Anda di halaman 1dari 36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Sampel tanah berasal dari wilayah yang ada di sumatera selatan dan
pembuatan benda uji (tanah) serta pengujian tanah dilakukan di UPTD
Laboratorium Bahan Konstruksi Pekerjaan Umum Bina Marga dan Tata Ruang
Provinsi Sumatera Selatan.

3.2 Alur Pelaksanaan Pengujian

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Pengujian Laboratorium


(Sumber : Data Laboratorium, 2023)

Berikut adalah alur Penelitian/Riset material tanah di wilayah Sumatera


Selatan:
1. Survey wilayah yang material tanahnya akan dijadikan sampel.
2. Lalu pengambilan sampel material tanah dimasing masing wilayah yang
telah ditentukan.
3. Sampel tanah dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian.

17
18

4. Setelah sampel dibawa ke laboratorium, material dibersihkan dari material


lainnya yang dapat mengganggu pengujian.
5. Lalu dilakukan pengujian analisa ayakan, pemadatan, batas-batas atterberg,
California Bearing Ratio, dan berat jenis tanah.
6. Setelah dilakukan pengujian, didapatlah data-data dari masing-masing
sampel tanah.
7. Lalu data tersebut dianalisis untuk perbandingan sampel-sampel tersebut.
8. Setelah dilakukan perbandingan didapatlah karakteristik tanah timbunan
yang baik untuk pekerjaan jalan.

3.3 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian atau pengujian material
tanah. Tanah merupakan material paling dasar dalam sebuah struktur.

3.4 Desain Penelitian


Pengujian dilakukan sesuai dengan permintaan pengguna jasa yang
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Adapun SNI yang
dipakai diantaranya :
1. Metode Uji CBR Laboratorium (SNI 1744:2012)
2. Cara Uji Berat Isi Tanah (SNI 1964:2008)
3. Percobaan Pemadatan (SNI 1742:2008)
4. Angka-Angka Konsistensi Atterberg (SNI 03-1967-1990)
5. Percobaan Berat Jenis Tanah (SNI 03-1964-1990)
6. Analisa Ayakan (PB 0105-76)

3.5 Variabel Penelitian


Terdapat beberapa parameter yang diminta oleh pengguna jasa,
diantaranya :
1) Kadar air optimum
2) Nilai CBR
3) Berat jenis tanah
19

4) Batas cair dan plastis


5) Analisa butir saringan

3.6 Prosedur Penelitian


Dalam melakukan prosedur penelitian, perlu diperhatikan keselamatan
kerja pada saat melakukan pengujian, antara lain :
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Gunakan pakaian kerja laboratorium sesuai dengan peraturan.
3. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi.
4. Gunakanlah material tambahan dengan efisien.
5. Serta jagalah kebersihan lingkungan laboratorium pengujian.

3.6.1 Pengambilan Sampel Tanah Di Lapangan


A. Dasar Teori
Untuk pengambilan contoh di lapangan yang selanjutnya untuk
percobaan pemadatan laboratorium dan CBR laboratorium. Pengambilan
material tanah dalam hal ini harus secara seksama dimana tidak boleh hanya
pada satu tempat (titik/lobang) karena dianggap tidak dapat mewakili yang
lain apabila lokasi yang akan diteliti luas.
Pengambilan sampel tanah juga harus bebas dari akar-akar, hunus,
hal ini dilakukan untuk tidak adanya gangguan dalam pelaksanaan
pengujian dan harus mewakili keadaan sesungguhnya di lapangan.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian yaitu :
1) Cangkul
2) Sekop
3) Sendok Kecil
4) Karung
20

C. Langkah Kerja
1. Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukan dengan ganda,
misalnya pada lokasi yang akan digunakan untuk penimbunan yang
sangat luas, maka kita harus mengambil contoh tanah sedikit-
dikitnya dari tiap-tiap tempat dalam jarak kira-kira 200 meter dan
dilakukan pengadukan yang sama rata dan dijadikan satu.
Seterusnya dimasukkan dalam karung.
2. Bila lokasi kita sudah dalam keadaan satu timbunan (satu gundukan
besar), maka contoh yang mewakili keseluruhan kita harus
mengambil contoh sedikit-dikitnya dari segala sudut dan tengah-
tengah dari timbunan tersebut, sebelumnya lapisan atas harus
dibuang kira-kira 20 cm.

3.6.2 Analisa Ayakan


A. Dasar Teori
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
gradasi agregat halus, sedang, dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa benda uji, banyaknya
benda uji yang digunakan tergantung spesifikasi yang digunakan.

B. Alat dan Bahan


1. Timbangan dengan ketelitian 0.2% dari berat benda uji
2. Satu set saringan (sesuai dengan spesifikasi yang dipakai)
3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu panas sampai 1150C
4. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
5. Talam

C. Prosedur Kerja
1) Bersihkan ayakan dengan memakai sikat baja (untuk ayakan
dengan ukuran lubang cukup besar) atau sikat bulu (untuk ayakan
dengan lubang kecil).
21

2) Timbang berat ayakan kosong untuk masing-masing ukuran.


3) Susun (tumpuk) ayakan satu dengan yang lain menurut urutan dari
ukuran lubang terkecil (pan yang tidak berlubang) di bagian paling
bawah dan lubang terbesar di bagian paling atas.

Gambar 3.2 Susunan ayakan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi}

4) Masukkan contoh tanah (yang sudah dikeringkan dengan oven) ke


dalam ayakan paling atas dan tutup.
5) Tempatkan susunan ayakan di atas penggetar dan getarkan selama
kurang lebih 10 menit.
6) Timbang masing-masing ayakan yang berisi tanah, dan hitung berat
tanah yang tertinggal pada masing-masing ayakan.

3.6.3 Pemadatan (Compaction)


A. Dasar Teori
Pemadatan adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan
butiran tanah (solid) yang satu dengan yang lain, sehingga partikel tanah
saling berdekatan dan pori tanah menjadi kecil. Proses pemadatan di
laboratorium dilakukan dengan cara menumbuk (ramming).
Pengujian pemadatan dilakukan dengan standard proctor.
Proses pemadatan di laboratorium adalah usaha untuk mendapatkan
kepadatan tanah maksimum pada energi yang standar, dengan jalan
22

memberikan kadar air yang optimum. Pemadatan dilakukan dengan


menggunakan beban standar berdasarkan ASTM D-1586 (1998) dan
AASHTO (1982). Hasil yang diperoleh dari pengujian pemadatan
biasanya dipresentasikan dalam bentuk grafik hubungan antara berat-
volume tanah dalam keadaan kering (dry density) dan kadar air (moisture
content).

Tabel 3.1 Pengujian Standard Proctor


Berat Jumlah
Diameter Volume Tinggi Jumlah
penumbu tumbukan
tabung tabung jatuh lapis
Standard k per lapis
Proctor
101.6 943.3 304.8
2.475 kg 25 3
mm cm3 mm

(Sumber : Buku Pengujian Tanah di Laboratorium, 2023)

B. Alat dan Bahan


1. Dua macam tipe tabung silinder yang umum digunakan, yaitu
Standard Proctor (ASTM D-698, 1998) dan Modified Proctor
(ASTM D-1557, 1998). Pengujian laboratorium disini
menggunakan Standard Proctor mernpunyai diameter 10 cm dan
volume 946 cm3, yang dilengkapi dengan alas dan tabung
tambahan di bagian atas yang disebut collar.
2. Penumbuk (hammer) dengan berat 2,49 kg dan tinggi jatuh 30 cm
pada Standard Proctor
3. Cawan Alumunium
4. Timbangan
5. Oven

C. Prosedur Pengujian
1. Siapkan beberapa cawan aluminum kosong dan bersih, timbang
dan catat berat masing-masing.
23

2. Timbang berat tabung Proctor (mold), tanpa alas dan collar.


3. Siapkan contoh tanah yang akan ditentukan kepadatannya
(beratnya sekitar 3-4 kg) dan keringkan di dalam oven selama 24
jam.
4. Keluarkan contoh tanah dari oven, biarkan hingga dingin,
tambahkan air sekitar 3% dari berat tanah kering dan aduk sampai
rata.
5. Masukkan tanah secukupnya ke dalam tabung silinder yang telah
dipasang collar, sehingga volume tanah setelah ditumbuk kira-kira
tinggal 1/3 volume tabung.

Gambar 3.3 Memasukkan tanah dalam tabung silinder


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)
24

6. Tumbuk tanah di dalam tabung secara merata sebanyak 25 kali.

Gambar 3.4 Menumbuk tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

7. Tambahkan tanah ke dalam tabung silinder, sehingga volume tanah


setelah ditumbuk sebanyak 25 kali menjadi sekitar 2/3 volume
tabung.

Gambar 3.5 Penambahan tanah 2/3 tabung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)
25

8. Tambahkan tanah ke dalam tabung sampai penuh (mendekati tinggi


collar) dan tumbuk sebanyak 25 kali. Pastikan bahwa permukaan
tanah di dalam tabung setelah ditumbuk lebih tinggi dari tinggi
rabung (mold, tanpa collar).

Gambar 3.6 Penambahan tanah sampai tinggi collar


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

9. Lepas collar dengan hati-hati agar tanah dalam collar tidak


terpotong.
10. Ratakan tanah di permukaan tabung sedatar mungkin, lepas bagian
alas tabung, dan timbang (mold dan tanah).
26

Gambar 3.7 Meratakan tanah di permukaan tabung (mold dan tanah)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

Gambar 3.8 Penimbangan sampel tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

11. Keluarkan tanah dari dalam tabung (mold).


27

12. Ambil contoh tanah di bagian atas, tengah, dan bawah tabung,
masukkan ke dalam cawan yang telah ditentukan beratnya, untuk
menentukan kadar airnya.

Gambar 3.9 Pengambilan tanah ke cawan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

13. Timbang cawan dan contoh tanah, masukkan ke dalam oven pada
temperatur 1050C selama 24 jam.
28

Gambar 3.10 Penimbangan sampel tanah dan cawan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

14. Pecahkan tanah yang menggumpal setelah dikeluarkan dari tabung


Proctor.

Gambar 3.11 Proses pengeluaran sampel tanah dari tabung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

15. Berat-volume kering dapat ditentukan melalui rumus berikut :


ɣwet
ɣdry =
1+ wc
Keterangan :
ɣwet = Berat volume tanah basah
Wc = Kadar air

3.6.4 Batas-Batas Atterberg (Batas Cair dan Batas Plastis)


A. Dasar Teori
Seperti yang diketahui bahwa konsistensi tanah lempung (clays)
berubah seiring dengan perubahan kadar airnya. Tanah lempung akan
menjadi lebih lunak jika kadar airnya meningkat dan sebaliknya akan
mengeras bila kadar airnya mengurang.
Pada volume butiran tanah (solid) yang konstan, bila kadar air di
dalam tanah lempung tersebut relatif besar, maka tanah lempung menjadi
lumpur (slurry) yang bersifat seperti cairan yang kental (viscous liquid),
dan kondisi ini disebut fase cair (liquid state). Sebaliknya bila kadar air
di dalam tanah lempung dibiarkan menguap sedikit demi sedikit, maka
29

tanah lempung mulai mengeras dan mempunyai kemampuan untuk


menahan perubahan bentuk. Kondisi ini dinamakan fase plastis (plastic
state). Jika kadar air dibiarkan menguap lebih lanjut, maka tanah
lempung mengalami penyusutan (shrink), kaku (stiff), dan mudah retak
(brittle). Kondisi ini dinamakan fase setengah-padat (semi solid).
Pada proses penurunan kadar air, tanah lempung jenuh akan
mengalami penyusutan dan besarnya sebanding dengan besarnya
kehilangan volume air. Apabila kehilangan kadar air di dalam tanah tidak
lagi menyebabkan perubahan volume total tanah, maka kondisi ini
dinamakan fase padat. Batas antara fase disebut batas-batas Atterberg.

B. Alat dan bahan


 Batas cair
1. Alat Casagrande untuk menentukan batas cair
2. Alat grooving tool untuk membuat alur coakan berbentuk “V”
3. Cawan alumunium
4. Timbangan
5. Mangkok tempat mengaduk tanah
6. Oven
7. Botol air (squeezer)
 Batas plastis
1. Kaca datar
2. Botol air
3. Timbangan
4. Cawan alumunium
5. Standar ukuran berbentuk silinder yang terbuat dari logam dengan
diameter 3 mm dan panjang sekitar 10 cm
6. Spatula

C. Prosedur pengujian
 Batas Cair
30

1. Ambil cawan alumunium (kosong, bersih, dan kering) dan timbang


masing-masing berat dan kode cawannya.
2. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkok pengaduk dan
tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk memakai spatula
sampai adonan merata dan terlihat plastis.

Gambar 3.12 Penambahan air pada sampel tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

3. Tuangkan adonan tanah ke dalam kontainer alat casagrande dan


ratakan hingga ketebalan tanah kurang lebih 1 cm.

Gambar 3.13 Penuangan sampel tanah ke alat casagrande


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)
31

4. Buat alur coakan pada adonan di dalam kontainer (grooving tool


digerakkan dari arah pukul 12 ke arah pukul 6). Pada saat membuat
alur, alat pembuat coakan (grooving tool) harus tegak lurus dengan
dasar kontainer.

Gambar 3.14 Membuat alur coakan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

5. Gerakkan tuas pemutar berlawanan arah jarum jam dengan


kecepatan 2 putaran per detik dan hitung jumlah putaran sampai
kedua dinding alur adonan tanah di dalam kontainer menutup
sepanjang 1.27 cm.
32

Gambar 3.15 Proses pemutaran tuas


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

6. Ambil contoh tanah dan masukkan ke dalam salah satu cawan


alumunium yang sudah diketahui beratnya dan timbang.
7. Masukkan cawan dan tanah ke dalam oven yang mempunyai
temperatur 1050C, dan diamkan selama 24 jam.

Gambar 3.16 Sampel dimasukkan dalam oven


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

8. Ulangi langkah ke-2 sampai dengan langkah ke-7 pada contoh


tanah yang mempunyai kadar air yang berbeda-beda. Sedapat
mungkin jumlah putaran antara 20 sampai 35. Apabila alur pada
adonan sudah menutup sebelum 20 putaran maka tanah terlalu
basah, sebaliknya apabila alur belum menutup setelah 35 putaran,
maka terlalu kering, sehingga percobaan harus diulang.
9. Batas cair pada sampel tanah dapat pula ditentukan berdasarkan
jumlah ketukan dan kadar air secara individual.
n 0,121
LL = (wn)( )
25
dimana :
wn = kadar air pada ketukan n
n = jumlah ketukan
Serta perhitungan persentase kadar air sebagai berikut :
33

W 2−W
Wc =
3
×100 %
W 3−W 1

Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong
W2 = Berat cawan dan tanah basah
W3 = Berat cawan dan tanah kering
n = Jumlah putaran

Gambar 3.17 Grafik penentuan batas cair


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

 Batas Plastis
1. Bersihkan cawan alumunium dan timbang beserta tutupnya, catat
beratnya.
2. Ambil tanah (yang agak kering) dan letakkan di dalam mangkok.
3. Tambah air ke dalam sampel tanah dan aduk dengan spatula sampai
merata.
34

Gambar 3.18 Proses penambahan air pada sampel


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

4. Ambil contoh tanah kira-kira setengah ruas ujung jari kelingking


dan remas-remas sehingga berbentuk kelereng.

Gambar 3.19 Sampel tanah berbentuk kelereng


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

5. Letakkan bola tanah tersebut di atas kertas bersih dan gulung atau
gelintir menggunakan telapak tangan berulang kali sampai tanah
berbentuk silinder dengan diameter 3 mm.
35

Gambar 3.20 Menggulung sampel tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

6. Amati tekstur tanah dengan seksama. Apabila contoh tanah yang


berbentuk silinder dengan diameter 3 mm tersebut terlihat mulai
retak, masukkan tanah tersebut ke dalam cawan alumunium dan
tutup cawan dengan rapat agar kadar air tidak berubah.

Gambar 3.21 Hasil dari penggulungan sampel tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

7. Jika tanah belum terlihat retak, maka tanah terlalu basah dan
sebaliknya bila tanah sudah retak sebelum mencapai diameter 3
mm, maka tanah terlalu kering.
8. Ulangi lagi proses ke 3 sampai dengan 7, sampai mendapatkan
silinder tanah yang mulai retak pada diameter 3 mm sebanyak 4-5
sampel.
9. Timbang sampel tanah dan cawan, kemudian masukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada temperature 1050C.
36

Gambar 3.22 Sampel dimasukkan ke dalam oven


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

10. Keluarkan contoh tanah dari oven dan timbang cawan yang berisi
tanah kering.

Gambar 3.23 Penimbangan sampel tanah kering


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

3.6.5 California Bearing Ratio (CBR)


A. Dasar Teori
Lapisan tanah yang akan dipakai sebagai lapisan sub-base atau sub-
grade suatu konstruksi jalan pada umumnya memerlukan proses pemadatan
agar mampu menerima beban sesuai dengan yang direncanakan. Salah satu
37

cara untuk mengukur kekokohan (bearing) lapisan tanah adalah pengujian


California Bearing Ratio (CBR).
Prinsip dasar dari pengujian CBR adalah membandingkan besarnya
beban (gaya) yang diperlukan untuk menekan torak dengan luas penarnpang
3 inch2 ke dalam lapisan perkerasan sedalam 2.54 mm atau 5.08 mm dengan
beban standar. Oleh karena itu, kekokohan lapisan perkerasan dinyatakan
dalam "kekokohan relatif" atau persen kekokohan. Besarnya beban standar
untuk penetrasi 0.1 inch adalah 1350 kg, sedangkan besarnya beban standar
untuk penetrasi 0.2 inch adalah 2025 kg.
Satu hal yang perlu diingat bahwa pengujian CBR hanya mengukur
kekokohan relatif dari lapisan permukaan tanah, karena diameter
penampang torak yang dipergunakan hanya sekitar 4.96 cm, sehingga
volume lapisan tanah dibawah torak yang terpengaruh tekanan (stress bulb)
hanya di permukaan.

B. Alat dan bahan


1. Tabung silinder (mold) berdiameter 15 cm dengan volume 2837 cm3
yang dilengkapi dengan alas dan tabung tambahan di bagian atas
disebut collar.
2. Penumbuk dengan berat sekitar 4.5 kg
3. Cawan alumunium
4. Timbangan
5. Oven
6. Mesin penekan (compression machine)

C. Prosedur pengujian
Pengujian CBR di laboratorium UPTD Bina Marga dan Tata Ruang
Sumatera Selatan menggunakan metode soaked atau cara basah yang
dilakukan dengan 3 buah sampel tanah dengan kepadatan yang masing-
38

masing 10 tumbukan, 35 tumbukan, dan 65 tumbukan tiap lapisnya.


Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Tentukan berat-volume kering maksimum dan kadar air optimum
contoh tanah, yang diperoleh dari pengujian pemadatan (compaction).
2. Timbang berat tabung CBR, tanpa alas dan collar.
3. Siapkan sampel tanah yang akan diuji kekokohannya dan keringkan di
dalam oven selama 24 jam. Volume tanah sekitar 8 kg agar cukup
dipakai untuk 3 benda uji.

Gambar 3.24 Sampel tanah untuk pengujian


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

4. Keluarkan contoh tanah dari oven, biarkan hingga dingin, kemudian


tambahkan air sampai kadar air optimum dan aduk sampai rata.

5. Masukkan tanah ke dalam tabung silinder yang telah dipasang collar


(3 tabung), sehingga volume tanah setelah ditumbuk kira kira 1/5
volume tabung.
39

Gambar 3.25 Sampel dimasukkan ke dalam tabung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

3.6.6 Pengujian Berat Jenis Tanah


A. Dasar teori
Pengujian berat jenis adalah perbandingan (rasio) antara berat
kering butiran tanah dan berat air suling (distilled water) pada volume yang
sama dengan volume butiran tersebut. Nilai G s ini dapat dipakai untuk
mengetahui berat relatif tanah terhadap berat air yang mempunyai berat-
volume sebesar satu.
B. Alat dan bahan
1. Sampel tanah
2. Piknometer 250 mL
3. Air suling yang telah divakum
4. Timbangan
5. Pompa hisap
C. Prosedur pengujian
1. Timbang piknometer kosong dan kering.
2. Masukkan contoh tanah (yang sudah dikeringkan dengan cara di
oven) ke dalam piknometer yang sudah diketahui beratnya. Lalu
timbang piknometer berisi tanah. Untuk tanah lempung sebaiknya
ditumbuk agar butiran tanah terpisah antara satu dengan yang lain.
3. Masukkan air suling ke dalam piknometer yang berisi tanah sampai
hampir penuh.
40

Gambar 3.26 Memasukan air pada piknometer


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

4. Hisap piknometer yang berisi air dan tanah dengan menggunakan


pompa penghisap, sampai tidak ada gelembung udara.
5. Tambahkan air suling ke dalam piknometer sampai batas penuh.

Gambar 3.27 Penambahan air pada piknometer


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

6. Timbang berat piknometer yang berisi tanah dan air.


7. Kosongkan dan bersihkan piknometer, lalu isi kembali piknometer
dengan air suling sampai hampir penuh dan hisap dengan pompa
sampai tidak ada gelembung udara.
8. Penuhi piknometer dengan air suling sampai batas penuh dan timbang.

3.7 Populasi dan Sampel/Sumber Data/Informan


Terdapat 4 wilayah di sumatera selatan yang dijadikan sampel penelitian
diantaranya :
41

1. Banyuasin
2. Lubuk Linggau
3. Ogan Ilir
4. Ogan Komering Ilir

3.8 Teknik Pengumpulan Data


Pada metode pengambilan data ini dilakukan dengan cara pengujian
terhadap benda uji yang telah dibuat. Selanjutnya data yang didapat langsung
diperhitungkan dan data yang digunakan terdapat data primer dan data sekunder.
1. Untuk data primer didapat langsung dari hasil pengujian di laboratorium
yang berupa sifat fisik benda uji.
2. Untuk data sekunder didapat dari data pengujian sebelumnya sebagai
referensi yang digunakan pada pengujian saat ini.

3.9 Instrumen Penelitian


Proses pengujian ini memerlukan peralatan dan bahan untuk mendukung
proses analisa pendahuluan maupun percobaan yang dilakukan secara
keseluruhan.

3.9.1 Peralatan
Pada saat penelitian, perlu adanya persiapan peralatan. Berikut adalah
alat-alat yang digunakan beserta fungsinya dalam proses pengujian material, yang
terdiri dari :

1. Cawan
Alat ini digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung
42

material yang digunakan pada saat pengujian berlangsung.

Gambar 3.28 Cawan alumunium


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

2. Satu set saringan


Alat ini digunakan untuk analisa butiran kasar dan halus. Susunan ayakan
dari atas ke bawah, dengan diameter lubang 25.40 (1), 19.10 (3/4), 12.70
(1/2), 9.52 (3/8), No. 4 mm. Sedangkan untuk butiran halus terdiri dari
No. 4, No.8, No.16, No. 30, No. 50, No.200, dan pan.

Gambar 3.29 Satu set ayakan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

3. Density spoon
Digunakan untuk mengambil material bahan yang digunakan
43

Gambar 3.30 Density spoon


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

4. Timbangan
Ada 3 jenis timbangan yang digunakan untuk menimbang material dan
benda uji. Salah satunya timbangan dengan ketelitian 0,01/gram yang
digunakan mempunyai kapasitas 25 kg.

Gambar 3.31 Timbangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

5. Piknometer
44

Alat ini digunakan untuk pemeriksaan berat jenis tanah dengan kapasitas
benda uji 500 gram. Piknometer berbentuk botol yang terbuat dari kaca.

Gambar 3.32 Piknometer


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

6. Mesin penggetar saringan (sieve shaker)


Mesin ini diigunakan untuk menggetarkan butiran material tanah dalam
proses analisa ayakan.

Gambar 3.33 Sieve shaker


(Sumber : https://shop.preiser.com/category/140254/sieve-shakers)

7. Oven
45

Oven digunakan untuk proses pengeringan material, dan penentuan


kondisi kering konstan.

Gambar 3.34 Oven


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

8. Mesin penekan (compression machine)


Mesin ini digunakan untuk penetuan angka penurunan pada material
tanah dalam proses pengujian CBR Laboratorium.

Gambar 3.35 Mesin penekan (compression machine)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

9. Alat penumbuk tanah


46

Alat ini digunakan untuk proses pemadatan tanah dengan berat 2,49 kg.

Gambar 3.36 Alat penumbuk tanah


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

10. Alat penumbuk tanah CBR


Alat ini digunakan untuk proses pengujian CBR dengan berat 4,5 kg.

Gambar 3.37 Alat penumbuk CBR


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

11. Tabung silinder (mold)


47

Tabung ini terbuat dari baja berdiameter 15 cm dengan volume


2837 cm3 dilengkapi dengan alas dan tabung tambahan di bagian atas
disebut collar.

Gambar 3.38 Tabung silinder (mold)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

12. Botol air (squeezer)


Botol ini digunakan untuk membantu proses penambahan air
pada material tanah yang ditambah selang kecil pada tutup botol.

Gambar 3.39 Botol air


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

13. Kaca Datar


48

Alat ini digunakan pengadukan sampel tanah pada proses pengujian


batas-batas atterberg.

Gambar 3.40 Kaca datar


(Sumber : https://www.tokopedia.com/tamindo/clear-glass-kaca-polos-5mm-asahimas)

14. Alat casagrande


Digunakan untuk menentukan batas cair pada proses pengujian
batas-batas atterberg.

Gambar 3.41 Alat casagrande


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

15. Grooving tool


49

Digunakan untuk membuat coakan pada sampel tanah di dalam alat


casagrande.

Gambar 3.42 Grooving tool


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

16. Cangkul
Digunakan untuk proses pengambilan sampel tanah yang akan diuji.

Gambar 3.43 Cangkul


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

17. Karung
50

Digunakan untuk tempat penyimpanan sampel tanah yang diambil dari


lokasi proyek.

Gambar 3.44 Karung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

18. Dial
Digunakan untuk membaca penurunan yang terjadi pada saat proses
perendaman sampel tanah pengujian CBR laboratorium.

Gambar 3.45 Dial


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

19. Lempengan logam


51

Digunakan untuk penambahan beban pada material tanah pada


proses perendaman CBR laboratorium.

Gambar 3.46 Lempengan Logam


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

20. Spatula
Digunakan untuk mengaduk material tanah pada proses
pengujian batas-batas atterberg.

Gambar 3.47 Spatula


(Sumber: https://cdn.siplah.pesonaedu.id)

3.9.2 Bahan
Untuk mendukung proses pengujian, maka diperlukan bahan-bahan yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Bahan yang digunakan akan dilakukan
52

pengujian terlebih dahulu sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan dapat
dipertanggung jawabkan. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan :
1. Tanah
Tanah merupakan material dasar dalam konstruksi. Dalam pengujian
laboratorium, dilakukan untuk mengetahui parameter tanah sebagai
input pada saat analisis. Maka, sebelum melakukan suatu pekerjaan
kontruksi sebaiknya dilakukan pengujian laboratorium tanah.
2. Air
Air yang digunakan diambil dari PDAM di Laboratorium Bahan
Konstruksi.

3.10 Analisis Data


Hasil dari pengujian akan diberikan oleh pihak UPTD Laboratorium
Bahan Konstruksi kepada pihak pengguna jasa dalam bentuk laporan yang sudah
ditandatangani dan disetujui oleh Kepala UPTD.

Anda mungkin juga menyukai