Anda di halaman 1dari 25

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Dinda Syaqiya 1806187461


Yudhistira Josua Untung M 1806233114
Alifia Ariyanti 1806187480
KELOMPOK : 02-1
TANGGAL PRAKTIKUM : Minggu, 26 April 2020
JUDUL PRAKTIKUM : Compaction
ASISTEN : Muhammad Bisma
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 698 “Standard Test Methods for Laboratory
Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort”
ASTM D 1557 “Standard Test Methods for Laboratory
Compaction Characteristics of Soil Using Modified Effort”
AASHTO T 99 “The Moisture-Density Relations of Soils Using
a 2.5-kg (5.5-lb) Rammer and a 305-mm (12-in) Drop”
AASHTO T 180 “The Moisture-Density Relations of Soils
Using a 4.54-kg (10-lb) Rammer and 457-mm (18-in) Drop”
SNI 03-2832-1992 “Metode pengujian untuk mendapatkan
kepadatan tanah maksimum dengan kadar air optimum”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air
optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan.

Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam


menentukan persentase pemadatan dan kadar air yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi pemadatan yang sesuai di
lapangan.

1
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
• Mould, lengkap dengan collar dan base plate
• Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch
• Hydraulic extruder
• Pelat baja pemotong
• Gelas ukur
• Wadah untuk mencampurkan tanah dengan air
• Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
• Timbangan
• Oven
• Jangka sorong
b. Bahan
• Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal
5 kantong @ 2kg (lebih baik digunakan 6 kantong)

Gambar 1.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer;


c) Pelat besi/penggaris; d) Jangka sorong
Sumber : Modul Praktikum Mekanika Tanah

2
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-
pori tanah diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara
mekanis. Suatu pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha
(energi) yang dilakukan pada massa tanah. Suatu pemadatan
(Compactive Effort = CE) yang dilakukan tersebut adalah fungsi
dari variabel-variabel berikut:
𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 = (1)
𝑉

Dengan:
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya


terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel


di bawah ini
Tabel 1.1 Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji
pemadatan

Standard Proctor Modified Proctor


Test Identification AASHTO T 99 AASHTO T 180
(ASTM D 698) (ASTM D 1557)
Diameter Mould (inch) 4 6 4 6
Berat Hammer (lbs) 5.5 5.5 10 10

3
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tinggi Jatuh Hammer


12 12 18 18
(inch)
Jumlah Layer 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Per-
25 56 25 56
Layer
C.E (ft-lb/ft3) 12.400 12.400 56.000 56.000
Ukuran Butiran No.4 No.4 No.4 No.4
Maksimum yang Lolos (3/4)" (3/4)" (3/4)" (3/4)"
Sumber : Modul Praktikum Mekanika Tanah

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat


suatu hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal
empat contoh dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan
perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel.

Dari percobaan tersebut kemudian dibuatlah grafik yang


menggambarkan hubungan antara kepadatan dan kadar air,
sehingga dari grafik tersebut diperoleh γdry maksimum pada
kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih
dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari γdry
maksimum.

4
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.2 Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard


Proctor

Sumber : Modul Praktikum Mekanika Tanah

Gambar 1.2 menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan


antara metode standard proctor dan juga menggunakan modified
procotor. Penggunaan modified proctor yang memiliki energi
pemadatan yang hampir 5 kali lebih besar dari standard proctor
menghasilkan γdry maksimum yang lebih tinggi dibanding
standard proctor namun menghasilkan kadar air optimum (Wopt)
yang lebih rendah dibandingkan standard proctor.

Penentuan kadar air


Wwet
𝑤𝑑𝑟𝑦 = (2)
1+𝑊

w𝑤𝑒𝑡=𝑤𝑑𝑟𝑦(1+𝑊) (3)

𝑊𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊= × 100% (4)
𝑊𝑑𝑟𝑦

dengan :
W = kadar air
wwater = berat air (gram)
wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)

Penentuan penambahan volume air

𝑊𝑥−𝑊𝑜
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 1+𝑊𝑜
×w (5)
dengan :
𝑉𝑎𝑑d = volume air yang akan ditambahkan (ml)

5
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

WX = kadar air yang akan dibuat


W0 = kadar air awal
W = berat sampel tanah (gram)

Perhitungan nilai γwet dan γdry

wwet
γ𝑤𝑒𝑡 = 𝑉
wdry wwet γwet
γ𝑑𝑟𝑦 = (6) = =
𝑉 (1+𝑊)𝑉 1+𝑊

(7)

dengan:
γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
wdry = berat tanah kering(gr)
W = kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Void Line (ZAV)

ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat


isi kering dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr)
100%.

Gs.γw
𝑍𝐴𝑉 =
1+(W.Gs)/Sr
(8)

dengan:
GS = nilai specific gravity
γW = berat jenis air (gr/cm3)
W = kadar air (%)

6
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sr = derajat kejenuhan

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE)

*lihat kembali persamaan (1)

𝑊.𝐻.𝐿.𝐵
𝐶𝐸 =
𝑉

E. Teori Tambahan
Kepadatan tanah adalah faktor yang menunjukkan tanah
itu baik atau tidak sebagai tanah timbunan, dalam penelitian ini
penulis menggunakan pengujian sifat fisik dan menggunakan
pengujian pemadatan standar serta mengkorelasikan hasil sifat
fisik untuk mengetahui daya dukung tanah timbunan tersebut.
Pada awal proses pemadatan, berat volume tanah kering
(γd) bertambah seiring dengan ditambahnya kadar air. Pada
kadar air nol (w=0), berat volume tanah basah (γb) sama dengan
berat volume tanah kering (γd). Ketika kadar air berangsur-
angsur ditambah (dengan usaha pemadatan yang sama), berat
butiran tanah padat per volume satuan (γd) juga 11 bertambah.
Pada kadar air lebih besar dari kadar air tertentu, yaitu saat kadar
air optimum, kenaikan kadar air justru mengurangi berat volume
keringnya. Hal ini karena, air mengisi rongga pori yang
sebelumnya diisi oleh butiran padat. Kadar air pada saat berat
volume kering mencapai maksimum (γd max) disebut kadar air
optimum.
Pada umumnya, terdapat satu nilai kadar air optimum
tertentu untuk mencapai berat volume kering maksimumnya
(gdmaks). Hubungan berat volume kering (gd) dengan berat
volume basah (gb) dan kadar air (w). Berat volume kering
setelah pemadatan bergantung pada jenis tanah, kadar air, dan
usaha yang diberikan oleh alat penumbuknya.

7
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Percobaan pemadatan di laboratorium dapat dilakukan


dengan dua cara, yaitu percobaan pemadatan standard (standard
compaction test) dan percobaan pemadatan modified (modified
compaction test)
Keuntungan yang diperoleh dari tes pemadatan
diantarannya :
1. Meningkatkan kekuatan tanah.
2. Berkurangnya penyusutan akibat berkurang kadar air
dari nilai patokan pada saat pengeringan.
3. Berkurangnya penurunan permulaan tanah
(subsidence), yaitu gerakan vertikal di dalam massa
tanah itu sendiri akibat berkurangnya angka pori.
4. Kekuatan geser dan daya dukung meningkat
5. Pemampatan (compressibility) tanah berkurang.

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2kg,
lolos saringan No. 4 ASTM
2. Mencampur seluruh sampel dalam kantong sampai rata
dalam satu wadah, nilai kadar air awal dalam hal ini
dianggap sama
3. Mengambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai
kadar air seluruhnya, dan cari nilai kadar air sampel
tersebut
4. Mengembalikan sampel tanah ke dalam kantongnya
masing-masing
5. Menambahkan air pada masing-masing kantong agar
mencapai kadar air yang berbeda-beda
6. Memasukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan
diamkan selama 18-24 jam (diperam) agar kadar airnya
merata

8
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B. Jalannya Praktikum
1. Menyiapkan mould, collar dan base plate
2. Menimbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui
volume tanah hasil pemadatan
3. Memasukkan sampel tanah ke dalam mould,
mengasumsikan jumlahnya sedemikian rupa sehingga
ketika dipadatkan, tingginya mencapai 1/3 tinggi mould
(total lapisan pemadatan adalah 3 lapis)
4. Menumbuk sebanyak 25 kali pada setiap lapisan secara
merata dengan hammer seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12
inch (Standard Proctor ASTM)
5. Pada lapisan ketiga, memasang collar dan menambahkan
tanah hingga melebihi batas mould
6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, melepas collar dan
meratakan kelebihan tanah pada mould dengan plat
pemotong
7. Menimbang berat tanah beserta mould
8. Mengeluarkan sampel tanah dari mould dengan
menggunakan extruder
9. Mengambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah, dari
sampel tanah tersebut untuk diperiksa kadar airnya, dengan
demikian akan diperoleh kadar air rata-rata dari sampel
tanah setelah dipadatkan

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Blow layer = 25
No. of layers =3
Wt of Hammer = 5,5 lb
Mold dimension Diam = 10,17 cm

9
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

H = 11,67 cm

Water Content Determination


Sample no. 1 2 3 4 5
Moisture can no. A B C D E
Wt. of can + wet soil (gr) 123,42 126,95 133,71 134,62 134,67
Wt. of can + dry soil (gr) 95,27 96,45 99,71 98,92 97,67
Wt. of Can (gr) 14,16 14,27 14,61 14,72 14,52

Density Determination
Assumed water content 35 37,5 40 42,5 45
Wt. of soil + mold (gr) 3084 3204 3299 3287 3235
Wt. of mould (gr) 1664 1664 1664 1664 1664

B. Perhitungan
1. Kadar air sebelum pemadatan

𝑊𝑤𝑒𝑡−𝑊𝑑𝑟𝑦
𝑊o = 𝑊𝑑𝑟𝑦−𝑊𝑐𝑎𝑛 × 100% = 31,27%

2. Penambahan volume air untuk pemadatan


Kadar air awal W0 = 31,27%
Berat tanah = 2000 gr
Volume air yang ditambahkan ditentukan dengan
persamaan
𝑊𝑥 − 𝑊𝑜
𝑉𝑎𝑑𝑑 = ×𝑊
1 + 𝑊𝑜
dengan :
𝑊𝑥 = kadar air yang ingin dibuat (%)
𝑊𝑜 = kadar air awal (%)
𝑊 = berat sampel tanah (%)
0,35 − 0,3127
𝑉𝑎𝑑𝑑 = × 2000 = 56,829 𝑚𝑙
1 + 0,3127

Tabel 3.1. Jumlah air yang ditambahkan


Sampel Wo (%) Wx (%) Vadd(ml)

10
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1 31,27 35 56,829
2 31,27 37,5 94,918
3 31,27 40 133,008
4 31,27 42,5 171,098
5 31,27 45 209,187

Setiap sampel tanah ditambahkan kadar air sebesar 𝑉𝑎𝑑𝑑


dan kemudian didiamkan ± 24 jam.

Kadar air setelah pemadatan dan pengeringan


Pada percobaan ini, tanah yang didiamkan kemudian
dipadatkan. Setelah itu, diambil bagian tengah dari lapisan atas,
tengah lalu bawah. Sampel tanah pada ketiga lapisan air ini dianggap
memiliki kadar air yang sama sehingga dapat disatukan dalam satu
can.
𝑊𝑡𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑊= × 100%
𝑊𝑡𝑑𝑟𝑦
28,15
= × 100% = 34,706%
81,11

Tabel 3.2. Kadar air yang diperoleh


Sample 1 2 3 4 5
Moisture can no. A B C D E
Wt. of can + wet soil (gr) 123,42 126,95 133,71 134,62 134,67
Wt. of can + dry soil (gr) 95,27 96,45 99,71 98,92 97,67
Wt. of water (gr) 28,15 30,5 34 35,7 37
Wt. of Can (gr) 14,16 14,27 14,61 14,72 14,52
Wt. of dry soil (gr) 81,11 82,18 85,1 84,2 83,15
Water content (%) 34,706 37,114 39,953 42,399 44,498

Kesalahan relatif penampahan kadar air


𝑊𝑥 − 𝑊
𝐾𝑅 = | | × 100%
𝑊
dengan :
𝑊𝑥 = kadar air yang ingin dibuat
𝑊 = kadar air yang dihasilkan

11
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

0,35 − 0,34706
𝐾𝑅 = | | × 100% = 0,840 %
0,34706

Tabel 2.3 Kesalahan relatif penampahan air


Sample A B C D E
W (%) 34,706 37,114 39,953 42,399 44,498
Wx (%) 35 37,5 40 42,5 45
Kesalahan relatif (%) 0,294 0,386 0,047 0,101 0,502

Kerapatan Kering (𝜸dry)


𝑊𝑠𝑜𝑖𝑙
𝛾wet =
𝑉𝑠𝑜𝑖𝑙
𝛾wet
𝛾dry =
(1 + 𝑊)

dengan :
𝛾𝑤𝑒𝑡 = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
𝑊𝑠𝑜𝑖𝑙 = berat tanah basah (gr)
𝑉𝑠𝑜𝑖𝑙 = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
𝛾𝑑𝑟𝑦 = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)
𝑊𝑑𝑟𝑦 = berat tanah kering (gr)
𝑊 = kadar air (%)
1420
𝛾wet = = 1,489
947,987
1,489
𝛾dry = = 1,112
(1 + 0,34706)

Tabel 3.3. Perhitungan kerapatan kering


Sample A B C D E
Assumed water content 35 37,5 40 42,5 45
Water content (%) 34,706 37,114 39,953 42,399 44,498
Vsoil (cm3) 947,987 947,987 947,987 947,987 947,987
Wt. of soil + mold (gr) 3084 3204 3299 3287 3235
Wt. of mould (gr) 1664 1664 1664 1664 1664
Wt. of soil in mold (gr) 1420 1540 1635 1623 1571
Wet density (gr/cm3) 1,498 1,624 1,725 1,712 1,657
Dry density ( gr/cm3) 1,112 1,185 1,232 1,202 1,147

12
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Grafik 3.1. Hubungan Dry Density dengan Kadar Air

Dry Density vs Kadar Air


1.240

1.220
dry density gr/cm3

1.200

1.180

1.160

1.140

1.120

1.100
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000
W(%)

Garis Zero Air Void


Sr = 100%
Gs = 2,68
𝛾𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 1 gr/cm3
𝐺𝑠 . 𝛾𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑍𝐴𝑉 =
1 + (𝑊 × 𝐺𝑠)/𝑆𝑟
2,68 × 1
𝑍𝐴𝑉 = = 1,389
1 + (0,34706 × 2,68)/1
𝑍𝐴𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1,301

Tabel 3.5. Perhitungan Kerapatan ZAV


Sampel A B C D E
W(%) 34,706 37,114 39,953 42,399 44,498
Gs 2,68 2,68 2,68 2,68 2,68
ZAV 1,389 1,344 1,294 1,255 1,222

13
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 3.4. Hubungan antara kerapatan kering dengan kadar air


Sampel 𝛾 dry (gr/cm3) w (%) ZAV
A 1,112 34,706 1,389
B 1,185 37,114 1,344
C 1,232 39,953 1,294
D 1,202 42,399 1,255
E 1,147 44,498 1,222

Grafik 3.2. Hubungan Dry Density dan ZAV dengan Kadar Air

Hubungan 𝛾 dry dan ZAV terhadap Kadar Air


1.600
1.400
1.200
1.000
gr/cm3

0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000
w (%)

Y dry ZAV

Menghitung Compactive Effort


𝑊. 𝐻. 𝐿. 𝐵
𝐶𝐸 =
𝑉
dengan :
CE = Compactive Effort (lb/ft3)
W = Berat hammer (lb) = 5,5 lb
H = Tinggi jatuh (inch) = 12 inch
L = Jumlah layer = 3 layer
B = Jumlah pukulan per layer = 25 pukulan
V = Volume tanah (ft3) = 0,0335 ft3 (947,987 cm3)
5,5 ×4.57×3×25
𝐶𝐸 = = 147761,194 1b/ft3
0,0335

14
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan compation ini dilakukan pada tanggal 26
April 2020 dan dilaksanakan secara online. Percobaan ini
betujuan untuk mencari nilai kerapatan kering (γdry)
maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu
sampel tanah yang dipadatkan, hal ini dilakukan karena
kerapatan kering maksimum terjadi pada saat kadar airnya
optimum. Pada percobaan ini menggunakan mould lengkap
dengan collar dan base plate sebagai wadah dalam
melakukan pemadatan tanah, hammer sebagai alat
penumbuk tanah, hydraulic extruder digunakan untuk
mengeluarkan sampel tanah, pelat baja pemotong
digunakan untuk meratakan permukaan tanah yang
berlebih sehingga permukaan tanah sesuai dengan tinggi
mould, gelas ukur, wadah untuk mencampur tanah dengan
air, pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah,
timbangan untuk menimbang berat tanah, oven untuk
memanaskan sampel tanah yang telah dipadatkan, dan
jangka sorong yang digunakan untuk mengukur dimensi
mould.
Bahan yang harus dipersiapkan pada praktikum
compaction ini yaitu 5 kantong sampel tanah yang lolos
saringan no 4 ASTM dengan berat masing masing 2 kg, 5
kantong sampel tanah tersebut digunakan untuk
memvariasikan kadar air pada percobaan ini, variasi data
ini dilakukan untuk membuktikan bahwa tanah yang
memiliki kerapatan kering maksimum akan memiliki nilai
kadar air yang optimum. Setelah bahan telah dipersiapkan,
kemudian seluruh sampel tanah tersebut dalam satu wadah,
dengan nilai kadar air awal dianggap sama. Sebagian

15
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sampel tanah diambil untuk mewakili nilai kadar air


seluruhnya, kemudian menghitung kadar air awal (w0) pada
tanah tersebut dengan menghitung massa tanah basah
kemudian mengeringkan tanah tersebut dalam oven selama
18 jam dan menghitung kembali massa tanah yang telah
dikeringkan, lalu membandingkan massa tanah basah dan
massa tanah kering tersebut didapatkan nilai kadar air awal
sebesar 31,27%. Setelah mendapatkan nilai kadar air awal,
praktikan menambahkan air dengan volume tertentu pada
masing-masing kantong agar mencapai kadar air yang telah
direncanakan untuk sampel tanah A,B,C,D,E berturut-turut
sebesar 35%, 37,5%, 40%, 42,5%, dan 45%. Kemudian
praktikan mencampur sampel tanah dengan air hingga
homogen dan mendiamkan(memeram) sampel tanah
tersebut selama kurang lebih 24 jam agar kadar airnya
merata.
Percobaan ini diawali dengan mengukur dimensi
mould menggunakan jangka sorong untuk mengetahui
volume tanah hasil pemadatan serta menimbang mould
yang akan digunakan sebagai wadah dalam melakukan
pemadatan tanah. Pada percobaan compaction ini metode
yang digunakan adalah Standar Proctor AASHTO T 99
(ASTM D 698). Selanjutnya memasukkan sampel tanah
kedalam mould hingga mencapai 1/3 dari tinggi mould
sebagai lapisan pertama, total lapisan pemadatan ini adalah
tiga lapis dengan masing masing lapisan setebal 1/3 dari
tinggi mould, hal ini dilakukan agar pemadatan tanah dapat
dilakukan secara merata dan mengurangi kemungkinan
adanya rongga udara pada tanah, apabila tebal setiap
lapisan melebihi 1/3 tinggi mould maka akan
memungkinkan terjadinya pemadatan yang kurang merata.
Setiap lapisan dilakukan penumbukan dengan

16
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

menggunakan hammer sebanyak 25 kali dengan posisi


hammer tegak lurus dengan tanah, serta penumbukan
dilakukan di seluruh sisi permukaan tanah agar pemadatan
tanah dilakukan secara merata. Penumbukan dilakukan
secara memutar/melingkar disetiap sisi permukaan tanah
dimulai dari sisi pinggir bagian luar cetakan hingga sisi
tengah permukaan tanah. Setelah menumbuk, praktikan
menggunakan penggaris untuk mengukur tinggi tanah yang
dimasukkan ke dalam mould, penggaris ini memiliki ruas
yang masing masing berjarak 1/3 tinggi mould. Dengan
penggaris ini maka praktikan dapat memperkirakan dengan
tepat tanah yang harus ditambahkan atau dikurangi
sehingga tebal setiap lapisan tanah tepat 1/3 dari tinggi
mould.
Setelah tanah dipadatkan hingga lapisan ketiga,
collar dibuka kemudian tanah diratakan dengan memotong
tanah menggunakan pisau baja, hal ini karena volume tanah
tidak boleh lebih atau kurang dari volume mould. Mould
yang berisi tanah ini kemudian ditimbang dan kemudian
sampel tanah tersebut dikeluarkan dengan menggunakan
hydraulic extruder. Setelah dikeluarkan, sampel tanah yang
telah dipadatkan dibagi menjadi tiga bagian, dan
mengambil sebagian tanah dari bagian atas, tengah dan
bawah untuk menentukan kadar airnya. Tanah tersebut
diletakkan pada can, kemudian can yang berisi sampel
tanah tersebut ditimbang. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kadar air rata-rata dari sampel tanah setelah
dipadatkan. Selanjutnya sampel tanah tersebut dimasukkan
kedalam oven selama kurang lebih 24 jam untuk
mendapatkan volume asli tanah tanpa air, kemudian
mencatat kembali beratnya sehingga diperoleh berat jenis
keringnya.

17
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B. Analisis Data dan Hasil


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,
maka diperoleh data berupa kadar air awal (w0) sebesar
31,27%, dimensi mould (diameter=10,17 cm, tinggi= 11,67
cm) sehingga diperoleh volume mould sebesar 947,987 cm3
dari pehitungan menggunakan rumus volume tabung.
Diperoleh juga data berupa can berisi wet soil, berat can
berisi dry soil, dan berat can pada 5 sampel yang dapat
dilihat pada tabel berikut:

Sample no. 1 2 3 4 5
Moisture can no. A B C D E
Wt. of can + wet soil (gr) 123,42 126,95 133,71 134,62 134,67
Wt. of can + dry soil (gr) 95,27 96,45 99,71 98,92 97,67
Wt. of Can (gr) 14,16 14,27 14,61 14,72 14,52

Nilai kadar air awal (w0) diperoleh dari hasil


membandingkan berat tanah basah (wwet) dengan berat
tanah kering (wdry) dan didapatkan nilai kadar awal (w0)
sebesar 31,27%. Untuk mencapai kadar air yang telah
diinginkan (diasumsikan) sebesar 35, 37.5, 40, 42.5, dan
45, maka dilakukan perhitungan volume air yang harus
ditambahkan (vadd) pada setiap sampel tanah dengan
membagi nilai hasil pengurangan kadar air yang diinginkan
(wx) dan kadar air awal (w0) dengan nilai hasil 1 + kadar air
awal (w0). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel
berikut, terlihat bahwa semakin tinggi kadar air yang
diasumsikan/diinginkan maka semakin tinggi juga volume
air (vadd) yang harus ditambahkan pada sampel tanahnya.

Sampel Wo (%) Wx (%) Vadd(ml)


1 31,27 35 56,829
2 31,27 37,5 94,918
3 31,27 40 133,008

18
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4 31,27 42,5 171,098


5 31,27 45 209,187

Nilai kadar air setelah pemadatan diperoleh dari


hasil pembagian antara nilai berat isi tanah basah dengan
nilai berat isi tanah kering, setelah memperoleh nilai kadar
air setelah pemadatan maka diperoleh nilai kerapatan
kering dari hasil pembagian antara nilai berat isi tanah
basah dengan kadar air tanah yang dapat dilihat hasilnya
pada tabel berikut:

Sample A B C D E
Assumed water content 35 37,5 40 42,5 45
Water content (%) 34,706 37,114 39,953 42,399 44,498
Vsoil (cm3) 947,987 947,987 947,987 947,987 947,987
Wt. of soil + mold (gr) 3084 3204 3299 3287 3235
Wt. of mould (gr) 1664 1664 1664 1664 1664
Wt. of soil in mold (gr) 1420 1540 1635 1623 1571
Wet density (gr/cm3) 1,498 1,624 1,725 1,712 1,657
Dry density ( gr/cm3) 1,112 1,185 1,232 1,202 1,147

Setelah didapatkan nilai kerapatan kering dari


masing-masing sampel, maka diperoleh grafik hubungan
antara kerapatan kering dengan kadar air dalam tanah.
Berdasarkan grafik yang diperoleh, terlihat bahwa nilai
kerapatan kering tanah tertinggi terdapat pada sampel tanah
C, hal ini dikarenakan semakin besar berat tanah basah
(𝑊𝑠𝑜𝑖𝑙), maka semakin besar nilai berat isi tanah dalam
keadaan basah (𝛾𝑤𝑒𝑡) sehingga semakin besar pula nilai
kerapatan kering tanahnya (𝛾𝑑𝑟𝑦). Pada sampel tanah C
selisih antara kadar air asumsi dengan kadar air yang
dihasilkan setelah pemadatan paling kecil diantara sampel
yang lain yaitu sebesar 0,047%, yang berarti bahwa kadar
air yang dihasilkan pada sampeL C mendekati kadar air
optimum yang menyebabkan kerapatan keringnya lebih

19
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tinggi dibandingkan sampel lainnya. Maka dapat


disimpulkan bahwa sampel tanah C memiliki kadar air
paling mendekati kadar optimum dibandingkan sampel
tanah lain, karena nilai kerapatan kering yang tinggi terjadi
saat kadar airnya optimum.
Perhitungan nilai Zero Air Void (ZAV)
menggambarkan hubungan antara berat isi kering dengan
kadar air dalam kondiri derajat kejenuhan (Sr) 100% dan
diperoleh nilai ZAV masing-masing sampel seperti pada
tabel berikut:
Sampel 𝛾 dry w (%) ZAV
A 1,112 34,706 1,389
B 1,185 37,114 1,344
C 1,232 39,953 1,294
D 1,202 42,399 1,255
E 1,147 44,498 1,222
Berdasarkan nilai data diatas, maka diperoleh grafik
hubungan kerapatan kering(𝛾dry) dan ZAV dengan kadar air.
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh bahwa semakin tinggi
nilai kerapatan kering maka semakin rendah nilai ZAV, hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar air yang terkandung
dalam tanah maka akan semakin kecil berat isi kering tanahnya.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa nilai Zero Air Void (ZAV)
berbanding terbalik dengan nilai kadar airnya. Berdasarkan
grafik yang diperoleh kurva nilai ZAV bersinggungan dengan
kurva kerapatan kering (γdry).
Nilai Compactive effort (CE) merupakan rasio
antara compactive energy dengan volume tanah, dimana
compactive energy itu adalah energi mekanik yang
dihasilkan selama uji pemadatan. Sehingga compactive
effort (CE) merupakan ukuran energi mekanik yang
diterapkan pada massa tanah. Di lapangan, compactive
effort adalah jumlah lintasan atau cakupan roller dari jenis
dan massa tertentu sedangkan di laboratorium, hammer

20
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

yang dijatuhkan beberapa kali pada sampel tanah dengan


volume yang diketahui untuk memberikan tekanan tertentu
betujuan untuk mensimulasikan efek peralatan pemadatan
lapangan. Sehingga nilai compactive effort (CE) yang
diperoleh pada percobaan ini untuk mensimulasikan
compactive effort pada lapangan sehingga pemadatan yang
dihasilkan hasil uji laboratiorium akan sesuai dengan
pemadatan yang dilakukan pada lapangan.
Nilai compactive effort (CE) dipengaruhi oleh berat
hammer, tinggi jatuh tumbukan, banyak lapisan, dan
volume mould. Nilai CE berbanding terbalik dengan
volume mould, semakin besar volume mould maka semakin
kecil nilai CE. Nilai CE yang diperoleh pada percobaan ini
sebesar 147761,194 1b/ft3.

C. Analisis Kesalahan
Dalam melakukan percobaan compaction ini,
terdapat beberapa kesalahan yang dapat mempengaruhi
hasil percobaan yang didapat, hal ini dapat terlihat dari
persen kesalahan relatif akibat adanya perbedaan kadar air
yang diinginkan (asumsi) dengan kadar air setelah tanah
dipadatkan sebesar 0,2-0,5%. Kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dalam percobaan ini antara lain :
1. Kurang telitinya dalam mengukur dimensi mould serta
penimbangan alat dan bahan, hal ini menyebabkan data
yang didapat kurang akurat
2. Kurang tepat dalam mencampur air dan tanah sehingga
campuran tersebut tidak homogeny, menyebabkan
kadar air yang dihasilkan kurang merata dan dapat
mempengaruhi hasil
3. Kurang tepatnya saat melakukan penumbukan dengan
hammer sehingga pemadatan tanah kurang merata

21
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4. Kurang telitinya praktikan saat menimbang alat dan


bahan yang menyebabkan data yang diperoleh kurang
akurat dan mempengaruhi hasil dari pengolahan data
5. Kesalahan dalam melakukan pembulatan angka baik
dalam percobaan maupun pengolahan data
menyebabkan kurang akuratnya data yang dihasilkan.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil percobaan compation
ini diantaranya adalah:
1. Nilai kerapatan kering tanah tertinggi terdapat pada sampel
tanah C sebesar 1,232 gr/cm3
2. Nilai kerapatan kering maksimum terjadi saat kadar airnya
optimum.
3. Nilai ZAV rata-rata pada percobaan ini diperoleh sebesar 1,301
4. Besar nilai kerapatan kering berbanding terbalik dengan nilai ZAV,
bahwa semakin tinggi nilai kerapatan kering maka semakin rendah
nilai ZAV.

VI. APLIKASI
Pemadatan (Compaction) dalam bidang konstruksi biasanya
diterapkan dalam konstruksi embankment jalan raya, bendungan
urugan, tanah pondasi, dan konstruksi lainnya. Tujuan
dilakukannya pemadatan pada konstruksi ini adalah untuk
meningkatkan kekuatan tanah, mengurangi rongga udara pada
tanah, meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah
serta mengurangi rembesar air, kontraksi, dan retakan.

VII. REFERENSI

22
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium


Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
https://jurnal.ustjogja.ac.id/
http://digilib.unila.ac.id/

VIII. LAMPIRAN
Gambar 8.1 Memasukkan sampel tanah dalam oven

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

Gambar 8.2 Menimbang sampel tanah

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

Gambar 8.3 Kantong sampel yang telah ditambahkan air agar mencapai
kadar air yang diinginkan (asumsi)

23
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar


Gambar 8.4 Mencampur sampel tanah dengan air

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

Gambar 8.5 Memasukkan sampel tanah ke dalam mould

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

Gambar 8.5 Menumbuk lapisan tanah dalam mould dengan hammer

24
Compaction
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

Gambar 8.6 Memotong kelebihan tanah dengan pisau baja

Sumber : Video praktikum Mekanika Tanah Dasar

25
Compaction

Anda mungkin juga menyukai