Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1. Tempat/Lokasi
a) Tempat/Lokasi Pengambilan Material
1. Agregat kasar, agregat halus dan abu batu diambil
dari quari PT. Catur Bilibili, Kabupaten Gowa.
2. Aspal yang digunakan adalah aspal Pen 60/70 dari
diambil dari PT
3. Bonggol jagung diambil di Kabupaten Soppeng
b) Tempat /Lokasi penelitian dilaksanakan di laboratorium
Jalan dan Aspal Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Ujung Pandang Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10
Tamalanrea,Makassar
3.1.2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

3.2. Alat Dan Bahan


3.2.1. Kebutuhan Alat
Berikut adalah peralatan yang digunakan selama proses
penelitian :
a) Oven
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

b) Timbangan Kapasitas 20 kg
c) Timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram
d) Mold / 1 set cetakan briket
e) Talam
f) Cawan
g) Tabung gelas ukur dengan kapasitas 500 ml dan
1000 ml •
h) Piknometer 50 ml
i) Saringan 1½” , 1” , ¾” , 1⁄2” , 3⁄8” , No.4, 8, 16, 30,
50, 100, 200 dan PAN.
j) Alat uji penetrasi
k) Alat uji daktilitas
l) Alat uji titik leleh
m) Alat tekan Marshall
n) Alat uji Sand Equivalent
o) Mesin Los Angeles
p) Palu 5 kg
q) Dongkrak hidrolik
r) Sendok spesi
s) Waterbath / Bak perendaman
t) Alat penumbuk elektrik
u) Kompor
v) Wajan 24
w) Alat pengaduk
x) Sarung tangan
3.2.2. Kebutuhan Bahan
Dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan sebagai
berikut:
a) Aspal
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70


b) Agregat Kasar
Dalam penelitian ini digunakan agregat kasar yaitu batu
pecah 1-2, dan 0,5-1
c) Agregat halus
Agregat halus yang digunakan adalah abu batu
d) Bahan Pengisi (Filler )
Menggunakan abu bonggol jagung sebagai bahan
pengisi (filler) yang lolos saringan No.200
e) Bonggol Jagung
Bonggol jagung yang digunakan adalah limbah bonggol
jagung hasil pertanian masyarakat di kabupaten
Soppeng
3.3. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Material Alam dan Bonggol Jagung
Langkah pertama yang dilakukan sebelum pemeriksaan
karakteristik material di laboratorium terlebih dahulu diadakan
pengambilan sejumlah sampel dilokasi material. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa material yang akan diuji memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap ketelitian pengujian.
2. Rancangan Sampel
Digunakan jenis campuran AC-BC (Binder Course) dengan
campuran agregat dan abu bonggol jagung sebagai bahan isi
(filler) pengganti semen.
3. Pelaksanaan Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengumpulan data-data dan studi pustaka mengenai metode
pencampuran aspal AC-BC, mensurvei lokasi pengambilan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

material agregat dan bonggol jagung sebagai bahan pengisi


(filler) serta persiapan peralatan.
3.4. Metode Pemeriksaan Karakteristik Material
1. Pengujian Agregat Kasar
Pengujian agregat kasar meliputi pengujian gradasi,
berat jenis, angularitas, material lolos ayakan No.200, partikel
pipih lonjong, dan abrasi dengan Los Angeles Machine.
Agregat kasar dianggap dapat digunakan sebagai campuran
aspal panas apabila memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi
Umum Bina Marga Revisi 2 Tahun 2018 sebagai material
campuran aspal panas yang tercantum dalam tabel 3.2
berikut :
Tabel 3.2 Pengujian agregat kasar

Sumber : Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 (Revisi 2)


2. Pengujian Agregat Halus
Pengujian agregat halus meliputi pengujian gradasi, berat
jenis, angularitas, material lolos ayakan No.200, dan sand
equivalent. Agregat halus dianggap dapat digunakan sebagai
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

campuran aspal panas apabila memenuhi persyaratan dalam


Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 2 Tahun 2018 sebagai
material campuran aspal panas yang tercantum dalam tabel
3.3 berikut :
Tabel 3.3 Pengujian Agregat Halus

Sumber : Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 (Revisi 2)


3. Pengujian Bahan Pengikat (Aspal)
a. Pemeriksaan Berat jenis aspal
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat
aspal dan berat air suling dengan volume yang sama pada
suhu 25ºC.Tujuannya adalah untuk menentukan kualitas
aspal dan mengestimasi berat jenis aspal dengan bahan
campuran lainnya. Berat jenis aspal dapat dihitung dengan
rumus :

Berat jenis = (𝐶−𝐴) (𝐵−𝐴)(𝐷−𝐶) … … … … … … … … (3.1)

Dimana :
A = berat piknometer kosong
B = berat piknometer berisi air suling
C = berat piknometer berisi aspal 28
D = berat piknometer berisi aspal dan air suling

b. Pemeriksaan Penetrasi Aspal


Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk
memeriksa tingkat kekerasan aspal. Pemeriksaan
dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

berdiameter 1 mm dengan menggunakan beban seberat


50 gram sehingga diperoleh beban gerak seberat 100
gram (berat jarum + beban) selama 5 detik pada suhu
25ºC.
Besarnya penetrasi diukur dan dinyatakan dalam
angka yang merupakan kelipatan 0,1 mm.
c. Pemeriksaan titik lembek aspal
Titik lembek adalah suhu dimana suatu lapisan aspal
dalam cincin yang diletakkan horizontal didalam larutan air
atau gliserin yang dipanaskan secara teratur. Pengujian
titik lembek aspal dimaksudkan untuk menentukan titik
lembek aspal dimana bola baja jatuh dari cincin aspal
menyentuh dasar pelat atau dasar bejana gelas dengan
ketinggian tertentu. Titike lembek aspal berkisar antara 30
⁰C-200⁰C. Hasil yang didapat pada pemeriksaan titik
lembek aspal adalah bola baja.
d. Pemeriksaan Daktilitas
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur
jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari bahan bitumen
pada 2 cetakan yang ditarik dengan mesin uji, sebelum
bahan bitumen tersebut menjadi putus. Pemeriksaan ini
dilakukan pada suhu 25 ± 0,5 °C dan dengan kecepatan
tarik mesin 0 mm per menit (dengan toleransi ± 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah
satu sifat mekanik bahan bitumen yaitu kekenyalan yang
diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk ditarik
yang memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan
ini adalah 100 cm), maka dianggap bahan ini mempunyai
sifat daktilitas yang tinggi.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

e. Pengujian Penurunan Berat


Pemeriksaan penrunan berat aspal bertujuan untuk
mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
pemanasan berulang dan untuk mengukur perubahan
kinerja aspal akibat kehilangan berat, yaitu dengan
memanaskan aspal serta mengaduknya hingga cair,
kemudian memasukkan kedalam cawan hingga dingin lalu
menimbang beratnya.
f. Pengujian Kelarutan
Untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam
CCL4 yaitu bitumen dilarutkan pada cairan CCL4, larutan
ini kemudian diteteskan pada kertas penyaring, jika spot
pada kertas penyaring berwarna seragam (tidak
bergaradasi) maka tersebut masih murni. Jika hasil
penetrasi pada kertas penyaring menghasilkan spot warna
coklat gelap atau hitam. Angka yang menunjukkan jumlah
aspal yang larut dalam cairan CCL4 dalam proses setelah
pelarutan merupakan angka kelarutan aspal yang
menunjukkan tingkat kemurnian aspal terhadap kandungan
mineral lain. Semakin tinggi nilai kelarutan aspal, maka
aspal semakin baik.
3.5. Rancangan Campuran dengan Metode Marshall
Rancangan campuran metode Marshall ditemukan oleh
Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun
AASTHO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM 1559-76,
AASHTO T-245-90 atau ASTM D6927-06. Prinsip dasar dari
metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan
(flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat
yang terbentuk.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Prosedur perencanaan yakni sebagai berikut :

1. Mempelajari spesifikasi gradasi agregat campuran yang


diinginkan dari spesifikasi campuran pekerjaan.

2. Merancang proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang


tersedia untuk mendapatkan agregat campuran dengan
gradasi sesuai butir. Rancangan dilakukan berdasarkan
gradasi masing-masing fraksi agregat yang akan dicampur.
Berdasarkan berat masing-masing agregat dan proporsi
rancangan ditentukan berat jenis agregat campuran

3. Mengitung perkiraan awal kadar aspal rencana (Pb) sebagai


berikut : Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + K

4. Menyiapkan benda uji Marshall untuk pengujian Marshall (2 ×


75 tumbukan).

5. Melakukan pengujian Marshall, sesuai dengan SNI 06-2489-


1991, untuk menentukan kepadatan, stabilitas, kelelehan,
hasil-bagi Marshall, VIM, VMA, dan VFB.

6. Membuat grafik hubungan antara kadar aspal dengan


parameter Marshall sebagai berikut :

a. Berat isi/kepadatan

b. VIM (Vold In The Mix)

c. VMA (Voids In The Mineral Aggregate)

d. VFB ( Void Filled With Bitumen)

e. Stabilitas
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

f. Flow (Kelelehan)

3.6. Uji Marshall Campuran AC-BC


Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui nilai
stabilitas dan kelelehan (flow) ,serta analisa kepadatan dan
pori dari campuran padat yang terbentuk. Dalam hal ini
benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari
gradasi agregat campuran tertentu,sesuai spsifikasi
campuran.
3.6.1. Pengujian berat jenis benda uji
Sebelum pengujian Marshall terlebih dahulu menguji
berat jenis dengan langkah-langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang
menempel;
b) Memberi tanda pengeanl pada masing-masing
benda uji;
c) Mengukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
d) Menimbang benda uji;
e) Merendam dalam air untuk mendapatkan isi;
f) Menimbang benda uji dalam kondisi kering
permukaan jenuh.
3.6.2. Pengujian Marshall benda uji
Secara garis besar pengujian marshall
meliputi:persiapan benda uji,penentuan berat jenis bulk
dari benda uji,pemeriksaan nilai stabilitas dan
flow,perhitungan sifat volumetric benda uji .
Adapun langkah- langkah pengujian benda uji adalah
sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

a. Merendam benda uji dalam bak perendam (water bath)


selama 30-40 menit dengan suhu tetap 60ºC (± 1ºC);
b. Mengelurkan benda uji dari bak perendam dan
meletakkan kedalam segmen bawah kepala penekan;
c. Memasang segmen atas di atas benda uji, dan
meletakkan keseluruhannya dalam mesin penguji;
d. Memasang arloji pengukur alir (flow) pada
kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan
atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang
teguh terhadap segmen atas kepala penekan; 32
e. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan benda
ujinya dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin
penguji;
f. Mengatur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol;
g. Memberikan pembebanan pada benda uji dengan
kecepatan tetap sekitar 50 mm per menit sampai
pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan
menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan
dan catat pembebanan maksimum (stability) yang
dicapai;
h. Mencatat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum
arloji pengukur alir pada saat pembebanan maksimum
tercapai.

3.7. Perhitungan Pengujian Mix Design AC-BC


Setelah uji Marshall dilakukan, maka dilanjutkan perhitungan
dengan menggunakan tabel dan grafik untuk menentukan
sebagau berikut:
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

1. Koefisien Marshall
2. Berat isi benda uji
3. VIM (Vold In The Mix)
4. VMA (Voids In The Mineral Aggregate)
5. VFB ( Void Filled With Bitumen)
6. KAO (Kadar Aspal Optimum)
Penentuan kadar aspal optimum dengan menggunakan nilai
parameter diatas sesuai dengan spesifikasi Umum Bina Marga
Revisi 2 tahun 2018. Parameter-parameter penentuan kadar
aspal tersebut dengan dilihat pada tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Parameter-parameter Penentuan Kadar aspal optimum

Sumber : Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 (Revisi 2)

3.8. Pengujian Benda Uji


Setelah kadar aspal optimum diperoleh, maka dilanjutkan
dengan pembuatan benda uji menggunakan kadar aspal optimum
yang diperoleh dengan menggunakan abu bonggol jagung yang
lolos saringan 200 sebagai bahan isi (filler).
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

Setelah pembuatan benda uji, dilanjutkan dengan pengujian.


Marshall test untuk setiap benda uji.
3.9. Pengujian Marshall Sisa Benda Uji dengan Menggunakan
Abu Bonggol Jagung Sebagai Filler
Berdasarkan hasil perhitungan grafik pada pengujian benda
uji dengan menggunakan abu bonggol jagung sebagai filler, maka
dilanjutkan dengan pembuatan benda uji untuk Marshall sisa
dengan menggunakan kadar variasi yang memenuhi persyaratan
spesifikasi.
Pembuatan benda uji dilakukan dengan merendam benda uji
selama 24 jam dalam suhu 60°C guna untuk mengetahui
stabilitas Marshall sisa dimana spesifikasi yang disyaratkan
adalah minimal 90%.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

3.10. Diagram Alir Penelitian


Mulai

Persiapan Penelitian

Pengambilan Materia

Batu Pecah Abu Batu ASpal Bonggol Jagung


(Frumentum Cobs)
Pengujian Pengujian Pengujian
1. Gradasi 1. Berat jenis Pembakaran bonggol
1. Gradasi
2. Berat jenis 2. Berat jenis 2. Penetrasi jagung (Frumentum
3. Angularitas 3. Angularitas 3. Titik lembek Cobs) sampai jadi
4. Material lolos 4. Material lolos 4. Daktilitas abu
ayakan 200 5. Penurunan
ayakan 200
5. Partikel pipih lonjong berat Uji karakteristik filler
6. Abrasi 5. Sand aquivalen 6. Kelarutan
abu bonggol jagug

Tidak Memenu Tidak


hi
ya Memenu
hi
Rancangan campuran
y
Pembuatan Brike

Marshall Test

KAO

Pembuatan Briket menggunakan KAO


dan abu bonggl jagung sebagai filler

Marshall Test

Analisa data dan hasil

Selesai
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENINGKTAN JALAN RUAS RING ROAD KOTA WATANSOPPENG

3.10. Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai