan ketelitian 0.2% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan tes 25 mm (1.0), 20 mm ( 3/4), 12.5 mm (1/2), 10
mm (3/8), dan saringan no. 4, 8, 16, 30, 50, 100, 200.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk pemanasan sampai
(1105)oC.
d.
e.Talam-talam.
1/2
3.1.5
PROSEDUR PENGUJIAN
a
Menyaring benda uji yang telah disiapkan lewat susunan saringan dengan
ukuran paling besar ditempatkan paling atas.
Konstruksi
: AC (Asphalt Concrete)
kumulatif
B
e
r
a
t
t
e
rt
tertahan
% tertahan
%lolos
1"
3/4"
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan
BERAT CONTOH
a
h
a
n
m
s
g
2
0
0
3
2
6
3
8
9
0
8
0
0
2
2
6
3
1
6
8
0
0
0
0
100
100
3263
65,26
34,74
4153
83,06
16,94
4953
99,06
0,94
4975
4981
4984
4985
4991
4999
99,5
99,62
99,68
99,7
99.82
99,98
0,49
0,38
0,32
0,3
0,18
0,02
= 5000 GRAM
% Lolos
#8
#4
No. saringan
3/8
"
3/4
Berdasarkan PBI 1971, maka grafik tersebut terletak pada daerah 5 (daerah
tidak baik). Disarankan tidak digunakan untuk bahan konstruksi karena terlalu
sulit untuk dikerjakan.
Pekerjaan / proyek
Jenis material
Konstruksi
: AC (Asphalt Concrete)
saringan
1"
3/4"
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan
BERAT CONTOH
0
0
0
1254
117,5
74
19,5
6
2,5
24
0,5
Kumulatif
tertahan
% tertahan
%lolos
0
0
0
1254
2371,5
2445,5
2465
2471
2473,5
2497,5
2498
0
0
0
50,16
94,84
97,82
98,6
98,84
98,94
99,9
99,91
100
100
100
49,84
5,16
2,84
1,4
1,6
1,06
0,1
0,09
= 2500 GRAM
% Lolos
#8
#4
3/8
"
3/4
No. saringan
Jenis material
Konstruksi
: AC (Asphalt Concrete)
saringan
1"
3/4"
0
0
kumulatif
tertahan
% tertahan
%lolos
0
0
0
0
100
100
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan
BERAT CONTOH
0
0
0
75
98,5
107,5
50,5
94,5
41,5
0
0
0
75
173,5
281
331,5
426
467,5
0
0
0
15
34,7
56,2
66,3
85,2
93,5
100
100
100
85
65,3
43,8
33,7
14,8
6,5
= 500 GRAM
% Lolos
#8
#4
3/8
"
3/4
No. saringan
Jenis material
: Pasir (Sand)
Konstruksi
: AC (Asphalt Concrete)
PASIR
B
e
r
a
t
t
e
rt
a
h
a
n
m
s
g
2
s
a
ri
n
g
a
n
saringan
1"
3/4"
1/2"
3/8"
4
8
16
30
50
100
200
pan
BERAT CONTOH
kumulatif
tertahan
% tertahan
%lolos
0
0
0
0
0
79
197,5
297
335
425
464,5
0
0
0
0
0
15,8
39,5
59,4
67
85
92,9
100
100
100
100
100
84,2
60,5
40,6
33
15
7,1
0
0
0
0
0
79
118,5
99,5
38
90
39,5
= 500 GRAM
% Lolos
#8
#4
3/8
"
No. saringan
Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan masingmasing terhadap total benda uji.
Dari hasil perhitungan diatas didapat bahwa persen lolos dari masingmasing agregat tidak memenuhi yang diharapkan, sehingga agregat
tersebut digabung dulu sebelum digunakan.
3/4
Didapat dari hasil penggabungan antara agregat kasar dan halus dengan
perbandingan 50% : 50% sehingga komposisi campuran agregat adalah :
Agregat kasar
- batu pecah
= 30 %
- pasir
= 20 %
- abu batu
h
= 20 %
- batu pecah
= 30 %
- pasir
= 20 %
- abu batu
= 20 %
3.2.2
Bahan :
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan dan 3/8 diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira-kira 5 kg.
Peralatan :
a. Keranjang kawat ukuran 3.55 mm atau 2.36 (no. 6 atau no. 8) dengan
kapasitas 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan.
Tempat air ini harus dilengkapi pipa sehingga permukaan air selalu
tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.1% dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang.
d. Oven yang dilengkapi pengatur suhu pemanas sampai (1105)oC.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan dan 3/8.
3.2.3
Ambil benda uji yang tertahan saringan dan 3/8 sebanyak 5 kg.
3.2.4
PROSEDUR PENGUJIAN
3.2.5
3.2.6
ANALISA
Berat
Hasil Percobaan
1663,2 gr
1683 gr
1070 gr
jenis
BK
BJ - BA
(BK)
(BJ)
(BA)
Hasil Percobaan
1428 gr
1447 gr
912 gr
DATA
(Bulk Specific Gravity)
Berat
jenis
Berat
jenis
BJ
BJ - BA
BK
BK - BA
Penyerapan (Absorption)
( Bj Bk )
x100%
Bk
Dimana :
BK = berat benda uji kering oven
(gram)
(gram)
Berat Jenis
Bj SSD
1663,2
1683 1070
1683
1683 1070
= 2,713 gr/cm3
= 2,746 gr/cm3
1663,2
1663,2 1070
Bj semu
= 2,804 gr/cm3
=
1683 1663,2
X 100%
1663,2
b.
Penyerapan =
= 1,190 %
Berat Jenis
Bj SSD
Bj semu
1428
1447 912
1447
1447 912
1428
1428 912
= 2,669 gr/cm3
= 2,705 gr/cm3
= 2,767 gr/cm3
Penyerapan =
3.2.7
1447 1428
X 100%
1428
= 1,331 %
Batu Pecah
2,713 gr/cm
2,669 gr/cm
2,746 gr/cm
2,705 gr/cm
2,804 gr/cm
2,767 gr/cm
Penyerapan
1,190 %
1,331 %
3.3
Bahan :
Abu batu (agregat lolos saringan no. 4) lebih dari 500 gram
Pasir lebih dari 500 gram
Peralatan :
h.
Talam.
(SSD)
500
(Bk)
488
o
(B)
675
o
: Pasir (Sand)
A (gram)
(SSD)
500
(Bk)
487
678
1002
Penyerap (Absorbtion)
Bk
B 500 Bt
500
B 500 Bt
Bk
B Bk Bt
(500 Bk )
x100%
Bk
Di mana :
Bk
(gram)
(gram)
Bt
(gram)
500
(gram)
a.
Berat Jenis
Bj SSD
Bj Semu
Penyerapan
b.
488
675 500 1000
500
675 500 1000
488
675 488 1000
500 488
x100%
488
= 2,789 gr/cm
= 2,857 gr/cm
= 2,994 gr/cm
= 2,459 %
Pasir (Sand)
Berat Jenis
487
678 500 1002
= 2,767 gr/cm
Bj SSD
Bj Semu
Penyerapan
500
678 500 1002
487
678 487 1002
500 487
x100%
487
= 2,841 gr/cm
= 2,988 gr/cm
= 2,669 %
Abu batu
2,789 gr/cm
Pasir
2,767 gr/cm
2,857 gr/cm
2,841 gr/cm
2,994 gr/cm
2,988 gr/cm
2,459 %
2,669 %
Penyerapan
Bahan :
Agregat yang lolos saringan 9.5 mm ( 3/8) dan tertahan saringan 6.3 mm
(1/4) sebanyak kira-kira 100 gram.
Peralatan :
ter
1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan ke dalam wadah, isilah aspal
sebanyak 5.50.2 gram yang telah dipanaskan sampai pada suhu yang
diperlukan (tabl 3.4.a). Aduklah aspal dan ter sampai merata dengan
spatula selama 2 menit.
2. Masukkan adukan beserta wadahnya dalam oven pada suhu 6oC
selama 2 jam, selama proses ini lubang angin pada oven harus dibuka.
Setelah 2 jam keluarkan adukkan beserta wadahnya dari oven dan
diaduk lagi sampai dingin (suhu ruang).
3. Pindahkan adukan tersebut ke dalam tabung gelas kimia, isilah air
suling sebanyak 400 ml dan diamakan tabung berisi adukan pada suhu
ruang selama 16 sampai 18 jam.
4. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak
mengganggu agregat didalam tabung. Terangi benda uji dengan lampu
(75 watt) yang dilengkapi kap, dan aturlah tempat lampu sehingga
tidak menyilaukan akibat pantulan cahaya dari permukaan air. Dengan
Untuk pelapisan agregat kering dengan aspal emulsi (RS, MS, SS)
1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan kedalam wadah dan isikan
800.2 gram aspal emulsi pada suhu ruang tanpa diaduk. Kemudian
masukkan kedalam oven pada suhu 135oC selama 5 menit.
Keluarkan dari oven, aduk sampai merata sehingga benda uji terlapis
aspal.
2. Kemudian lakukan seperti a.4
c.
1. Ambil 100 gram benda uji, masukkan kedalam wadah dan isilah 2 ml
air suling. Aduk pada suhu ruang sampai benda uji menjadi basah
secara merata. Tambahkan 5.50.2 gram aspal yang telah dipanaskan
sampai suhu yang diperlukan (Tabel 3.4.a). Aduk sampai merata
sehingga benda uji terlapiskan aspal. Pengadukan tidak boleh lebih
dari 5 menit.
2. Kemudian lakukan seperti pada a.3 dan a.4
d.
benda uji yang telah dipanaskan pula. Aduklah sampai merata dengan
menggunakan spatula yang sudah dipanasi selama 2-3 menit sampai
benda uji terselaput aspal.
Adukkan didiamkan sampai mencapai suhu ruang.
3. Pindahkan benda uji yang terselaput aspal kedalam tabung gelas kimia
600 ml. Segera tambahkan air suling sebanyak 400 ml dan biarkan
pada suhu ruang 16-18 jam.
4. Periksa luas permukaan benda uji yang masih terselaput aspal seperti
pada a.4
3.4.5 DATA HASIL PENGUJIAN
Prosentase benda uji yang masih terselimuti aspal adalah 97%
3.4.6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan luas permukaan agregat yang diselimuti
aspal adalah 97% (menurut spesifikasi bina marga, aspal pen 60-70 minimum
95%) sehingga memenuhi standard / syarat spesifikasi bina marga. Maka
aspal pen 60-70 tersebut dapat direkomendasikan sebagai bahan untuk
pembuatan aspal AC.
BAB IV
Bahan :
Batu pecah
Abu batu
Pasir
Aspal
Peralatan :
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan tinggi
7.5 cm (3) lengkap dengan pelat alas dan leher tabung.
b. Alat pengeluaran benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah ejector.
c. Penumbukan yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk
silinder dengan berat 4.536 kg (10 pound) dan tinggi bebas 45.7 cm
(18).
d. Landasan pemadat yang terdiri dari sebuah balok kayu (jati atau
sejenisnya) berukuran kira-kira 20x20x45 cm (8x8x18).
e. Silinder cetakan benda uji.
f. Mesin tekan lengkap.
Campura
Pengikat
Kinematik
n
Saybolt
Aspal panas
C.St
17020
Furol
Det.S.F
8510
Pemadatan
Engler
Kinematik
Saybolt
Engler
C.St
28030
Furol
Det.S.F
14015
Aspal dingin T
Ter
17020
-
8510
-
253
28030
-
14015
-
405
c. Persiapan campuran.
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram,
sehingga akan menghasilkan benda uji kira-kira 6.25 cm 0.125 cm
(2.5 0.5). Memanaskan panci pencampur beserta agregat kirakira 28C diatas suhu pencampur untuk aspal panas dan ter dan aduk
sampai rata, untuk aspal dingin pemanasan sampai 14C diatas suhu
pencampuran. Sementara itu aspal dipanaskan sampai suhu
pencampuran. Menuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke
dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian mengaduk
dengan cepat pada suhu sesuai 3.b sampai agregat terlapis merata.
d. Pemadatan benda uji.
Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan saksama dan memanaskan sampai suhu antara
93.3 dan 148.9oC. Meletakkan selembar kertas saring atau kertas
hisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan kedalam
cetakan dan menusuk-nusuk campuran keras-keras dengan spatula
yang dipanaskan atau mengaduk dengan sendok semen 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali dalamnya. Melepaskan lehernya
dan meratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok
semen menjadi bentuk sedikit cembung.
Waktu akan dipadatkan suhu campuran dalam batas-batas suhu
pemadatan seperti yang disebutkan pada 4.1.3 b.
Meletakkan cetakan di atas landasan pemadat, dalam memegang
cetakan, Melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75,
50 dan 35 sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm (18) selama
pemadatan menahan agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus
pada alas cetakan.
Melepaskan keping alas dari lehernya balikkan alat cetak berisi
benda uji dan memasang kembali perlenkapannya.
Terhadap permukaan benda uji yang mudah dibalik ini ditumbuk
dengan jumlah pengeluar benda benda uji pada permukaan ujung ini.
PROSEDUR PENGUJIAN
a. Membersihakan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Mengukur tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
c. Mengukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0.1 mm.
d. Menimbang benda uji.
e. Merendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
f. Menimbang dalam air untuk mendapatkan isi.
g. Menimbanglah benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
h. Meredam benda uji aspal panas atau benda uji ter dalam bak
perendam selama 30 menit sampai 40 menit atau memanaskan dalam
oven selama minimum 2 jam dengan suhu tetap (251)oC.
Sebelum mengadakan pengujian membersihkan batang penuntun
(guide rod) dan permukaan dari kepala penekan (test head).
Melumasi batang penuntun sehingga batang penekan yang atas dapat
meluncur bebas, bila dikehendaki kepala penekan direndam
bersama-sama benda uji pada suhu 21oC sampai 38oC.
Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau oven atau dari
pemanas udara danmeletakkan kedalam segmen bawah kepala
penekan. Memasang arloji kelelahan (flow meter) pada kedudukan
diatas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum
penunjuk-angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleever)
dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking
head). Menekan selubung tangkai arloji kelelahan tersebut pada
segmen atas dari kepala penekan selama pembebanan berlangsung.
i. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda
ujinya dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji. Mengatur
kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Memberikan
pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50
mm/menit
sampai
pembebanan
maksimum
tercapai,
atau
100
% BP /4" + % BP /2" + % Pasir + % Abu batu
BJ Bulk
BJ Bulk
BJ Bulk
BJ Bulk
3
100
30 % + 30 % + 20 % + 20 %
2,710 2,670 2,767
2,789
= 2,724
Gsa =
100
% BP 3/4" + % BP 1/2" + % Pasir + % Abu batu
BJ APP
BJ APP
BJ APP
BJ APP
100
30 % + 30 % + 20 % + 20 %
2,80
2,77
2,988 2,994
= 2,864
Gse = Gsb + Gsa = 2,724 + 2,864
2
2
= 2,794
= 4,5 %
= 1,021 gr/cc
Berat di udara
(D)
= 1093 gram
(E)
Berat SSD
(F)
= 1135,2 gram
649 gram
H = Rongga Udara
D = Berat di Udara
M = Kelelehan Plastis
F = Berat SSD
G = BJ Bulk Campuran
B
100
100 A + A
Gse
=
100
100 4,5 +
2,794
4,5
1,021
= 2,591
C
= berat di udara
= 1093 gram
E
= berat SSD
= 1135,2 gram
D
FE
1093
1135,2 - 649
= 2,248
H
.
.
= B G 100 %
B
= 2,591 2,248 100 %
2,591
= 13,253 %
I
100%
4,5 x 2,248
1,021
x 100 %
4,5 x 2,248
13,253
1,021
=
= 42,780 %
Sesuai hasil tabel kalibrasi Proviring Marshall
M
= kelelehan plastis
= flow strip 0.01 mm
= 152 0.01
= 1,52 mm
L
102 x M
662,984
102 1,52
= 3,137 KN/mm
SP
MEME
MEME
AN
ESI
NUHI/
NUHI
FI
TDK
PD KDR
KA
MEME
ASPAL
Kadar
SI
3
NUHI
Memenu
6,5 %
rongga
5%
hi
udara
Stabilit
>
Memenu
4,5 % -
as
600
hi
6,5 %
Marsha
kg
ll
Kelele
Memenu
6,0 % -
hi
6,5 %
mm
Ma
Memenu
4,5 % -
isi (Bj
x.
hi
6,5 %
Bulk)
2,5
75
Memenu
6,5 %
terisi
82
hi
aspal
Rongg
%
>15
Memenu
4,5 % -
hi
6,5 %
han
Berat
T/m
3
Ruang
dlm
min
Hasil
200
Memenu
6,0 % -
Bagi
hi
6,5 %
Marsha
350
kg/
mm
Dari tabel di atas diperoleh kadar aspal optimum 6,45 % di mana dengan kadar
aspal tersebut akan diperoleh parameter Marshall sebagai berikut :
Tabel 4.3 Parameter Marshall
URAIAN
HAS
SPESI
PEMERIKSAA
IL
FIKA
SI
U
A
Kadar
6,45
47
N
%
Rongga
4,80
35
820
> 600
24
g
m
Total
Aspal
Kadar
Udara
Stabilitas
Kelelehan
Rongga
Aspal
Berat
Isi
2,10
Terisi
76,0
75
m
%
(BJ
0
2,40
82
Max.
2,5
Bulk)
m
3
HAS
SPESI
PEMERIKSAA
IL
FIKA
SI
U
A
N
Total
Kadar
6,45
47
Rongga
4,80
35
Udara
Stabilitas
820
> 600
Kelelehan
2,10
24
g
m
Terisi
76,0
75
m
%
(BJ
0
2,40
82
Max.
2,5
Aspal
Kadar
Rongga
Aspal
Berat
Isi
Bulk)
m
3
Benda uji yang dipersiapkan harus bersih dari kotoran sehingga tidak
mempengaruhi berat penimbangan.
4.2
Penimbangan dan pengukuran benda uji harus dilakukan dengan baik dan
teliti.
Peralatan
a. Labu ekstraksi berkapasitas 1000 ml yang dilengkapi dengan ekstrator
500 ml dan labu pendingin.
b. Kertas saring (Whatman No.1)
c. Tali rami.
= 1000 gram
B.
= 1047 gram
C.
= 19,5 gram
D.
Berat Cawan
= 70,05 gram
4.2.5
Analisa Data
= A E
= 1000 957,45 = 42,55 gram
Kadar Aspal
4.2.6
A E
A
100% =
42,55
x100% 4,26%
1000
4.2.6.1 Kesimpulan
Dari percobaan ekstraksi tersebut diatas diperoleh kesimpulan bahwa kadar
aspal dari benda uji adalah 4,26 %. Besar toleransi yang diberikan untuk standar
deviasi (%) adalah 0,12 dan kadar bitumen (%) adalah 0,34. sehingga didapat
gambar seperti di bawah ini :
Karena
4,26 % masih dalam range di atas, maka
4.2.6.2 Saran
Dalam melakukan ekstraksi sebaiknya dilakukan dengan kecepatan yang
stabil dan tidak terlalu kencang yang mengakibatkan benda uji tumpah atau
keluar dari tabung ekstraktor, yang mengakibatkan berkurangnya berat benda uji
setelah ekstraksi.
BAB V
PE N UTU P
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap bahan-bahan dasar campuran aspal
beton itu sendiri di dapat dari hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1 Kesimpulan Hasil Pengujian
PENGU
JIAN
HASIL
SPE
SIFI
KAS
R
U
J
I
ASPAL
Penetras
66,9
60
79
4
Titik
9
T
Lembek
5
3
53,5
48
58
Titik
240
Nyala
200
min
99
4
Kelaruta
8
T
98,5
n CCl4
min
Daktilita
4
T
109,5
100
min
min
5
Berat
1
T
1,021
Jenis
AGREG
AT
KASAR
Berat
Jenis
(Bulk)
U
ku
ra
n
M
ak
s
"
2,
U
ku
ra
n
M
ak
s
1
/
"
2,
2.5
71
66
min
2,
2,
2.5
74
70
min
8
Berat
5
T
Jenis
SSD
Berat
5
T
2,
2,
2.5
80
76
min
1,
1,
3.0
19
33
max
AGREG
AT
HALUS
SI
Jenis
Semu
8
5
Peresapa
n
Agregat
Terhada
p Air
8
5
A
T
Berat
Jenis
(Bulk)
U
2,
2,
2.5
78
76
min
2,
2,
2.5
85
84
min
2,
2,
2.5
99
98
min
2,
2,
3.0
45
66
max
8
Berat
4
T
Jenis
SSD
Berat
4
T
Jenis
Semu
8
4
Peresapa
n
Agregat
Terhada
p Air
HAS
SPESI
PEMERIKSAA
IL
FIKA
SI
U
A
Kadar
6,45
47
N
%
Rongga
4,80
35
820
> 600
24
g
m
Total
Aspal
Kadar
Udara
Stabilitas
Kelelehan
Rongga
Aspal
Berat
Isi
2,10
Terisi
76,0
75
m
%
(BJ
0
2,40
82
Max.
2,5
Bulk)
m
3
= 30 %
= 30 %
= 20 %
= 20 %
Bahan
Cut back aspal, grades 30
dan 70
Suhu
Room
temperature
(35 2)oC
(52 2)oC
(68 2)oC
(60 2)oC
(71 2)oC
(93 2)oC